PROPOSAL EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN TEA

PROPOSAL
EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY
PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BOGA
DI SMK N 6 YOGYAKARTA

Oleh:

ELAN DIWANGKORO
Nim: 17702251013

Tesis Ini Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
DIREKTORAT PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA
2018

LEMBAR PERSETUJUAN

EVALUASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY

PROGRAM STUDI KEAHLIAN TATA BOGA
DI SMK N 6 YOGYAKARTA

ELAN DIWANGKORO
Nim. 17702251013

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mendapatkan gelar magister pendidikan
Program studi pendidikan teknologi dan kejuruan program magister

Menyetujui Untuk Diajukan Pada Penelitian Tesis
Pembimbing,

Prof. Soenarto, M.A., M.Sc., Ph.D.
Nip. 19480804 197412 1 001

Mengetahui:
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta


Direktur,

Prof. Dr. Marsigit, M. A
Nip. 195707 19198303 1 004

Ketua Program Studi,

Prof. Soenarto, M.A., M.Sc., Ph.D.
Nip. 19480804 197412 1 001

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, atas
limpahan rahmat, pertolongan dan kehendak-nya, penulis bisa menyelesaikan
proposal tesis ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada nabi
muhammad saw, beserta keluarganya, sahabat dan para umatnya yang senantiasa
mengikuti jejak langkahnya.
Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

gelar magister pendidikan program studi pendidikan teknologi dan kejuruan.
Adapun tema yang dilakukan dalam penelitian ini adalah “Evaluasi Model
Pembelajaran Teaching Factory Program Studi Keahlian Tata Boga di SMK N 6
Yogyakarta”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak, yang telah memberikan bantuan berupa dorongan,
dukungan, bimbingan, dan partisipasi dari berbagai pihak. Sehingga dengan penuh
hormat, kerendahan hati, rasa syukur, dan penghargaan yang tinggi penulis
ucapakan yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Direktur Program Pascasarjana
beserta staf atas bantuannya yang sangat berharga dalam memberikan
pelayanan dan ijin penelitian sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

2.

Prof. Soenarto, M.A., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing tesis juga
selaku kepala program studi pendidikan teknologi dan kejuruan program
magister uny yang penuh dengan bijaksana dan keikhlasan telah banyak

meluangkan

waktu,

tenaga,

dan

pikirannya

untuk

membimbing,

mengarahkan, dan memotivasi penulis. tanpa jasa beliau rasanya penulis tidak
akan mampu menyelesaikan tesis ini.
3.

Dosen Di Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program
Magister UNY yang telah memberikan ilmunya dengan sungguh-sungguh

dan penuh keteladanan.

iii

4.

Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang dan jasa yang tak akan pernah bisa
terbalaskan, serta dorongan berupa ketulusan do’a dan ikhtiar yang sungguhsungguh.

5.

Seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Program Magister, khususnya angkatan 2017 atas motivasi,
kebersamaan, dan kerjasamanya selama perkuliahan, semoga persaudaraan
kita tetap terjaga baik

6.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak
saya bisa sebutkan satu per satu.

Teriring harapan dan doa semoga alloh swt membalas semua amal kebaikan

dari berbagai pihak tersebut. Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak selalu penulis harapkan, dan semoga proposal tesis ini dapat
memberi manfaat dan senantiasa mendapat ridho allah swt. Amin.

Yogyakarta, September 2018

Elan Diwangkoro
Nim. 17702251013

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Evaluasi ...................................................................................... 6
F. Manfaat Evaluasi .................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9
A. Kajian Teori ........................................................................................... 9
1. Teaching Factory ............................................................................... 9
2. Komponen – komponen Utama Implementasi Teaching Factory ..... 12
3. Kondisi Ideal Teaching Factory ........................................................ 15
4. Aspek – Aspek Penting dalam Konsep Teaching Factory ................ 16
5. Evaluasi ............................................................................................. 20
6. Model Evaluasi CIPP ........................................................................ 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 24
C. Kerangka Berfikir ................................................................................... 26
D. Pertanyaan Evaluasi ...............................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 27
A. Jenis Dan Desain Evaluasi ...................................................................... 27

B. Model Evaluasi Yang Digunakan ..........................................................27
C. Tempat Dan Waktu Evaluasi ................................................................. 29
D. Populasi Dan Sampel ............................................................................. 30
1. Populasi ........................................................................................... 30
2. Sampel ............................................................................................. 30
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................ 30
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 30
2. Instrumen Penelitian .......................................................................... 31
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................................... 31
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 33
H. Kriteria Keberhasilan ............................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37
LAMPIRAN ......................................................................................................

v

vi

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) merupakan lanjutan pendidikan
menengah pertama yang mempunyai tujuan utama menyiapkan tenaga kerja
yang terampil, profesional, dan berdisiplin tinggi sesuai dengan tuntutan
dunia kerja. Tujuan tersebut tercan-tum dalam uu sisdiknas pasal 15 dimana
me-nyebutkan tujuan khusus smk adalah menyi-apkan siswa agar menjadi
manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
Salah satu usaha untuk mewujudkannya adalah mening-katkan kualitas
pembelajaran.
Kritik yang selalu dilontarkan oleh para pengguna lulusan lembaga
pendidikan adalah kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh lembaga
pendidikan masih jauh dari standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri.
Sehingga seringkali kalangan industri masih membutuhkan biaya besar dan
mengalokasikan waktu yang cukup lama untuk program training. Menyikapi
kondisi tersebut maka direktorat jenderal pembinaan sekolah menengah
kejuruan (smk), seperti tertuang dalam roadmap pengembangan smk 20152019, menyebutkan akan terus berupaya untuk memberdayakan smk dalam
menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki kompetensi


