Kebudayaan dalam Kajian Sosiologi. doc
KEBUDAYAAN
SKRIPSI
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Matakuliah Sosiologi
Oleh:
Pamela Sakina
135120201111096
Tiara Amelia
135120201111102
Adryan Dwi K.
135120207111004
Devina Maharani
135120207111046
Galuh Pandu L.
135120207111052
Astika Nurmadioni
135120207111058
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan
limpahan rahmat kesehatan, kekuatan dan kesabaran, serta petunjuk dan bimbingan-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“KEBUDAYAAN”.
Dalam upaya penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa kelancaran
penyusunan karya tulis ini adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu
dalam penyusunan tugas akhir ini.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Malang, 17 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………..……………………………………………………..…..1
1.2 Rumusan Masalah …..……………………………………………………….......2
1.3 Tujuan Penelitian …...…………………………………………………………....2
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………….....2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan ..........................................................................................................4
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7 ............................................................................5
2.2 Globalisasi ............................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 .......................................................................................
3.2 .......................................................................................
3.3 .......................................................................................
3.4 .......................................................................................
3.5 .......................................................................................
BAB IV
5.1 Kesimpulan ………………………………………………..……………….
5.2 Saran .……………………………………………..………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Masyarakat tidak mungkin
tidak berhubungan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari masyarakat melihat,
mempergunakan, dan bahkan kadamg-kadang masyarakat merusak kebudayaan. Masyarakat
adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan, dengan demikian tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Rasa saling menghormati dan menghargai akan
tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu
kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat.
Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi
dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia.
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan
dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia kebudayaan adalah salah
satu kekuatan bangsa yang memilki kekayaan nilai beragam termasuk keseniannya. Kesenian
rakyat adalah salah satu dari kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak luput dari pengaruh
globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memeroleh akses komunikasi dan
berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang
paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Akibatnya negara tersebut selalu khawatir akan tergerus arus globalisasi dalam
berbagai bidang khususnya kebudayaan. Globalisasi secara bertahap menghilangkan budaya asli
suatu negara, terjadi erosi nilai-nilai suatu budaya, menurunkan rasa nasionalisme, dan
patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong-royong, kepercayaan diri hilang, gaya
hidup kebarat-baratan serta masalah dalam eksistensi kebudayaan daerah yang dapat kita lihat
dari menurunnya rasa cinta terhadap kebudayaan yang menjadi jati diri bangsa. Sebagai
generasi muda, kita seharusnya bisa menyeleksi mana yang baik dan bermanfaat untuk masa
depan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan globalisasi dan kebudayaan?
2. Apa pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan bangsa Indonesia?
3. Siapa yang bertanggung jawab terhadap erosi nilai-nilai kebudayaan bangsa akibat
globalisasi?
4. Mengapa globalisasi dapat memengaruhi nilai-nilai budaya bangsa?
5. Dimana budaya bangsa dapat ditanamkan sehingga tidak terkikis oleh pengaruh
globalisasi?
6. Bagaimana globalisasi memengaruhi kebudayaan asli bangsa Indonesia?
7. Bagaimana sikap generasi muda dalam menghadapi arus globalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah:
1. Menjelaskan pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa Indonesia.
2. Menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyebarluasan arus globalisasi.
3. Menjelaskan sebab-sebab masuknya arus globalisasi
4. Memaparkan cara-cara masuknya globalisasi kedalam kebudayaan asli bangsa
Indonesia serta bagaimana menyikapinya.
5. Memberikan penjelasan kepada para generasi muda mengenai pentingnya kebudayaan
termasuk bagaimana mereka harus bersikap dalam menghadapi arus globalisasi yang
menggerus nilai-nilai budaya bangsa.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharap dapat memberikan manfaat untuk masyarakat terutama
generasi muda. Generasi muda diharapkan memahami secara mendasar mengenai makna
kebudayaan yang merupakan warisan luhur nenek moyang bangsa Indonesia sehingga
perlu dijiwai dan dilestarikan keberadaannya. Perlunya sikap selektif terhadap berbagai
kebudayaan yang datang dari luar akibat globalisasi sehingga dapat menghasilkan sikap
positif untuk lebih menghargai khasanah budaya bangsa dan bermanfaat untuk kemajuan
bangsa masa depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang
berusaha
berkomunikasi dengan
orang-orang
yang
berbeda
budaya
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
dan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia..
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam"
di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Beberapa pengertian budaya menurut para ahli:
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagaisuperorganic.
2. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri
khas suatu masyarakat.
3. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
4. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.1
2.1.1 Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya. Manusia
dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas, sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai
kegunaan utama dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Teknologi pada hakikatnya
meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alat-alat produktif,
Senjata,
Wadah,
Makanan dan minuman,
Pakaian dan perhiasan,
Tempat berlindung dan perumahan,
Alat-alat transportasi.
Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam,
pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di
dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai
pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya.
Misalnya suku bangsa Kubu yang tinggal di pedalaman daerah Jambi, masih bersikap
menyerah terhadap lingkungan alamnya. Rata-rata mereka itu masih merupakan
masyarakat yang belum mempunyai tempat tinggal tetap, hal mana disebabkan
karena persediaan bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam.
Taraf teknologi mereka belum mencapai tingkatan dimana manusia diberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan dan menguasai lingkungan
alamnya.
Keadaannya berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, di mana taraf
kebudayaannya lebih tinggi. Hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi,
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan
hasil-hasil alam dan apabila mungkin menguasai alam. Perkembangan teknologi di
negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Soviet Rusia, Perancis, Jerman dan
sebagainya, merupakan beberapa contoh dimana masyarakatnya tidak lagi pasif
menghadapi tantangan alam sekitar.
2.1.2 Unsur Kebudayaan Universal
Istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal,
yaitu dapat dijumpai pada setiap kebudayaan di manapun di dunia ini. Tujuh unsur
kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transpor dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistern kekerabatan, organisasi politik, sistem
4.
5.
6.
7.
hukum, sistem perkawinan).
Bahasa (lisan maupun tertulis).
Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
Sistem pengetahuan.
Religi (sistem kepercayaan).
2.1.3 Kebudayaan sebagai Sistem Norma
Kebudayaan berarti menyangkut aturan yang harus diikuti, maka kebudayaan
menentukan standar perilaku. Sebagai contoh untuk bersalaman kita mengulurkan
tangan kanan; untuk menggaruk kepala boleh menggunakan tangan kiri atau kanan.
Istilah norma memiliki dua kemungkinan arti. Suatu norma budaya adalah suatu
konsep yang diharapkan ada. Kadang norma statis dianggap sebagai kebudayaan
yang nyata. Norma statis sering disebut sebagai suatu ukuran dari perilaku yang
sebenarnya, disetujui atau tidak. Norma kebudayaan adalah seperangkat perilaku
yang diharapkan suatu citra kebuadayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang
bersikap. Kejadian itu diteruskan kepada generasi penerus sebagai salah satu
kebiasaan.
2.1.4 Etnosentrisme
Etnosentrisme bisa diartikan sebagai pandangan bahwa kelompoknya sendiri
adalah pusat dari segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai
sesuai dengan standar kelompok sendiri. Secara bebas bisa dikatakan etnosentrisme
adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya
sebagai kebuadayaan yang paling baik. Kita mengasumsikan tanpa pikir atau
argumen bahwa masyarakat kita merupakan masyarakat “progresif” sedangkan
masyarakat di luar dunia “terbelakang”, kesenian kita indah, sedangkan kesenian lain
aneh.
