Laporan KF II ANALISIS DAN PENENTUAN KON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

ANALISIS DAN PENENTUAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM DENGAN
TITRASI pH YANG DIKONTROL DENGAN KOMPUTER

Nama
: Rizka Fithriani Safira Sukma
NIM
: 131810301049
Kelompok
:5
Asisten
: Qorry Dinia Fatma
Fakultas/ jurusan : MIPA / Kimia

LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Asam basa adalah suatu hal sangat berperan penting bukan hanya dalam kimia

namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua reaksi kimia melibatkan reaksi
asam basa, dari reaksi sederhana sampai reaksi yang rumit kebanyakan menggunakan
konsep asam basa. Selain dalam kimia, asam basa juga berperan penting dalam konsep
kehidupan mahluk hidup. Konsep metabolisme adalah salah satu aplikasi konsep asam
basa pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kesetimbangan asam basa merupakan
topik yang penting dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lainnya. Titrasi yang melibatkan
asam dan basa dipergunakan secara meluas dalam pengawasan analisis banyak produk
dalam perdagangan dan disosiasi asam basa menunjukkan pengaruh yang penting terhadap
metabolisme sel hidup. Percobaan ini jelas sekali erat kaitannya dan sesuai dengan
penerapan dari kesetimbangan asam basa tersebut. Penerapan dari titrasi potensiometri
dapat digunakan untuk titrasi pengendapan, pembentukan kompleks, netralisasi, dan
redoks.
Asam basa dalam konsepnya akan dihadapkan kepada kekuatan asam basa

tersebut. Asam kuat dan basa kuat akan berbeda dengan asam atau basa lemah. Asam kuat
akan mengalami penguraian atau disosiasi secara hampir keseluruhan (disosiasi
sempurna), sedangkan untuk asam lemah hanya sebagian kecil molekul yang terurai.
Penguraian asam lemah yang sangat sedikit menyebabkan setiap asam lemah memiliki Ka
atau konstanta disosiasi yang khas. Setiap asam lemah akan memiliki nilai Ka yang
berbeda-beda. Selain dari teori, nilai Ka juga dapat ditentukan dengan menggunakan hasil
titrasi. Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih banyak
mengenai konstanta disosiasi dan penentuannya..
1.2

Tujuan
Percobaan ini mempunyai tujuan yaitu mengukur konstanta ionisasi dua asam

dengan menggunakan teknik titrasi potentiometrik.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1

NaOH
Natrium hidroksida adalah bahan yang bersifat korosif terhadap jaringan tubuh

seperti kulit, mata dan mulut. NaOH memiliki titik didih sebesar 1388oC dan titik leleh
sebesar 323oC. NaOH biasanya berwujud cair, tidak berwarna dan tidak tidak berbau.
NaOH merupakan basa kuat yang pH-nya dapat mencapai 14. NaOH bersifat berlawanan
dengan asam, senyawa organik dan logam. Pertolongan pertama pada kecelakaan
menggunakan NaOH sama dengan asam oksalat. NaOH sebaiknya disimpan ditempat
khusus bahan korosif. Tempat penyimpanan seharusnya kering, dingin dan berventilasi
baik. Selain itu, diusahakan tempat selalu tertutup rapat dan terhindar dari bahan yang
tidak cocok dengn NaOH (Anonim, 2015).
2.1.2

Asam Asetat
Asam asetat atau C2H4O2 atau biasanya CH3COOH. Bahan ini bersifat iritan,

permeator (meresap dan menyebar ke seluruh bagian) dan korosif terhadap kulit dan mata

pada konsentrasi yang tinggi. Bahan ini juga berbahaya jika terkena kulit dan mata secara
terus-menerus. Bahan ini tidak bersifat mutagenik atau karsinogenik. Asam asetat biasanya
berwujud cair, berbau dan berasa cuka sangat kuat dan tajam serta tidak berwarna. Massa
molekul relatifnya adalah 60,05 g/mol dengan titik didih 181,1oC dan titik leleh 16,6oC.
Penyimpanan ditempat yang sejuk dan jauh dari api (Anonim, 2015).