1

keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan berbagai
entitas bisnis yang relevan dalam bentuk teaching industry/ factory (tefa).
Program Teaching Factory saat ini menciptakan lulusan smk yang
berkompetensi dan siap kerja sesuai tuntutan dunia kerja. Maka pembelajaran
berbasis dunia kerja adalah salah satu solusinya. Kegiatan pembelajaran di
smk selama ini baru sebatas praktik dengan media praktik atau laboratorium
yang memproduksi barang yang tidak memiliki nilai jual. Kegiatan produksi
yang bisa menghasilkan barang atau jasa yang memiliki nilai jual dapat
mengembangkan potensi smk untuk mengolah sumber-sumber pembiayaan
sekaligus merupakan sumber belajar.
Kenyataan di lapangan, di Yogyakarta, SMK dengan program studi
tata boga yang mempunyai unit produksi tetapi tidak berjalan dengan baik
atau bahkan hanya nama saja. Tentu hal ini menjadi permasalahan yang
penting yang harus dicari solusinya. Di satu sisi, pelaksanaan unit produksi di
smk sebagai sarana pembelajaran yang mengacu pada dunia kerja yang nyata,
namun di sisi lain, proses pembelajaran itu diharapkan dapat dihasilkan suatu
produk/jasa yang mempunyai nilai jual, memberikan nilai finansial, yang
bertujuan agar bisa memberikan kontribusi bagi penyelenggara pendidikan.

Hasil belajar yang dicapai siswa smk akan bernilai jika dapat diakui oleh
masyarakat sebagai sesuatu yang bermanfaat dan laku dijual.
SMK Negeri 6 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah
kejuruan di bidang pariwisata yang berada di kota Yogyakarta yang
menyelenggarakan program teaching factory. Program teaching factory

2

yang merupakan unit produksi di SMK N 6 Yogyakarta terdiri dari 2
jurusan yaitu unit produksi tata boga dan unit produksi busana. Dalam
pelaksanaannya di unit produksi peserta didik yang dimagangkan kurang
semangat/belum melaksanakan latihan praktek industri dengan baik,
padahal

sudah

dibuatkan

jadwal

sesuai

dengan jam mata pelajaran

kejuruan, selain itu belum semua lulusan dapat memenuhi tuntutan
lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Dengan ditingkatkannya
pengawasan terhadap peserta didik yang melakukan praktek di unit
produksi dan perlu adanya evaluasi di unit produksi untuk melatih peserta
didik lebih giat dan semangat dalam melakukan praktek di unit
produksi maupun di lingkungan kerja, sehingga peserta didik menjadi
lulusan yang sesuai dengan bidangnya/ tuntutan lapangan kerja.
Pelaksanaan Teaching Factory tidak terlepas dari berbagai masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan
dan upaya pengembangan mutu smk yang merupakan bagian dari program
vokasi perlu dilakukan suatu evaluasi pelaksanaan teaching factory smk n 6
di yogyakarta. Melalui evaluasi ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
proses pelaksanaan dalam kegiatan pembelajarannya, hambatan dan kendala
apa yang dihadapi selama proses pelaksanaan, dan hal-hal apa saja yang harus
diperbaiki dan ditingkatkan dalam proses pelaksanaan teaching factory.
Proses penerapan teaching factory adalah dengan memadukan konsep bisnis
dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan,
pada teaching factory di smk n 6 yogyakarta. Penjelasan tentang pelaksanaan

3

teaching factory di yogyakarta meliputi aspek context, input, process, dan
product.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikatakan
pelaksanaan Teaching Factory (Tefa) di smk belum berjalan dengan baik.
Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian tentang evaluasi model pembelajaran
teaching factory smk program studi keahlian tata boga di Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalaha yang telah dikemukanan, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.

Kompetensi lulusan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan masih jauh
dari standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri.

2.

Pelaksanaan teaching factory smk yang berupa unit produksi belum
berjalan dengan baik.

3.

Kurangnya semangat peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran
teaching factory di unit produksi smk n 6 yogyakarta.

4.

Belum diadakan penelitian tentang evaluasi

efektivitas pelaksanaan

teaching factory program keahlian tata boga di smk n 6 yogyakarta
ditinjau dari segi context, input, process, product.

C. Batasan Masalah
Batasan masalah ini dimaksudkan untuk memberi gambaran yang
jelas tentang maksud dari judul untuk menghindari kesalahpahaman terhadap

4

masalah yang diteliti. Maka penelitian ini dibatasi pada evaluasi pelaksanaan
pembelajaran teaching factory yang di tinjau dari segi context, input, process,
producti di SMK N 6 Yogyakarata.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.

Konteks (Context)
a.

Apakah tujuan yang ingin dicapai dalam program teaching factory
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, industry dan lingkungan
masyarakat?

b.

Apakah pelaksanaan program pembelajaran teaching factory sesuai
dengan kebijakan yang telah diterapkan oleh sekolah?

2.

Masukan (Input)
a.

Seberapa tingkat kesiapan kompetensi guru dalam pelaksanaan
program pembelajaran teaching factory?

b.

Seberapa tingkat kesiapan kompetensi peserta didik dalam
pelaksanaan program pembelajaran teaching factory?

c.

Seberapa tingkat kesiapan

pengelolaan program pembelajaran

teaching factory oleh sekolah?
3.

Proses (Process)
a.

Apakah pelaksanaan program sesuai dengan tujuan yang ingin di
capai?

5

b.

Apakah

orang yang terlibat dalam pelaksanaan program

pembelajran teaching factory sanggup menangani kegiatan selama
program berlangsung?
c.

Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan?

d.

Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan
program?

4.

Produk (product)
a.

Apakah tujuan dalam program teaching factory yang dirumuskan
sudah tercapai?

b.

