MENJELASKAN PENDEKATAN SOSIAL ANTROPOLOG. docx

Pendekatan Sosial Antropologis Dalam Studi Islam
Khusnul Khotimah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro
Email: Khusnulmoon1@gmail
Abstrak
Agama islam adalah salah satu agama yang memiliki pandangan ilmu yang sama dengan
agama lain. Ilmu yang ada di agama islam memiliki poin ilmu disiplin terutama pendekatan studi
islam.Telah terjadi ketegangan pendapat bahwa islam di pelajari secara normatif ataupun historis.
Karena keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Dan mengingat pendekatan studi islam dalam
sudut pandang historis haruslah digunakan terlebih dahulu. Artinya ilmu displin yang lainnya
seperti antropologi, sosiologi dan psikologi harusnya di gunakan di studi islam. Di dalam artikel ini
akan dijelaskan bahwa pendekatan antropologis cukup penting untuk diterapkan. Dan teori-teori
yang benar adanya akan dibahas disini.
Kata Kunci: ilmu antropologis, sudut normatif, sudut historis.
Abstrak
The religion of Islam is one religion that had a view of science that is equal to other religions.
Science in the islamic religion has points sciences disciplines mainly study approach to islam, have
different views. And given the approach of islamic studies in historial perspective should be used
first. This means that other science disciplines such as antropologhy, sociology, and psychology
should be used in the study islam. In this article will explain that the anthropological approach is
important enought to be applied. And theories are true will be discussed here.

Keywords: anthropological science, normative agle, historical corner.

A. Pendahuluan
Antropologis yang artinya adalah ilmu yang membahas tentang manusia yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu antrapos artinya manusia(human) dan logos yaitu ilmu(science) 1. Ilmu
Antropologis akan menguak dan mempelajari cara-cara yang mengkait antara kehidupan manusia
dan kebudayaan dan beragamayang terutama dan paling penting yaitu tentang pengkajian
pendekatan Antropologis agama. Akan dibahas dengan cara peninjauan Antropologis dapat
dijabarkan sebagai salah satu usaha untuk lebih mendalami tentang metode studi islamdalam bentuk
nyata atau tindakan dan sikap yang berkembang di masyarakat luas. Hal ini dibutuhkan karena
faktor-faktor agama dapat disampaikan dengan jelas dan valid menggunakan metode studi
Antropologis. Dengen arti yaitu manusia akan lebih mengerti tentang ajaran agama islam dengan
penjelasan teori yang terdapat didalamnya dan bertujuan untuk menerangkan bahwa agama
1Rosidah,umi feryani, Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama, vol. 1, no. 1 (2011).

1

memiliki fungsi dari metode-metode yang terkandung didalamnya. Oleh sebab itu agama sangatlah
berpengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan manusia di dunia nyata. Dan dengan pendekatan
antropologis ini kehidupan bermasyarakat akan jauh lebih baik. Akan dirasakan secara konfensional

dalam bentuk sosial, budaya, politik,dan kebijakan umum lainnya. Demikian kajian ini bisa
memberikan sedikit gambaran yang akan dibahas tentang pendekatan Antropologis islam.
B. Pendekatan Sosial Antropologis Dalam Studi Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia antropologis diartikan sebagai ilmu yang membahas
tentang manusia yang secara signifikan khususnya tentang bentuk fisik, sifat, asal, aneka ras, adat,
dan agama di waktu lalu.2Ilmu antropologis memiliki manfaat yang banyak dalam metode studi
islam karena nilai atau poin-poin penting akan mudah didapat dengan menggunakan pendekatan ini.
Ilmu ini akan memperdalam bahasan tentang metode pembelajaran yang ada di tengah masyarakat
dalam bentuk nyata dan langsung. Jadi pendekatan ini akan memberikan solusi yang tepat untuk
diberikan kepada masyarkat luas secara langsung.
Pembangunan sistem pendekatan antropologis dapat dibagi menjadi dua yaitu normatif dan
historis.Normatif artinya adalah sebuah cabang ilmu, sedangkan historis yaituilmu yang lebih utama
dari sistem pengetahuan yang dikaji dan di formulasikan kembali. Kemungkinan ilmu yang akan
dibangun kembali berada di islam historis karena historis telah mencakup semua unsur terpenting
didalam sebuah ilmu. Pengembangan yang di rumuskan oleh manusia di masa-masa tertentu
didasari dengan realitas dalam waktunya saat itu. Oleh karena itu histori yang dialami manusia akan
dikaji atau diteliti kembali oleh para ilmuan di setiap periodenya. Para peneliti muslim yaitu
Rahman dan Arkoun merekomendasikan untuk menggunakan teori dan metode yang berasal dari
luar kelompoknya.
Tetapi Adams memiliki pengecualan harus di tujukan untuk pendekatan antropologi.di

banyak faktor, sejarah agama dan pendekatan antropologi saling berkaitan. Karena kedua-duanya
memiliki ketertarikan untuk ngenganalisis kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh3.
Permasalahan agama, dan seluruh faktor yang berkaitan dengan agama yang memiliki ketrertarikan
yang di bahas dalam pendekatan antropologi. Clifford Geertz adalah salah satu ilmuan yang
meneliti tentang pendekatan antropologis sosial. Antropologis dapat menjelaskan metode studi
tentang luapan rasa keberagamaan islam menurut ruang lingkupnya di suatu wilayah.
Metode pendekatan antropologi menurut Cliffort Geerts cukup penting untuk mempelajari
karya beliau berjudul “perkembangan agama di Marocco dan indonesia”. Karyanya telah diterbitkan
pertama kali di tahun 1968 dan di perbanyak beberapa kali. Sebenarnya beliau membuat karya ini di
2hasan abu Agus, PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI ISLAM, vol. 2, no. 2 (2002).
3fikri luluk Zuhriyah, “METODE DAN PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM Pembacaan atas Pemikiran Charles
J. Adams”, ISLAMIC, vol. 2, no. 1 (2007).

