Bab 2 Rerangka Teoritis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sebelum dan Setelah Melakukan Merger dan Akuisisi Tahun 2005-2011
Bab 2
Rerangka Teoritis
2.1 Merger
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil
perusahaan
untuk
mengembangkan
dan
menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata
“mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama,
menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya
identitas
karena
terserap
Defenisi
sederhana
dari
atau
tertelan
merger
sesuatu.
adalah
salah
satupenggabungan usaha di mana dua(atau lebih)
perusahaan bergabungmenjadi satu perusahaan(Moin,
2003).
Merger
bertujuan
untuk
memperkuat
kedudukan dan stabilitas badan usaha-badan usaha
yang bergabung dan untuk mempermudah pengawasan
pemerintah terhadap pelaksanaan kerja badan usahabadan usaha yang ada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun
1998
Pengambilalihan
tentang
Perseroan
Penggabungan
Terbatas
dan
memberikan
defenisi merger sebagai adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh suatu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah
ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan
diri
menjadi
bubar.
Dalam
peristiwa
merger,
perusahaan yang lebih besar dan kuat umumnya akan
menjadi surviving firm dan sebaliknya perusahaan yang
ukurannya lebih kecil akan bubar. Namun demikian,
tidak selalu perusahaan yang ukurannya besar yang
1
dipertahankan
hidup.
Dalam
hal
sebaliknya
jika
perusahaan yang lebih kecil justru dipertahankan
hidup
sementara
perusahaan
yang
lebih
besar
dibubarkan, maka keadaan ini dinamakan reverse
merger atau merger terbalik (Moin, 2003). Berikut ini
akan dilihat skema meger sesuai adaptasi skema
merger yang disajikan oleh Moin (2003).
Gambar 2.2.1
Skema merger
Sebelum merger
Setelah merger
Perusahaan A
Perusahaan A
atau
Perusahaan B
Perusahaan B
Proses merger umumnya memakan waktu yang
cukup
lama,
melakukan
sebab
negoisasi,
permodalan
masing-masing
baik
maupun
terhadap
terhadap
pihak
perlu
aspek-aspek
aspek-aspek
manajemen, sumber daya manusia serta aspek hukum
dari perusahaan tersebut.
2.2 Akuisisi
Akuisisi adalah upaya untuk memperbesar badan
usaha dengan cara memiliki badan usaha lain atau
memindahkan kepemilikan asal badan usaha lain,
misalnya apabila terjadi pembelian saham di atas lima
puluh persen oleh pihak lain. Akuisisi berasal dari kata
acquisitio
(Latin)
dan
acquisition
2
(Inggris),
makna
harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan
sesuatu/obyek
untuk
ditambahkan
pada
sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi
dalam
teminologi
bisnis
diartikan
sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan
lain,
dan
dalam
peristiwa
baik
perusahaan
pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis
sebagai
badan
hukum
yang
2003).Tindakan mengakuisisi
dapat
terpisah
(Moin,
dilakukan
oleh
suatu badan usaha atau perorangan untuk mengambil
alih, baik seluruh atau sebagaian besar saham badan
usaha lain sehingga pengendalian terhadap perusahaan
tersebut dapat beralih.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.
22
mendefenisikan
akuisisi
sebagai
berikut:
“akuisisi merupakan penggabungan usaha dimana
salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi memperoleh
kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi dengan memberikan aktiva netto tertentu
dan
mengakui
adanya
suatu
kewajiban
atau
mengeluarkan saham” (Moin, 2003).
Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi
tidak menyebabkan pihak lain sebagai entitas hukum.
Proses akuisisi umumnya tidak membentuk badan
usaha/perusahaan baru. Kendali perusahaan lebih
banyak dilakukan oleh perusahaan atau seseorang
yang mengambil alih suatu perusahaan. Perusahaan
yang diakuisisi atau diambil alih biasanya menjadi
salah satu divisi dalam perusahaan yang dimiliki
3
pengambil
alih.
hubungan
Selanjutnya
afiliasi
keduanya
antara
memiliki
perusahaan
induk
(pengakuisisi) dan perusahaan anak (yang diakuisisi).