Etnosentrisme membuat kebuadayaan kita sebagai patokan untuk mengukur
baik buruknya, tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain. Hal ini
sering dinyatakan dalam ungkapkan orang-orang terpilih, ras unguul, penganut sejati,
dsb.
2.1.5 Xenosentrisme
Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau
asing. Xenosentrisme adalah kebailkan yang tepat dari etnosentrisme. Ada banyak
kebanggaan bagi orang-orang tertentu ketika mereka membayar lebih mahal untuk
barang-barang impor dengan asumsi bahwa segala yang datang dari luar negeri lebih
baik.
2.1.6 Relativisme Kebudayaan
Kita tidak mungkin memahami perilaku kelompok lain dengan sudut pandang
motif, kebiasaan dan nilai yang kita anut. Relativisme kebudayaan fungsi dan arti dari
suatu unsur adalah berhubungan dengan lingkungan atau keadaan kebudayaannya.
Motif, kebiasaan, nilai suatu kebudayaan harus dinilai atau dipahami dari sudut
pandang mereka. Relativisme kebuadayaan juga bisa diartikan “segala sesuatu benar
pada suatu tempat-tetapi tidak benar pada semau tempat”.2
2.2 Globalisasi
Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal (Robertson, 1992K
396). Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek kehidupan: politik,
ekonomi, dan kultural. Cakupan saling-tergantungan ini benar-benar mengglobal. Kini orang
dapat berbicara mengenai strukutur global hubungan politik, ekonomi, dan kultural yang
berkembang melampau batas tradisional dan mngikat satuan masyarakat yang sebelumnya
terpisah ke dalam satu sistem: sistem global.
Di bidang kultur terlihat kemajuan menuju keseragaman. Media massa, terutama TV,
mengubah dunia menjadi sebuah “dusun global” (McLuhan, 1964). Informasi dan gambar
peristiwa yang terjadi di tempat yang sangat jauh dapat ditonton jutaan orang pada waktu
bersamaan. Suguhan pengalaman kultural yang sama itu (Olimpiade, konser rock sepak bola,
dan sebagainya) menyatukan selera, presepsi dan pilihan mereka. Contoh kecenderungan
globalisasi ini adalah jaringan TV (CNN) dan kotran (Herald Tribune). Aliran barang konsumsi
serupa yang menjangkau seluruh penduduk dunia adalah Coca-Cola. Pergerakan penduduk –
migrasi, pengiriman tenaga kerja keluar negeri dan pariwisata – memberikan peluang untuk
mengenali pola kehidupan asing secara langsung. Muncul bahasa global. Bahasa inggris
berperan sebagai alat komunikasi profesional di bidang iptek, bisnis, komputer, dan untuk
komunikasi pribadi dalam bepergian. Tradisi kulutural pribumi atau lokal semakin terkikis dan
terdesak sehingga menyebabkan kultus konsumen atau budaya massa model Barat menjadi
kultur universal yang menjalar ke seluruh dunia.
Hannerz melukiskan empat kemungkinan yang akan terjadi dari penyatuan kultur di
masa mendatang. Pertama, homogenisasi global. Kultur Barat akan mendominasi seluruh dunia.
Seluruh dunia akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola konsumsi, nilai, dan norma, serta gagasan
dan keyakinan masyarakat Barat.
Kedua, versi khusus dari proses homogenisasi global yang disebut kejenuhan.
Tekanannya pada dimensi waktu. Makin pelan-pelan makin bertahap masyarakat pinggiran
menyerap pola kultur barat, makin menjenuhkan mereka. Dalam jangka panjang, setelah
melewati beberapa generasi maka bentuk, makna dan penghayatan kultur lokal akan lenyap di
kalangan masyarakat pinggiran
Ketiga, kerusakan kultur pribumi dan krusakan kultur barat yang diterima. Bentrokan
dengan nilai kultur pribumi makin merusak nilai kultur barat yang diterima.
Keempat, kedewasaan. Berarti penerimaan kultur barat melalui dialog dan pertukaran
yang lebih seimbang ketimbang penerimaan sepihak. Masyarakat pribumi menerima unsur
kultur Barat secara selektif; memperkayanya dengan nilai lokal tertentu; dalam menerima
gagasan Barat, masyarakat pinggiran memberikan interpretasi lokal. Rakyat biasa pun penting
perannya. Mereka memberi makna tersendiri dan mungkin mengubah unsur kultur impor itu
serta memasukannya menjadi unsur kultur mereka sendiri. Hasil akhirnya adalah pencampuran
kultur. 3
Maraknya media-media massa asing yang melanda ke berbagai kawasan dunia
menunjukan betapa tingginya volume penyebaran budaya antarbangsa. Falsafah orang Jawa
pada zaman dahulu adalah; “Wong Jawa kari separo, Wong Cina kari Sejodho, Wong Landa gelagelo”, artinya: orang Jawa tinggal separo, orang Cina tinggal sejodoh, orang barat geleng-gelen
kepala. Falsafah ini menunjukan betapa lemah sistem nilai kultural suatu bangsa, sehingga
bangsa ini dengan mudah kehilangan jari diri atau kepribadiannya.
Globalisasi dalam aspek budaya tidak lebih dari ajang propaganda kultural yang
menggunakan berbadai media sebagai alat untuk “membaratkan dunia”. Dengan demikian juga
menjadi alat untuk menempatkan kultur Barat sebagai imeprium kultur dunia yang menjadikaan
homogenitas kultural ini sebagai indikator kemenangan kultur Barat atas dunia.4
1
http://kistiaulia18.blogspot.com/2013/03/kebudayaan-sosiologi.html
2 http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-7-kebudayaan-dan-masyarakat.html
3Judul buku: Sosiologi Perubahan Sosial
Halaman: 101
Penulis: Piotr Sztompka
Tahun: 2008
Penerbit: Prenada, jakarta
4Judul buku: Pengantar Sosiologi
Halaman: 696
Penulis: Elly M. Setiadi & Usman Kolip
Tahun: 2011
Penerbit: Kencana, Jakarta
BAB III
PEMBAHASAN
Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan kita adalah sebuah
budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan
yang beraneka ragam.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta,
karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan
keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya
aspek kebudayaan bagi suatu Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas
dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.
3.1 Proses Perkembangan Budaya
Proses perkembangan budaya dapat terjadi melalui penetrasi. Penetrasi kebudayaan
adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi
kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
3.1.2 Penetrasi damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan
damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.
Contoh lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan
Arab. Kebudayaan India masuk melalui proses yang damai yaitu melalui
penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara yang jauh sebelum Indonesia
terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat
mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya
kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia
karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa
dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantauperantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di
Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan
perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah
yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di
Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik,
tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua
kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi,
Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara
kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya
dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah
bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah
kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
3.1.2 Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.
Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan
disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang
merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain
adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya
warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan
Indonesia.
Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua
kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia
Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan
kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah
ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji
yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada
dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian,
nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa perkembangan kebudayaan Indonesia
khususnya kebudayaan modern dimulai sejak bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari
deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam pengaruh dan tekanan bangsa lain
dengan budayanya. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih
sempurna sehingga mulailah berkembang kebudayaan modern bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia ini ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berkembangnya sebuah kebudayaan diantaranya adalah faktor pengaruh
budaya dari luar, apabila budaya asli ini tidak dapat mempertahankan eksistensinya maka
budaya asli yang ada akan tergusur dan tergantikan dengan budaya asing yang baru tersebut.