2

dukung dari koleksi syarahan beliau yang di umumkan dibawah bimbingan Dwight Herrington
Terry Foundation di tahun 1967 yang didasari pengalaman dan penelitian yang beliau cari selama di
negara Maghribi dan juga Indonesia. Karya ini mulai meneliti dengan pendapatnya sendiri dengan
membuat isu dan permasalahan secara mendasar lalu menampung pandangan publik tentang dua
negara tersebut yang di telitinya.4

Sebenarnya yang dimaksudkan dengan pendekatan dari segi pandang keilmu pengetahuan
yaitu metode suatu pembelajaran, atau lebih jelasnya yaitu cara memperkenalkan suatu sistem
pembelajaran atau masalah yang akan di teliti. Ataupun sama saja dengan cara kita mengkaji suatu
masalah dan metode yang akan di teliti secara benar. Oleh karena itu, pengertian pendekatan atau
juga yang disebut sebagai metodologi tidak hanya sebagai segi pandang ataupun cara melihat suatu
masalah yang akan dibahas tetapi juga sebagai pengertian metode pembelajaran yang disebut
antropologi adalah ilmu yang membahas manusia, budaya, agama, sosial, politik dan sebagainya.
Antropologi juga bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu antropologi fisik dan antropologi
budaya. Antropologi fisik yaitu membahas tentang permasalahan umum sedangkan antrapologi
budaya yaitu tentang kebudayaan di masyarakat. Di dalam cangkupannya antropologi adalah ilmu
yang terdapat di masyarakat itu sendiri dengan unsur-unsur tradisional, tentang macam-macam
warna budaya, bahasa, kebiasaan, dan sejarah perkembangan dan persebarannya. Pendalaman
pemahaman islam dengan antropologis mempunyai arti memahami agama islam dengan
mengungkap tentang benih-benih manusia dan peradaban yang berbeda dengan pandangan Teori
Evolusi menurut Charles Darwin. Yang bisa juga mempelajari kisah Ashabul Kahfi yang tidur.
Kisah tadi sangat menginspirasi dan menarik untuk di teliti melalui metode antropologi studi islam.
Antropologi yang di teliti atau di pelajari ini sedang berusaha mendekatkan metode dengan
manusia serta masyarakat yang terkait dengan agama dan budaya didalamnya. Atau bisa dibilang
dengan antropologi agama yaitu mengkaji suatu hubungan manusia dengan sesuatu yang tidak
nyata, yaitu contohnya seperti buah pikiran, sikap, dan perilaku seseorang dalam hubungannya yang

tidak dapat dilihat oleh mata. Buah pikiran atau sikap dan perilaku pada seseorang yang dilakukan
berkaitan dengan agama dan kepercayaan secara sosial dan individu5. Pemahamaan agama islam
secara metode pendekatan antropologi dapat menggambarkan peran manusia dalammelakukan
keyakinannya, maka agama akan lebih dihargai sebagai bagian dari kehidupan yang nyata.
Untuk memperkuat dan memperkokoh pelaksanaa pendidikan karakter terdapat 18 inti-inti
yang berlandaskan dari agam, pancasila, budaya, dan juga pendidikan nasional ialah: (1) Rasa
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Berpikir Kreatif, (7) Bersikap
Mandiri, (8) Demokratis, (9) Memiliki Rasa Ingin Tahu, (10) Memiliki Semangat Kebangsaan, (11)
4mohammad yusri RAMLI, “Agama dalam Tentukur Antropologi Simbolik Clifford Geertz”, International
Journal of Islamic Thought, vol. 1 (2012).
5Rosidah Umi Feryani, Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama, vol. 1, no. 1 (2011).

3

Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/ Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15)
Gemar Membaca, (16) Peduli Dengan Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Rasa Tanggung
Jawab6. Walaupun terdapat 18 inti-inti yang dapat membentuk karakter bangsa, tapi satuan
pendidikan bisa menentukan keutamaan pengembangannya dengan menggunakan cara meneruskan
nilai kondisi yang di perkokoh lagi dengan cara yang diutamakan tadi.
Dalam masalah ini jumlah dan juga jenis-jenis karaker yang digunakan pasti akan berbeda