Akuisisi
bertujuan
untuk
membentuk
kekuatan
bersama yang lebih tangguh dan mencapai manajemen
perusahaan yang lebih efisien dengan saling mengisi
dan
saling
bertujuan
mengoreksi.
mengurangi
Selain
risiko
itu,
akuisisi
kerugian
yang
juga
akan
ditanggung sendiri, mencoba memasuki segmen pasar
yang baru dengan kekuatan bersama, menyatukan
operasi yang terintegrasi bagi perusahaan yang tidak
homogen (bersifat hulu dan hilir) dan melakukan usaha
bersama untuk mengurangi persaingan pasar.Skema
akuisisi seperti yang diadaptasi dari Moin (2003) adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.2.2
Skema akuisisi
Sebelum akuisisi
Setelah akuisisi
Perusahaan A
Perusahaan A
Pengendalian
Perusahaan B
Perusahaan B
Suatu akuisisi bisa efektif bila aktiva netto
perusahan
lebih
efisien
dibandingkan
perusahaan
melakukan pengembangan internal. Menurut Lorange
et al (1987) dalam Olivia Idrus dan Irma (2010)
menyatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi agar akuisisi yang dilakukan menjadi efektif,
4
yaitu harga yang ditentukan untuk suatu akuisisi
harus lebih rendah daripada total sumber daya yang
diperlukan
untuk
pengembangan
usaha
secara
internal. Manfaat akuisisi yang dapat diantisipasi harus
mampu mencerminkan hasil atau nilai yang akan
dihasilkan di masa mendatang.
2.3 Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi
Hartanto (1981) mengatakan bahwa penggabungan
usaha dari segi jenis usaha yang bergabung terbagi
atas tiga yaitu (a) Penggabungan Horizontal, terjadi
apabila
perusahaan-perusahaan
yang
bergabung
menjalankan fungsi produksi dan penjualan barangbarang sejenis. Alasan penggabungan ialah dalam
rangka
mengurangi
tingkat
persaingan
di
antara
perusahaan sejenis tersebut. Keuntungan lain yang
diharapkan dari penggabungan ini yaitu dengan skala
operasi yang lebih besar akan dapat dihemat berbagai
macam
biaya. (b)
Penggabungan
Vertikal,
yaitu
penggabungan antara perusahaan langganan dengan
perusahaan
supplier
yang
saling
berkaitan
dan
berkelanjutan. Alasan penggabunagn usaha ini ialah
dalam rangka mendapatkan kepastian pemasaran hasil
produksi atau kontinuitas penyediaan bahan baku.
Ilustrasi:
Perusahaan
benang) perusahaan
pemintalan
kapas
penenun
(benang
(menjadi
diubah
menjadi kain-kain) perusahaan garmen (kain diubah
menjadi
pakaian
jadi). Dan,
(c)
Penggabungan
Konglomerat (Conglomerate Combinations), merupakan
kombinasi
dari
penggabungan
5
horizontal
dan
penggabungan
terbentuk
vertikal.
apabila
bergabung tidak
Penggabungan
konglomerat
perusahaan-perusahaan
sejenis dan
tidak
yang
pula saling
berhubungan (langganan dan supplier) atau dengan kata
lain tidak memiliki hubungan sama sekali sebelum
penggabungan.
pada
Tujuan
umumnya
penggabungan
adalah
Konglomerat
menggabungkan
sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing
perusahaan
mencegah
yang
bergabung.
kemungkinan
Dengan
timbulnya
demikian
persaingan
di
antara perusahaan yang bergabung. Ilustrasi: misalnya
perusahaan pakaian dan perusahaan roti bergabung,
kedua perusahaan ini kemudian membuka usaha baru
yang berbeda (diversifikasi) yang akan mendatangkan
keuntungan
bagi
kedua
perusahaan,
yaitu
bisa
menghemat biaya produksi.
Moin (2003), secara spesifik menyatakan ada
beberapa jenis merger, yaitu merger horisontal, merger
vertikal, dan merger konglomerat.
a) Merger horisontal, merupakan penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri
yang sama dengan tujuan mengurangi persaingan
atau
untuk
penggabungan
meningkatkan
aktivitas
efisiensi
produksi,
melalui
pemasaran,
distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Dampak dari merger horisontal adalah
semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada
industri tersebut. Contohnya: merger antara Bank of
Tokyo dengan Mitsubishi Bank.
