Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Ana

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak-Anak
Risqi Andayani
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jln. Ki Hajar Dewantara 15A. Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111
E-mail: risqiandayani13@gmail.com

Abstract:
Divorce in a family relationship many happened. Not a few of the divorces which negatively to a
chlid. This subject makes chlid becomes divorce victim from old fellow. For example chlid often on
the warpath, unconvinced of it’s self, often feels solitude, etc. Surely, psychology child from family
which divorced will experience resistance in process of development it’s self. Result from this
research indicates that psychology child of from family divorced experiences negativity impact that
is enough signifikan like, condescending at society, temperament (easy to fulminate), and endless
discontented to the parents.
Keyword: Psychology, Chlid , Divorced
Abstrak:
Perceraian dalam suatu ikatan keluarga banyak terjadi. Tak sedikit dari perceraian tersebut yang
berdampak negatif terhadap anak. Perihal ini membuat anak menjadi korban perceraian dari orang
tua. Misalnya anak sering marah-marah, tidak percaya diri, sering merasa kesepian dsb. Tentu,
psikologi anak dari keluarga yang bercerai akan mengalami hambatan dalam proses perkembangan
diri. Hasil dari penulisan ini menunjukkan bahwa psikologi anak dari keluarga bercerai mengalami

dampak negatif yang cukup signifikan seperti, rendah diri terhadap lingkungannya, temperamen
(mudah marah), serta rasa kecewa yang berkepanjangan terhadap orang tuanya.
Kata Kunci: Psikologi, Anak , Bercerai
A. Pendahuluan
Pernikahan atau perkawinan adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan
diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah
pihak, dengan sukarela dan keridhaan keduanya untuk mewujudkan suatu kebahagian hidup
berkeluarga meliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah.
Menurut Mahmud Yunus, Pengertian perkawinan merupakan akad yang menghalalkan
pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolongan antara laki-laki dan anita yang
keduanya bukan muhrim. Menurut Zahri Hamid, perkawinan merupakan akad (ijab kabul) antar
wali dan mempelai laki-laki dengan ucapan tertentu dan memenuhi rukun dan syaratnya menikah.1
Jadi bisa disimpulakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai hubungan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah
1

Moch. Yasyakur , “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Prestasi Anak” (Studi Kasus Di Kecamatan
Nanggung, Bogor), Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 (july 2015)

dan warahmah, hidup bahigia serta tentram dalam lindungan Allah SWT. perkawinan bukanlah

hanya untuk sementara tetapi sampai ajal menjemput dan terus menerus anatar suami dan istri
dalam suatu keluarga yang bahagia. Dalam penjelasan UU No. 1 Tahun 1994 tentang perkawinan,
pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita yang telah melakukan akad
menikah dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang
didasarkan pada Ketuhanan Yang Mahas Esa.
Dalam kopilasi Hukum Islam No. 1 tahun 1991 mengartikan perkawinan adalah akad yang
sangat kuat atau mitsaaqa ghaliidhan untuk menaati perintah Alah dan melaksanakannya merupakan
ibadah agama islam.
Perkawinan juga memiliki tujuan. Berbicara tentang tujuan perkawinan atau pernikahan, kedua
belah pihak laki-laki dan perempuan melangsungkan pernikahan atau perkawinan bertujuan untuk
memperoleh keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Perkawinan bertujuan membina
kehisupan manusia secara rukun, bahagia dan tentram agar hidup saling mencintai dan hidup saling
mengasih sayangi antara suami istri dan anak-anak mereka.
Kerukunan dan keharmonisan rumah tangga sangat diperlukan dan dibutuhkan seorang anak
untuk perkembang dan hidup menjadi lebih baik, kerena keluarga merupakan satu-satunya tempat
yng pertama dan utama bagi seorang anak untuk menjadi anak yang perguna bagi orang tua dan
keluraga adalah lingkungan alami yang dapat dijadikan untuk mendidik anak dengan baik dan
benar, baik pendidikan jasamani ataupun pendidikan rohani serta dapat menumbuhakan rasa kasih
sayang dan cinta dalam jiwanya. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap
anak meraka dalam perkmbangan dan pendidikan anak, rumah tangga yang sehat dan bersih dan