antara satu lingkungan sekolah ataupun dengan lingkungan sekolah yang lainnya. Pendidikan yang
memiliki karakter bukan sekedar mengajarkan pada anak didiknya mana yang benar dan mana yang
salah saja. Selebihnya, pendidikan karakter juga menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik.
Jadi, peserta didik jadi lebih memahami tentang mana yang benar dan tidak, dan peserta didik lebih
mampu merasakan atau efektif dari pokok-pokok yang baik dan dapat melaksanakannya. Atau bisa
disebut juga dengan pendidikan karakter yang baik haruslah mengikuti pengetahuan yang baik atau
moral, tetapi juga merasakan dengan baik pula, dan berperilaku yang baik. Pendidikan karakter juga
melakukan pada kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
Sebenarnya tugas antropologi adalah studi tentang manusia untuk memungkinkan kita
memahamikebudayaan lain. Antropologi juga menyadarkan kita tentang satu-kesatuan yang
karenanya membuat kita saling menghargai satu sama lainnya. Dan dalam memahami agama dapat
diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak
akrab dan dekat dengan masalah-masalah manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya.
Antropologi yaitu salah satu bidang ilmu sosial yang berkeinginan lebih mendalami
kenyataan yang sebenarnya telah terjadi di tengah masyarakat. Masalah yang dianggap menarik
yaitu kehidupan manusia di bidang keagamaan, ialah suatu keyakina akan adanya sesuatu kekuatan
mempengaruhi kehidupan manusia yang berasal dari faktor manusia yang lain dan juga alam
semesta yang tidak terlihat panca indra. Supaya kekuatan yang tidak nyata itu bisa diyakini dan

dipahami dengan detail dan terperinci, maka dari itu kebenaran sosial keagamaan bisa di teliti
secara antropologi yang menyepakati faktor-faktor seperti ibadah, akidah, nabi dan rosul, Al-Quran
atau hadist, sirah, dan yang terakhir akhlak dari setiap individu. Metode antropologi islam ini juga
bisa dikembangkan dengan cara khasanah terhadap pemahaman Al-Quran dan hadist yang di
lakukan oleh umat islam dari sekian banyaknya metode pendekatan-pendekatan yang telah banyak
berkembang7.
Menurut William A. Haviland, pendekatan islam dalam metode Pendekatan Antropologi
ialah suatu ilmu yang mempelajari dan memahami sifat semua jenis manusia secara lebih detail .
6Johansyah, PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM; Kajian dari Aspek Metodologis, vol. 9, no. 1 (2011).
7SANTRI SAHAR, “MEMBANGUN WACANA PENDEKATAN ANTROPOLOGI ISLAM”, JURNAL ALADYAAN, vol. 1, no. 2 (2015).

4

Metode antropologi yang pertama kalinya digunakan oleh kaum Misionaris yangbertujuan
meenyebarkan agama Nasrani bersamaan dengan itu terjadilah sistem penjajahan yang ditujukan
untuk negara-negara diluar Eropa. Di era sekarang, antropologi di gunakan untuk hal-hal yang lebih
baik dan berguna untuk kepentingan manusia secara luas. Metode antropologi ini juga tidak hanya
untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, tetapi juga untuk pengambilan kebijakan di
negara-negara yang termasuk negar berkembang yang sangat urgen dalam rangka pembangunan dan
pengembangan masyarakatnya. Sebagai suatu ilmu yang cukup disiplin, yang daerah cakupannya

cukup luas, maka tidak ada seorang ahli antropologi pun yang mampu meneliti dan menguasai ilmu
antropologi secara lebih mendalam dan mendunia. Jadi, ilmu antropologi terpecah menjadi
beberapa bagian yang membagi antropologi di pelajari oleh beberapa ahli untuk mengkhususkan
dan mendalami ilmu ini pada bidangnya masing-masing.
Dan sekarang ini ilmu antropologi menjadi sangat penting yang sesuai dengan
perkembangan para ahli-ahli antropologi dalam mendalami studinya untuk lebih mengerti dan
memahami pokok-pokok hidup manusia dan masyarakat secara lebih baik. Hubungan ini pulalah
muncul ilmu Antropologi baru. Contohnya seperti, antropologi ekonomi, antropologi politik,
antropologi budaya, antropologi agama, antropologi pendidikan, antropologi perkotaan dan lain
sebagainya. Grace de Raguna, seorang filsuf wanita pada tahun 1941, menyampaikan pemikirannya
tentang antropologi di American PhilosophicalAssociation Eastern Division, bahwa ilmu
antropologi bisa lebih menjelaskan tentang sifat, sikap manusia yang lebih jelas daripada semua
pemikiran filusuf atau para ilmuwan di laboratoruimnya8.
Pendekatan antropologi yang membahas tentang kependidikan, maka kajian tersebut
termasuk dalam bagian sub antropologi atau yang disebut juga dengan antropologi kependidikan.
Yang arti sebenarnya adalah jika antropologi berhasil dikaji atau dipahami yakni tentang kehidupan
manusia dalam proses belajar dan bercampurnya didalam kemasyarakatan. Dengan begitulah
sebenarnya ilmu antropologi berkembang. Bukan untuk menciptakan ilmuwan-ilmuwan yang
mempelajari tentang ini, tapi untuk menambah wawasan tentang kehidupan dan metode
pembelajaran terhadap manusia melalui antropologi itu sendiri. Meskipun berkemungkinan ada

yang menjadi antropolog pendidikan setelah memperoleh wawasan pengetahuan dari mengkaji
antropologi pendidikan.
Dan juga pendekatan agama dengan metode antropologi bisa diartikan sebagai salah satu
upaya yang dilakukan untuk memahami dan mendalami agama dengan cara menelaah praktik
agama yang berada di masyarakat. Dengan cara ini kita bisa lebih menyatu dan mengerti tentang
permasalahan yang dihadapi terutama tentang agama dan memberikan solusi terbaiknya. Atau bisa
dikatakan juga sebagai cara-cara yang dipakai yaitu disiplin ilmu yang terdapat di ilmu antropologis
8Tabrani ZA, ISLAMIC STUDIES DALAM PENDEKATAN MULTIDISIPLINER (Suatu Kajian Gradual Menuju
Paradigma Global), vol. 2, no. 2 (2014).