6
b) Merger vertikal terjadi apabila suatu perusahaan
membeli perusahaan-perusahaan hulunya seperti
perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan
hilirnya,
seperti
perusahaan
distribusinya
yang
langsung menjual produknya ke pelanggan. Dengan
demikian merger vertikal merupakan penggabungan
atau pengintegrasian dua tahapan produksi atau
distribusi. Keuntungan dari jenis merger seperti ini
adalah
terjaminnya
pemasokan
bahan
baku,
penekanan biaya transaksi, terciptanya koordinasi
yang lebih baik, dan mempersulit kemungkinan
masuknya perusahaan pesaing yang baru. Contoh:
merger antara PT Gudang Garam dengan PT Surya
Pamenang sebagai perusahaan kertas.
c) Merger konglomerat merupakan penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak
dalam industri yang terkait. Merger konglomerat
terjadi apabila sebuah perusahaan mendiversifikasi
bidang bisnisnya dalam memasuki bidang bisnis
yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus
menerus
oleh
perusahaan,
maka
terbentuklah
sebuah konglomerasi. Contoh: merger antara Viks
Richardson (farmasi) dengan Procter and Gamble
(Consumer Goods).
Sedangkan
Ross,
mengklasifikasikan
Westerfield,
akuisisi
&
Jaffe
(1996)
dilihat
dari
jenis
industrinya menjadi tiga kelompok yaitu, akuisisi
horisontal
(horizontal
aquisition),
7
akuisisi
vertikal
(vertical
aquisition)
dan
akuisisi
konglomerat
(konglomerate aquisition).
a) Akusisi
horisontal,
dilakukan
oleh
merupakan
suatu
akusisi
perusahaan
yang
terhadap
perusahaan lain yang memiliki bidang usaha yang
sama. Perusahaan yang mengakuisisi dan yang
diakuisisi
saling
bersaing
untuk
memasarkan
produk yang mereka tawarkan. Tujuannya adalah
untuk memperluas pangsa pasar dan membunuh
pesaing usaha.
b) Akuisisi
vertikal,
merupakan
akusisi
yang
dilakukan terhadap perusahaan yang berbeda pada
tahap proses produksi. Misalnya, perusahan rokok
mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.
Tujuan dari akusisi ini adalah untuk memperoleh
kepastian adanya pasokan (supply) dan penjualan
barang.
c) Akuisisi konglomerat,
merupakan akusisi yang
dilakukan oleh perusahaan yang mengakuisisi dan
yang diakuisisi tidak mempunyai keterikatan operasi
satu
sama
menghasilkan
perusahaan
lain.
Misalnya,
perusahaan
yang
diakuisisi
oleh
food-product
komputer.
Akuisisi
konglomerat
bertujuan agar perusahaan yang diakuisisi dapat
menunjang kegiatan perusahaan yang mengakuisisi
secara keseluruhan, serta untuk memantapkan
kondisi portepel grup perusahaan.
8
2.4 Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja berdasarkan
Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001), diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja
(tentang
peralatan).
Menurut
Winarni
dan
Sugiyarso (2005) dalam Mardiani (2013), kinerja dapat
diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja dapat
dikatakan juga sebagai ukuran seberapa efisien dan
efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan,
seberapa baik seorang manajer atau organisasi itu
mencapai tujuan yang memadai. Sedangkan menurut
Fahmi (2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauhmana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar.
Menurut Barlian (2003),menyatakan bahwa kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai
prospek atau masa depan,pertumbuhan,dan potensi
perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi
kinerja keuangandiperlukan untuk menilai perubahan
potensial
sumber
daya
ekonomi,
yang
mungkin
dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi
kapasitas
Pimpinan
produksi
dari
perusahaan
sumber
atau
daya
yang
manajemen
ada.