teratur serta diliputi rasa damai aman dan tentram serta rukun atara keluarga suami istri maupun
anak akan mewujudkan keluarga yang bahigia yang mewujudkan masyarakat dengan melahirkan
anak-anak yang terdidik dan mempunya harapan cerah dimasa yang akan datang. 2 Memingat rumah
tangga adalah tempat untuk mendidik seorang anak yang pertama dikenal didunia yaitu kedua orang
tua harus dapat mengetahui tujuan tujuan pendidikan untuk anak-anaknya. Tuisan ini bersfat
deskriptif yaitu dengan memperguanakna suatu realita yang terdapat di Lampung dan sekitarnya.
Setiap orang tua apabial melahirkan anka-anaknya terpikullah pundaknya satu beban dan
kewajiban untuk mendidik anaknya kejalan yang benar.
Dari paparan diatas dilihat betapa pentingnya keluarga bagi anak dan pentingnya keuutuhan
dalam suatu keluarga dan betapa berperan orang tua dalam memberikan pendidikan untuk anaknya,
karena tujuan perkawinan yang diharapkan oleh pasal 1 UU No. 1 tahun 1994 adalah untuk
membentuk keluarga/rumah tangga yang bahgai kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.
2

Anisa Indriyati, “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Sebagai Bentuk Perlindungan Anak Dalam Perspektif AlQur’an”, Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)

B. Pembahasan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tersusun atas kepala keluarga (berperan
sebagai suami atau ayah) dan beberapa orang seperti ibu dan anak yang terkumpul dan tinggal
bersama pada suatu tempat di bawah satu atap dalam kondisi yang saling membutuhkan dan

ketergantungan.3 Keluarga juga merupakan unit terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak.
Sebelum anak tersebut berkenalan dengan lingkungan sekitar anak tersebut berkenalan dulu dengan
situasi keluarga. Pengalaman dalam keluarga akan sangat mempengaruhi dalam perkembangan
anak untuk masa yang akan datang. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak.
Setiap anak mendapat suatu dorongan positif dari orang tua dan gaya meniru. Dengan dorongan ini
anak bisa mengerjakan hal positif dan meniru orang tua ke hal yang baik. Oleh karena itu orang tua
harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apasaja yang dilihat dan didengarkan anaknya akan
selalu ditiru tanpa mempertimbangkan apakah hal tersebut baik atau buruknya. Dalam hal ini orang
tua harus diwaspadakan serta perhatian dan kasih saynag yang besar dari kedua orang tua. Karena
sifat meniru ini akan membentuk pribadi seorang anak. Orang tua memperkenalkan anak-anaknya
kedalam hal-hal yang terdapat di dunia dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak
dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan pertama yang didapatkan oleh anak itu dari kedua orang
tua. Orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan mengasuh anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menhantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kerena orang tua adalah pusat kehidupan rohani bagi anaknya juga sebagai penyebab
berkenalan dengan alam luar, maka setiap reaksi setiap anak dan pemikirannya dikemudian hari
terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya terlebih dahulu. Jadi, orang
tua atau ibu dan apak memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan ank-anak.4
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan anatar seorang
perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan

oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus citacita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional.Anak adalah asset
bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak
sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan

3

Gustina , “Lingkungan Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Dan Interaksi Edukatif Bagi Anak” (Suatu
Tinjauan Sosio-Edukasi Religius terhadap Pendidikan dalam Keluarga), Ta’dib, Volume. 12, No. 2 (Desember
2009) 128
4
Ghafiqi Faroek Abadi, “ Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak Pada Keluarga
Pegawai”
, Tadrîs, Volume 7 Nomor 2 (Desember 2012) 291

bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula
kehidupan bangsa yang akan datang.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang
dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada
akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari

masyarakat bahwa mreka bukan lagi anak-ank tapi orang dewasa
Menurut Hurlock (1980), manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung
secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan y6ang tertentu, terus menerus dan
dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bias berlaku umum. Untuk lebih jelasnya tahapan
perkembangan tersebut dapat dilihat pada uraian tersebut: – Masa pra-lahir : Dimulahi sejak
terjadinya konsepsi lahir – Masa jabang bayi : satu hari-dua minggu. – Masa Bayi : dua minggusatu tahun. – Masa anak : – masa anak-anak awal : 1 tahun-6 bulan, Anak-anak lahir : 6 tahun-12/13
tahun. – Masa remaja : 12/13 tahun-21 tahun – Masa dewasa : 21 tahun-40 tahun. – Masa tengah
baya : 40 tahun-60 tahun. – Masa tua : 60 tahun-meninggal .
Orang tua adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
kesejahteraan hidup anak baik kesejahteraan jasmani, rohani maupun sosialnya. Pada azasnya setiap
keluarga, kerabat serta persekutuan menghendaki suatu perkawinan dapat dipertahankan selamanya.
Kewajiban memelihara, mendidik, mencukupi kebutuhan hidup anak, serta menjaga hak dan harta
anak harus dilakukan imtuk kepentingan anak dan ini terus berlaku walaupun perkawinan antara
orang tua telah putus. Hal ini sesuai dengan pasal 45 Undang-Undang Perkawinan Nomor I Tahun
1974 yang menyatakan, bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (I) pasal ini berlaku sampai anak
itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara
kedua orang tua putus.
Faktor-faktor penyebab orang tua melalaikan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu karena
faktor ekonomi, merasa ada sesuatu pembagian tugas antara bapak dan ibu; sehingga biaya hidup

