Bab 2 Rerangka Teoritis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sebelum dan Setelah Melakukan Merger dan Akuisisi Tahun 2005-2011

Bab 2
Rerangka Teoritis
2.1 Merger
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil
perusahaan

untuk

mengembangkan

dan

menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata
“mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama,
menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya
identitas

karena

terserap


Defenisi

sederhana

dari

atau

tertelan

merger

sesuatu.

adalah

salah

satupenggabungan usaha di mana dua(atau lebih)
perusahaan bergabungmenjadi satu perusahaan(Moin,

2003).

Merger

bertujuan

untuk

memperkuat

kedudukan dan stabilitas badan usaha-badan usaha
yang bergabung dan untuk mempermudah pengawasan
pemerintah terhadap pelaksanaan kerja badan usahabadan usaha yang ada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27
Tahun

1998

Pengambilalihan


tentang
Perseroan

Penggabungan
Terbatas

dan

memberikan

defenisi merger sebagai adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh suatu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah
ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan
diri

menjadi

bubar.


Dalam

peristiwa

merger,

perusahaan yang lebih besar dan kuat umumnya akan
menjadi surviving firm dan sebaliknya perusahaan yang
ukurannya lebih kecil akan bubar. Namun demikian,
tidak selalu perusahaan yang ukurannya besar yang
1

dipertahankan

hidup.

Dalam

hal


sebaliknya

jika

perusahaan yang lebih kecil justru dipertahankan
hidup

sementara

perusahaan

yang

lebih

besar

dibubarkan, maka keadaan ini dinamakan reverse
merger atau merger terbalik (Moin, 2003). Berikut ini
akan dilihat skema meger sesuai adaptasi skema

merger yang disajikan oleh Moin (2003).
Gambar 2.2.1
Skema merger
Sebelum merger

Setelah merger

Perusahaan A
Perusahaan A
atau
Perusahaan B

Perusahaan B

Proses merger umumnya memakan waktu yang
cukup

lama,

melakukan


sebab

negoisasi,

permodalan

masing-masing
baik

maupun

terhadap

terhadap

pihak

perlu


aspek-aspek
aspek-aspek

manajemen, sumber daya manusia serta aspek hukum
dari perusahaan tersebut.

2.2 Akuisisi
Akuisisi adalah upaya untuk memperbesar badan
usaha dengan cara memiliki badan usaha lain atau
memindahkan kepemilikan asal badan usaha lain,
misalnya apabila terjadi pembelian saham di atas lima
puluh persen oleh pihak lain. Akuisisi berasal dari kata
acquisitio

(Latin)

dan

acquisition
2


(Inggris),

makna

harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan
sesuatu/obyek

untuk

ditambahkan

pada

sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi
dalam

teminologi

bisnis


diartikan

sebagai

pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan
lain,

dan

dalam

peristiwa

baik

perusahaan

pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis

sebagai

badan

hukum

yang

2003).Tindakan mengakuisisi

dapat

terpisah

(Moin,

dilakukan

oleh

suatu badan usaha atau perorangan untuk mengambil
alih, baik seluruh atau sebagaian besar saham badan
usaha lain sehingga pengendalian terhadap perusahaan
tersebut dapat beralih.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.

22

mendefenisikan

akuisisi

sebagai

berikut:

“akuisisi merupakan penggabungan usaha dimana
salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi memperoleh
kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi dengan memberikan aktiva netto tertentu
dan

mengakui

adanya

suatu

kewajiban

atau

mengeluarkan saham” (Moin, 2003).
Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi
tidak menyebabkan pihak lain sebagai entitas hukum.
Proses akuisisi umumnya tidak membentuk badan
usaha/perusahaan baru. Kendali perusahaan lebih
banyak dilakukan oleh perusahaan atau seseorang
yang mengambil alih suatu perusahaan. Perusahaan
yang diakuisisi atau diambil alih biasanya menjadi
salah satu divisi dalam perusahaan yang dimiliki
3

pengambil

alih.