sangat
berkepentingan terhadaplaporan keuangan yang telah
di analisis, karena hasil tersebut dapat dijadikan
sebagai alat dalampengambilan keputusan lebih lanjut
9
untuk masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian
tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai suatu
analisis untuk mengetahui prestasi kerja keuangan
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Secara
keuangan
umum,
penilaian
berbeda-beda
terhadap
tergantung
kepada
kinerja
ruang
lingkup bisnis yang dijalankannya. Oleh karena itu, ada
5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan
suatu perusahaan (Fahmi, 2011), yaitu :
1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan
keuangan yang sudah dibuat sesuai sesuai dengan
penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum,
sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2) Melakukan perhitungan
Penerapan
metode
perhitungan
disini
adalah
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang
sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan
tersebut
akan
memberikan
suatu
kesimpulan
sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan
yang telah diperoleh
Metode paling umum digunakan untuk melakukan
perbandingan ini ada dua yaitu :
a) Time series analysis, yaitu membandingkan
secara antarwaktu atau antar periode, dengan
tujuan nantinya akan terlihat secara grafik.
b) Cross
sectional
approach,
yaitu
melakukan
perbandingan terhadap hasil hitungan rasio10
rasio
yang
telah
dilakukan
antara
satu
perusahaan dan perusahaan lainnya dalam
ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan
secara bersamaan.
4) Melakukan
penafsiran
(interpretation)
terhadap
berbagai permasalahan yang ditemukan.
5) Mencari
dan
memberikan
pemecahan
masalah
(solution) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.
2.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum
yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
di
bidang
keuangan.
Rasio
merupakan
alat
memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya
sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi
dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan
laba-rugi. Gaughan (1996), mengidentifikasikan rasiorasio keuangan yang secara signifikan memberikan
perbedaan kinerja keuangan perusahaan setelah merger
dan akuisisi.
Secara umum, rasio keuangan digunakan sebagai
alat
untuk
melakukan
analisis
kinerja
keuangan
perusahaan dan rasio keuangan tersebut kemudian
dilihat oleh pihak akademisi dan investor (praktisi
bisnis)
sebagai
salah
satu
pendukung
dalam
pengambilan keputusan. Rasio keuangan ini sangat
penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap
kondisi keuangan perusahaan (Fahmi, 2011).
11
Menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi
(2011), “analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis
prestasi
perusahaan
yang
menjelaskan
berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang
ditujukan
untuk
menunjukkan
perubahan
dalam
kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu
dan membantu menggambarkan trend pola perubahan
tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan
peluang
yang
melekat
pada
perusahaan
yang
bersangkutan”. Dengan menggunakan analisis rasio,
berdasarkan data dari laporan keuangan, akan dapat
diketahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai pada
waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui kelemahankelemahan yang dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil
yang dianggap cukup baik.
Adapun
jenis
rasio
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah:
1) Rasio Profitabilitas.
Rasio
profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini
membantu
perusahaan
penerimaannya
dalam
rasio-rasio
mengontrol
profitabilitas
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit
Margin, Return of Equity (ROE) dan Return on
Investment (ROI).
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara
tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva.
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola
aktivanya.
12
Rasio
aktivitas
yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Total
Asset
Turn Over (TATO).
3) Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar
saham perusahan dibanding nilai buku. Lebih dari
itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan
saat ini dan dimasa yang akan datang dibanding
dengan nilai perusahaan dimasa lalu. Pada sudut
pandang
investor,
apabila
sebuah
perusahaan
memiliki nilai-nilai yang tinggi pada rasio ini maka
semakin baik prospek perusahaan. Rasio pasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning
Per Share.
4) Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo
dalam
jangka
pendek.
Ukuran
likuiditas
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio.
2.6 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan
masalah
penelitian,
dimana
rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Berdasarkan
kajian teoritik, penalaran serta hasil penelitian, maka
hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi.
13
2. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha horizontal.
3. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha vertikal.
4. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha konglomerasi.
Secara statistik, hipotesis dapat dirumuskan :
1. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
pengakuisisi
dari
sebelum
perusahaan
dan
setelah
melakukan merger dan akuisisi.
Ha1: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi.
2. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
dari
pengakuisisi
sebelum
melakukan
merger
perusahaan
dan
dan
setelah
akuisisi
berdasarkan jenis usaha horizontal.
Ha2: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
14
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
horizontal.
3. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
dari
pengakuisisi
sebelum
melakukan
merger
perusahaan
dan
dan
setelah
akuisisi
berdasarkan jenis usaha vertikal.
Ha3: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
vertikal.
4. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
dari
pengakuisisi
sebelum
melakukan
merger
perusahaan
dan
dan
setelah
akuisisi
berdasarkan jenis usaha konglomerasi.