Apakah

manfaat

yang

diperoleh

dengan

adanya

peogram

pembelajaran teaching factory?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1.

Konteks (context)
a.

Tujuan yang ingin dicapai dalam program teaching factory sesuai
dengan

kebutuhan

peserta

didik,

industry

dan

lingkungan

masyarakat.
b.

Pelaksanaan program pembelajaran teaching factory sesuai dengan
kebijakan yang telah diterapkan oleh sekolah.

6

2.

Masukan (input)
a.

Tingkat kesiapan kompetensi guru dalam pelaksanaan program
pembelajaran teaching factory.

b.

Tingkat.kesiapan kompetensi peserta didik dalam pelaksanaan
program pembelajaran teaching factory.

c.

Tingkat.kesiapan

pengelolaan program pembelajaran teaching

factory oleh sekolah.
3.

Proses (process)
a.

Pelaksanaan program sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.

b.

Orang yang terlibat dalam pelaksanaan program pembelajran
teaching factory sanggup menangani kegiatan selama program
berlangsung.

4.

c.

Pelaksanaan program sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

d.

Hambatan-hambatan yang dijumpai selama pelaksanaan program.

Produk (product)
a.

Tujuan dalam program teaching factory yang dirumuskan sudah
tercapai.

b.

Manfaat yang diperoleh dengan adanya peogram pembelajaran
teaching factory.

7

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara
praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Manfaat teoritis
a.

Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran
dalam pengembangan ilmu boga khususnya pada bidang hospitality.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
melengkapi kajian teoritis.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dalam
melakukan penelitian di bidang boga.
2.

Manfaat praktis
a.

Bagi peneliti
sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman peneliti serta salah satu prasyarat yang harus dipenuhi
guna memperoleh gelar magister.

b. Bagi smk
Sebagai sumbangan informasi bagi pihak yang berkepentingan
dalam usaha pengoptimalan pelaksanaan teaching factory di smk.
c.

Bagi Universitas Negeri Yogyakarta
Sebagai salah satu bahan untuk menambah referensi bacaan bagi
mahasiswa

Universitas

Negeri

Yogyakarta

pada

umumnya,

khususnya kajian ilmu bagi para mahasiswa PTK.

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1.

Teaching Factory (Tefa)
Pembelajaran

Teaching

Factory

adalah

suatu

konsep

pembelajaran di smk berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada
standar dan prosedur yang berlaku di industri, dan dilaksanakan dalam
suasana seperti yang terjadi di industri. Hal ini sesuai karakteristik
pendidikan kejuruan seperti yang disebutkan (Sofyan Herminarto,
2012:14) yaitu: (1) mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan
kerja; (2) didasarkan kebutuhan dunia kerja “demand-market-driven”; (3)
penguasaan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja; (4) kesuksesan
siswa pada “hands on” atau performa dunia kerja; (5) hubungan erat
dengan dunia kerja; (6) responsive dan antisipatif terhadap kemajuan
teknologi; (7) learning by doing dan hands on experience; (8)
memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dari
pendidikan umum.
Konsep teaching factory merupakan menggabungkan belajar
dan lingkungan kerja yang realistis dan memunculkan pengalaman
belajar yang relevan. “teaching factory concept as an approach that
combines the learning and working environment from which realistic and
relevant learning experiences arise” (Nayang Polytechnic, 2003).

9

Lamancusa, Zayas, Soyster, Morell, Dan Jorgensen (2008: 7),
mengungkapkan bahwa konsep teaching factory ditemukan karena tiga
hal, yaitu: (1) pembelajaran yang biasa saja tidak cukup, (2) keuntungan
peserta didik diperoleh dari pengalaman praktik secara langsung, dan (3)
pengalaman pembelajaran berbasis team yang melibatkan siswa, staff
pengajar dan partisifasi industri memperkaya proses pendidikan dan
memberikan manfaat yang nyata bagi semua pihak. Paradigma
pembelajaran teaching factory didasarkan pada tujuannya yang secara
efektif mengintegrasikan kegiatan pendidikan, penelitian dan inovasi ke
dalam satu konsep tunggal, yang melibatkan industri dan akademik.
Pembelajaran teaching factory berfokus pada integrasi industri dan
akademik melalui pendekatan terhadap kurikulum, pengajaran/pelatihan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Segitiga Pengetahuan dalam Industri

Pembelajaan teaching factory diharapkan menghasilkan lulusan
yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (dudi).

10

Penyerapan tenaga kerja oleh institusi secara kualitatif masih terpaut jauh
dari kapasitas daya tampung industri setiap tahunnya, meskipun celah
angka jumlah lulusan (supply) dengan angka jumlah permintaan
(demand) tidak terlalu lebar. Permasalahan yang dihadapi oleh salah
satunya yaitu kesenjangan capaian kompetensi para lulusan institusi
pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Teaching factory mengintegrasikan proses pembelajaran untuk
menghasilkan produk maupun jasa yang layak jual untuk menghasilkan
nilai tambah untuk sekolah (Direktorat Pembinaan SMK, 2008). Artinya,
proses teaching factory dapat menanamkan jiwa kewirausahaan bagi
siswa. Melalui proses teaching factory menghasilkan produk barang dan
jasa yang memiliki nilai tambah dengan kualitas yang bisa diserap dan
diterima oleh masyarakat. Menurut Moerdiyanto (2009), yang perlu
diperhatikan dalam produksi barang dan jasa antara lain: (1) produk apa
yang dibutuhkan di pasar, (2) mengapa produk tersebut dibeli, (3) siapa
pembeli, (4) bagaimana proses pembelian, (5) bagaimana mutu dan
penampilan produk, (6) bagaimana modelnya, (7) bagaimana merk-nya,
bagaimana palayanan dan garansinya.
Penyelenggaraan

model

teaching

factory

memadukan

sepenuhnya antara belajar dan bekerja, tidak lagi memisahkan antara
tempat penyampaian materi teori dan tempat materi produksi (praktik).
Bentuk organisasi teaching factory menunjukkan sifat dari perusahaan,
tenaga pengajar merupakan kelompok profesional dalam bidang

11

pendidikan yang diharapkan yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat atas produk dan jasa sesuai dengan kelompok smk.
2.