5

akan diterapkan juga dalam ilmu agama. Dawam Harajo juga menyebutkan bahwa antropologi lebih
mengutamakan dan mengkhususkan pengamatan secara langsung bahkan ikut berpartisipasi di
dalamnya. Maka dari itu muncullah kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya pokok atau induktif dan
mengimbangi pendekatan secara deduktif yang digunakan dalam penelitian sosiologis. Sebuah
penelitian yang bersifat deduktif dan induktif adalah dengan cara terjun langsung ke lapangan tanpa
berpijak dengan apa-apa yang dengan tujuannya untuk membebaskan diri dari kekangan teori-teori
formal yang pada dasarnya sangat abstrak dan kadang tidak sesuai dengan kenyataannya di bidang
sosiologi dan ekonomi yang menggunakan model perhitungan matematis, banyak juga memberi

sumbangan kepada peneliti historis atau sejarah.
Penelitian ilmu antropologi agama juga perlu dibandingkan dengan antropologi atau ilmuilmu yang lainnya. Para ilmuwan yang menjelaskan antropologi agama haruslah menawarkan ide
atau teori yang lain kepada ilmuwan yang tidak meneliti tentang antropologi agama . Ilmuwan
tersebut harus memiliki pertanyaan yang secara khusus, berasal dari pemikiran sendiri tanpa melihat
ke yang lainnya, dan mempraktekan atau memberi contoh metodenya sendiri yang secara detail
juga. Dan sekali lagi, bahwa antropologi yaitu ilmu tentang manusia dengan perilaku kehidupannya
dan dengan adanya kebudayaan, adat, agama, sosial dan lain sebagainya. Agama dalam hal
inidipandang sebagai keyakinan dan pola prilaku, yang oleh manusia digunakanuntuk
mengendalikanaspek alam yang tidak mampudikendalikan sendiri,maka dalam hal iniagama
merupakan bagiandari seluruh kebudayaan. Dengan demikian pendekatan antropologisyang
dimaksud adalahsudut pandang atau cara melihatmemperlakukan sesuatu gejalamenjadi
perhatianmenggunakankebudayaan dari gejala yangdikaji tersebutsebagai semangat untukmelihat,
memperlakukan dan menelitinya.
Pendekatan antropologidalam studi islam adalahmerupakan salah satu carauntuk memahami
islam dan carawujud praktek keagamaanyang timbul dan berkembangdalam masyarakat.Untuk
lebih memahami islamsecara diteilharus dengan pendekatanyang lebih dalam, dari berbagaidisiplin
ilmu pengetahuan. Alam juga mendukung potensi bagi manusia yang memanfaatkan bagi sumber
kehidupan atau juga disebut Sumber Daya Alam.Jika agama diperuntukanuntuk kepentingan
manusia,maka sesungguhnya persoalan-persoalanmanusia juga adalahmerupakan persoalan
agama.Dalam islam manusiadigambarkan sebagai pemimpin atau khalifahwakil tuhan di muka

bumi. Secara antropologisungkapan ini berarti bahwayang sesunggunyamanusia adalah realitas
tuhan.Tanpa

memahamirealitas

manusia

termasukdidalamnya

adalahrealitas

sosialbudaya

pemahaman terhadap ketuhanan yang tidak akan pernah sempurna,karena separuhdari realitas
ketuhanan tidak dimengerti. Hadis diakuimemberikan perhatian yang amat besar terhadap
pendidikan.9
9H. ABDUL RAHMAN, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN ISLAM - TINJAUAN
EPISTEMOLOGI DAN ISI - MATERI”, JURNAL EKSIS, vol. 8, no. 1 (2012).

6

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.Karakter dariantropologi
pendidikan islamadalah terletak pada sasarankajiannya yang tertujupada masalah pemikiranyang
berbalik denganmasalah pendidikan agama islam. Pendidikan agama islamarahnya dari atas
kebawah, yang artinya sesuatuberupayaagar wahyu dan ajaranislam dapat dijadikanpandangan atau
pedoman anak didik atau manusia.sedangkan antropologipendidikan islam daribawahke atas,
memiliki sesuatu yangdusahakan dalam mendidik anak, agar anak dapat membangun pandangan
hidup berdasarkanpengalaman agamanya bagikemampuannya untuk menghadapilingkungan
sekitar.Inilah yang mendasarpada pendidikan agama islamyaitu berpusat padametode atau carayang
seharusnya dilakukan. Sedangkan masalah yang mendasarpada antropologipendidikan islamadalah
berpusat padapengalaman yang ditemui.
Pemahaman isi dari Al-Quran dan juga Hadist di dalamsekarang tidak lagi terbatas dengan
tulisan atau konteks saja, tetapi perlu lebih dikembangkanke dalam pemahama yang terkait. Bisa
dikatakan juga,metode yang digunakanoleh studi islam dan ilmu keislaman tidaklagi hanya
menggunakanpendekatan normatif saja, tetapi perlu menggunakan pendekatan yang lainnya
jugayang sangat dapat diterima oleh manusia atau masyarakat di lingkunganyang sangat
berpengaruh. Supaya ajaran agama islam dapat diterima, dipelajari, dipahami, dan diamalka
ajarannya oleh umat manusia yang tersebar diseluruh penjuru dunia yang berbeda-beda suku, adat
istiadat, ras, bahasa, dan sebagainya, maka perlu tindakan nyata yang lebih arif dan bijaksana dari
para ilmuwan atau peneliti Islam.
Untuk aliran yang pertamasebelum digunakannya ilmu soslial, ilmu natural,maupun
manusia,jadi