anak sebagian dibebankan kepada bekas isteri, karena isteri juga tergolong mampu untuk
membiayai kehidupan anak. Anggapan isteri yang harus bertanggung jawab terhadap biaya hidup
anak. Penyebab utama terlihat mereka kurang menyadari bahwa bagaimanapun merekalah yang
harus bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan biaya hidup anak. Apabila terjadi sengketa
mengenai pemeliharaan dan pemenuhan nafkah hidup anak, akan diselesaikan dengan musyawarah
keluarga yang dihadiri oleh pemuka masyarakat atau orang yang dituakan dalam masyarakat.

Apabila tidak dicapai kata sepakat isteri akan diam saja. Selanjutnya penyelesaian melalui jalur
pengadilan jarang ditempuh.5
Demi mengingat kepentingan serta kelayakan hidup anak, disarankan kepada orang tua untuk
memenuhi kewajibannya terhadap anak biaya hidup anak setelah terjadi perceraian, dan juga
diperlukan adanya penyuluhan tentang Undang-Undang Perlindungan Anak. Di lain pihak agar para
pejabat yang menangani perceraian dapat menjelaskan kepada para pihak yang bercerai tentang
pentingnya pelaksanaan kewajiban pemeliharaan dan pemenuhan nafkah hidup anak, serta sanksisanksi yang yang akan dikenakan terhadap orang tua apabila melalaikan kewajiban tersebut.
Perceraian dan poligami kini kembali marak dibicarakan sejak seorang wanita mengunggah
video di media social, yang mencurahkan perasaannya terhadap masalah poligami yang dialami.
Perceraian memang bukanlah hal yang mudah, dan bisa menjadi mimpi buruk baik bagi pasangan
maupun anak.
Tidak ada yang memimpikan sebuah perceraian. Namun, hadirnya beragam masalah dalam
rumah tangga yang sulit untuk diperbaiki menghadirkan perceraian sebagai jalan keluar. Perceraian

ini dipercaya dapat menyembuhkan luka dalam rumah tangga tapi ternyata harus mengorbankan
perasaan anak.
Pertimbangkan beberapa hal ini sebelum memutuskan. Tidak hanya orang tua yang tersakiti.
Perceraian juga dapat menyisakan luka pada anak yang mungkin saja akan terus dibawanya hingga
dewasa. Dampak yang mungkin terjadi pada setiap anak bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung dari
usia anak pada saat perceraian, kondisi perceraian, dan kepribadian anak.
Sebagian anak akan mengalami kemunduran dalam belajar, sebagian anak mungkin akan
merasa tidak akrab dengan orang tua ketika mereka sudah dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa
anak yang orang tuanya bercerai pada saat berusia 5 tahun atau lebih kecil, tidak merasa memiliki
ikatan khusus atau memiliki perasaan tidak nyaman bersama orang tuanya lebih besar dibandingkan
anak yang orang tuanya bercerai setelah ia berumur 5 tahun.
Namun yang pasti, anak yang menghadapi orang tua bercerai akan merasakan kaget, sedih,
cemas, marah, atau bingung pada saat yang bersamaan. Anak juga akan lebih mungkin untuk
mengalami masalah dalam bersosialisasi. Ini adalah kondisi di mana anak akan merasa rendah diri
dan merasa iri pada anak lain yang memiliki keluarga yang utuh. Walau sebagian anak juga
mungkin untuk bisa melewati masa stres dan justru tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebagian orang tua juga melakukan kesalahan yang dapat memperburuk kondisi anak. Hindari
berkeluh kesah pada anak Anda, karena mereka tetaplah anak-anak. Jika Anda ingin berbagi cerita,
carilah orang dewasa yang bisa mendukung Anda menjalani masa sulit. Jangan jadikan anak
5