Pada saat ini kita semua dapat melihat bahwa bangsa Indonesia dalam situasi yang
mengkhawatirkan, karena banyak sekali budaya asing yang masuk dan tidak tersaring
sehingga mempengaruhi kebudayaan asli bangsa Indonesia.
3.2 Kondisi Sosial Budaya Indonesia
Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1. Bahasa
Dapat kita ketahui bahwa sampai saat Indonesia masih konsisten dan tetap berpegang
teguh dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah
merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang
kita. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang terbentuk karena adanya
komunikasi antara manusia Indonesia. Bahasa asing (Inggris, mandarin, dan lan
sebagainya) belum terlihat begitu diminati dalam penggunaan sehari-hari, hanya
mungkin pada acara saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan bahasa
Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada penonton kalau penceramah mengerti akan
bahasa Inggris.
2. Sistem teknologi
Tidak bisa kita pungkiri bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Perkembangan yang sangat
terlihat adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi
batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung
dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.
Sehingga, budaya-budaya luar mampu menyusup kedalam budaya asli Indonesia itu
sendiri.
3. Sistem mata pencarian hidup masyarakat atau ekonomi masyarakat
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan
oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian
pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari
investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.
4. Organisasi Sosial
Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI,
Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
5. Sistem Pengetahuan
Dengan adanya LIPI
(Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia)
diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era
globalisasi.
6. Kesenian
Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari
yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi
seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996
yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak
model Srimulat sudah tergeser dengan model Overa Van Java, Pesbuker, dan lain-lain.
Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. Namun akibat
perkembangan budaya yang sangat pesat menyebabkan banyak masyarakat Indonesia
yang mulai melupakan kesenian asli bangsa Indonesia dan akhirnya banyak kesenian
Indonesia yang diakui oleh pihak lain.
7. Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran budaya.
Hal ini mungkin dapat dipahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa
berbagai budaya baru serta ketidakmampuan kita dalam membendung serangan itu dan
mempertahankan budaya dasar kita.
Kebudayaan bukan hanya sesuatu yang indah, artistik, atau agung tetapi juga berarti
sesuatu yang sederhana saja. Segala hal yang berbau tradisional pun seperti nyanyian pantunpantun di kampung juga termasuk budaya. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari
pernyataan pikiran dan perasaan manusia, material, dan immaterial untuk menyesuaikan
dirinya kepada lingkungannya dan meningkatkan taraf hidupnya.
Kebudayaan terus tumbuh dari generasi ke generasi dengan kuantitas dan kualitas
yang semakin baik sehingga manusia sekarang hidup lebih maju dibandingkan nenek moyang
karena kita tidak perlu memelajari terjadinya budaya tetapi secara langsung mengikuti taraf
kebudayaan yang ada. Masyarakat dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Proses
saling
mempengaruhi
adalah
gejala
yang
wajar
dalam
interaksi
antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompokkelompok masyarakat yang mendiami nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan
mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.
Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi
banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di
negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya
bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam
proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan
masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap
berarti. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai
hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide,
kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian
tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan
atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi
penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada
dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
3.3 Kondisi Kebudayaan Bangsa Indonesia di Era Globalisasi
Perkembangan keubudayaan Indonesia yang dari masa kerajaan sampai era
globalisasi ini memberikan beberapa dampak bagi masyarakat. Kebudayaan Indonesia
adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh masyarakatmasyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman bertingkah laku dan
menghasilkan produk-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan
pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan,
baik karena faktor internal maupun eksternal.
Berikut dampak globbalisasi bagi masyarakat, antara lain:
a) Pengaruh Positif dapat berupa :
1. Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
2. Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
3. Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani
dalam skala global.
4. Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna
mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
5. Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
6. Bukan penyebab krisis ekonomi.
b) Pengaruh Negatif
1. Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang
konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang
bermerk (merk terkenal).
2. Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang
kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang
sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi
sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk
dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).
3. Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya
memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling
menghancurkan.
4. Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan
biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah
pekerjaan berkurang secara tajam.
5. Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta
kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
6. Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan
fundamentalis.. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan
banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara
yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi
yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan
populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.
7. Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang
berada di wilayah Indonesia.
Berbicara globalisasi dalam kebudayaan, yang terlintas adalah seberapa cepat
globalisasi itu dapat berkembang dimana hal ini yang tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan informasi dalam
segala aspek kehidupan. Namun, hal ini justru malah akan menjadi bumerang tersendiri
dan menjadi suatu masalah yang paling membahayakan atau penting dalam globalisasi,
yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh negara-negara
maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan
mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya,
negara-negara berkembang seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus
globalisasi dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk
kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batasbatas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada
globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Simon Kimoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam
bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam
proses alami ini,setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran.
Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang kaya akan
budayanya, dengan memiliki keragaman yang cukup bervariasi, dapat digunakan sebagai
penambah indahnya khasanah sebuah negara. Namun, Indonesia harus tetap mampu
mempertahankan eksistensi kebudayaannya. Apabila diulang kembali berbagai peristiwa
yang terjadi, banyak kebudayaan Indonesia yang telah dirampas oleh negara-negara lain.
Hal ini dapat membuktikan dengan jelas bahwa belum adanya kekuatan hukum yang
kuat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentang kebudayaannya. Sehingga akan
menyebabkan kemudahan bagi bangsa lain untuk mengambil dan mengakuinya.
Bukan hanya itu saja, kemajuan teknologi informasi pada masa sekarang ini telah
cepatnya merubah kebudayaan Indonesia menjadi kian merosot. Sehingga menimbulkan
berbagai opini yang tidak jelas, yang nantinya akan melahirkan sebuah kebingungan di
tengah-tengah berbagai perubahan yang berlangsung begitu rumitnya dan membuat
pusing bagi masyarakatnya sendiri dan yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian
dan bahasa Nusantara yang dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia akan
terancam mati. Sejumlah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang sendiri
telah hilang entah kemana. Padahal warisan budaya tersebut memiliki nilai tinggi dalam
membantu keterpurukan bangsa Indonesia pada jaman sekarang.
Sungguh ironis memang apabila ditelaah lebih jauh lagi. Akan tetapi, kita tidak hanya
mengeluh dan menonton saja. Sebagai warga negara yang baik, mesti mampu
menerapkan dan memberikan contoh kepada anak cucu nantinya, agar kebudayaan yang
telah diwariskan secara turun temurun akan tetap ada dan senantiasa menjadi salah satu
harta berharga milik bangsa Indonesia yang tidak akan pernah punah.
Globalisasi juga memberikan dampak bagi kebudayaan Indonesia, Arus globalisasi saat
ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia.
Derasnya
arus
informasi
dan
telekomunikasi
ternyata
menimbulkan
sebuah
kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi,dan Teknologi) mengakibatkan
berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri.
Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti
dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Bahkan bila kita tinjau Tapanuli
(Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih
banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir
setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas
sebagai hiburan budaya yang meriah. Namun saat ini, ketika teknologi semakin maju,
ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat,
bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut,bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat
maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat
sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di
Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara,
Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada
kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia
dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering
dengar anak muda menggunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa
inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun
yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron
bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion. Gaya berpakaian remaja
Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai
pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian
minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan
ke dalam sinetron-sinetron Indonesia.
