Dari hal tersebut setidaknya ada 3

Dari hal tersebut setidaknya ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa
tanah, diantaranya yaitu :
a) Sistem administrasi pertanahan, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang tidak beres.
Masalah ini muncul boleh jadi karena sistem administrasi yang lemah dan mungkin pula
karena banyaknya oknum yang pandai memainkan celah-celah hukum yang lemah.
b) Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata. Ketidakseimbangan dalam distribusi
kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian maupun bukan pertanian telah
menimbulkan ketimpangan baik secara ekonomi, politis maupun sosiologis. Dalam hal ini,
masyarakat bawah, khususnya petani atau penggarap tanah memikul beban paling berat.
Ketimpangan distribusi tanah ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang cenderung
kapitalistik dan liberalistik.
c) Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat),
tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Akibatnya, secara legal (de jure), boleh jadi
banyak tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar, karena mereka
telah membelinya dari para petani atau pemilik tanah, tetapi tanah tersebut lama ditelantarkan
begitu saja.Ironisnya ketika masyarakt miskin mencoba memanfaatkan lahan terlantar
tersebut dengan menggarapnya, bahkan ada yang sampai puluhan tahun, dengan gampanya
mereka dikalahkan haknya di pengadilan tatkala muncul sengketa.
SLEMAN– Selasa, 17 November 2011 Pengadilan Negeri (PN) Sleman
akhirnya mengeksekusi tanah milik Juminten di Dusun Pesanggrahan,
Desa Pakembinangun,Kecamatan Pakem, Sleman.

Sempat terjadi ketegangan saat proses eksekusi yang melibatkan puluhan
aparat kepolisian ini, tapi tidak terjadi tindakan anarkistis. Saat proses
eksekusi tanah tersebut,PN Sleman membawa sebuah truk untuk
mengangkut barang-barang pemilik rumah serta backhoeuntuk
menghancurkan rumah yang tampak baru berdiri di atas tanah seluas 647
meter persegi. ”Kami hanya melaksanakan perintah atasan,” kata Juru
Sita PN Sleman Sumartoyo kemarin.
Lokasi tanah yang berada di pinggir Jalan Kaliurang Km 17 ini merupakan
tanah sengketa antara Juminten dengan Susilowati Rudi Sukarno sebagai
pemohon eksekusi. Kasus hukum yang telah berjalanselamatujuh tahun ini
berawal dari masalah utang piutang yang dilakukan oleh kedua belah
pihak, utang yang dimaksud disini adalah juminten berhutang tentang
pembuatan sertifikat tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang
sudah diberi oleh susilowati .
Klien kami telah membeli tanah ini dan juga sebidang tanah milik Ibu
Juminten lainnya di daerah Jalan Kaliurang Km 15 seharga Rp335 juta.Total
tanah ada 997 meter persegi.Masalahnya berawal saat termohon tidak

mau diajak ke notaris untuk menandatangani akta jual beli, padahal klien
kami sudah membayar lunas,” papar Titiek Danumiharjo, kuasa hukum

Susilowati Rudi Sukarno. Kasus ini sebenarnya telah sampai tingkat kasasi,
bahkan peninjauan ulang. Dari semua tahap,Susilowati Rudi Sukarno
selalu memenangkan perkara.
Pihak Juminten yang tidak terima karena merasa tidak pernah menjual
tanah milik mereka, berencana menuntut balik dengan tuduhan penipuan
dan pemalsuan dokumen. ”Kami merasa tertipu, surat bukti jual beli
palsu,”tandas L Suparyono, anak kelima Juminten.
Analisa
Hukum perdata adalah ketentuan hukum materil yang mengatur
hubungan antara orang/individu yang satu dengan yang lain. Hukum
perdata berisi tentang hukum orang, hukum keluarga, hukum waris dan
hukum harta kekayaan yang meliputi hukum benda dan hukum perikatan.
Kasus diatas termasuk kasus perdata khususnya perikatan karena telah
terjadi persetujuan antara Juminten dengan Susilowati dalam hal jual-beli
tanah. Dalam hukum perdata peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai
hukum perikatan adalah jka terjadi suatu ikatan persetujuan antara 2
pihak yang melahirkan hak dan kewajiban diantara keduanya dalam
lingkup hukum kekayaan.
Tetapi dalam kasus diatas telah terjadi suatu sengketa tanah antara
Juminten dan Susilowati. Sengketa ini berawal dari utang piutang yang