Ha4: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
konglomerasi.
15
Rerangka Teoritis
2.1 Merger
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil
perusahaan
untuk
mengembangkan
dan
menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata
“mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama,
menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya
identitas
karena
terserap
Defenisi
sederhana
dari
atau
tertelan
merger
sesuatu.
adalah
salah
satupenggabungan usaha di mana dua(atau lebih)
perusahaan bergabungmenjadi satu perusahaan(Moin,
2003).
Merger
bertujuan
untuk
memperkuat
kedudukan dan stabilitas badan usaha-badan usaha
yang bergabung dan untuk mempermudah pengawasan
pemerintah terhadap pelaksanaan kerja badan usahabadan usaha yang ada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun
1998
Pengambilalihan
tentang
Perseroan
Penggabungan
Terbatas
dan
memberikan
defenisi merger sebagai adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh suatu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah
ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan
diri
menjadi
bubar.
Dalam
peristiwa
merger,
perusahaan yang lebih besar dan kuat umumnya akan
menjadi surviving firm dan sebaliknya perusahaan yang
ukurannya lebih kecil akan bubar. Namun demikian,
tidak selalu perusahaan yang ukurannya besar yang
1
dipertahankan
hidup.
Dalam
hal
sebaliknya
jika
perusahaan yang lebih kecil justru dipertahankan
hidup
sementara
perusahaan
yang
lebih
besar
dibubarkan, maka keadaan ini dinamakan reverse
merger atau merger terbalik (Moin, 2003). Berikut ini
akan dilihat skema meger sesuai adaptasi skema
merger yang disajikan oleh Moin (2003).
Gambar 2.2.1
Skema merger
Sebelum merger
Setelah merger
Perusahaan A
Perusahaan A
atau
Perusahaan B
Perusahaan B
Proses merger umumnya memakan waktu yang
cukup
lama,
melakukan
sebab
negoisasi,
permodalan
masing-masing
baik
maupun
terhadap
terhadap
pihak
perlu
aspek-aspek
aspek-aspek
manajemen, sumber daya manusia serta aspek hukum
dari perusahaan tersebut.
2.2 Akuisisi
Akuisisi adalah upaya untuk memperbesar badan
usaha dengan cara memiliki badan usaha lain atau
memindahkan kepemilikan asal badan usaha lain,
misalnya apabila terjadi pembelian saham di atas lima
puluh persen oleh pihak lain. Akuisisi berasal dari kata
acquisitio
(Latin)
dan
acquisition
2
(Inggris),
makna
harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan
sesuatu/obyek
untuk
ditambahkan
pada
sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi
dalam
teminologi
bisnis
diartikan
sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan
lain,
dan
dalam
peristiwa
baik
perusahaan
pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis
sebagai
badan
hukum
yang
2003).Tindakan mengakuisisi
dapat
terpisah
(Moin,
dilakukan
oleh
suatu badan usaha atau perorangan untuk mengambil
alih, baik seluruh atau sebagaian besar saham badan
usaha lain sehingga pengendalian terhadap perusahaan
tersebut dapat beralih.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.
22
mendefenisikan
akuisisi
sebagai
berikut:
“akuisisi merupakan penggabungan usaha dimana
salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi memperoleh
kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi dengan memberikan aktiva netto tertentu
dan
mengakui
adanya
suatu
kewajiban
atau
mengeluarkan saham” (Moin, 2003).
Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi
tidak menyebabkan pihak lain sebagai entitas hukum.
Proses akuisisi umumnya tidak membentuk badan
usaha/perusahaan baru. Kendali perusahaan lebih
banyak dilakukan oleh perusahaan atau seseorang
yang mengambil alih suatu perusahaan. Perusahaan
yang diakuisisi atau diambil alih biasanya menjadi
salah satu divisi dalam perusahaan yang dimiliki
3
pengambil
alih.
hubungan
Selanjutnya
afiliasi
keduanya
antara
memiliki
perusahaan
induk
(pengakuisisi) dan perusahaan anak (yang diakuisisi).