Sri Widha Haryanie, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Emosi Anak”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.
2 No. 1 (july 2014) 33

sebagai perantara atau pengantar pesan Anda. Kondisi ini cenderung membuat anak lebih
membenci salah satu pihak. Bagaimanapun, pada saat ini anak juga memerlukan bantuan Anda.6
Perceraian bagaimanapun tetap akan menyisakan luka, baik bagi anak maupun orang tua.
Dampak perceraian sendiri bisa menciptakan rasa hilangnya harapan anak untuk memiliki keluarga
yang utuh. Jika perceraian adalah jalan satu-satunya cara, maka Anda dan pasangan sebaiknya
melakukan pendekatan yang dapat membantu anak dalam melalui masa sulit ini.
Setiap teijadinya perceraian orang tua sudah barang tentu berdampak negatif terhadap proses
pendikan dan perkembangan jiwa anak, di karenakan anak usia sekolah dasar pada umumnya masih
membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh dari kedua orang tua. Hal ini akan dibuktikan
nantinya dalam pembahasan berkutnya, hal-hal yang berkaitan dengan
Dampak yang dirasakan anak akibat terjadinya perceraian kedua orang tuanya. Perceraian
orang tua merupakan problema yang cukup besar bagi anak- anaknya terutama bagi anak-anak yang
masih sekolah dasar, sebab anak-anak pada usia ini masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua
orang tuanya.7
Suasana rumah tangga memberi pengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak usia
Sekolah Dasar. Suasana keluarga yang berantakan dapat menyebabkan anak tidak dapat belajar

dengan baik bahkan membawa pengaruh yang negatif terhadap perkembangan jiwa anak dalam
masa pertumbuhannya, karena pribadi si anak umumnya terjadi melalui pengalaman yang didapat
diwaktu kecil.8 Pengalaman yang diperoleh anak di waktu kecil baik pengalaman pahit maupun
menyenangkan semuanya memberi pengaruh dalam kehidupan anak nantinya. Zakiah Drajad
menyebutkan ada beberapa hal tanggung Jawab orang tua terhadap anak-anaknya.
a. Memperkenalkan nikmat dan karunia Allah
b. Membimbing anaknya dalam pengalaman ilmu agama
c. Memberi nama bagi anak
d. Memperjelas nasab ( keturunan )
e. Selalu mendo’akan kepada anaknya.
Dalam bidang Emosional:
a. Adanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anak
b. Harus mencerminnkan keteladanan yang baik karena anaknya akan selalu mengikuti jejak
dan prilaku orang tuanya
6

7

8


Amelia Stefani H., “Perancangan Komik untuk Mendukung Remaja Meminimalkan Dampak Negatif
Perceraian Orang Tua” Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)
Reski Yulina Widiastuti,”Dampak Perceraian Pada Perkembangan Sosial Dan Emosional Anak Usia 5-6
Tahun”, Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, (Oktober 2015), hal 76-149
Nur Afni Kusumaningtyas, “Interaksi dan Pola Hubungan terhadap Anak Pasca Perceraian” (Studi Deskripstif
Tentang Interaksi dan Pola Asuh terhadap Anak Pasca Perceraian di Kota Surabaya), Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 4 No.1 (Februari 2014) hal 42

c.

Mengikuti sagala tindak tanduk orang tuanya

d. Berbuat dan bersikap adil dalam keluarga
Bijak dalam membimbing
a. Meluangkan waktu untuk bergaul dan bermain dengan anaknya
b. Harus baik tidak kasar dan bijak dalam mengungkapkan kemarahannya terhadap anak
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak
Dalam Bidang Kesehatan Meliputi:
a. Orang tua dan keluarga brtanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan merawati anak sejak
dalam kandungan hingga dewasa
b. Bila Orang tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut maka
pemerintah wajib mmemnuhinya.
Dari ketentuan tersebut di atas dapat diketahui, bahwa seorang anak mempunyai hak yang cukup
menjamin terehadap kelangsungan hidup dan kebahagiaan anak yang bersangkutan. Anak yang
sah tersebut berhak mendapat perhatian, baik dari segi perkembangan jiwanya ataupun
pendidikan yang layak sampai anak itu berumur 18 tahun. Hal ini ditegaskan dalam pasal 47 UU
No. 1 Tahun 1974.
Memperkenalkan nikma dan karunia Allah:
a. Membimbing anaknya dalam pengalaman ilmu agama
b.