Komponen-Komponen Utama Implementasi Teaching Factory
Komponen

-

komponen

utama

ekosistem

dalam

mengimplementasikan teaching factory adalah sebagai berikut :
a.

Peserta didik
Unsur ini menjelaskan bahwa belajar merupakan fokus utama dari
penyelenggaraan kegiatan sekolah dan fokus dari kegiatan belajar
adalah

membangun

sikap/perilaku

(yang

merupakan

bagian

terpenting dari karakter). Bagi peserta didik, sikap dan perilaku
merupakan elemen yang penting dalam mempersiapkan diri
memasuki

dunia

industri.

Oleh

karena

itu,

sekolah

perlu

mengembangkan pembelajaran yang mencakup hardskill dan
softskill.
1) Motorik (skill)
Kemampuan ini berkaitan dengan mutu atau kualitas dari hasil
pekerjaan atau praktik yang dilakukan oleh peserta didik.
Melalui pengembangan kemampuan motorik, peserta didik akan
dapat melakukan setiap pekerjaan atau praktik secara presisi.
Kemampuan ini memaksa peserta didik untuk mencapai batas
standar atau kualitas yang telah ditetapkan.

Tahapan ini

mendorong peserta didik untuk memperkuat perilaku jujur
dengan

membuktikan

sendiri

batas

kesanggupan

dalam

12

melakukan praktik. Dengan demikian, melalui kemampuan
motorik yang baik, peserta didik akan menghasilkan produk
yang memiliki kualitas/mutu (cekatan, sigap, rapi, cepat, dan
presisi).
2) Kognitif (knowledge)
Kemampuan ini berkaitan dengan pengembangan pemikiran
yang membangun kreativitas yang dapat menciptakan inovasi.
Dengan kemampuan kognitif yang baik, peserta didik akan
mampu

melakukan

proses

evaluasi

dan

menumbuhkan

pemikiran yang penuh dengan inovasi atau hal-hal baru. Oleh
karena itu, ranah kognitif akan memperkuat tumbuhnya
pemikiran yang rasional, logis, dan teliti.
3) Afektif (attitude)
Kemampuan afektif merupakan hasil yang dicapai apabila
kemampuan motorik dan kemampuan kognitif telah berhasil
ditanamkan pada peserta didik. Kemampuan ini menumbuhkan
karakter integritas pada peserta didik yang mencakup sikap
disiplin, handal, terbuka, empati, kehati-hatian, mandiri, rajin,
tumbuh jiwa sosial, jiwa kepemimpinan, dan kewirausahaan.
b.

Guru
Kedua ini berkaitan dengan fungsi guru atau instruktur di institusi.
Dalam hal ini, guru atau instruktur merupakan sumber daya utama
yang

menjadi

tolak

ukur

bagi

peserta

didik

dalam

13

mengimplementasikan pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan industri. Keteladanan guru cenderung akan ditiru oleh
peserta didik dan hal ini mempengaruhi afeksi peserta didik. Dengan
kata lain, peserta didik menjadi imitator guru atau instruktur dalam
kegiatan pembelajaran praktik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
Fungsinya,

guru

atau

instruktur

mempunyai

peranan

dan

berkemampuan sebagai: (1) pengajar, pendidik dan pembimbing; (2)
operator, mentor dan inspector; (3) fasilitator, inisiator dan
inspirator; serta (4) role model.
c.

Manajemen sekolah
Manajemen sekolah merupakan unsur

yang penting dalam

implementasi teaching factory. Manajemen berperan sebagai
stimulator atau penggerak kinerja institusi. Program evaluasi kerja
sekolah mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1) Implementasi

kurikuler

disesuaikan,

bahkan

diupayakan

melebihi kebutuhan pembelajaran.
2) Implementasi bisnis harus bersifat operasional, mengarah pada
kesejahteraan dan re-investasi.
3) Program pengembangan sekolah harus mencakup kapasitas
sekolah, jangkauan pengembangan, dan peningkatan sekolah.
Ketiga unsur penentu utama tersebut merupakan subjek utama dalam
mendukung keberhasilan implementasi teaching factory. Dalam
pelaksanaannya, ketiga unsur tersebut mengikuti ketentuan yang

14

termuat dalam kurikulum nasional. Namun demikian, pelaksanaan
dari kurikulum nasional tersebut memerlukan keselarasan dengan
tuntutan perkembangan teknologi di masyarakat dan di lingkungan
industri.
3.

Kondisi Ideal Teaching Factory
Kondisi ideal implementasi teaching factory di smk, meliputi
aspek-aspek dan sub aspek sebagai berikut:
a.

Aspek pembelajaran, bahan ajar mempunyai tujuan untuk mencapai
kompetensi tertentu dan merupakan sesuatu yang multiguna
(marketable), khusus untuk program kompetensi yang tidak
menghasilkan produk/jasa dapat diarahkan pada simulasi dari situasi
kerja riil di lapangan, system penilaian yang digunakan sudah
berbasis teaching factory dan system pembelajaran menggunakan
jadwal blok dan kontinyu.

b.

Sumber daya manusia mempunyai kemampuan design engineering
dan dapat menerapkan sense of quality, sense of efficiency dan sense
of innovation. Untuk proses kegiatan belajar harus memperhatikan
rasio jumlah guru dan jumlah peserta didik.

c.