beberapa

cabang

ilmuyang

menjadi

satupendekatan

metodeitu

haruslah

diislamkanterlebih dalulu. karena bagi aliran yang pertama ini, umumnya ketiga wilayah yang
memuat berbagai disiplinilmu di atas masih jauh dari nilai-nilai ketauhidan Islam dan cenderung
bercorak perspektif barat.Berbagai disiplin keilmuan di atas harus direkonstruksi ulang, baik pada
wilayahontologi, epistemologi maupun aksiologi, karena bagi aliran pertama ini, bagaimanapunjuga
terdapat perbedaan yang mendasar antara disiplin keilmuan Islam yang bercoraktauhid dengan
disiplin kelimuan Barat yang dikotomik, dan sudahbarang tentu dinilai lebih bersifat sekuler.10
Orang-orang yang berperilakutelah sesuai dengan norma-norma yang berlaku, disebut sebagai
orang yang berasusila. Sebaliknya julukan asusila ditujukan kepada orang yang perilakunya
melangar norma-norma. Demikian juga sebutan orang bermoral, ditujukan kepada orang-orang
yang memilih pengetahuan tentang moral dan diwujudkan dalam perilakunya. Sebaliknya sebutan
10Azhar Muhammad, METODE ISLAMIC STUDIES: STUDIKOMPARATIF ANTARA ISLAMIZATION OF
KNOWLEDGE DAN SCIENTIFICATION OF ISLAM, vol. 15, no. 26.

7

moral, ditujukan kepada orang yang peilakunya tidak mengacu atau mengabaikan pengetahuan
moral. Interaksi antar individu dalam suatu masyarakat dalam rangka kehidupan masyarakat diatur
oleh norma-norma berupa pola-pola yang resmi, disebut pranata.
Intinyabagi pemahaman keagamaan adalah bahwa agama yang berkembang dalam sejarah
yang sesungguhnya adalah pemahaman, kemauan dari pemeluknya, dan masalah sosial antropologis
yang menyembul ke permukaan sebagai produk sejarah, akhirnya disucikan, sehingga sejarah
pemikiran lalu dianggap sebagai sejarah suci. Kedua, asumsi teori yang keliru dan ketakutan
terhadap asumsi pendekatan. Keinginan untuk menyalurkan kajian Islam normatif dan humaniora
serta pendekatan-pendekatan lain yang lebih dalam terhambat oleh hambatan teologis. Sebagai
contoh, hubungan patron-clientdalam ritual pemujaan yang di dalamnya dibacakan doa atau ayat
tertentu secara struktur antropologis adalah simbol yang maknanya tidak berbeda dengan pemujaanpemujaan lain (sinkretisme, animisme, maupun dinamisme). Penyamaan tersebut dalam pandangan
antropologi strukturalis itulah yang menimbulkan keberatan-keberatan teologis kalangan agamawan
yang terlibat.11
Penambahan kata Islamdi belakang Antropologi Pendidikan agaknya berhubungandengan
isu islamisasi ilmu pengetahuan seperti sosiologi islam, ekonomi islam, biologi islam, kimia islam,
matematika islam12. Pandangan yang demikian mau tidak mau harus ada pemilahan misalnya ada
antropologi islam dan antropologinon islam, biologi islam dan biologi non islam, mengandung
kategori lain misalnya kafir, katolik, kristen, budha dan sebagainya. Konsekuensi yang lain harus
ada perbedaan ilmu pengetahuan dengan tujuan-tujuan tertentu menurut agama-agama tertentu. Hal
ini tentu sangatlah rumit.Keluar dari masalah tersebut, jadi metode antropologi islam tentunya harus
dikategorikan bersama dengan ekonomi islam. Dalam ekonomi islam, kaidah-kaidah keilmiahannya
bersumber dari kitab suci Al-Quran dan dari sunah, antropologi islam kaidah-kaidah keilmiahannya
seharusnya juga bersumber atau didasarkan pada Al-Quran dan sunah.
Agama islam merupakan bagian dari kebudayaan. Sehingga ia pun bisa dikaji dengan
pendekatan antropologis, karena agama islam dipandang sebagai salah satu produk budaya atau
suatu fenomena agama yang memiliki unsur budaya. Masyarakat dan kebudayaan saling bergantung
satu sama lain. Masyarakat tidak mungkin merupakan satu kesatuan fungsi tanpa kebudayaan,
begitu pun sebaliknya. Individu-individu hanya sebagai media ekspresi kebudayaan dan
melangsungkannya dengan pendidikan terhadap generasi berikutnya. Norma, pada umumnya
diartikan sebagai suatu aturan yang menentukan kebiasaan, kelakuan yang diterapkan dalam
kehidupan sosial. Norma di tengah masyarakat dibedakan menjadi dua sifat sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan. Norma yang berakibat berat apabila dilangar disebut tata cara. Akibat
11Wardani, “AGENDA PENGEMBANGAN STUDI ISLAM DI PERGURUAN TINGGI: Mempertimbangkan
Berbagai Tawaran Model Integrasi Ilmu”, KHAZANAH, jurnal studi islam dam humaniora, vol. 13, no. 2 (2015).
12Abd Shomad, “SELAYANG PANDANG TENTANG ANTROPOLOGI PENDIDIKAN ISLAM”, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, vol. 1, no. 1.

