MAKALAH TEORI BELAJAR benar Bahasa Cooperative

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teori Belajar ini. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Teori
Belajar, Ibu Dr. Hj. Sri Awan Asri, M.Pd.
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan kami yang bersumber dari internet dan buku
sebagai referensi, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Teori Belajar
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi tentang Hakekat Teori Revolusi
Sosiokultural. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya
sehingga menambah wawasan dan pengalaman tentang bab ini. Aamiin.

Depok, 5 Desember 2017

Hormat kami


1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...................1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..…...2

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….………..…3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….……….…3
C. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………….…………3

BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosiokultural………….………………………………5
B. Pandangan Teori Belajar oleh Piaget…………………………..…………….…….………5
C. Pandangan Teori Belajar oleh Vygotsky……………………………………………..……6
D. Penerapan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural dalam KBM……………………………..7

BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….…….………9


2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari,
yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal
sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita
untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi inti dalam proses belajar.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang
fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian,
penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep
yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu
penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan
sikap demikian.
Untuk itu akan dibahas mengenai teori belajar revolusi sosiokultural lebih lanjut.
Teori belajar revolusi sosiokultur adalah peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang
yang berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu

sendiri. Teori belajar sosiokultur berangkat dari penyadaran tentang betapa pentingnya sebuah
pendidikan yang melihat proses kebudayaan dan pendidikan yang tidak bisa dipisahkan.
Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana pendidikan dan
kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai-nilai. Tylor telah menjalin tiga
pengertian manusia, masyarakat dan budaya sebagai tiga dimensi dari hal yang bersamaan.
Oleh sebab itu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana
dalam suatu komunitas masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini beberapa rumusan makalah yang akan dibahas:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural?
Seperti apa pandangan Teori Belajar yang dikemukakan oleh Piaget?
Seperti apa pandangan Teori Belajar yang dikemukakan oleh Vygotsky?
Bagaimana aplikasi Teori Belajar Revolusi Sosiokultural dalam proses pembelajaran?

Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar revolusi sosiokultural?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Dalam makalah ini tujuan yang diharapkan adalah:
1. Dapat menjelaskan pengertian Teori Belajar Revolusi Sosiokultural
2. Dapat menjelaskan Teori Belajar dari Piaget
3

3. Dapat menjelaskan Teori Belajar dari Vygotsky?
4. Dapat mengaplikasikan Teori Belajar Sosiokultural dalam proses belajar mengajar
5. Dapat menyebutkan kelebihan dan kekurangan dari Teori Belajar Sosiokultural

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL
Teori belajar revolusi sosiokultur adalah peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang
yang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya dan bukan sekedar dari individu itu

sendiri. Teori belajar sosiokultur berangkat dari penyadaran tentang betapa pentingnya sebuah
pendidikan yang melihat proses kebudayaan dan pendidikan yang tidak bisa dipisahkan.
Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana pendidikan dan
kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai-nilai. Tylor telah menjalin tiga
pengertian manusia, masyarakat dan budaya sebagai tiga dimensi dari hal yang bersamaan.
Oleh sebab itu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana
dalam suatu komunitas masyarakat.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Sosio Kultural:
Kelebihan
1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada
tingkat perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental.
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang
telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas
atau pemecahan masalah.
Kekurangan
Terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti

pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan
perilaku.
B. PANDANGAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL OLEH PIAGET
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa atau kemauan individu
artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu
teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar
adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor
sekunder. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan sistem syarat.
Makin bertambah umur seseorang, makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya. Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola tahap-tahap
5

perkembangan tertentu dan umur seseorang. Ketika individu berkembang menuju
kedewasaan, ia akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya.
C. PANDANGAN
VYGOTSKY


TEORI

BELAJAR

REVOLUSI

SOSIOKULTURAL

OLEH

Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan
sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah
hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan
berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Menurut Vygotsky perkembangan kognisi
seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan
yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang
hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran
sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa
mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya. Ia menekankan bahwa prosesproses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan
pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga

menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang
yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
Menurut Vygotsky teori belajar Sosiokultur ini menekankan bahwa perubahan kognitif
hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasi-informasi baru. Teori belajar sosiokultur
meliputi tiga konsep utama, yaitu:
a) Hukum Genetik tentang Perkembangan
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu
interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini
menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif
terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan
fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk
melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
b) Zona Perkembangan Proksimal
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam
dua tingkat:
1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri
(intramental).
2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang
dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten
(intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan
potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan

6

sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada
dalam proses pematangan.
c) Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan
lambang, atau semiotika. Ada dua jenis mediasi, yaitu:
 Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk
melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking,
dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar
pribadi.
 Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi kognitif

bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih
terjamin kebenarannya).
Pengaruh Sosio-Kultural pada Perkembangan Kognisi
1) Pengaruh sosial pada perkembangan kognisi: Pembelajaran pada anak terjadi melalui
interaksi sosial dengan tutor yang lebih berpengalaman, Tutor ini menjadi model dalam
berperilaku atau menyediakan instruksi verbal untuk anak. Model inilah yang disebut
dengan dialog kooperatif atau kolaboratif. Anak mencari pemahaman perilaku atau
instruksi dari tutor, menginternalisasi informasi dan menggunakannya untuk
memformulasikan perilaku mereka.
2) Pengaruh Budaya pada perkembangan kognisi: Vygotsky menekankan bagaimana
seseorang berkembang dalam lingkungan yang berubah. Dengan berfokus pada individu
ataupun pada lingkungan tidak cukup untuk menjelaskan mengenai perkembangan
seseorang.
D. PENERAPAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTIRAL DALAM
PEMBELAJARAN
Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio kultural dalam
pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a. Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu

perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga
yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga
beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan
dalam keluarga dan sebagainya.
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan
ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial
masyarakatnya.
7

c. Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi
antara lain:
1. Kurikulum
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan
sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan
Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri
nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa
pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada
anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat
internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya:
pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah
raga.
2. Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung
ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain
itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat,
dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
3. Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran
dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran
aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum
muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran

8

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Teori belajar revolusi sosiokultur adalah peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang
yang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya dan bukan sekedar dari individu itu sendiri.
Teori belajar sosiokultur berangkat dari penyadaran tentang betapa pentingnya sebuah
pendidikan yang melihat proses kebudayaan dan pendidikan yang tidak bisa dipisahkan.

9

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

Implementasi Term Frequency Inverse Document Frequency TF IDF dan Vector Space Model Untuk Klasifikasi Berita Bahasa Indonesia

20 102 40

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62