Fasilitas fasilitas yang dimiliki sekolah harus memenuhi rasio 1 : 1
antara peserta didik dan alat, penanganan perawatan sudah
menerapkan mrc (maintanance repair and calibration), untuk alat
bantu proses sudah sesuai dan lengkap, seluruh peralatan di
kembangkan terus menerus (penambahan dan penggantian alat).

15

d.

Kegiatan praktik menerapkan budaya industri dengan adanya standar
kualitas (quality control), target waktu, efisiensi proses produksi,
rotasi kerja (shift), produk kerja yang jelas, hasil praktik dapat
menjadi sumber pendapatan (generating income), fungsi dan
tanggung jawab yang jelas untuk setiap penanggung jawab,
lingkungan kerja dibuat dan dijaga sehingga jadi aman dan nyaman,
kegiatan pembelajaran teratur dan lancar, kontrol dan pemantauan
dilakukan secara terus menerus.

e.

Jaringan kerjasama (network) sekolah mempunyai network dengan
industri, baik untuk transfer teknologi maupun membangun budaya
industri di sekolah.

f.

Produk dan jasa produk dan jasa yang dihasilkan sudah sesuai
dengan standar industri.

g.

Transparansi, pencatatan transaksi keuangan sudah sesuai dengan
standar prosedur akuntansi (tata kelola keuangan).

h.

Aspek legal berupa peraturan harus tersedia untuk penyelenggaraan
teaching factory

4.

Aspek-Aspek Penting Dalam Konsep Teaching Factory
a.

Kompetensi
1) Attitude: kehati-hatian, mandiri, jujur, rajin, tumbuhnya jiwa
social dari kegiatan industri.
2) Skill: cekatan, sigap, presisi sesuai ukuran.
3) Knowledge: rasional, logis, teliti.

16

b.

Didaktis
Proses belajar teaching factory mencakup 3 ranah yaitu:
1) Diklat (pendidikan dan latihan): pendidikan dan latihan berbasis
“proses” yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran sehingga mencapai kompetensi/kecakapan tertentu.
2) Produksi: ranah ini berbasis “hasil” yang menekankan pada
“bagaimana siswa mengimplementasikan kecakapan yang
dimilikinya” sehingga siswa dapat mengetahui untuk apa
kecakapan yang dipelajarinya itu (mengetahui kegunaan).
3) Konsultansi:

ranah

ini

berbasis

“keberterimaan”

yang

menekankan pada “penjaminan standarisasi dan bagaimana
memperdalam/ memperluas” untuk pengembangan kreativitas
dan inovasi sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang dapat
diterima oleh masyarakat.
c.

Fasilitas/peralatan
1) Siswa mendapat kesempatan yang cukup untuk mencapai
kompetensi yang dibutuhkan dengan ketersediaan 1 alat untuk 1
siswa. Kesesuaian antara fasilitas dengan kurikulum dan
produksi yang dapat memenuhi kebutuhan du dan di.
2) Fasilitas selalu dalam kondisi siap pakai (ada maintenance and
repair yang baik).
3) Optimalisasi penggunaan fasilitas:

17

a) Kelas x: pembelajaran 70% maks. Bermuatan kurikuler dan
30% min. Bermuatan produksi.
b) Kelas xi: 50% bermuatan kurikuler dan 50% bermuatan
produksi.
c) Kelas xii: 30% min. Bermuatan kurikuler dan 70% maks.
Bermuatan produksi.
d.

Sumber daya manusia (sdm)
Terjadi perubahan mindset dari pendekatan teori dan praktik
simulasi ke pendekatan produksi. Ada perubahan proses dari pola
”belajar” menjadi pola ”aplikatif”. Pada pola belajar, penekanan
lebih diarahkan bagaimana proses berlangsung dengan benar,
sehingga peserta didik dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
sesuai dengan persyaratan kompetensi yang diberikan baik teknis,
fungsi, dan proses. Hasil dari proses adalah benda jadi yang ”sesuai”
dengan kompetensi yang dipersyaratkan namun secara parsial kurang
bermakna (tidak harus bisa digunakan/dimanfaatkan). Sedangkan
pada pola pendekatan produksi, penekanan lebih diarahkan ke benda
jadi yang nantinya ”berguna”, seperti hand-tools, spare part yang
ukuran dan kualitasnya sesuai kebutuhan, yang kemudian dipecah
menjadi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan. Peran penting
masing-masing sdm dijelaskan sebagai berikut.
1) Peran

pengajar/instruktur:

a)

dalam

konteks

pendidikan

bertindak sebagai pengajar, pendidik, pembimbing dan penguji.

18

b) dalam konteks produksi bertindak sebagai pelaksana
(memberi

contoh/demo),

(mendampingi/mengawasi

kerja

sebagai
siswa),

pendamping
sebagai

penguji

(menilai kesesuaian hasil kerja siswa dengan standar) dan
sebagai konsumen (menilai kelayakan hasil kerja siswa).
2) Peran murid: a) dalam konteks pendidikan bertindak sebagai
peserta belajar, mitra didik, peserta bimbingan dan peserta uji
kompetensi. b) dalam konteks produksi bertindak sebagai
pelaksana dan penilai (qc).
3) Rasio pengajar siswa (kondisi ideal): a) untuk kerja alat 1 : 6 –
12 siswa, b) untuk kerja manual 1 : 12 – 20 siswa.
4) Pengajar memiliki skill / kompetensi yang sesuai.
5) Pengajar

memiliki

pengalaman

produksi

(keberanian

berproduksi, pernah mengikuti program magang)
6)

mampu membangun jaringan pasar/konsumen

7) Motivasi tinggi (sadar akan mutu)
8) Kreativitas (inovasi/creatin)
9) Manajemen: a) sistem pengelolaan order dan billing, sistem satu
pintu. b) transparansi keuangan yang dibarengi dengan system
pengendalian secara intern yang baik. c) struktur organisasi dan
deskripsi pekerjaan yang jelas. d) sistem produksi yang baik
mencakup: inventory system, production planning and control
(ppc) termasuk perancangan produksi, handling system, inspeksi

19

(quality control), delivery, sistim insentif untuk meningkatkan
kinerja,
10) Lingkungan: a) internal: dukungan dari dalam institusi yang
solid, visi yang sama, masing-masing sadar akan mutu,
mengutamakan kepentingan institusi. b) eksternal: regulasi dan
dukungan dari pemerintah, du/di maupun masyarakat.
5.