O
H3C
OH
Gambar 2.1. Struktur Asam Asetat
2.1.3

Asam Fosfat
Asam Fosfat (H3PO4) berbentuk cair atau kristal tergantung pada suhu dan

konsentrasinya, tidak bewarna, beracun, dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata,

sangat korosif terhadap logam besi dan persenyawaanya, serta larut dalam air dan alkohol.
Asam fosfat memiliki massa molekul 97,995 g/ mol, wujud berupa cairan, titik leleh
42,4°C, titik didih 407°C, kelarutan kualitatif pada etanol, kelarutan 548 x 1020g/100g

H2O. Kontak kulit bisa menyebabkan luka bakar dan radang kulit yang ditandai dengan
gatal, kemerahan. Uap dari senyawa ini bisa menghasilkan kerusakan jaringan terutama
pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Penghirupan uap dapat
menghasilkan iritasi parah dari saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak,
atau sesak napas. Pemaparan yang berlebihan dapat menyebabkan kematian. Peradangan
mata ditandai dengan mata merah, mengeluarkan air mata, dan gatal (Anonim, 2014).
2.1.4

Akuades
Akuades atau air mempunyai rumus kimia H2O. Air tidak bersifat korosif, iritasi,

permeator atupun sensitif untuk mata, kulit atau menelan. Akuades juga tidak berbahaya
jika terhirup. Akuades tidak memiliki efek karsinogenik dan mutagenik. Bahan ini tidak
mudah terbakar ataupun meledak. Akuades merupakan senyawa netral yang memiliki pH
7, tidak berbau dan tidak berwarna serta tidak berasa. Air mempunyai titik didih 100oC
dan merupakan senyawa yang stabil (Anonim, 2015).
O
H

H

water

2.2. struktur H2O
2.2

Landasan Teori
Konsep asam basa yang sangat terkenal terdiri dari tiga macam yaitu menurut

Arrhenius, Bronsted-Lowry dan asam basa menurut Lewis. Arrhenius menyatakan bahwa
asam adalah senyawa hidrogen, di mana jika senyawa tersebut dilarutkan dalam air akan
mengalami disosiasi elektrolit dan menghasilkan ion H+. Kemampuan suatu asam untuk
menghasilkan ion H+ dinilai sebagai kekuatan asam. Besar ion H+ yang dihasilkan
berbanding lurus dengan kekuatan asam. Semakin besar H+ maka asam semakin kuat.
Semakin besar ion H+ maka nilai Ka juga akan semakin besar. Oleh karena itu, K a pada
asam atau Kb pada basa digunakan sebagai ukuran penentuan kekuatan suatu asam
(Khopkar, 1990).
Konstanta disosiasi berhubungan dengan derajat disosiasi. Derajat disosiasi
bergantung pada konsentrasi sehingga derajat ionisasi tidak bisa dijadikan pengukuran

kekuatan asam atau basa. Namun, nilai kesetimbangan disosiasi, tidak bergantung pada

konsentrasi tetapi bergantung pada keaktifan asam sehingga dapat dijadikan ukuran
kuantitatif untuk kekuatan asam atau basa itu (Svehla, 1990).
Asam yang memiliki konstanta H+ hanya satu seperti HCl, HNO3 dan HC2H3O2,
disebut asam monoprotik. Pendonoran proton adalah suatu reaksi yang dapat beregerak ke
kiri dan ke kanan, jadi setiap asam akan membentuk basa dengan menyumbangkan proton
tersebut. Selain itu, setiap basa menerima proton untuk membentuk suatu asam (Keenan,
1990).
Asam lemah monoprotik (HA) dan ion-ionnya di dalam suatu larutan selalu berada
dalam kesetimbangan (H3O+ dan A-)
HA + H2O → H3O+ + A- ………………..(2.1)
dengan tetapan disosiasi (Ka)
H3O
¿
+¿
−¿¿
………………………..(2.2)
A
¿
¿
¿

Ka=¿
atau jika dinyatakan dalam –log Ka = pKa
−¿¿
A
¿

log[HA ]
pKa=pH +
¿

………………....(2.3)

(Kennedy, 1990).
Nilai pK untuk asam poliprotik tidak cukup baik dipisahkan untuk alasan di atas,
karena lebih dari satu reaksi keseimbangan harus dianggap pada setiap titik selama
titrasi; yaitu akan ada beberapa pasang asam-basa Bronsted pada konsentrasi yang
sesuai secara kentara serempak. Akan tetapi, ide di atas masih mempertahankan
keabsahan beberapa titik dalam titrasi dimana satu pasangan konjugat mendominasi.
Dalam kasus cysteine, sesungguhnya pK 2 dan pK 3 tidak terpisah baik, perkiraan awal
nilainya yang baik dapat diperoleh dari kurva titrasi dengan membaca tiga paruh

dan lima-paruh, dari volume ekivalen awal asam karboksilat. Baik sekali perkiraan
pK1 sebagai pH dari setengah volume ekivalen (Tim Kimia Fisik, 2014).