hubungan

Selanjutnya

afiliasi

keduanya

antara

memiliki

perusahaan

induk

(pengakuisisi) dan perusahaan anak (yang diakuisisi).
Akuisisi

bertujuan

untuk

membentuk

kekuatan

bersama yang lebih tangguh dan mencapai manajemen
perusahaan yang lebih efisien dengan saling mengisi
dan

saling

bertujuan

mengoreksi.
mengurangi

Selain

risiko

itu,

akuisisi

kerugian

yang

juga
akan

ditanggung sendiri, mencoba memasuki segmen pasar
yang baru dengan kekuatan bersama, menyatukan
operasi yang terintegrasi bagi perusahaan yang tidak
homogen (bersifat hulu dan hilir) dan melakukan usaha
bersama untuk mengurangi persaingan pasar.Skema
akuisisi seperti yang diadaptasi dari Moin (2003) adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.2.2
Skema akuisisi
Sebelum akuisisi

Setelah akuisisi

Perusahaan A

Perusahaan A

Pengendalian
Perusahaan B

Perusahaan B

Suatu akuisisi bisa efektif bila aktiva netto
perusahan

lebih

efisien

dibandingkan

perusahaan

melakukan pengembangan internal. Menurut Lorange
et al (1987) dalam Olivia Idrus dan Irma (2010)
menyatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi agar akuisisi yang dilakukan menjadi efektif,
4

yaitu harga yang ditentukan untuk suatu akuisisi
harus lebih rendah daripada total sumber daya yang
diperlukan

untuk

pengembangan

usaha

secara

internal. Manfaat akuisisi yang dapat diantisipasi harus
mampu mencerminkan hasil atau nilai yang akan
dihasilkan di masa mendatang.

2.3 Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi
Hartanto (1981) mengatakan bahwa penggabungan
usaha dari segi jenis usaha yang bergabung terbagi
atas tiga yaitu (a) Penggabungan Horizontal, terjadi
apabila

perusahaan-perusahaan

yang

bergabung

menjalankan fungsi produksi dan penjualan barangbarang sejenis. Alasan penggabungan ialah dalam
rangka

mengurangi

tingkat

persaingan

di

antara

perusahaan sejenis tersebut. Keuntungan lain yang
diharapkan dari penggabungan ini yaitu dengan skala
operasi yang lebih besar akan dapat dihemat berbagai
macam

biaya. (b)

Penggabungan

Vertikal,

yaitu

penggabungan antara perusahaan langganan dengan
perusahaan

supplier

yang

saling

berkaitan

dan

berkelanjutan. Alasan penggabunagn usaha ini ialah
dalam rangka mendapatkan kepastian pemasaran hasil
produksi atau kontinuitas penyediaan bahan baku.
Ilustrasi:

Perusahaan

benang)  perusahaan

pemintalan

kapas

penenun

(benang

(menjadi
diubah

menjadi kain-kain)  perusahaan garmen (kain diubah
menjadi

pakaian

jadi). Dan,

(c)

Penggabungan

Konglomerat (Conglomerate Combinations), merupakan
kombinasi

dari

penggabungan
5

horizontal

dan

penggabungan
terbentuk

vertikal.

apabila

bergabung tidak

Penggabungan

konglomerat

perusahaan-perusahaan
sejenis dan

tidak

yang

pula saling

berhubungan (langganan dan supplier) atau dengan kata
lain tidak memiliki hubungan sama sekali sebelum
penggabungan.
pada

Tujuan

umumnya

penggabungan

adalah

Konglomerat

menggabungkan

sumber-

sumber ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing
perusahaan
mencegah

yang

bergabung.

kemungkinan

Dengan

timbulnya

demikian

persaingan

di

antara perusahaan yang bergabung. Ilustrasi: misalnya
perusahaan pakaian dan perusahaan roti bergabung,
kedua perusahaan ini kemudian membuka usaha baru
yang berbeda (diversifikasi) yang akan mendatangkan
keuntungan

bagi

kedua

perusahaan,

yaitu

bisa

menghemat biaya produksi.
Moin (2003), secara spesifik menyatakan ada
beberapa jenis merger, yaitu merger horisontal, merger
vertikal, dan merger konglomerat.
a) Merger horisontal, merupakan penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri
yang sama dengan tujuan mengurangi persaingan
atau

untuk

penggabungan

meningkatkan
aktivitas

efisiensi

produksi,

melalui

pemasaran,

distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Dampak dari merger horisontal adalah
semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada
industri tersebut. Contohnya: merger antara Bank of
Tokyo dengan Mitsubishi Bank.