8

berat dari pelangaran norma misalnya sanksi sosial berupa pengusiran, atau denda yang harus
dibayar. Akibat ringan dari pelanggaran norma misalnya disesalkan oleh sebagian besar angota
maysarakat atau hanya ditertawakan. Melalui pendekatan antropologi, kita dapat melihat bahwa
misalnya agama ternyata berhubungan dengan etos kerja dan berkembang dalam masyarakat.
Pendekatan antropologis dalam arti ini lebih mengutamakan pengamatan secara langsung, bahkan
sifatnya partisipasif.
Kependididkan agama islam yaitu sebuah upaya sadar dan juga telah terencanadalam
mempersiapkan peserta didikuntuk lebih mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agamalain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa. Dengan cara tersebut, bisa dipetik kesimpulan bahwa agama Islam yang diselenggarakan
pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan menekankan bukan hanya pada pengetahuan
terhadap islam, tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengalaman agama peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama islam di
sekolah merupakan mata pelajaran yang secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan AlHadis, keimanan, akhlak, fikih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama islam mencakup perwujudan yang serasi, selaras, dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Karena hal itu, tujuan pendidikan agama islam di sekolah adalah untuk membangunserta
meningkatkan rasa keimanan melalui pembekalan dan pemupukan ilmu pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi seorang muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, dan mampu menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pada umumnya pada umumnya metode pendekatan antropoloi memiliki ciri yaitu bahwa
objek sekelompok manusia yang meliputi seluruh aspek kebudayaan nya, jadi agama tidak diteliti
secara sendiri, akan tetapi dalam kaitannya dengan aspk-aspek budaya yang lain dari sekelompok
manusia beragama yang dipelajari tersebut. Atau lebih jelasnya sebuah objek study antropologi
terhadap agama adalah model-model keagamaan dari sekelompok manusia. Posisi manusia dalam
islam mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama islam
adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya
persoalan keagamaan nya. Dengan demikian memahami islam yang telah berproses dalam sejarah
dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karna realitas keagamaan yang ada
dalam kehidupan manusia oleh karna itu antropologi sangat diperlukan untuk memahami islam.
dengan demikian memahami islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak lengkap
tanpa memahami manusia.
9

Melalui pendekatan antropologi terlihat jelas hubungan agama dengan berbagai masalah
manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena
kehidupan manusia. Dengan begitu pendekatan antropologi diperlukan adanya sebab banyak hal
yang dibicarakan. Agama hanya bisa dijelaskan melalui bantuan ilmu antropologi dan cabangcabangnya.
Penjelasan antropologi sangat berguna untuk membantu mempelajari agama secara
mendalam. Kajian agama secara mendalam dapat diarahkan kedalam dua aspek yaitu manusia dan
budaya. Tanpa memahami manusia maka pemahaman tentang agama tidak akan menjadi sempurna,
kebudayaan yang memberikan arti bagi kehidupan dan perilaku manusia yang tidak bisa dipisahkan
dalam memahami manusia. Kajian antropologi ini memberikanfasilitas bagi kajian islam untuk
lebih melihat keragaman pengaruh budaya islam terhadap praktek islam.
Ilmu Antropologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu antropologi
fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pembagian antropologi budaya, terpecah-pecah
lagi menjadi banyak sehingga menjadi lebih spesifik, termasuk antropologi pendidikan. Seperti
biasanya antropologipada umumnya , antropologi pendidikanberusaha menyusunmetodeyang
bermanfaattetang manusia serta perilakunya dalam rangka memperolehpengertian yang lebih
lengkaptentang keanekaragaman manusiakhususnya didalam dunia kependidikan. Studi antropologi
pendidikan yaitu, metode yang paling muda dalam sebuah antropologi. Seperti yang telah
dijelaskanbahwa di negara-negarayang sedang membangunsangat dibutuhkan pengenalankondisi
masyarakat yang jauhlebih baik dan lebih lengkapagar pembangunanyang dilakukantidak
menciptakan kesenjangandengan kondisi yang sejatinya.
Tidak berhasilnya suatu pembangunan, ataupun kegagalan antara laindikarenakan
pemberlakuankebijakan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain,
ketidak-berhasilan atau kegagalan tersebut dikarenakan pemberlakuan kebijakan yang tidak
kondusif sehingga maksud dan tujuan pembangunan yang ingin menghadirkan kesejahteraan, justru
berbalik menjadi penolakan oleh masyarakat atau karena kesewenang-wenangan pihak penguasa.
Adakah antropologi Islam? Antropologi adalah salah satu cabang ilmu yang banyak
mendapatkan perhatian para ahli ilmu sosial. Cabang ilmu antropologi agama ini diyakini oleh
banyak pakar sebagai salah satu alat studi yang akurat dalam melihat relaksi antar agama, budaya
lingkungan sekitar masyarakat. Antropologi agama menunjuk kepada suatu penghubung yang unik
atas moralitas, hasrat, dan kekuatan dengan dikendalikan dan kemerdekaan , dengan duniawi,
dengan idealitas dan kekerasan yang merupakan sisi dunia manusia yang berbeda dengan makhluk
lainnya. Tradisi ilmu antropologi memahami dunia-dunia agama tidak sepenuhnya sebagai
fenomena objektif ataupun subjektif saja, tapi sebagai sesuatu yang berimbang dalam memediasikan
ruangan sosial atau budaya .