Potensiometri adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pengukuran potensial
atau voltase dari suatu sel elektrokimia yang terdiri dari elektroda dan larutan. Larutan
biasanya berisi komponen utama yang mempunyai kemampuan menghasilkan ion. Dasar
metode potensiometri adalah membuat sel elektrik dari analit suatu larutan sehingga
perbedaan potensial sel tersebut terhubung dengan konsentrasi larutan. Metode
potensiometri memerlukan minimal dua macam elektroda, yaitu elektroda referensi
eksternal yang memiliki potensial konstan dan elektroda selektif ion atau biasa disebut
juga elektroda referensi internal yang digunakan untuk pengukuran dan dipisahkan dari
larutan oleh suatu membran (Khopkar, 1990).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator
dan elektroda pembanding yang sesuai. Kurva titrasi dapat diperoleh dengan
menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai
kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Akhir titrasi dapar diperkirakan dari grafik
tersebut. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran
sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator
(Kennedy, 1990).

Keuntungan melakukan pengukuran secara potensiometri untuk mendeteksi titik
akhir yaitu pengukuran dapat dilakukan dalam larutan yang berwarna, tidak seperti deteksi
titik akhir berdasarkan indikator, dan memberikan titik akhir yang tidak ambigu ketika
perubahan warna indikator tidak jelas atau tiba-tiba. Kelemahan titrasi potensiometri
adalah umumnya berlangsung lambat, karena dibutuhkan waktu agar pembacaan stabil,
terutama di dekat titik akhirtitrasi (Watson, 1801).
Kelebihan lain cara analisis dengan titrasi potensiometri adalah penentuan titik
akhir titrasi yang lebih akurat dibandingkan dengan cara titrasi lain. Disamping itu titrasi
biasa sulit dikerjakan untuk larutan yang berwarna dan larutan yang keruh. Sedangkan
dengan cara titrasi potensiometri masalah larutan berwarna atau keruh tidak menjadi
masalah (Mulia, 1995)
Konstanta disosiasi asam lemah yang diukur dapat ditentukan dengan
menggunakan kurva titrasi. Kurva ini terdiri dari pengukuran potensial sel sebagai fungsi

volume titran. Sedangkan fungsi linear pH larutan adalah elektroda selektif ion hidrogen,
elektroda gelas, potensial sel yang diukur (Skoog, 1994).
E sel = K - 0,059 pH
Identifikasi asam lemah, digunakan nilai Ka atau pKa, dan untuk asam lemah
monoprotik, tetapan disosiasi (Ka) adalah
H3O

¿
+¿
−¿¿
A
¿
¿
¿
Ka=¿
pKa2 untuk asam lemah poliprotik adalah pKa2 = 2pH ekv – pKa1. Nilai Ka atau
pKa dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah asam lemah. Asam poliprotik tidak
hanya memiliki satu kesetimbangan namun beberapa, hal ini membuatnya memiliki
beberapa konstanta disosiasi. Massa molekul relative (Mr) asam lemah juga harus
diketahui dalam identifikasi. Cara menentukan Mr tersebeut adalah dengan menghitung
volume titran dari titik ekuivalen (Skoog, 1994).
Program LabVIEW adalah sebuah software pemrograman keluaran National
Instruments dengan konsep khusus. LabVIEW juga mempunyai fungsi yang sama seperti
software pemrograman lainnya misalnya C++, matlab atau Visual Basic, hanya saja
terdapat perbedaan diantara kedua jenis software tersebut. LabVIEW menggunakan
bahasa pemrograman berbasis grafis atau block diagram sedangkan software
pemrograman lainnya menggunakan basis text. Hal pertama yang dilakukan untuk
menjalankan LabVIEW, user pertama-tama membuat user interface atau front panel
dengan menggunakan kontrol dan indikator, yang dimaksud dengan kontrol adalah knobs,
push button, dials dan peralatan input lainnya sedangkan yang dimaksud dengan indikator
adalah graphs, LEDs, dan peralatan display lainnya. Program labview dikenal sebagai
Virtual Instrument karena penampilan dan operasinya dapat meniru sebuah instrumen.
Software LabView terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: front panel, blok diagram Vi,
control dan function pallete (Rachman, 2012).

BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
-

Gelas beaker 250 mL

-

Pompa peristaltic (selang dan botol infus)

-

Pipet volume

-

Elektroda

-

Gelas ukur

-

Labu ukur 100 mL

-

Laptop / PC

3.1.2 Bahan
-

Larutan Asam Asetat 0,1 M

-

Larutan NaOH 0,1 M

-

Larutan asam fosfat 0,1 M

-

Software labview

3.2

Prosedur Kerja

3.2.1

pK suatu asam asetat
Asam Asetat
-

Hasil

dimasukkan kedalam beaker glass kursng lebih 50 mL
dicelupkan elektroda-elektrodanya
dititrasi dengan larutan hidroksida standart (duplo)
dialurkan data sebagai pH lawan volume NaOH
ditetapkan volume kesetaraan
dilaporkan nilai pada asisten

3.2.2

Titrasi asam fosfat
Asam Fosfat
-

dimasukkan dalam 2 beaker glass masing-masing 50 mL

-

dicelupkan elektroda-elektrodanya

-

dititrasi dengan larutan hidroksida standart (duplo)

-

dialurkan kurva titrasi itu sebagai pH lawan volume NaOH

-

ditetapkan molaritas larutan asam

-

ditetapkan nilai pKa1 dan pKa2 asam fosfat

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Sampel

Titik Ekuivalen

Ka

Ka literatur

Asam asetat 1

14,27 mL

7,178 x 10-6

1,8.10-5

Asam asetat 2

4,80 mL

4,529 x 10-5

1,8.10-5

14 mL

3,68 x 10-3

Asam fosfat (Ka1)
Asam fosfat (Ka2)

29,5 mL

7,063 x 10

8,4 mL
40,3mL

9,8 x 10-3
2,046 x 10-7

-7

7,5.10-3
6,2.10-8

4.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur konstanta ionisasi dua asam dengan
menggunakan teknik titrasi potensiometrik. Disosiasi merupakan peristiwa terjadinya
suatu senyawa menjadi zat-zat yang lebih kecil atau sederhana, sedangkan ionisasi adalah
peristiwa terurainya senyawa menjadi ion-ionnya. Praktikum ini melibatkan titrasi
potensiometrik, di mana titrasi dilakukan dengan mencelupkan elektroda yang telah
tersambung pada komputer yang telah siap menghitung pH dari bahan yang dititrasi.
Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah asam monoprotik dan poliprotik. Asam
monoprotik adalah asam yang dapat melepaskan 1 H sedangkan asam poliprotik
merupakan asam yang dapat melepaskan lebih dri 2 H. Asam monoprotik yang digunakan
disini adalah asam asetat dan untuk asam poliprotik menggunakan asam fosfat.
Langkah yang dilakukan pertama kali pada praktikum ini adalah mengisi pompa
peristaltik dengan NaOH yang akan digunakan untuk mentitrasi asam asetat dan asam
fosfat. Titrasi ini menggunakan pompa peristaltik sebagai pengganti buret. Pompa
peristaltic akan lebih memudahkan untuk titrasi potensiometri karena jalan cairan yang
dikeluarkan lebih stabil daripada buret. Hal selanjutnya adalah menuangkan kurang lebih
50 mL asam asetat 0,1 M pada gelas beaker. Kemudian dimasukkan elektroda pada asam
asetat dalam gelas beaker. Elektroda diusahakan agar tidak meyentuh bagian bawah dari

gelas beaker agar tidak mempengaruhi hasil. Elektroda tersebut dibilas terlebih dahulu
dengan akuades untuk kalibrasi. Elektroda harus selalu dibilas setiap akan dicelupkan ke
dalam cairan. Gelas beaker diletakkan diatas stirrer untuk pengadukan. Asam tersebut
kemudian dititrasi dengan NaOH. Komputer akan menggambarkan kurva titrasi dengan
sumbu x volume dari NaOH yang ditambahkan dan sumbu y adalah pH. Titrasi dilakukan
sampai terbentuk kurva titrasi dari asam tersebut. Berikut adalah gambar titrasi asam
asetat yang pertama.