Derasnya arus informasi yang juga ditandai dengan hadirnya internet turut serta
menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi
trend di lingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat
ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat
merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan
teknologi) diterima dengan baik. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai
sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik
nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
Kebudayaan dari barat saat ini sudah mendominasi segala aspek kehidupan pada
masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan oleh barat telah mengacu terhadap
segala hal dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban
bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.
Kebudayaan barat masuk ke Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
adalah kerana adanya krisis globalisasi yang telah meracuni sebagian besar masyarakat
Indonesia. Siapa yang bisa menolak segala kemajuan yang ditawarkan oleh peradaban
barat. Pengaruh kebudayaan barat berjalan sangat cepat dan menyeluruh. Tentunya hal
itu akan menimbulkan pengaruh yang sangat luas pada sistem sosial dan budaya
masyarakat Indonesia. Pengaruh yang berjalan begitu cepat tersebut menimbulkan
terjadinya goncangan sosial atau culture shock yaitu suatu keadaan dimana masyarakat
tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang dating dari luar sehingga
terjadi ketidakseimbangan di dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya
penyerapan unsure budaya dari luar yang dilakukan secara cepat dan tidak melalui suatu
proses internalisasi yang mendalam dapat menimbulkan ketimpangan antara wujud yang
ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut sebagai
ketimpangan budaya. Setiap peradaban akan saling mempengaruhi. Peradaban yang
dianggap lebih maju cenderung memiliki pengaruh yang lebih luas bagi peradabanperadaban yang lain.
Budaya barat yang masuk ke Indonesia menimbulkan multi efek. Perkembangan
teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah
menghancurkan kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan
akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung
didalam kebudayaan bangsa Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh
masyarakat dan diterima secara mentah/apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi
yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli.
Budaya asli Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang
menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional,
hal ini memicu orang bersifat antara lain sebagai sikap individualis, matrealistis dan
hedonisme.
1. Individualis: Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa
bahwa mereka adalah makhluk social. Individualisme adalah paham yang menghendaki
kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang, paham yang
mementingkan hak perseorangan di samping kepentingan masyarakat.
Dengan adanya sikap individualisme, orang tidak akan peduli terhadap kehidupan
bangsa. Banyak orang yang tidak peduli terhadap sesama. Prinsip gotong royong di
negara kita lama-kelamaan akan hilang. Dilihat dari sikap, banyak orang yang kini tidak
memiliki sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Sebab mereka
menganggap bahwa globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka
bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh tersebut dibiarkan maka, moral bangsa
menjadi rusak.
2. Matrialistis: Adalah sebuah faham dimana masyarakat memandang segalanya dari segi
materi. Orang yang memiliki jabatan dan harta yang melimpah pasti akan lebih dihargai
oeleh masyarakat sekitarnya, walaupun orang tersebut tidak memiliki intelektual yang
bagus. Sebaliknya, orang yang memiliki intelektual tinggi tetapi tidak memiliki harta dan
jabatan maka orang tersebut akan selalu direndahkan. Orang yang merasa dirinya kaya
maka berhak merendahkan dan meremehkan orang yang miskin. Itulah yang sekarang
terjadi dimasyarakat kita.
3. Konsumerisme: adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang
hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara berkelanjutan. Hal
tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga
ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang
ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam
kehidupannya. Di Indonesia hamper semua orang mempunyai kendaraan bermotor,
televisi, computer dan sebagainya. Indonesia merupakan Negara pembeli motor Honda
yang nomer satu didunia. Mulai dari pejabat hingga masyarakat kalangan menengah pun
berbondong-bondong membeli dan menggunakan kendaraan bermotor untuk menunjang
aktifitasnya. Misalnya saja yang terlihat dikampus kita, mahasiswa ,pegawai , dosen
sebagian besar menggunakan kendaraan bermotor untuk ke kampus. Bandingkan saja
dengan Negara yang lebih maju dari pada Indonesia, misalnya yang terjadi dinegara
jepang. Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan
Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Bagaimana yang terjadi di kampus
kita sungguh berbanding terbalik dengan hal itu, Rektor selalu menggunakan mobil
mewah begitu juga dengan sebagian pegawai dan mahasisiwa. Ketika beberapa
pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput
pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan
dijemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas kedutaan yaitu mercy. Sungguh ironis, tapi
itulah yang terjadi di masyarakat kita.
4. Hedonisme: Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) adalah kesenangan atau
(kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum
hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham
dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu
adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa
kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan
kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat. Adapun hedonisme menurut
Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan
yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan,
penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang
yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu
sebagai tujuan hidupnya. Orang-orang lebih senang menghabiskan waktu di tempattempat perbelanjaan dan tempat hiburan malam dari pada melakukan hal-hal yang lebih
bermanfaat. Pergaulan bebas, narkotika dan miras semakin digemari oleh generasi muda
saat ini.
3.4 Solusi Mengadapi Pengaruh Negatif Peradaban Global
Globalisasi merupakan sebuah realita yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Globalisasi berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Persiapkan diri kita untuk
menghadapi adanya globalisasi tanpa menghilangkan jati diri bangsa. Gunakan
globalisasi melalui hal-hal positif. Gunakan teknologi sebaik mungkin untuk hal-hal
yang bermanfaat, menerima adanya budaya luar yang masuk ke negara kita tanpa
melupakan budaya kita sendiri. Jadikan budaya luar sebagai motivasi untuk memajukan
budaya Indonesia.
Untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan karena adanya
peradaban global dapat kita lakukan hal-hal seperti berikut:
1) Memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan budaya nasional.
Memperkokoh ketahanan nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing
yang bernilai negatif dan memfasilitasi adopsi budaya asing yang produktif dan bernilai
positif.
2) Pembangunan moral bangsa yang mengedepankan nilai-nilai yang positif seperti
kemandirian, amanah, kedisiplinan, kejujuran, etos kerja, gotong royong, toleransi,
tanggung jawab dan rasa malu. Dengan aktualisasi nilai moral dan agama ,transformasi
budaya melalui adaptasi dan adopsi nilai-nilai budaya asing yang positif guna
memperkaya budaya bangsa, revitalisai dan reaktualisasi budaya-budaya local yang
bernilai luhur.
3) Meningkatkan keimanan dan moralitas bangsa karena dengan adanya keimanan dan
moralitas, maka pengaruh negatif dari globalisasi dapat diatasi. Kita dapat menjaring halhal yang baik dan buruk dari budaya luar yang masuk ke negara kita.
Dinamika sosial dan kebudayaan selalu melanda semua bangsa dan negara di dunia
demikian pula tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun luas
permasalahan dan tingkat permasalahan itu berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan
kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun
perkembangannya dewasa ini bisa dikatakan lebih tertinggal apabila dibandingkan
dengan perkembangan di negera maju lainnya. Bagaimanapun masalah yang dihadapi,
masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami
kondisi kehilangan kebudayaan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap
tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian
generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Secara umum ada dua kekuatan yang menyebabkan timbulnya
perubahan sosial, hal yang pertama adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri
(internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa
setempat. Hal kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti
pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun
persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya
dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata
kembali kehidupan mereka .
Seberapa cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan faktor
apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan
kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro
dan kontra itu dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan
disintegrasi sosial terutama dalam masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti
Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas
SKRIPSI
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Matakuliah Sosiologi
Oleh:
Pamela Sakina
135120201111096
Tiara Amelia
135120201111102
Adryan Dwi K.