10

Walaupun para pemeluk agama bertoleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada.
Dengan jelas dapat terlihat bahwa perbedaan lokal misalnya bisa mengakibatkanperbedaan yang
cukup drastis dan menyeluruh dalam berbagai aspek kebudayaan yang ujungnya bisa berakibat
masalah yang merugikan masyarakat antar agama it sendiri. Dalam hal ini pengkajian antropologi
dalam islam sangatlah banyak manfaatnya yaitu dapat mengetahui kehidupan manusia seperti sifat,
kebudayaan, ras, bahasa, dan lain-lain. Dan dapat juga mengetahui pola prilaku manusia pada setiap
suku bangsa. Selain mengetahui berbagai macam masalah dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat serta mampu mengambil
inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini masih
banyak manfaat yang akan didapatkan.
Disiplin antropologi merupakan produk pemikiran barat yang relatif baru. Akan tetap,
perkembangan ilmu ini relatif lambat akibat keterbatasan teknologi yang dimiliki manusia. Hal lain
yang menyebabkan kelambatan perkembangan antropologi adalah kegagalan bangsa eropa dalam
memandang bahwa merekadan bangsa-bangsa lain memiliki sifat kemanusiaan yang sama. Mereka
menganggap penduduk diluar bangsanya sebagai manusia yang tidak baik. Sebenarnya konsep
dasar antropologi yaitu kelompok kebudayaan sebagai keseluruhan komplek kehidupan manusia,
kelompok kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi, kelompok kebudayaan sebagai cara dan
aturan dan termasuk cita-cita atau nilai dan kelakuan, kelompok kebudayaan sebagai keterkaitan
dalam proses-proses psikologi.
Pendekatan Antropologi yang di dasarkan kepada filsafat fenomenologi merupakan
pendekatan yang penting dalam melakukan kajian terhadap agama Islam, meskipun secara
metodologis pendekatan ini masih menjadi perdebatan dikalangan ilmuan agama namun pendekatan
ini mampu menggali makna lebih dalam dari sebuah fenomena-fenomena keagamaan di kalangan
umat Islam, selain mampu menjadi jalan tengah bagi pendekatan filosofis dan teologis dalam
mengungkap fenomena agama.
Bidang antropologi agama juga muncul gagasan baru mengenai religious anthropologyyang
diperkenalkan oleh Bustanuddin Agus. Antropologi jenis ini tidak menjadikan agama sekadar
sebagai objek tetapi agama justru menjadi sifatnya, ia menjadi lawan dari antropologi sekuler.
Objek kajian religious anthropologiadalah fenomana sosial secara luas (termasuk agama sendiri)
berdasarkan perspektif ajaran agama. Namun, Agus mengakui bahwa antropologi jenis ini
umumnya tidak diakui terutama oleh aliran positif karena dianggap tidak objektif dan tidak bebas
nilai.13
Di indonesia masih banyak sekali wilayah-wilayah yang belum terjamah oleh pendidikan
yang memadai. Maka dari itu harusnya kita sebagai manusia yang sudah mendapat ilmu lebih bisa
memberikan ilmu kita terhadap orang-orang yang membutuhkan yaitu dengan cara mengidentifikasi
13Rahmadi, “Dinamika Pemikiran Sarjana Muslim tentang Metodologi Studi Agama di Indonesia: Kajian
terhadap Literatur Terpublikasi Tahun 1964-2012”, Thaswir, vol. 1, no. 2.

11

kebutuhan masyarakat ini bersumber dari infomasi masyarakat sekitar, misalnya tokoh agama dan
perwakilan masyaakat kelas bawah hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang
menjadikan bahan pengembangan kurikulum. Keterlibatan partisipasi adalah lagkah selanjtnya
setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar. Dan langkah terakhir memberikan pendidikan
kecakapan hidup yang merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan
kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memecahkan masalah,
mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi.
Pendidik atau guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk
terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator
penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalisme seorang guru
sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Pendidikan agama lebih
berorientasi pada belajar tentang agama, dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara
beragama yang benar. Dalam praktik, pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama,
sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal inti dari pendidikan agama
adalah pendidikan moral.14
Untuk menemukan ciri-ciri dari “pendekatan ilmu-ilmu sosial” untuk studi Islam
sangatlahsulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial sendiri
tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Salah satu ciri utama pendekatan ilmu-ilmu sosial
adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa
studi sejarah bukanlah ilmu sosial, sebagaimana sosiologi. Perbedaan mendasar terletak bahwa
sosiolog membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan
kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan obyek tersebut, sedangkan sejarahwan
memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan.
Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan
beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah
mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak
terkontrol, dan masih banyak lagi teori lainnya. Sekali lagi, pendekatan ilmu-ilmu sosial
menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial, dorongan instinktif
untuk stabilitas sosial, dan sebagai bentuk ketidak berdayaan manusia dalam menghadapi ketakutan.
C. SIMPULAN
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam di
sekolah merupakan mata pelajaran yang secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Quran dan Hadis,
keimanan, akhlak, fikih atau ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
14Alhamuddin, “PENGEMBANGAN KURIKULUM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM
UPAYA MENCETAK GURU AGAMA PROFESIONAL”, Al-Furqan. Jurnal studi pendidikan islam, vol. 1, no. 1.