6

b) Merger vertikal terjadi apabila suatu perusahaan
membeli perusahaan-perusahaan hulunya seperti
perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan
hilirnya,

seperti

perusahaan

distribusinya

yang

langsung menjual produknya ke pelanggan. Dengan
demikian merger vertikal merupakan penggabungan
atau pengintegrasian dua tahapan produksi atau
distribusi. Keuntungan dari jenis merger seperti ini
adalah

terjaminnya

pemasokan

bahan

baku,

penekanan biaya transaksi, terciptanya koordinasi
yang lebih baik, dan mempersulit kemungkinan
masuknya perusahaan pesaing yang baru. Contoh:
merger antara PT Gudang Garam dengan PT Surya
Pamenang sebagai perusahaan kertas.
c) Merger konglomerat merupakan penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak
dalam industri yang terkait. Merger konglomerat
terjadi apabila sebuah perusahaan mendiversifikasi
bidang bisnisnya dalam memasuki bidang bisnis
yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus
menerus

oleh

perusahaan,

maka

terbentuklah

sebuah konglomerasi. Contoh: merger antara Viks
Richardson (farmasi) dengan Procter and Gamble
(Consumer Goods).
Sedangkan

Ross,

mengklasifikasikan

Westerfield,

akuisisi

&

Jaffe

(1996)

dilihat

dari

jenis

industrinya menjadi tiga kelompok yaitu, akuisisi
horisontal

(horizontal

aquisition),

7

akuisisi

vertikal

(vertical

aquisition)

dan

akuisisi

konglomerat

(konglomerate aquisition).
a) Akusisi

horisontal,

dilakukan

oleh

merupakan

suatu

akusisi

perusahaan

yang

terhadap

perusahaan lain yang memiliki bidang usaha yang
sama. Perusahaan yang mengakuisisi dan yang
diakuisisi

saling

bersaing

untuk

memasarkan

produk yang mereka tawarkan. Tujuannya adalah
untuk memperluas pangsa pasar dan membunuh
pesaing usaha.
b) Akuisisi

vertikal,

merupakan

akusisi

yang

dilakukan terhadap perusahaan yang berbeda pada
tahap proses produksi. Misalnya, perusahan rokok
mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.
Tujuan dari akusisi ini adalah untuk memperoleh
kepastian adanya pasokan (supply) dan penjualan
barang.
c) Akuisisi konglomerat,

merupakan akusisi yang

dilakukan oleh perusahaan yang mengakuisisi dan
yang diakuisisi tidak mempunyai keterikatan operasi
satu

sama

menghasilkan
perusahaan

lain.

Misalnya,

perusahaan

yang

diakuisisi

oleh

food-product
komputer.

Akuisisi

konglomerat

bertujuan agar perusahaan yang diakuisisi dapat
menunjang kegiatan perusahaan yang mengakuisisi
secara keseluruhan, serta untuk memantapkan
kondisi portepel grup perusahaan.

8

2.4 Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja berdasarkan

Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2001), diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
kerja

(tentang

peralatan).

Menurut

Winarni

dan

Sugiyarso (2005) dalam Mardiani (2013), kinerja dapat
diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja dapat
dikatakan juga sebagai ukuran seberapa efisien dan
efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan,
seberapa baik seorang manajer atau organisasi itu
mencapai tujuan yang memadai. Sedangkan menurut
Fahmi (2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauhmana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar.
Menurut Barlian (2003),menyatakan bahwa kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai
prospek atau masa depan,pertumbuhan,dan potensi
perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi
kinerja keuangandiperlukan untuk menilai perubahan
potensial

sumber

daya

ekonomi,

yang

mungkin

dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi
kapasitas
Pimpinan

produksi

dari

perusahaan

sumber
atau

daya

yang

manajemen

ada.

sangat

berkepentingan terhadaplaporan keuangan yang telah
di analisis, karena hasil tersebut dapat dijadikan
sebagai alat dalampengambilan keputusan lebih lanjut
9

untuk masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian
tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai suatu
analisis untuk mengetahui prestasi kerja keuangan
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Secara
keuangan

umum,

penilaian

berbeda-beda

terhadap

tergantung

kepada

kinerja
ruang

lingkup bisnis yang dijalankannya. Oleh karena itu, ada
5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan
suatu perusahaan (Fahmi, 2011), yaitu :
1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan
keuangan yang sudah dibuat sesuai sesuai dengan
penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum,
sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2) Melakukan perhitungan
Penerapan

metode

perhitungan

disini

adalah

disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang
sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan
tersebut

akan

memberikan

suatu

kesimpulan

sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan
yang telah diperoleh
Metode paling umum digunakan untuk melakukan
perbandingan ini ada dua yaitu :
a) Time series analysis, yaitu membandingkan
secara antarwaktu atau antar periode, dengan
tujuan nantinya akan terlihat secara grafik.
b) Cross

sectional

approach,

yaitu

melakukan

perbandingan terhadap hasil hitungan rasio10

rasio

yang

telah

dilakukan

antara

satu

perusahaan dan perusahaan lainnya dalam
ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan
secara bersamaan.
4) Melakukan

penafsiran

(interpretation)

terhadap

berbagai permasalahan yang ditemukan.
5) Mencari

dan

memberikan

pemecahan

masalah

(solution) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.