Akuisisi
bertujuan
untuk
membentuk
kekuatan
bersama yang lebih tangguh dan mencapai manajemen
perusahaan yang lebih efisien dengan saling mengisi
dan
saling
bertujuan
mengoreksi.
mengurangi
Selain
risiko
itu,
akuisisi
kerugian
yang
juga
akan
ditanggung sendiri, mencoba memasuki segmen pasar
yang baru dengan kekuatan bersama, menyatukan
operasi yang terintegrasi bagi perusahaan yang tidak
homogen (bersifat hulu dan hilir) dan melakukan usaha
bersama untuk mengurangi persaingan pasar.Skema
akuisisi seperti yang diadaptasi dari Moin (2003) adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.2.2
Skema akuisisi
Sebelum akuisisi
Setelah akuisisi
Perusahaan A
Perusahaan A
Pengendalian
Perusahaan B
Perusahaan B
Suatu akuisisi bisa efektif bila aktiva netto
perusahan
lebih
efisien
dibandingkan
perusahaan
melakukan pengembangan internal. Menurut Lorange
et al (1987) dalam Olivia Idrus dan Irma (2010)
menyatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi agar akuisisi yang dilakukan menjadi efektif,
4
yaitu harga yang ditentukan untuk suatu akuisisi
harus lebih rendah daripada total sumber daya yang
diperlukan
untuk
pengembangan
usaha
secara
internal. Manfaat akuisisi yang dapat diantisipasi harus
mampu mencerminkan hasil atau nilai yang akan
dihasilkan di masa mendatang.
2.3 Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi
Hartanto (1981) mengatakan bahwa penggabungan
usaha dari segi jenis usaha yang bergabung terbagi
atas tiga yaitu (a) Penggabungan Horizontal, terjadi
apabila
perusahaan-perusahaan
yang
bergabung
menjalankan fungsi produksi dan penjualan barangbarang sejenis. Alasan penggabungan ialah dalam
rangka
mengurangi
tingkat
persaingan
di
antara
perusahaan sejenis tersebut. Keuntungan lain yang
diharapkan dari penggabungan ini yaitu dengan skala
operasi yang lebih besar akan dapat dihemat berbagai
macam
biaya. (b)
Penggabungan
Vertikal,
yaitu
penggabungan antara perusahaan langganan dengan
perusahaan
supplier
yang
saling
berkaitan
dan
berkelanjutan. Alasan penggabunagn usaha ini ialah
dalam rangka mendapatkan kepastian pemasaran hasil
produksi atau kontinuitas penyediaan bahan baku.
Ilustrasi:
Perusahaan
benang) perusahaan
pemintalan
kapas
penenun
(benang
(menjadi
diubah
menjadi kain-kain) perusahaan garmen (kain diubah
menjadi
pakaian
jadi). Dan,
(c)
Penggabungan
Konglomerat (Conglomerate Combinations), merupakan
kombinasi
dari
penggabungan
5
horizontal
dan
penggabungan
terbentuk
vertikal.
apabila
bergabung tidak
Penggabungan
konglomerat
perusahaan-perusahaan
sejenis dan
tidak
yang
pula saling
berhubungan (langganan dan supplier) atau dengan kata
lain tidak memiliki hubungan sama sekali sebelum
penggabungan.
pada
Tujuan
umumnya
penggabungan
adalah
Konglomerat
menggabungkan
sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing
perusahaan
mencegah
yang
bergabung.
kemungkinan
Dengan
timbulnya
demikian
persaingan
di
antara perusahaan yang bergabung. Ilustrasi: misalnya
perusahaan pakaian dan perusahaan roti bergabung,
kedua perusahaan ini kemudian membuka usaha baru
yang berbeda (diversifikasi) yang akan mendatangkan
keuntungan
bagi
kedua
perusahaan,
yaitu
bisa
menghemat biaya produksi.
Moin (2003), secara spesifik menyatakan ada
beberapa jenis merger, yaitu merger horisontal, merger
vertikal, dan merger konglomerat.
a) Merger horisontal, merupakan penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri
yang sama dengan tujuan mengurangi persaingan
atau
untuk
penggabungan
meningkatkan
aktivitas
efisiensi
produksi,
melalui
pemasaran,
distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Dampak dari merger horisontal adalah
semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada
industri tersebut. Contohnya: merger antara Bank of
Tokyo dengan Mitsubishi Bank.