12

hubungan manusia dengan Allah Swt. Diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
maupunlingkungannya.
Dalam pemanfaatan dan pengembangannya ketiga wilayah studi keislaman di bawah ini
terjadi perbedaan pandangan antara kelompok ilmuwan islam sebagaimana yang dipelopori oleh
Naquib al-Attas ataupun Ismail Raji al-Faruqi, dengan kelompok ilmu pengetahuan islam yang
dipelopori Fazhlur Rahman, dan pemikir sejenisnya pada era pasca Rahman, seperti Mohammed
Arkoun15. Dalam studi historis ini bisa terdiri dari tiga pendekatan yang lain seperti: 1. Ilmu sosial
yang mencakup disiplin ilmu sosiologi, antropologi, arkeologi dan lain sebagainya. 2. Ilmu alam,
yang mencakup ilmu biologi, ilmu jasmani, astronomi dan tetang alam lainnya. 3. Kemanusiaan ,
yang mencakup filosophi, psikologi, gambar, dan lain sebagainya.
Mukti Ali berpendapat bahwa antropologiyaitu masalah yang sangat pentingdi dalam sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan16. Metode pembelajaran yangmencari kebenaran dalam ibidang
ilmu adalah yang pentingdibandingkan filsafat dan ilmu alam atau sains. Lebih jauh ia
menambahkan bahwa pada abad pertengahan, Eropa menghabiskan limit waktu seribu tahun dalam
keadaan stagnasi. Tetapi keadaan yang stagnan tersebut akhirnya berubah menjadi kebangkitan
perubahan wajah baru dalam bidang sains, seni, sastra juga semua wilayah hidup dan kehidupan
manusia dan sosial. Revolusi yang mendadak dan energi yang meledak dalam pemikiran manusia
itu menghasilkan sebuah peradaban besar yang begitu menakjubkan dalam bidang kemajuan ilmu
pengetahuan.
Maka dari itu, ilmu metodologi memilikiperan yang cukup pentingdan menjadi salah satu
sebabdalam kemunduran dan kemajuan suatu ilmu pengetahuan. Karena, metodologi dan cara
pendekatanmelihat sesuatuyang memberikan efek pada kelajuan pengetahuan, bukan karna faktor
banyaknya orang-orang yang jenius. Cara berfikir yang benar yaitu adalah syarat utama dalam
menemukan kebenaran dan objektif ilmu pengetahuan. Karenanya, metode yang tepat adalah
masalah pertama yang harus dibangun dalam pelbagai ilmu pengetahuan, termasuk dalam kajian
studi keislaman. Adalah suatu kewajiban bagi para sarjana Islam untuk berusaha memahami dan
mengetahui islam secara tepat dan metodologis.[.]
REFERENSI
Agus, hasan abu, Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam, vol. 2, no. 2, 2002.
Alhamuddin, “Pengembangan Kurikilum Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Upaya
Mencetak Guru Agama Profesional”, Al-Furqan. Jurnal studi pendidikan islam, vol. 1, no.
1.
15Pandi Kuswoyo, “KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI METODE
KISAH”, JURNAL PENDIDIKAN ISLAM, vol. 1, no. 1.
16Pandi Kuswoyo, “KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI METODE
KISAH”, Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1, no. 1.

13

Johansyah, Pendidikan Karakter Dalam Islam; Kajian dari Aspek Metodologis, vol. 9, no. 1, 2011.
Kuswoyo, Pandi, “Ketuntasan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Metode Kisah”,
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1, no. 1.
Pandi,Kuswoyo “Ketuntasan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Metode Kisah”,
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1, no. 1.
Muhammad, Azhar, Metode Islamic Studies: Studikomparatif Antara Islamization Of Knowladge
Dan Scientification Of Islam, vol. 15, no. 26.
Rahmadi, “Dinamika Pemikiran Sarjana Muslim tentang Metodologi Studi Agama di Indonesia:
Kajian terhadap Literatur Terpublikasi Tahun 1964-2012”, Thaswir, vol. 1, no. 2, 2013.
Rahman, H. Abdul, “Pendidikan Agama Islam Dan Pendidikan Islam - Tinjauan Epistemoplogi
Dan Isi - Materi”, Jurnal Eksis, vol. 8, no. 1, 2012.
Ramli, mohammad yusri, “Agama dalam Tentukur Antropologi Simbolik Clifford Geertz”,
International Journal of Islamic Thought, vol. 1, 2012.
Rosidah Umi Feryani, Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama, vol. 1, no. 1, 2011.
Rosidah,umi feryani, Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama, vol. 1, no. 1, 2011.
Sahar, Santri, “Membangun Wacana Pendekatan Antropologi Islam”, Jurnal Al-Adyaan, vol. 1, no.
2, 2015.
Shomad, Abd, “Selayang Pandang Tentang Antropologi Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, vol. 1, no. 1.
Wardani, “Agenda Pengembangan Studi Islam Di Perguruan Tinggi: Mempertimbangkan Berbagai
Tawaran Model Integrasi Ilmu”, Khazanah, jurnal studi islam dam humaniora, vol. 13, no.
2, 2015.
ZA, Tabrani, Islamic Studies Dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju
Paradigma Global), vol. 2, no. 2, 2014.
Zuhriyah, fikri luluk, “Metode Dan Pendekatan Dalam Studi Islam Pembacaan atas Pemikiran
Charles J. Adams”, Islamic, vol. 2, no. 1, 2007.

14