Asam Asetat 1
14,000
12,000
10,000
pH

8,000
6,000
4,000
2,000
0

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

volume NaOH

Gambar 4.2.1. Kurva titrasi Asam Asetat percobaan 1
Kurva di atas adalah kurva titrasi asam asetat dengan NaOH. Percobaan pertama
ini membutuhkan waktu yang agak lama, karena jalan keluarnya NaOH pada pompa
peristaltik terlalu lambat sehingga garis pada kurva berjalan sedikit demi sedikit. Volume
NaOH pada saat ekivalen yaitu

28,540

mL. Penghitungan menghasilkan titik

ekuivalennya terjadi pada 14,27 mL dan didapatkan Ka sebesar 7,178 x 10-6. Hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi menggunakan pompa peristaltik ini adalah kecepatan
keluarnya cairan dari pompa. Kecepatan tersebut diusahakan agar stabil dan tidak
berubah-ubah secara tiba-tiba dari lambat menjadi sangat cepat karena hal itu akan
mempengaruhi kurva yang didapat.

Asam Asetat 2
12
10

pH

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

12

volume NaOH

Gambar 4.2.2. Kurva Titrasi Asam Asetat 2
Gambar di atas merupakan kurva titrasi Asam Asetat pada percobaan kedua. Secara sekilas
kurva tersebut mirip dengan kurva sebelumnya karena masih dengan bahan yang sama
yaitu asama asetta yang merupakan asam monoprotik sehingga hanya ada 1 titik
ekuivalen. Walaupun terlihat mirip namun kurva ini memiliki titik ekuivalen yang berbeda
dengan yang sebelumnya yaitu 4,80 mL sehingga setelah dihitung didapatkan K a sebesar
4,529 x 10-5. Reaksi yang berlangsung pada titrasi asam monoprotik adalah sebagai berikut
:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(aq)

Asam Fosfat 1
12
10

pH

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

Volume NaOH

Gambar 4.2.3. Kurva Titrasi Asam Fosfat 1

12

Gambar yang terlihat di atas adalah kurva titrasi asam fosfat dengan NaOH. Langkah yang
dilakukan untuk mentitrasi sama dengan perlakuan untuk asam asetat. Perbedaan dari
asam monoprotik dan poliprotik terlihat dalam kurva yang terbentuk. Asam monoprotik
seperti CH3COOH hanya akan melepas 1 Hidrogen sedangkan untuk asam poliprotik
seperti H3PO4 akan melepas beberapa hydrogen seperti pada reaksi berikut.
H3PO4(aq) + H2O(l)

⇌ H2PO4-(aq) + H3O+(l)

H2PO4-(aq) + H2O(l)

⇌ HPO4-(aq) + H3O+(l)

HPO4-(aq) + H2O(l)

⇌ PO4-(aq) + H3O+(l)

H3PO4 (aq) + 3NaOH(aq) → Na3PO4 (aq) + 3H2O(aq)
Kurva ini akan digunakan untuk menghitung Ka1 dari asam fosfat. Ka1 terjadi pada titik
ekuivalen 14 mL. Ka1 yang diperoleh setelah perhitungan adalah 3,68 x 10-3 sedangkan
yang ada di literatur sebesar 7,5.10-3.

Asam Fosfat 2
12
10

pH

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

12

volume NaOH

Gambar 4.2.4. Kurva Titrasi Asam Fosfat 2
Kurva ini merupakan kurva terkahir dari percobaan ini. Kurva ini juga merupakan
kurva asam poliprotik yaitu asam fosfat. Kurva ini akan digunakan untuk menghitung Ka2
dari asam fosfat. Titik ekuivalen pertama dari kurva di atas adalah 8,4 mL dan titik
ekuivalen kedua sebesar 40,3 mL. hasil perhitungan menunjukkan bahwa Ka2 dari asam
fosfat adalah 2,046 x 10-7 sedangkan dalam literatur adalah 6,2 x 10-8.

BAB 5. PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Percobaan yang telah dilakukan tentang analisis dan penentuan konstanta disosiasi

asam dengan titrasi pH yang dikontrol dengan komputer yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penentuan konstanta disosiasi asam, baik asam monoprotik maupun asam poliprotik
dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi potensiometri.
2. Ka dari hasil percobaan ini tidak terlalu sesuai dengan yang ada di literatur.