6
b) Merger vertikal terjadi apabila suatu perusahaan
membeli perusahaan-perusahaan hulunya seperti
perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan
hilirnya,
seperti
perusahaan
distribusinya
yang
langsung menjual produknya ke pelanggan. Dengan
demikian merger vertikal merupakan penggabungan
atau pengintegrasian dua tahapan produksi atau
distribusi. Keuntungan dari jenis merger seperti ini
adalah
terjaminnya
pemasokan
bahan
baku,
penekanan biaya transaksi, terciptanya koordinasi
yang lebih baik, dan mempersulit kemungkinan
masuknya perusahaan pesaing yang baru. Contoh:
merger antara PT Gudang Garam dengan PT Surya
Pamenang sebagai perusahaan kertas.
c) Merger konglomerat merupakan penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak
dalam industri yang terkait. Merger konglomerat
terjadi apabila sebuah perusahaan mendiversifikasi
bidang bisnisnya dalam memasuki bidang bisnis
yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus
menerus
oleh
perusahaan,
maka
terbentuklah
sebuah konglomerasi. Contoh: merger antara Viks
Richardson (farmasi) dengan Procter and Gamble
(Consumer Goods).
Sedangkan
Ross,
mengklasifikasikan
Westerfield,
akuisisi
&
Jaffe
(1996)
dilihat
dari
jenis
industrinya menjadi tiga kelompok yaitu, akuisisi
horisontal
(horizontal
aquisition),
7
akuisisi
vertikal
(vertical
aquisition)
dan
akuisisi
konglomerat
(konglomerate aquisition).
a) Akusisi
horisontal,
dilakukan
oleh
merupakan
suatu
akusisi
perusahaan
yang
terhadap
perusahaan lain yang memiliki bidang usaha yang
sama. Perusahaan yang mengakuisisi dan yang
diakuisisi
saling
bersaing
untuk
memasarkan
produk yang mereka tawarkan. Tujuannya adalah
untuk memperluas pangsa pasar dan membunuh
pesaing usaha.
b) Akuisisi
vertikal,
merupakan
akusisi
yang
dilakukan terhadap perusahaan yang berbeda pada
tahap proses produksi. Misalnya, perusahan rokok
mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.
Tujuan dari akusisi ini adalah untuk memperoleh
kepastian adanya pasokan (supply) dan penjualan
barang.
c) Akuisisi konglomerat,
merupakan akusisi yang
dilakukan oleh perusahaan yang mengakuisisi dan
yang diakuisisi tidak mempunyai keterikatan operasi
satu
sama
menghasilkan
perusahaan
lain.
Misalnya,
perusahaan
yang
diakuisisi
oleh
food-product
komputer.
Akuisisi
konglomerat
bertujuan agar perusahaan yang diakuisisi dapat
menunjang kegiatan perusahaan yang mengakuisisi
secara keseluruhan, serta untuk memantapkan
kondisi portepel grup perusahaan.
8
2.4 Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja berdasarkan
Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001), diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja
(tentang
peralatan).
Menurut
Winarni
dan
Sugiyarso (2005) dalam Mardiani (2013), kinerja dapat
diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja dapat
dikatakan juga sebagai ukuran seberapa efisien dan
efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan,
seberapa baik seorang manajer atau organisasi itu
mencapai tujuan yang memadai. Sedangkan menurut
Fahmi (2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauhmana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar.
Menurut Barlian (2003),menyatakan bahwa kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai
prospek atau masa depan,pertumbuhan,dan potensi
perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi
kinerja keuangandiperlukan untuk menilai perubahan
potensial
sumber
daya
ekonomi,
yang
mungkin
dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi
kapasitas
Pimpinan
produksi
dari
perusahaan
sumber
atau
daya
yang
manajemen
ada.
sangat
berkepentingan terhadaplaporan keuangan yang telah
di analisis, karena hasil tersebut dapat dijadikan
sebagai alat dalampengambilan keputusan lebih lanjut
9
untuk masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian
tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai suatu
analisis untuk mengetahui prestasi kerja keuangan
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Secara
keuangan
umum,
penilaian
berbeda-beda
terhadap
tergantung
kepada
kinerja
ruang
lingkup bisnis yang dijalankannya. Oleh karena itu, ada
5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan
suatu perusahaan (Fahmi, 2011), yaitu :
1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan
keuangan yang sudah dibuat sesuai sesuai dengan
penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum,
sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2) Melakukan perhitungan
Penerapan
metode
perhitungan
disini
adalah
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang
sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan
tersebut
akan
memberikan
suatu
kesimpulan
sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan
yang telah diperoleh
Metode paling umum digunakan untuk melakukan
perbandingan ini ada dua yaitu :
a) Time series analysis, yaitu membandingkan
secara antarwaktu atau antar periode, dengan
tujuan nantinya akan terlihat secara grafik.