135120207111004
Devina Maharani
135120207111046
Galuh Pandu L.
135120207111052
Astika Nurmadioni
135120207111058
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas Brawijaya
Malang
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan
limpahan rahmat kesehatan, kekuatan dan kesabaran, serta petunjuk dan bimbingan-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“KEBUDAYAAN”.
Dalam upaya penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa kelancaran
penyusunan karya tulis ini adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu
dalam penyusunan tugas akhir ini.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Malang, 17 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………..……………………………………………………..…..1
1.2 Rumusan Masalah …..……………………………………………………….......2
1.3 Tujuan Penelitian …...…………………………………………………………....2
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………….....2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan ..........................................................................................................4
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7 ............................................................................5
2.2 Globalisasi ............................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 .......................................................................................
3.2 .......................................................................................
3.3 .......................................................................................
3.4 .......................................................................................
3.5 .......................................................................................
BAB IV
5.1 Kesimpulan ………………………………………………..……………….
5.2 Saran .……………………………………………..………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Masyarakat tidak mungkin
tidak berhubungan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari masyarakat melihat,
mempergunakan, dan bahkan kadamg-kadang masyarakat merusak kebudayaan. Masyarakat
adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan, dengan demikian tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Rasa saling menghormati dan menghargai akan
tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu
kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat.
Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi
dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia.
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan
dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia kebudayaan adalah salah
satu kekuatan bangsa yang memilki kekayaan nilai beragam termasuk keseniannya. Kesenian
rakyat adalah salah satu dari kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak luput dari pengaruh
globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memeroleh akses komunikasi dan
berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang
paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Akibatnya negara tersebut selalu khawatir akan tergerus arus globalisasi dalam
berbagai bidang khususnya kebudayaan. Globalisasi secara bertahap menghilangkan budaya asli
suatu negara, terjadi erosi nilai-nilai suatu budaya, menurunkan rasa nasionalisme, dan
patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong-royong, kepercayaan diri hilang, gaya
hidup kebarat-baratan serta masalah dalam eksistensi kebudayaan daerah yang dapat kita lihat
dari menurunnya rasa cinta terhadap kebudayaan yang menjadi jati diri bangsa. Sebagai
generasi muda, kita seharusnya bisa menyeleksi mana yang baik dan bermanfaat untuk masa
depan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan globalisasi dan kebudayaan?
2. Apa pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan bangsa Indonesia?
3. Siapa yang bertanggung jawab terhadap erosi nilai-nilai kebudayaan bangsa akibat
globalisasi?
4. Mengapa globalisasi dapat memengaruhi nilai-nilai budaya bangsa?
5. Dimana budaya bangsa dapat ditanamkan sehingga tidak terkikis oleh pengaruh
globalisasi?
6. Bagaimana globalisasi memengaruhi kebudayaan asli bangsa Indonesia?
7. Bagaimana sikap generasi muda dalam menghadapi arus globalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah:
1. Menjelaskan pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa Indonesia.
2. Menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyebarluasan arus globalisasi.
3. Menjelaskan sebab-sebab masuknya arus globalisasi
4. Memaparkan cara-cara masuknya globalisasi kedalam kebudayaan asli bangsa
Indonesia serta bagaimana menyikapinya.
5. Memberikan penjelasan kepada para generasi muda mengenai pentingnya kebudayaan
termasuk bagaimana mereka harus bersikap dalam menghadapi arus globalisasi yang
menggerus nilai-nilai budaya bangsa.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharap dapat memberikan manfaat untuk masyarakat terutama
generasi muda. Generasi muda diharapkan memahami secara mendasar mengenai makna
kebudayaan yang merupakan warisan luhur nenek moyang bangsa Indonesia sehingga
perlu dijiwai dan dilestarikan keberadaannya. Perlunya sikap selektif terhadap berbagai
kebudayaan yang datang dari luar akibat globalisasi sehingga dapat menghasilkan sikap
positif untuk lebih menghargai khasanah budaya bangsa dan bermanfaat untuk kemajuan
bangsa masa depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang
berusaha
berkomunikasi dengan
orang-orang
yang
berbeda
budaya
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
dan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia..
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam"
di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Beberapa pengertian budaya menurut para ahli:
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagaisuperorganic.
2. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri
khas suatu masyarakat.
3. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
4. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.1
2.1.1 Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya. Manusia
dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas, sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai
kegunaan utama dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Teknologi pada hakikatnya
meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alat-alat produktif,
Senjata,
Wadah,
Makanan dan minuman,
Pakaian dan perhiasan,
Tempat berlindung dan perumahan,
Alat-alat transportasi.
Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam,
pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di
dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai
pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya.
Misalnya suku bangsa Kubu yang tinggal di pedalaman daerah Jambi, masih bersikap
menyerah terhadap lingkungan alamnya. Rata-rata mereka itu masih merupakan
masyarakat yang belum mempunyai tempat tinggal tetap, hal mana disebabkan
karena persediaan bahan pangan semata-mata tergantung dari lingkungan alam.
Taraf teknologi mereka belum mencapai tingkatan dimana manusia diberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan dan menguasai lingkungan
alamnya.
Keadaannya berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, di mana taraf
kebudayaannya lebih tinggi. Hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi,
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan
hasil-hasil alam dan apabila mungkin menguasai alam. Perkembangan teknologi di
negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Soviet Rusia, Perancis, Jerman dan
sebagainya, merupakan beberapa contoh dimana masyarakatnya tidak lagi pasif
menghadapi tantangan alam sekitar.
2.1.2 Unsur Kebudayaan Universal
Istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal,
yaitu dapat dijumpai pada setiap kebudayaan di manapun di dunia ini. Tujuh unsur
kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transpor dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistern kekerabatan, organisasi politik, sistem
4.
5.
6.
7.
hukum, sistem perkawinan).
Bahasa (lisan maupun tertulis).
Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
Sistem pengetahuan.
Religi (sistem kepercayaan).
2.1.3 Kebudayaan sebagai Sistem Norma
Kebudayaan berarti menyangkut aturan yang harus diikuti, maka kebudayaan
menentukan standar perilaku. Sebagai contoh untuk bersalaman kita mengulurkan
tangan kanan; untuk menggaruk kepala boleh menggunakan tangan kiri atau kanan.
Istilah norma memiliki dua kemungkinan arti. Suatu norma budaya adalah suatu
konsep yang diharapkan ada. Kadang norma statis dianggap sebagai kebudayaan
yang nyata. Norma statis sering disebut sebagai suatu ukuran dari perilaku yang
sebenarnya, disetujui atau tidak. Norma kebudayaan adalah seperangkat perilaku
yang diharapkan suatu citra kebuadayaan tentang bagaimana seharusnya seseorang
bersikap. Kejadian itu diteruskan kepada generasi penerus sebagai salah satu
kebiasaan.
2.1.4 Etnosentrisme
Etnosentrisme bisa diartikan sebagai pandangan bahwa kelompoknya sendiri
adalah pusat dari segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai
sesuai dengan standar kelompok sendiri. Secara bebas bisa dikatakan etnosentrisme
adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya
sebagai kebuadayaan yang paling baik. Kita mengasumsikan tanpa pikir atau
argumen bahwa masyarakat kita merupakan masyarakat “progresif” sedangkan
masyarakat di luar dunia “terbelakang”, kesenian kita indah, sedangkan kesenian lain
aneh.