2.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum
yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
di

bidang

keuangan.

Rasio

merupakan

alat

memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya
sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi
dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan
laba-rugi. Gaughan (1996), mengidentifikasikan rasiorasio keuangan yang secara signifikan memberikan
perbedaan kinerja keuangan perusahaan setelah merger
dan akuisisi.
Secara umum, rasio keuangan digunakan sebagai
alat

untuk

melakukan

analisis

kinerja

keuangan

perusahaan dan rasio keuangan tersebut kemudian
dilihat oleh pihak akademisi dan investor (praktisi
bisnis)

sebagai

salah

satu

pendukung

dalam

pengambilan keputusan. Rasio keuangan ini sangat
penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap
kondisi keuangan perusahaan (Fahmi, 2011).

11

Menurut Warsidi dan Bambang dalam Fahmi
(2011), “analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis

prestasi

perusahaan

yang

menjelaskan

berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang
ditujukan

untuk

menunjukkan

perubahan

dalam

kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu
dan membantu menggambarkan trend pola perubahan
tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan
peluang

yang

melekat

pada

perusahaan

yang

bersangkutan”. Dengan menggunakan analisis rasio,
berdasarkan data dari laporan keuangan, akan dapat
diketahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai pada
waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui kelemahankelemahan yang dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil
yang dianggap cukup baik.
Adapun

jenis

rasio

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah:
1) Rasio Profitabilitas.
Rasio

profitabilitas

mengukur

kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini
membantu

perusahaan

penerimaannya

dalam

rasio-rasio

mengontrol

profitabilitas

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit
Margin, Return of Equity (ROE) dan Return on
Investment (ROI).
2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara
tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva.
Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola

aktivanya.
12

Rasio

aktivitas

yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Total

Asset

Turn Over (TATO).
3) Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar
saham perusahan dibanding nilai buku. Lebih dari
itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan
saat ini dan dimasa yang akan datang dibanding
dengan nilai perusahaan dimasa lalu. Pada sudut
pandang

investor,

apabila

sebuah

perusahaan

memiliki nilai-nilai yang tinggi pada rasio ini maka
semakin baik prospek perusahaan. Rasio pasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning
Per Share.
4) Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo
dalam

jangka

pendek.

Ukuran

likuiditas

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio.

2.6 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan

masalah

penelitian,

dimana

rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Berdasarkan
kajian teoritik, penalaran serta hasil penelitian, maka
hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi.

13

2. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha horizontal.
3. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha vertikal.
4. Ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan
dari perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI
sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi
berdasarkan jenis usaha konglomerasi.
Secara statistik, hipotesis dapat dirumuskan :
1. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang

signifikan

pengakuisisi

dari

sebelum

perusahaan
dan

setelah

melakukan merger dan akuisisi.
Ha1: 1  2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi.
2. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang

signifikan

dari

pengakuisisi

sebelum

melakukan

merger

perusahaan
dan
dan

setelah
akuisisi

berdasarkan jenis usaha horizontal.
Ha2: 1  2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger

14

dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
horizontal.
3. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang

signifikan

dari

pengakuisisi

sebelum

melakukan

merger

perusahaan
dan
dan

setelah
akuisisi

berdasarkan jenis usaha vertikal.
Ha3: 1  2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
vertikal.
4. H0: 1 = 2, Tidak ada perbedaan kinerja keuangan
yang

signifikan

dari

pengakuisisi

sebelum

melakukan

merger

perusahaan
dan
dan

setelah
akuisisi

berdasarkan jenis usaha konglomerasi.
Ha4: 1  2, Ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan dari perusahaan pengakuisisi
sebelum dan setelah melakukan merger
dan akuisisi berdasarkan jenis usaha
konglomerasi.

15

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24