Memberi nama bagi anak

c. Memperjelas nasab ( keturunan )
d. Selalu mendo’akan kepada anaknya
Dalam bidang Emosional:
a. Adanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anak
b. Harus mencerminnkan keteladanan yang baik karena anaknya akan selalu mengikuti jejak
dan prilaku orang tuanya.
c. Mengikuti sagala tindak tanduk orang tuanya
d. Berbuat dan bersikap adil dalam keluarga
e. Bijak dalam membimbing
f. Meluangkan waktu untuk bergaul dan bermain dengan anaknya
Dalam Bidang Kesehatan Meliputi:
a. Orang tua dan keluarga brtanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan merawat anak sejak
dalam kandungan hingga dewasa.
b. Bila Orng tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut maka
pemerintah wajib memenuhinya.

Perceraian mempunyai akibat pula, bahwa kekuasaan orang tua (onderlijke macht) berakhir dan
berubah menjadi “perwalian’’ (voogjid), Subekti 1992:44.
Mereka yang putus perkawinan karena perceraian memperoleh status perdata dan kebiasaan
sebagai berikut:(1) keduanya tidak terikat lagi dalam tali perkawinan, menjadi bekas suami
berstatus duda dan menjadi bekas istri menjadi janda. (2) keduannya bebas melangsungkan
perkawinan dengan pihak lain dengan ketentuan pihak mantan istri sudah melewati masa iddah, (3)
kedua belah pihak diperkenakan menikah kembali diantara mereka sepanjang tidak bertentangan
dan dilarang oleh Undang-undang dan norma agama mereka (Moh. Mahfud, 2006:210).
Menurut Leslie, trauma yang dialami anak karena perceraian orang tua berkaitan dengan
kualitas hubungan dalam keluarga sebelumnya. Apabila anak merasakan adanya kebahagiaan dalam
kehidupan rumah sebelumnya maka mereka akan meraskan trauma yang sangat berat. Sebaliknya
bila anak merasakan tidak ada kebahagiaan kehidupan dalam rumah, maka trauma yang dihadapi
anak sangat kecil dan malah perceraian dianggap sebagai jalan keluar terbaik dari konflik terus
menerus yang terjadi antara ayah dan ibu ( T.O Ihromi, 2004:160).
Menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 41 disebutkan : akibat
putusnya perkawinan karena perceraian ialah : (1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban
memelihara dan mendidik anak-anaknya, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak
pengadilan memberikan keputusan. (2). Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan
dan pendidikan yang diperlukan anak, bilamana bapak dalamSebagai perbandingan penulis bila
dilihat dari prilaku yang keluarga nya yang utuh, anak anak lebih ceria, aktif, juga mereka
memperoleh pendidikan yang layak, karena keutuhan sebuah keluarga sangat berpengaruh terhadap
prkembangan diri anak. kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan
memutuskan ibu ikut memikul biaya tersebut. (3). Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas
suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri.
Dengan adanya putusan pengadilan tentang putusnya suatu perkawinan, karena kedua belah
pihak tidak dapat berdamai kembali maka perceraianlah terbaik bagi keduanya. Namun demikian
dengan adanya perceraian tersebut, selain akibat yang disebutkan Undang-undang No. 1 tahun 1974
pasal 41, perceraian antara suami istri dapat pula berdampak terhadap istri, suami, anakanaknya
(apabila sudah mempunyai anak) dan juga terhadap kedua orang tua dari kedua belah pihak atau
keluarganya. Dampak perceraian tersebut secara ekonomi dan psikologi tentu saja tidak hanya di
rasakan mantan pasangan suami dan istri saja tetapi juga pada anak-anak mereka.
Tanpa disadari mantan pasangan suami dan istri merasakan adanya kerinduan yang sangat luar
biasa diantara mereka dan kebersamaan yang pernah mereka rasakan. Pada masa perceraian,
seseorang mengalami perasaan ambievalen, dalam hal mana di satu sisi perceraian memberikan