Etnosentrisme membuat kebuadayaan kita sebagai patokan untuk mengukur
baik buruknya, tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain. Hal ini
sering dinyatakan dalam ungkapkan orang-orang terpilih, ras unguul, penganut sejati,
dsb.
2.1.5 Xenosentrisme
Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau
asing. Xenosentrisme adalah kebailkan yang tepat dari etnosentrisme. Ada banyak
kebanggaan bagi orang-orang tertentu ketika mereka membayar lebih mahal untuk
barang-barang impor dengan asumsi bahwa segala yang datang dari luar negeri lebih
baik.
2.1.6 Relativisme Kebudayaan
Kita tidak mungkin memahami perilaku kelompok lain dengan sudut pandang
motif, kebiasaan dan nilai yang kita anut. Relativisme kebudayaan fungsi dan arti dari
suatu unsur adalah berhubungan dengan lingkungan atau keadaan kebudayaannya.
Motif, kebiasaan, nilai suatu kebudayaan harus dinilai atau dipahami dari sudut
pandang mereka. Relativisme kebuadayaan juga bisa diartikan “segala sesuatu benar
pada suatu tempat-tetapi tidak benar pada semau tempat”.2
2.2 Globalisasi
Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal (Robertson, 1992K
396). Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung di semua aspek kehidupan: politik,
ekonomi, dan kultural. Cakupan saling-tergantungan ini benar-benar mengglobal. Kini orang
dapat berbicara mengenai strukutur global hubungan politik, ekonomi, dan kultural yang
berkembang melampau batas tradisional dan mngikat satuan masyarakat yang sebelumnya
terpisah ke dalam satu sistem: sistem global.
Di bidang kultur terlihat kemajuan menuju keseragaman. Media massa, terutama TV,
mengubah dunia menjadi sebuah “dusun global” (McLuhan, 1964). Informasi dan gambar
peristiwa yang terjadi di tempat yang sangat jauh dapat ditonton jutaan orang pada waktu
bersamaan. Suguhan pengalaman kultural yang sama itu (Olimpiade, konser rock sepak bola,
dan sebagainya) menyatukan selera, presepsi dan pilihan mereka. Contoh kecenderungan
globalisasi ini adalah jaringan TV (CNN) dan kotran (Herald Tribune). Aliran barang konsumsi
serupa yang menjangkau seluruh penduduk dunia adalah Coca-Cola. Pergerakan penduduk –
migrasi, pengiriman tenaga kerja keluar negeri dan pariwisata – memberikan peluang untuk
mengenali pola kehidupan asing secara langsung. Muncul bahasa global. Bahasa inggris
berperan sebagai alat komunikasi profesional di bidang iptek, bisnis, komputer, dan untuk
komunikasi pribadi dalam bepergian. Tradisi kulutural pribumi atau lokal semakin terkikis dan
terdesak sehingga menyebabkan kultus konsumen atau budaya massa model Barat menjadi
kultur universal yang menjalar ke seluruh dunia.
Hannerz melukiskan empat kemungkinan yang akan terjadi dari penyatuan kultur di
masa mendatang. Pertama, homogenisasi global. Kultur Barat akan mendominasi seluruh dunia.
Seluruh dunia akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola konsumsi, nilai, dan norma, serta gagasan
dan keyakinan masyarakat Barat.
Kedua, versi khusus dari proses homogenisasi global yang disebut kejenuhan.
Tekanannya pada dimensi waktu. Makin pelan-pelan makin bertahap masyarakat pinggiran
menyerap pola kultur barat, makin menjenuhkan mereka. Dalam jangka panjang, setelah
melewati beberapa generasi maka bentuk, makna dan penghayatan kultur lokal akan lenyap di
kalangan masyarakat pinggiran
Ketiga, kerusakan kultur pribumi dan krusakan kultur barat yang diterima. Bentrokan
dengan nilai kultur pribumi makin merusak nilai kultur barat yang diterima.
Keempat, kedewasaan. Berarti penerimaan kultur barat melalui dialog dan pertukaran
yang lebih seimbang ketimbang penerimaan sepihak. Masyarakat pribumi menerima unsur
kultur Barat secara selektif; memperkayanya dengan nilai lokal tertentu; dalam menerima
gagasan Barat, masyarakat pinggiran memberikan interpretasi lokal. Rakyat biasa pun penting
perannya. Mereka memberi makna tersendiri dan mungkin mengubah unsur kultur impor itu
serta memasukannya menjadi unsur kultur mereka sendiri. Hasil akhirnya adalah pencampuran
kultur. 3
Maraknya media-media massa asing yang melanda ke berbagai kawasan dunia
menunjukan betapa tingginya volume penyebaran budaya antarbangsa. Falsafah orang Jawa
pada zaman dahulu adalah; “Wong Jawa kari separo, Wong Cina kari Sejodho, Wong Landa gelagelo”, artinya: orang Jawa tinggal separo, orang Cina tinggal sejodoh, orang barat geleng-gelen
kepala. Falsafah ini menunjukan betapa lemah sistem nilai kultural suatu bangsa, sehingga
bangsa ini dengan mudah kehilangan jari diri atau kepribadiannya.
Globalisasi dalam aspek budaya tidak lebih dari ajang propaganda kultural yang
menggunakan berbadai media sebagai alat untuk “membaratkan dunia”. Dengan demikian juga
menjadi alat untuk menempatkan kultur Barat sebagai imeprium kultur dunia yang menjadikaan
homogenitas kultural ini sebagai indikator kemenangan kultur Barat atas dunia.4
1
http://kistiaulia18.blogspot.com/2013/03/kebudayaan-sosiologi.html
2 http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-7-kebudayaan-dan-masyarakat.html
3Judul buku: Sosiologi Perubahan Sosial
Halaman: 101
Penulis: Piotr Sztompka
Tahun: 2008
Penerbit: Prenada, jakarta
4Judul buku: Pengantar Sosiologi
Halaman: 696
Penulis: Elly M. Setiadi & Usman Kolip
Tahun: 2011
Penerbit: Kencana, Jakarta
BAB III
PEMBAHASAN
Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan kita adalah sebuah
budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan
yang beraneka ragam.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta,
karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan
keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya
aspek kebudayaan bagi suatu Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas
dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.
3.1 Proses Perkembangan Budaya
Proses perkembangan budaya dapat terjadi melalui penetrasi. Penetrasi kebudayaan
adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi
kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
3.1.2 Penetrasi damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan
damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.
Contoh lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan
Arab. Kebudayaan India masuk melalui proses yang damai yaitu melalui
penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara yang jauh sebelum Indonesia
terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat
mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya
kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia
karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa
dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantauperantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di
Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan
perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah
yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di
Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik,
tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua
kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi,
Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara
kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya
dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah
bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah
kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
3.1.2 Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.
Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan
disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang
merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain
adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya
warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan
Indonesia.
Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua
kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia
Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan
kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah
ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji
yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada
dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian,
nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa perkembangan kebudayaan Indonesia
khususnya kebudayaan modern dimulai sejak bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari
deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam pengaruh dan tekanan bangsa lain
dengan budayanya. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih
sempurna sehingga mulailah berkembang kebudayaan modern bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia ini ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berkembangnya sebuah kebudayaan diantaranya adalah faktor pengaruh
budaya dari luar, apabila budaya asli ini tidak dapat mempertahankan eksistensinya maka
budaya asli yang ada akan tergusur dan tergantikan dengan budaya asing yang baru tersebut.