Evaluasi
Dalam suatu proses pembelajaran komponen yang turut menentukan
keberhasilan suatu proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi akan diketahui
sejauh mana pelaksanaan pembelajaran, tujuan pendidikan, dan suatu program
pendidikan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Arikunto Suharsimi (2009: 2), menyatakan bahwa evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Selain itu Rogers (2005: 2)
mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan dan
analisis informasi untuk membentuk suatu penilaian berdasarkan bukti yang
kuat. Penilaian tersebut berkaitan tentang sejauhmana suatu target tercapai dan
penilaian tersebut dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Dari
berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan suatu kegiatan mengumpulkan informasi tentang suatu
program yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pelaksanaan suatu program berjalan dan sampai sejauh mana tujuan program
tersebut dapat tercapai. Selain itu evaluasi berguna untuk membantu
menunjukkan kinerja apa saja yang perlu ditingkatkan, diperbaiki, ataupun

20

dipertahankan dalam suatu program berdasarkan bukti yang diperoleh serta
berguna untuk mengetahui berapa besar nilai dari kinerja penyelenggara
program.
Kaufman dan thomas dalam Arikunto Suharsimi (2009: 40-41)
membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu: (1) goal oriented
evaluation model, dikembangkan oleh tyler; (2) goal free evaluation model,
dikembangkan oleh scriven; (3) formatif summatif evaluation model,
dikembangkan oleh michael scriven; (4) countenance evaluation model,
dikembangkan oleh stake; (5) responsive evaluation model, dikembangkan oleh
stake; (6) cse-ucla evaluation model, menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan; (7) cipp evaluation model, dikembangkan oleh stufflebeam; dan (8)
discrepancy model, dikembangkan oleh provus. Model evaluasi yang tepat
untuk program pemrosesan yaitu model goal oriented evaluation, model goal
free evaluaion, model formative-sumative evaluation, deskripsi pertimbangan,
model evaluasi cse-ucla, model evaluasi cipp, model evaluasi kesenjangan
(Arikunto Suharsimi, 2009: 52-55).
Dari berbagai macam model evaluasi seperti yang telah disebutkan di
atas, salah satu model evaluasi yang tepat untuk program pemrosesan adalah
model evaluasi formatifsumatif oleh michael scriven. Evaluasi formatif
dilakukan selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
sesudah program berakhir atau pada pada akhir penghujung program (Arikunto
Suharsimi, 2009: 53-54).
6.

Model evaluasi cipp
Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah
satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang

21

paling sering dipakai oleh evaluator. Dalam model ini, evaluasi harus dapat
memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi
pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan
program.
Madaus, scriven, dan stufflebeam (Widoyoko, 2009:181) menyatakan
the cipp approach is based on the view the most important purpose of
evaluation is not to prove but to improve adalah bukan untuk membuktikan
tetapi untuk memutuskan. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai
dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari context, input,
process dan product.
d.

Evaluasi konteks

Konteks disini diartikan yaitu situasi atau latar belakang yang
mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan
dikembangkan dalam program yang bersangkutan. (Daniel L.
Stufflebeam, 2007:326) memaparkan evaluasi konteks, sebagai berikut:
“context evaluation assess needs, problems, assets and opportunities to
help decision makers define goal and priorities and to help relevant user
judge goals, priorities, and outcome”. Evaluasi konteks dimaksudkan
untuk menilai kebutuhan, masalah, asset dan peluang guna membantu
pembuat kebijakan menetapkan tujuan dan prioritas, serta membantu
kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui tujuan, peluang dan
hasilnya. Evaluasi konteks juga memberikan gambaran, rincian terhadap
lingkungan, serta menilai kebutuhan dan tujuan secara lebih terarah.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan
lingkungan program atau kondisi obyektif yang dilaksanakan. Hal tersebut

22

berisi tentang kekuatan dan kelemahan obyek tertentu yang akan atau
sedang berjalan. Evaluasi konteks menurut suharsimi arikunto, dilakukan
untuk menjawab pertanyaan: (1) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh
kegiatan program, (2) tujuan pengembangan apakah yang belum dapat
tercapai oleh program, (3) tujuan pengembangan manakah yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, (4) tujuan manakah yang
paling mudah dicapai.
e.

Evaluasi input
Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan
menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan
sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Widoyoko
(2009:182) menyatakan bahwa evaluasi masukan membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber daya yang ada, alternatif apa yang diambil,
apa rencana dan stratergi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya. Evaluasi input meliputi: 1) sumber daya
manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3) dana atau anggaran, dan 4)
berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.

f.

Evaluasi proses
Worthen dan Sanders (widoyoko,2009:182) menyatakan bahwa
tujuan dari evaluasi proses adalah untuk mendeteksi atau memprediksi
rancangan

prosedur

atau

rancangan

implementasi

selama

tahap

implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program , dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Pada dasarnya
evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah
diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

23

g.