b) Cross
sectional
approach,
yaitu
melakukan
perbandingan terhadap hasil hitungan rasio10
rasio
yang
telah
dilakukan
antara
satu
perusahaan dan perusahaan lainnya dalam
ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan
secara bersamaan.
4) Melakukan
penafsiran
(interpretation)
terhadap
berbagai permasalahan yang ditemukan.
5) Mencari
dan
memberikan
pemecahan
masalah
(solution) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.
2.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum
yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
di
bidang
keuangan.
Rasio
merupakan
alat
memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya
sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi
dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan
laba-rugi. Gaughan (1996), mengidentifikasikan rasiorasio keuangan yang secara signifikan memberikan
perbedaan kinerja keuangan perusahaan setelah merger
dan akuisisi.
Secara umum, rasio keuangan digunakan sebagai
alat
untuk
melakukan
analisis
kinerja
keuangan
perusahaan dan rasio keuangan tersebut kemudian
dilihat oleh pihak akademisi dan investor (praktisi
bisnis)
sebagai
salah
satu
pendukung
dalam
pengambilan keputusan. Rasio keuangan ini sangat
penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap
kondisi keuangan perusahaan (Fahmi, 2011).
11
Menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi
(2011), “analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis
prestasi
perusahaan
yang
menjelaskan
berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang
ditujukan
untuk
menunjukkan
perubahan
dalam
kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu
dan membantu menggambarkan trend pola perubahan
tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan
peluang
yang
melekat
pada
perusahaan
yang
bersangkutan”. Dengan menggunakan analisis rasio,
berdasarkan data dari laporan keuangan, akan dapat
diketahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai pada
waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui kelemahankelemahan yang dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil
yang dianggap cukup baik.
Adapun
jenis
rasio
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah:
1) Rasio Profitabilitas.
Rasio
profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini
membantu
perusahaan
penerimaannya
dalam
rasio-rasio
mengontrol
profitabilitas
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit
Margin, Return of Equity (ROE) dan Return on
Investment (ROI).
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara
tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva.
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola
aktivanya.
12
Rasio
aktivitas
yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Total
Asset
Turn Over (TATO).
3) Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar
saham perusahan dibanding nilai buku. Lebih dari
itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan
saat ini dan dimasa yang akan datang dibanding
dengan nilai perusahaan dimasa lalu. Pada sudut
pandang
investor,
apabila
sebuah
perusahaan
memiliki nilai-nilai yang tinggi pada rasio ini maka
semakin baik prospek perusahaan. Rasio pasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning
Per Share.
4) Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo
dalam
jangka
pendek.
Ukuran
likuiditas
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio.
2.6 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan
masalah
penelitian,
dimana
rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Berdasarkan
kajian teoritik, penalaran serta hasil penelitian, maka
hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi.
13
2. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha horizontal.
3. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha vertikal.
4. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha konglomerasi.
Secara statistik, hipotesis dapat dirumuskan :
1. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
pengakuisisi
dari
sebelum
perusahaan
dan
setelah
melakukan merger dan akuisisi.
Ha1: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi.
2. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
dari
pengakuisisi
sebelum
melakukan
merger
perusahaan
dan
dan
setelah
akuisisi
berdasarkan jenis usaha horizontal.
Ha2: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
14
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
horizontal.
3. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
dari
pengakuisisi
sebelum
melakukan
merger
perusahaan
dan
dan
setelah
akuisisi
berdasarkan jenis usaha vertikal.
Ha3: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
vertikal.
4. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang
signifikan
dari
pengakuisisi
sebelum
melakukan
merger
perusahaan
dan
dan
setelah
akuisisi
berdasarkan jenis usaha konglomerasi.
Ha4: 1 2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
konglomerasi.
15