Pada saat ini kita semua dapat melihat bahwa bangsa Indonesia dalam situasi yang
mengkhawatirkan, karena banyak sekali budaya asing yang masuk dan tidak tersaring
sehingga mempengaruhi kebudayaan asli bangsa Indonesia.
3.2 Kondisi Sosial Budaya Indonesia
Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1. Bahasa
Dapat kita ketahui bahwa sampai saat Indonesia masih konsisten dan tetap berpegang
teguh dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah
merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang
kita. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang terbentuk karena adanya
komunikasi antara manusia Indonesia. Bahasa asing (Inggris, mandarin, dan lan
sebagainya) belum terlihat begitu diminati dalam penggunaan sehari-hari, hanya
mungkin pada acara saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan bahasa
Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada penonton kalau penceramah mengerti akan
bahasa Inggris.
2. Sistem teknologi
Tidak bisa kita pungkiri bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Perkembangan yang sangat
terlihat adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi
batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung
dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.
Sehingga, budaya-budaya luar mampu menyusup kedalam budaya asli Indonesia itu
sendiri.
3. Sistem mata pencarian hidup masyarakat atau ekonomi masyarakat
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan
oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian
pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari
investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.
4. Organisasi Sosial
Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI,
Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
5. Sistem Pengetahuan
Dengan adanya LIPI
(Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia)
diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era
globalisasi.
6. Kesenian
Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari
yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi
seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996
yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak
model Srimulat sudah tergeser dengan model Overa Van Java, Pesbuker, dan lain-lain.
Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. Namun akibat
perkembangan budaya yang sangat pesat menyebabkan banyak masyarakat Indonesia
yang mulai melupakan kesenian asli bangsa Indonesia dan akhirnya banyak kesenian
Indonesia yang diakui oleh pihak lain.
7. Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran budaya.
Hal ini mungkin dapat dipahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa
berbagai budaya baru serta ketidakmampuan kita dalam membendung serangan itu dan
mempertahankan budaya dasar kita.
Kebudayaan bukan hanya sesuatu yang indah, artistik, atau agung tetapi juga berarti
sesuatu yang sederhana saja. Segala hal yang berbau tradisional pun seperti nyanyian pantunpantun di kampung juga termasuk budaya. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari
pernyataan pikiran dan perasaan manusia, material, dan immaterial untuk menyesuaikan
dirinya kepada lingkungannya dan meningkatkan taraf hidupnya.
Kebudayaan terus tumbuh dari generasi ke generasi dengan kuantitas dan kualitas
yang semakin baik sehingga manusia sekarang hidup lebih maju dibandingkan nenek moyang
karena kita tidak perlu memelajari terjadinya budaya tetapi secara langsung mengikuti taraf
kebudayaan yang ada. Masyarakat dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Proses
saling
mempengaruhi
adalah
gejala
yang
wajar
dalam
interaksi
antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompokkelompok masyarakat yang mendiami nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan
mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.
Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi
banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di
negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya
bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam
proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan
masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap
berarti. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai
hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide,
kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian
tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan
atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi
penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada
dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
3.3 Kondisi Kebudayaan Bangsa Indonesia di Era Globalisasi
Perkembangan keubudayaan Indonesia yang dari masa kerajaan sampai era
globalisasi ini memberikan beberapa dampak bagi masyarakat. Kebudayaan Indonesia
adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh masyarakatmasyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman bertingkah laku dan
menghasilkan produk-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan
pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan,
baik karena faktor internal maupun eksternal.
Berikut dampak globbalisasi bagi masyarakat, antara lain:
a) Pengaruh Positif dapat berupa :
1. Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
2. Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
3. Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani
dalam skala global.
4. Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna
mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
5. Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
6. Bukan penyebab krisis ekonomi.
b) Pengaruh Negatif
1. Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang
konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang
bermerk (merk terkenal).
2. Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang
kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang
sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi
sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk
dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).
3. Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya
memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling
menghancurkan.
4. Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan
biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah
pekerjaan berkurang secara tajam.
5. Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta
kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
6. Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan
fundamentalis.. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan
banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara
yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi
yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan
populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.
7. Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang
berada di wilayah Indonesia.
Berbicara globalisasi dalam kebudayaan, yang terlintas adalah seberapa cepat
globalisasi itu dapat berkembang dimana hal ini yang tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan informasi dalam
segala aspek kehidupan. Namun, hal ini justru malah akan menjadi bumerang tersendiri
dan menjadi suatu masalah yang paling membahayakan atau penting dalam globalisasi,
yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh negara-negara
maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan
mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya,
negara-negara berkembang seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus
globalisasi dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk
kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batasbatas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada
globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Simon Kimoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam
bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam
proses alami ini,setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan
perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran.
Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang kaya akan
budayanya, dengan memiliki keragaman yang cukup bervariasi, dapat digunakan sebagai
penambah indahnya khasanah sebuah negara. Namun, Indonesia harus tetap mampu
mempertahankan eksistensi kebudayaannya. Apabila diulang kembali berbagai peristiwa
yang terjadi, banyak kebudayaan Indonesia yang telah dirampas oleh negara-negara lain.
Hal ini dapat membuktikan dengan jelas bahwa belum adanya kekuatan hukum yang
kuat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentang kebudayaannya. Sehingga akan
menyebabkan kemudahan bagi bangsa lain untuk mengambil dan mengakuinya.
Bukan hanya itu saja, kemajuan teknologi informasi pada masa sekarang ini telah
cepatnya merubah kebudayaan Indonesia menjadi kian merosot. Sehingga menimbulkan
berbagai opini yang tidak jelas, yang nantinya akan melahirkan sebuah kebingungan di
tengah-tengah berbagai perubahan yang berlangsung begitu rumitnya dan membuat
pusing bagi masyarakatnya sendiri dan yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian
dan bahasa Nusantara yang dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia akan
terancam mati. Sejumlah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang sendiri
telah hilang entah kemana. Padahal warisan budaya tersebut memiliki nilai tinggi dalam
membantu keterpurukan bangsa Indonesia pada jaman sekarang.
Sungguh ironis memang apabila ditelaah lebih jauh lagi. Akan tetapi, kita tidak hanya
mengeluh dan menonton saja. Sebagai warga negara yang baik, mesti mampu
menerapkan dan memberikan contoh kepada anak cucu nantinya, agar kebudayaan yang
telah diwariskan secara turun temurun akan tetap ada dan senantiasa menjadi salah satu
harta berharga milik bangsa Indonesia yang tidak akan pernah punah.
Globalisasi juga memberikan dampak bagi kebudayaan Indonesia, Arus globalisasi saat
ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia.
Derasnya
arus
informasi
dan
telekomunikasi
ternyata
menimbulkan
sebuah
kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi,dan Teknologi) mengakibatkan
berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri.
Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti
dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Bahkan bila kita tinjau Tapanuli
(Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih
banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir
setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas
sebagai hiburan budaya yang meriah. Namun saat ini, ketika teknologi semakin maju,
ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat,
bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut,bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat
maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat
sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di
Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara,
Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada
kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia
dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering
dengar anak muda menggunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa
inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun
yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron
bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion. Gaya berpakaian remaja
Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai
pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian
minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan
ke dalam sinetron-sinetron Indonesia.