Evaluasi produk
Evaluasi produk (product evaluation) merupakan bagian terakhir
dari model cipp. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan
capaian capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahanperubahan yang terjadi pada input. Widoyoko (2009:183) menyatakan
bahwa evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk
mengukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Data yang dihasilkan akan menentukan apakah program diteruskan,
dimodifikasi, atau dihentikan.
Penelitian ini menggunakan model evaluasi CIPP yang
dikembangkan oleh stufflebeam. Model evaluasi ini terdiri dari empat
komponen evaluasi context, input, process dan product. Pada penelitian ini
dilakukan evaluasi terhadap komponen konteks, input, proses, dan produk
pada pelaksanaan program pembelajaran teaching factory di SMK N 6
Yogyakarta

B. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu tentang efektivitas dan
evaluasi yang digunakan untuk membantu mendapatkan gambaran dalam
menyusun kerangka berfikir pada penelitian ini.
Selain itu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari beberapa
penelitian

dan

faktor-faktor

lainnya,

sebagai

kajian

yang

dapat

mengembangkan wawasan berfikir peneliti, beberapa penelitian yang dikaji
dapat dilihat pada Tabel 1.

24

Tabel 1. Hasil penelitian yang relevan
No
1

2

3

Judul

Alat analisis

Hasil

Evaluasi
pelaksanaan
teaching factory smk
di surakarta, oleh
nuryake fajaryati:
jurnal (2013)
Efektivitas
pelaksanaan
teaching factory
siswa sekolah
menengah kejuruan
(smk) di solo
technopark oleh
lestari : jurnal (2016)

Penelitian deskriptif
dengan pendekatan
evaluasi model
formatif-sumatif

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan teaching
factory smk di surakarta
ditinjau dari
Kegiatan
pembelajaran
dinyatakan sangat baik

Penelitian evaluasi
dengan
menggunakan
pendekatan model
evaluasi CIPP.

Evaluasi manajemen
teaching factory
pada unit produksi
training hotel
sekolah menengah
kejuruan
Kridawisata bandar
lampung. Oleh i
nyoman gali
darmawan: jurnal
(2014)

Penelitian evaluasi
yang menggunakan
model evaluasi CIPP
(context,
input,
process,
product)
dengan
metode
penelitian kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
1)
aspek
konteks:
pelaksanaan program pengajaran
pabrik sesuai dengan misi visi yang
telah ditetapkan. 2) aspek input:
sumber daya manusia adalah peran
utama dalam pelaksanaan pabrik
pengajaran. 3) aspek proses:
efektivitas
pelaksanaan
pembelajaran
program
pabrik
pengajaran
termasuk
kategori
sangat tinggi yang ditunjukkan oleh
persentase paling besar 50%. 4)
aspek produk: hasil belajar siswa
merupakan penilaian dari sisi
pabrik mengajar yang merupakan
nilai total selama pelaksanaan
pabrik mengajar.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa: (1) evaluasi context :
analisis
kebutuhan
kurang
maksimal, dikarenakan pengelolaan
teaching factory belum menerapkan
prinsip-prinsip manajemen berbasis
sekolah. (2) evaluasi input:
kepemimpinan yang diterapkan
mendukung pelaksanaan teaching
factory (3) evaluasi process:
perencanaan, kurang maksimal
diperlukan penyusunan rencana
kerja sekolah mengenai teaching
factory. (4) evaluasi product, : mutu
kegiatan teaching factory mampu
menciptakan budaya industri di
sekolah dan salah satu sumber
pembiayaan bagi sekolah.

25

C. Kerangka Berfikir
Penelitian

ini

termasuk

jenis

penelitian

evaluasi

dengan

menggunakan pendekatan model evaluasi cipp (context input process
product). Bentuk dan strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
dengan menggunakan data kualitatif dan didukung oleh data kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara,
angket (kuisioner) dan studi dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Untuk data kualitatif menggunakan analisis data deskriptif.
Data kualitatif yang diperoleh perlu dilakukan tabulasi data. Selanjutnya
dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Dalam Penelitian Ini, Efektivitas Pelaksanaan Teaching Factory
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat digambarkan ke dalam
paradigma penelitian seperti pada Gambar 2.
Konteks

Input
SMK

Teaching
Factory
Proses

Kriteria
Evaluasi
Teaching
Factory

Produk

Gambar 2. Kerangka Berfikir

26

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi. Pendekatan
yg digunakan adalah kualitatif yang didukung data kuantitatif, sedangkan
metode yang digunakan adalah studi kasus (case studies). Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalanya, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2012:6). Data
penelitian kuantitatif dapat menggunakan observasi yang lembar observasi,
interview/wawancara, dan dokumentasi, yang menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan pendekatan presentase.

B. Model Evaluasi yang Digunakan
Penelitian evaluasi ini menggunakan model cipp yang dikembangkan
oleh daniel Stufflebeam. Pemilihan model evaluasi CIPP ini didasarkan pada
karakteristiknya yang bersifat komprehensif, meliputi: context, input, process,
dan product. Stufflebeam berpendapat bahwa evaluasi seharusnya memiliki
tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan hanya untuk membuktikan (to
prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat membuat suatu

27

perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman lebih dalam
mengenai fenomena oleh sebab itu penulis memilih Model Evaluasi CIPP
dengan alasan pembelajaran teaching Factory di sekolah tersebut mengakui
bahwa program pembelajaran tidak dilaksanakan sesuai dengan rancangan
namun selama ini hasilnya cukup baik. Model rencana evaluasi CIPP
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Model Rencana Evaluasi CIPP
Indicator
1. Tujuan
Program
Evaluasi
Konteks
2. Kebijakan