mana Juminten berhutang tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak
mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh Susilowati. Dalam kasus
ini, Juminten dianggap merugikan Susilowati, karena sudah dianggap
menipu berupa tidak maunya Juminten membuat akta sertifikat tanah dan
dari itu pula Juminten tidak mau mengganti dengan uang, karena
Juminten beranggapan tidak pernah menjual tanah miliknya kepada
Susilowati, padahal penyimpanan atau pendaftaran tanah itu wajib demi
terlaksanakannya kepastian hukum. Sehingga Juminten dianggap ingkar
janji (wanprestasi) atau tidaak memenuhi perikatan tersebut.
Dalam KUH Perdata pasal 1366 berbunyi “Setiap orang bertanggung
jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatanya,
tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang
hati-hatinya”. Disini jelaslah bahwa Juminten melanggar UU tersebut.
Solusi

Menurut saya, solusi dari permasalahan ini agar pihak Juminten segera
membayar tentang hutangnya dalam pembuatan sertifikat tanah
terhadap Susilowati dan mebyar ganti rugi uang yang sudah diberi oleh
Susilowati agar permasalahn ini cepat terselesaikan. Karena dalam
permasalahan ini pihak juminten lah yang bersalah yang tercantum jelas

dalam KUH perdata 1366, dan disini pihak Juminten sudah ingkar janji dan
tidak memenuhi perjanjian bersama. Saran untuk Juminten agar segera
mengembalikan yang sudah disetujui bersama Susilowati jika ingin
permasalahan ini cepet terselesaikan.
mediator dan disaksikan oleh saksi-saksi. Salah satunya adalah dalam
penanganan sengketa kasus tanah HM No.285/Semper Barat tercatat atas nama
ASKAR SAMSU seluas 69 m2 terletak di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan
Cilincing – Jakarta Utara. Dalam kasus ini, terdapat klaim dari pihak ketiga, yaitu
MERRY G DAUD M yang mengajukan keberatan atas terbitnya sertipikat HM
No.285/Semper Barat atas nama ASKAR SAMSU seluas 69 m2. Atas inisiatif dari
pihak Kantor Pertanahan Jakarta Utara, maka penyelesaian sengketa tersebut
diselesaikan melalui jalur mediasi dengan Kantor Pertanahan Jakarta Utara selaku
mediator dan dapat menyelesaikannya sebagaimana ternyata dalam Laporan Hasil
Mediasi Nomor: LHM/01/OKTOBER/2008/SKP. Berdasarkan warkah, ASKAR
SAMSU memperoleh tanah tersebut berdasarkan Surat Pernyataan Pemilikan
Bangunan Diatas Tanah Negara tgl.17-8-1990 yang diketahui Lurah Semper Barat
tgl. 10-8-1990 No. 121/1.711 dan diketahui Camat Cilincing tgl. 23-8-1993 No.
448/1.711.1 bahwa ASKAR SAMSU menyatakan benar memiliki bangunan rumah
yang terletak di Kav. Tipar Timur Taruna 2 Rt.0013/04 Kel. Semper Barat Kee.
Cilincing diatas tanah Negara seluas 70 m2 yang telah dikuasai sejak tahun 1986.

Terhadap terbitnya sertipikat HM No.285/Semper Barat, Sdr. MERRY G DAUD M.
mengajukan keberatan berdasarkan Laporan Pengaduan Merry G Daud M tanggal
15-9-2008. Masing-masing pihak mengakui memiliki bidang tanah yang
disengketakan dengan alat bukti kepemilikan masing-masing. Kedua belah pihak
bersepakat menyelesaikan permasalahan ini dengan damai, dimana pihak kedua
bersedia memberi ganti rugi kepada pihak Pertama dengan jumlah nominal yang
disepakati oleh keduanya, sedangkan pihak Pertama tidak akan mengganggu gugat
keberadaan sertipikat HM No.285/Semper Barat atas Hama ASKAR SYAMSU.
Analisis yuridis dalam kasus ini adalah, bahwa inti dari permasalahan kasus di atas
adanya masalah penguasaan dan pemilikan berdasarkan bukti atas hak berbedabeda atau tumpah tindih alas hak, antara alas hak berupa sertipikat yang diterbitkan
berdasar surat pernyataan pemilikan bangunan di atas Tanah Negara tanggal 17
Agustus 1990 dengan atas hak berupa Surat Pernyataan Over alih kavling tanggal
17 Desember 1976.
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 PMNA/KaBPN No. 3 Tahun 1999,
Kepala Kanwil Badan Pertanahan Nasional memberi keputusan mengenai
pembatalan keputusan pemberian hak atas tanah yang telah dikeluarkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang terdapat cacat hukum dalam
penerbitannya.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 106, 107 dan 112 PMNA/KaBPN No. 3 Tahun
1999, keputusan pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi

dalam penerbitannya dapat dilakukan karena permohonan yang berkepentingan

atau oleh pejabat yang berwenang tanpa permohonan. Pengertian cacat
administrasi antara lain karena data yuridis dan data fisik tidak benar. Berdasarkan
hasil penelitian, terhadap permohonan pembatalan hak atas tanah, Kepala Kantor
Pertanahan meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik serta
memeriksa kelayakan permohonan tersebut sebelum proses lebih lanjut sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam Notulen Gelar Perkara Nomor
NGP/01/OKTOBER/ 2008/SKP sebagai berikut : Pada hari ini Kamis tanggal
sembilan bulan oktober tahun dua ribu delapan, berdasarkan undangan dari Kepala
Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta utara No. 1450/09.05-SKP tanggal 8
Oktober 2008 bertempat di Ruang Rapat Kantor Pertanahan Kota Jakarta Utara,
telah dilaksanakan Gelar Perkara membahas Permasalahan tanah HM No.
285/Semper Barat tercatat atas nama ASKAR SAMSU seluas 69 m2 terletak di
Jalan Taruna Jaya 7 Blok III No.20-A Rt.0013/04 Kelurahan Semper Barat
Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara. Bahwa sesuai daftar hadir
yang, ikut sebagai peserta Gelar Perkara tersebut, yaitu ( terlampir) : Bahwa Gelar
Perkara dibuka oleh Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan
Jakarta Utara Selaku Pimpinan, Gelar Perkara, dan kemudian dilanjiutkan paparan

(presentasi) oleh Pengolah data.Bahwa berdasarkan paparan dan pendapat dari
para peserta, pimpinan gelar perkara menanggapi sebagai berikut : Bahwa Gelar
Perkara ini dilaksanakan guna menanggapi pengaduan dari Sdr. MERRY G DAUDM
perihal penerbitan sertifikat HM No. 285/Semper Barat tercatat" atas nama ASKAR
SAMSU yang diterbitkan berdasarkan Surat Pernyataan Pemilikan Bangunan Diatas
Tanah Negara tanggal 17-8-1990 yang diduga tidak benar untuk itu perlu dilakukan
gelar perkara untuk menjelaskan permasalahannya guna mendapatkan cara
penyelesaian yang tepat terhadap permasalahn tersebut.
Bahwa selanjutnya Gelar Perkara mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Agar Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara meninjau ulang/ meneliti
kembali proses permohonan dan penerbitan HM No.285/Semper Barat yang tercatat
atas nama ASKAR SAMSU untuk memperoleh kepastian berdasarkan data-data
yang ada, serta akan mempertimbangkan pembatalan terhadap sertipikat tersebut,
apabila terbukti ada cacat hukum administrasi dalam penerbitannya.
Dalam sengketa yang dihadapi oleh para pihak, penyelesaian sengketa
tidaklah selalu harus dilakukan di pengadilan akan tetapi bisa dilakukan sendiri
diantara mereka menurut dasar musyawarah dan mufakat, serta yang terpenting
adalah adanya rasa kekeluargaan, karena cara ini tidak merusak hubungan
kekerabatan diantaranya. Akan tetapi apabila didalam musyawarah untuk mencapai
mufakat tersebut mengalami kegagalan, maka biasanya mereka membawa

persoalan tersebut kekelurahan atau kekantor pertanahan, dalam hal ini kepala desa
atau Kepala Kantor Pertanahan yang membantu penyelesaian, dalam hal ini mereka
hanya berperan sebagai penengah atau sering disebut dengan seorang mediator