Derasnya arus informasi yang juga ditandai dengan hadirnya internet turut serta
menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi
trend di lingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat
ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat
merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan
teknologi) diterima dengan baik. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai
sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia) sehingga terbuka pula konflik
nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
Kebudayaan dari barat saat ini sudah mendominasi segala aspek kehidupan pada
masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan oleh barat telah mengacu terhadap
segala hal dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban
bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.
Kebudayaan barat masuk ke Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
adalah kerana adanya krisis globalisasi yang telah meracuni sebagian besar masyarakat
Indonesia. Siapa yang bisa menolak segala kemajuan yang ditawarkan oleh peradaban
barat. Pengaruh kebudayaan barat berjalan sangat cepat dan menyeluruh. Tentunya hal
itu akan menimbulkan pengaruh yang sangat luas pada sistem sosial dan budaya
masyarakat Indonesia. Pengaruh yang berjalan begitu cepat tersebut menimbulkan
terjadinya goncangan sosial atau culture shock yaitu suatu keadaan dimana masyarakat
tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang dating dari luar sehingga
terjadi ketidakseimbangan di dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adanya
penyerapan unsure budaya dari luar yang dilakukan secara cepat dan tidak melalui suatu
proses internalisasi yang mendalam dapat menimbulkan ketimpangan antara wujud yang
ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut sebagai
ketimpangan budaya. Setiap peradaban akan saling mempengaruhi. Peradaban yang
dianggap lebih maju cenderung memiliki pengaruh yang lebih luas bagi peradabanperadaban yang lain.
Budaya barat yang masuk ke Indonesia menimbulkan multi efek. Perkembangan
teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah
menghancurkan kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan
akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung
didalam kebudayaan bangsa Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh
masyarakat dan diterima secara mentah/apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi
yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli.
Budaya asli Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang
menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional,
hal ini memicu orang bersifat antara lain sebagai sikap individualis, matrealistis dan
hedonisme.
1. Individualis: Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa
bahwa mereka adalah makhluk social. Individualisme adalah paham yang menghendaki
kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang, paham yang
mementingkan hak perseorangan di samping kepentingan masyarakat.
Dengan adanya sikap individualisme, orang tidak akan peduli terhadap kehidupan
bangsa. Banyak orang yang tidak peduli terhadap sesama. Prinsip gotong royong di
negara kita lama-kelamaan akan hilang. Dilihat dari sikap, banyak orang yang kini tidak
memiliki sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Sebab mereka
menganggap bahwa globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka
bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh tersebut dibiarkan maka, moral bangsa
menjadi rusak.
2. Matrialistis: Adalah sebuah faham dimana masyarakat memandang segalanya dari segi
materi. Orang yang memiliki jabatan dan harta yang melimpah pasti akan lebih dihargai
oeleh masyarakat sekitarnya, walaupun orang tersebut tidak memiliki intelektual yang
bagus. Sebaliknya, orang yang memiliki intelektual tinggi tetapi tidak memiliki harta dan
jabatan maka orang tersebut akan selalu direndahkan. Orang yang merasa dirinya kaya
maka berhak merendahkan dan meremehkan orang yang miskin. Itulah yang sekarang
terjadi dimasyarakat kita.
3. Konsumerisme: adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang
hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara berkelanjutan. Hal
tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga
ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang
ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam
kehidupannya. Di Indonesia hamper semua orang mempunyai kendaraan bermotor,
televisi, computer dan sebagainya. Indonesia merupakan Negara pembeli motor Honda
yang nomer satu didunia. Mulai dari pejabat hingga masyarakat kalangan menengah pun
berbondong-bondong membeli dan menggunakan kendaraan bermotor untuk menunjang
aktifitasnya. Misalnya saja yang terlihat dikampus kita, mahasiswa ,pegawai , dosen
sebagian besar menggunakan kendaraan bermotor untuk ke kampus. Bandingkan saja
dengan Negara yang lebih maju dari pada Indonesia, misalnya yang terjadi dinegara
jepang. Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan
Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Bagaimana yang terjadi di kampus
kita sungguh berbanding terbalik dengan hal itu, Rektor selalu menggunakan mobil
mewah begitu juga dengan sebagian pegawai dan mahasisiwa. Ketika beberapa
pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput
pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan
dijemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas kedutaan yaitu mercy. Sungguh ironis, tapi
itulah yang terjadi di masyarakat kita.
4. Hedonisme: Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) adalah kesenangan atau
(kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum
hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham
dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu
adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa
kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan
kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat. Adapun hedonisme menurut
Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan
yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan,
penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang
yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu
sebagai tujuan hidupnya. Orang-orang lebih senang menghabiskan waktu di tempattempat perbelanjaan dan tempat hiburan malam dari pada melakukan hal-hal yang lebih
bermanfaat. Pergaulan bebas, narkotika dan miras semakin digemari oleh generasi muda
saat ini.
3.4 Solusi Mengadapi Pengaruh Negatif Peradaban Global
Globalisasi merupakan sebuah realita yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Globalisasi berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Persiapkan diri kita untuk
menghadapi adanya globalisasi tanpa menghilangkan jati diri bangsa. Gunakan
globalisasi melalui hal-hal positif. Gunakan teknologi sebaik mungkin untuk hal-hal
yang bermanfaat, menerima adanya budaya luar yang masuk ke negara kita tanpa
melupakan budaya kita sendiri. Jadikan budaya luar sebagai motivasi untuk memajukan
budaya Indonesia.
Untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan karena adanya
peradaban global dapat kita lakukan hal-hal seperti berikut:
1) Memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan budaya nasional.
Memperkokoh ketahanan nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing
yang bernilai negatif dan memfasilitasi adopsi budaya asing yang produktif dan bernilai
positif.
2) Pembangunan moral bangsa yang mengedepankan nilai-nilai yang positif seperti
kemandirian, amanah, kedisiplinan, kejujuran, etos kerja, gotong royong, toleransi,
tanggung jawab dan rasa malu. Dengan aktualisasi nilai moral dan agama ,transformasi
budaya melalui adaptasi dan adopsi nilai-nilai budaya asing yang positif guna
memperkaya budaya bangsa, revitalisai dan reaktualisasi budaya-budaya local yang
bernilai luhur.
3) Meningkatkan keimanan dan moralitas bangsa karena dengan adanya keimanan dan
moralitas, maka pengaruh negatif dari globalisasi dapat diatasi. Kita dapat menjaring halhal yang baik dan buruk dari budaya luar yang masuk ke negara kita.
Dinamika sosial dan kebudayaan selalu melanda semua bangsa dan negara di dunia
demikian pula tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun luas
permasalahan dan tingkat permasalahan itu berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan
kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun
perkembangannya dewasa ini bisa dikatakan lebih tertinggal apabila dibandingkan
dengan perkembangan di negera maju lainnya. Bagaimanapun masalah yang dihadapi,
masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami
kondisi kehilangan kebudayaan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap
tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian
generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Secara umum ada dua kekuatan yang menyebabkan timbulnya
perubahan sosial, hal yang pertama adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri
(internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa
setempat. Hal kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti
pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun
persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya
dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata
kembali kehidupan mereka .
Seberapa cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan faktor
apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan
kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro
dan kontra itu dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan
disintegrasi sosial terutama dalam masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti
Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada pembahasan di atas