kebahagiaan dan kebebasan di sisi lain muncul rasa sedih bila teringat akan kebersamaan yang
penuh dengan nuansa keindahan (Moh. Mahfud, 2006:210).
Secara umum perceraian terjadi karena tidak dapat di persatukannya perbedaan pemikiran,
prinsip, gaya hidup dan lainlain.
Sebelum dan sesudah perceraian akan lebih memperburuk hubungan antara kedua mantan
pasangan suami istri. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak menjadi jenuh terhadap kedua orang
tuanya, sehingga anak tidak dapat mempercayai orang tua mereka dan lebih percaya pada teman
sebayanya.9
Kenyataan tersebut dikuatkan lagi dengan pernyataan salah seorang kepala sekolah yang
penulis pernah berdiskusi sekilas tentang pendidikan di Lampung terkini, kebanyakan siswa (anak)
yang nakal, bandel, dan pemalas dan memiliki prestasi belajar yang rendah adalah anak yang
berasal dari keluarga yang tidak akur dalam pengertian keluarga tersebut sering terjadi pertengkaran
yang diakibatkan bapaknya tidak memiliki pekerjaan tetap dan cemburu terhadap istrinya yang
berjualan di pasar.10
Oleh karena itu yang terutama sekali perlu diperhatikan adalah penyelamatan hubungan orang
tua dari suatu perceraian, pergaulan dan kehidupan mereka menjadi teladan bagi mereka.
Kesimpulan
Perceraian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan Jiwa dan
pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah Dasar dan remaja. Diantaranya dapat menyebabkan
anak bersikap pendiam dan rendah diri, nakal yang berlebihan, prestasi belajar rendah dan merasa
kehilangan. Walaupun tidak pada semua kasus demikian tapi sebagian besar menimbulkan dampak
yang negatif terhadap perkembangan jiwa anak dan juga berpengaruh terhadap proses pendidikan
anak itu sendiri sebagaimana tersebut diatas.
Pada umumnya anak-anak yang keluarganya bercerai ikut bersama ibunya, dan semua biaya
hidupnya yang seharusnya menjadi tanggung jawab bapak tetapi menjadi tanggung jawab si ibu.
Anak-anak dari keluarga sempuma memiliki prestasi lebih baik diban dingkan dengan anakanak dari keluarga tidak sempuma yang orang tua nya bercerai. Dampak perceraian orang tua juga
terlihat secara nyata bagi anak-anak usia sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak lagi ceria
dan prestasi belajarnya menurun.

REFERENSI
9
10

M. Yusuf, MY., “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak” Jurnal, Vol. 2. No. 1 (Mei 2015) hal 26
Putri Rosalia Ningrum, “ Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja” (Studi Pada Remaja Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda), eJournal Psikologi, 2013, 1 (1)

Amelia Stefani H., “Perancangan Komik untuk Mendukung Remaja Meminimalkan
Dampak Negatif Perceraian Orang Tua” Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)
Anisa Indriyati, “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Sebagai Bentuk Perlindungan Anak
Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Musãwa, Vol. 10, No. 2. (Juli 2011)
Ghafiqi Faroek Abadi, “ Peran Pendidikan Keluarga Dalam Pembentukan Akhlak Anak
Pada Keluarga Pegawai”, Tadrîs, Volume 7 Nomor 2 (Desember 2012) 291
Gustina , “Lingkungan Keluarga Sebagai Wahana Sosialisasi Dan Interaksi Edukatif Bagi
Anak” (Suatu Tinjauan Sosio-Edukasi Religius terhadap Pendidikan dalam Keluarga), Ta’dib,
Volume. 12, No. 2 (Desember 2009) 128
M. Yusuf, MY., “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak” Jurnal, Vol. 2. No. 1
(Mei 2015) hal 26
Moch. Yasyakur , “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Prestasi Anak” (Studi Kasus Di
Kecamatan Nanggung, Bogor), Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 (july 2015)
Nur Afni Kusumaningtyas, “Interaksi dan Pola Hubungan terhadap Anak Pasca Perceraian”
(Studi Deskripstif Tentang Interaksi dan Pola Asuh terhadap Anak Pasca Perceraian di Kota
Surabaya), Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 No.1 (Februari 2014) hal 42
Putri Rosalia Ningrum, “ Perceraian Orang Tua Dan Penyesuaian Diri Remaja” (Studi Pada
Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan Di Kota Samarinda), eJournal Psikologi, 2013, 1 (1)
Reski Yulina Widiastuti,”Dampak Perceraian Pada Perkembangan Sosial Dan Emosional
Anak Usia 5-6 Tahun”, Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 2, (Oktober 2015), hal
76-149
Sri Widha Haryanie, “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Emosi Anak”, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 2 No. 1 (july 2014) 33

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46