1. Kompetensi
Evaluasi
Input

2. Kesiapan

Evaluasi 1. Pelaksanaan
Proses
Program

Kriteria
Tujuan program
dirumuskan
berdasarkan kebutuhan
peserta didik, industry,
dan masyarakat
Pelaksanaan Program
TeFa sesuai dengan
kebijakan yang telah
diterapkan sekolah
a. kompetensi yang
dimiliki guru dalam
pelaksanaan program
pembelajaran TeFa
b. kompetensi yang
dimiliki peserta didik
dalam pelaksanaan
program
pembelajaran TeFa
Kesiapan Pengelolaan
program pembelajaran
TeFa oleh Sekolah
(sarana/prasarana,
SMD, manajemen)
a. Pelaksanaan
program sesuai
dengan tujuan yang
telah dirumuskan
b. Pelaksanaan

Subyek

Sumber Data

Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi,
Karyawan
Pelaksana
Harian,

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

28

Indicator

Kriteria
program sesuai
dengan jadwal yang
telah ditetapkan
c. Semua unsur yang
terlibat mampu
menangani kegiatan
selama program
berlangsung

2. Hambatan

Hambatan yang muncul
selama pelaksanaan
program pembelajaran
TeFa

1. Tujuan
umum
Program
Pembelajaran

Tercapainya tujuan
yang di rumuskan
dalam program
pembelajaran TeFa

Evaluasi
Produk
2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh
Program
dengan adanya
Pembelajaran pembelajaran TeFa

Subyek

Sumber Data

Peserta didik

Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi,
Karyawan
Pelaksana
Harian,
Peserta didik
Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi,
Karyawan
Pelaksana
Harian,
Peserta didik
Kaprodi,
Ketua Unit
Produksi,
Karyawan
Pelaksana
Harian,
Peserta didik

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

Studi
dokumentasi
dan hasil
wawancara

C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai September sampai Desember 2018, Tempat
penelitian di SMK N 6 Yogyakarta yan beralamat Jln. Kenari No. 4
Yogyakarta.

29

D. Populasi Dan Sampel
Populasi pada penelitian ini merupakan seluruh unsur yang terlibat
dalam pelaksanaan program pembelajaran teaching factory di SMK N 6
Yogyakarta, dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tujuan
penggunaan purposive sampling adalah untuk memilih informan yang
dianggap mengetahui informasi dari masalah yang secara mendalam dan
dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.
Sampel dalam penelitian yang terpresentatif sehinga dapat mewakili
pemahaman populasi dalam memaknai masalah yang akan diteliti. Sampel
penelitian ini adalah Kaprodi Tata Boga, Ketua Unit Produksi, Karyawan
Pelaksana Harian.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1.

Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu data
primer dalam penelitian ini adalah narasumber: Kaprodi Tata Boga: 1
orang, Ketua Unit Produksi: 1orang, Karyawan Pelaksana Harian: 3
orang Adapun data sekunder : Arsip dan Dokumen yang berhubungan
dengan masalah penelitian.Arsip dan dokumen yang dijadikan sumber
data dalam penelitian ini adalah buku refensi yang berhubungan dengan
unit produksi.

30

2.

Instrumen Evaluasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman
wawancara, instrumen observasi, dan instrumen evaluasi pelaksanaan
program pembelajran Teaching Factory. Instrumen-instrumen tersebut
disajikan dalam Table 3.
Tabel 3. Instrumen Evaluasi CIPP

No.

Komponen

1.

Context

 Kaprodi
 Ketua Unit Produksi

2.

Input

 Kaprodi
 Ketua Unit Produksi

3.

4.

Subjek

Process






Product

 Kaprodi, Ketua Unit
Produksi
 Karyawan Pelaksana Harian
 Peserta didik

Kaprodi
Ketua Unit Produksi
Karyawan Pelaksana Harian
Peserta didik

Instrumen















Pedoman wawancara Kaprodi
Pedoman wawancara KUP
Daftar checklist dokumentasi
Pedoman wawancara Kaprodi
Pedoman wawancara KUP
Daftar checklist dokumentasi
Pedoman wawancara Kaprodi
Pedoman wawancara KUP
Pedoman observasi KPH
Pedoman observasi peserta
didik
Pedoman wawancara Kaprodi
Pedoman wawancara KUP
Pedoman observasi KPH
Pedoman observasi peserta
didik

F. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan tujuan untuk
menunjukkan bahwa penelitian benar-benar ilmiah dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Agar penelitian besifat ilmiah dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan, data yang diperoleh pada proses penelitian harus
kredibel.

31

Pemeriksaan keabsahan data atau uji keabsahan data meliputi uji,
credibility

(validitas

internal),

transferability

(validitas

eksternal),

dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Uji kredibilitas
data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain
dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif
dan member chek.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument
penelitian. Oleh karena itu, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan

data.

Perpanjangan

keikutsertaan

dimaksudkan

untuk

memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
Moleong J.Lexy (2000 menjelaskan bahwa triangulasi merupakan tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Denzin, dalam Moloeng membedakan empat macam triangulasi sebagai
tehnik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
sebagai tehnik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber dan
metode.

32

G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan observasi
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengkategorikan setiap unsur yang
ada, melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan tehnik
analisis data interaktif model seperti yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman (1984: 12). Tehnik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga
komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan serta pengujian kesimpulan/verifikasi (drawing and verifying
conclutions). Analisis data didukung dengan data kuantitatif,

Menurut

Sugiyono (2012:137) berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian
kuantitatif

dapat

menggunakan

observasi

yang

lembar

observasi,

interview/wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan
presentase.
Adapun rumus data presentase ayang digunakan dalam penelitian
evaluasi ini dalah sebagai berikut :

f

: Frekunsi yang dicari presentasenya

N

: Number of clases (jumlah frekuensi atau banyak individu)

33

P

: Angka presentase

Data dian