5.2

Saran
Praktikum kali ini berjalan dengan baik dalam laboratorium akan tetapi untuk

selanjutnya praktikandiharapkan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan dan harus
mempunyai dasar teori tentang percobaan yang akan dilakukan agar mendapatkan hasil
yang maksimal dan juga benar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. MSDS Akuades. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9924923. Diakses tanggal 20 Maret 2015.
Anonim.
2015.
MSDS
Asam
Asetat.
[Serial
Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. Diakses tanggal 1 April
2015.
Anonim. 2014. Asam Fosfat. [Serial Online].

http://www.sciencelab.com/msds/php?

msdsld= 4728267. Diakses 12 September 2015.
Anonim. 2015. MSDS NaOH. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9924359. Diakses tanggal 20 Maret 2015.
Keenan. 1990. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta .
Kennedy, J.H. 1990. Analytical Chemistry Principles, 2nd ed. New York: Saunders
College Publishing.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mulia, M. 1995. Potensiometri.
Rachman,

alif.

2012.

Lab

View

Software

[serial

online].

http://rakhman.net/2012/08/labview-software.html. Diakses 12 September 2015.
Skoog, D dan West, A. 1994. Principles of Chemistry. Kanada : The University of Ottawa.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : Kalman Media Pustaka.
Tim Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia fisik II. Jember : FMIPA-Kimia.
Watson, David G. 1801. Analisis Farmasi : BA untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
Kimia Farmasi. Jakarta : EGC.

LAMPIRAN
LAMPIRAN


Menghitung Ka

 Kurva Titrasi Asam Asetat dengan NaOH

Asam Asetat 1
14,000
12,000
10,000
pH

8,000
6,000
4,000
2,000
0

0

500

1000

1500

2000

2500

volume NaOH

Keadaan ekivalen menunjukkan informasi bahwa:
pH = pKa dan

1
pH = ×V ekivalen
2

Volume NaOH pada saat ekivalen yaitu 28,540 mL.
Titik ekivalen terdapat 1
1
1
×V NaOH ekivalen= × 28,540 mL=14.270 mL
2
2
pH =¿ 5,144

 Saat ekivalen :

pKa=pH

pKa=5,144
−5,144

Ka=10

=¿ 7,178 x 10-6

3000

3500

 Kurva Titrasi Asam Asetat dengan NaOH Pengulangan Kedua

Asam Asetat 2
12
10

pH

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

volume NaOH

Volume NaOH pada saat ekivalen yaitu 96,0 mL.
Titik ekivalen hanya 1
1
1
×V NaOH ekivalen= × 96,0 mL = 48,0 mL mL=4,80 mL
2
2
pH =¿ 4.344

 Saat ekivalen :

pKa=pH

pKa=4.344
−4,344

Ka=10

=¿ 4,529 x 10-5

12

Asam Fosfat
 Kurva Titrasi Asam Fosfat dengan NaOH Pengulangan Pertama

Asam Fosfat 1
12
10

pH

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

12

Volume NaOH

Asam fosfat merupakan asam poliprotik sehingga akan diperoleh dua titik ekivalen:
Terdapat 2 titik ekivalen
Volume ekivalen pertama = 28 mL
-

Volume ekivalen kedua = 59 mL

Titik ekivalen pertama
1
1
×V NaOH ekivalen= ×28 mL=14 mL
2
2
pH=¿ 2,434
Saat ekivalen :

pKa=pH

pKa=¿ 2,434
Ka=10

-

−2.434

=0,0036 8

Titik ekivalen kedua
1
1
×V NaOH ekivalen= ×59,0 mL=29,5 mL
2
2
pH =¿ 6,119

 Saat ekivalen :
pKa=¿ 6,119

pKa=pH

Ka=10

−6.119

−7

=7,603 x 10

Asam Fosfat
 Kurva Titrasi Asam Fosfat dengan NaOH Pengulangan Pertama

Asam Fosfat 2
12
10

pH

8
6
4
2
0

0

2

4

6

8

10

12

volume NaOH

Asam fosfat merupakan asam poliprotik sehingga akan diperoleh dua titik ekivalen:
Terdapat 2 titik ekivalen
Volume ekivalen pertama = 32,4 mL
-

Volume ekivalen kedua = 80,6 mL

Titik ekivalen pertama
1
1
×V NaOH ekivalen= ×32,4 mL=16,2 mL
2
2
pH=¿ 2,009
pKa=pH

Saat ekivalen :
pKa=¿ 2,009
Ka=10

-

−2.009

=0,009 8

Titik ekivalen kedua
1
1
×V NaOH ekivalen= ×80,6 mL=40,3 mL
2
2
pH =¿ 6,689

 Saat ekivalen :

pKa=pH

pKa=¿ 6,689
−6.689

Ka=10

−7

=2,046 x 10