BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara Berdasarkan data Tahun 2013
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kemiskinan
2.1.1 Defenisi Kemiskinan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi
sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hakhak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok
orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan
Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun
2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada
mereka
yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak
mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pokok/dasar.
Kemiskinan merupakan kondisi ketika seseorang atau sekelompok orang
tidak
mampu
memenuhi
hak-hak
dasarnya
untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain:
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumberdaya alam lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial-politik (Bappenas, 2004).
Menurut World Bank (Bank Dunia) dalam World Bank Institute (2005),
kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan defenisi tersebut
kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional
kemiskinan
dipandang
membandingkan
dari sisi moneter,
pendapatan
/konsumsi
yaitu kemiskinan diukur dengan
individu
dengan
batasan
beberapa
tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap
miskin.
Universitas Sumatera Utara
11
Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan
tidak hanya sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang
diukur dengan memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu,
juga bisa dari miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka
buta huruf. Selanjutnya pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah
kemiskinan
ada
jika
masyarakat
kekurangan
kemampuan
dasar,
sehingga
pendapatan dan pendidikan yang dimiliki tidak memadai atau kesehatan yang
buruk, atau ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang rendah, atau rasa
ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Definisi kemiskinan
yang
digunakan
di berbagai negara bermacam-macam.
Kemiskinan sering
dipandang sebagai ketidakmampuan untuk membayar biaya hidup minimal (Bank
Dunia, 1990) walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa kemiskinan juga
merupakan kurangnya akses terhadap jasa-jasa seperti pendidikan, kesehatan,
informasi, serta kurangnya akses masyarakat terhadap partisipasi pembangunan
dan politik.
Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan atau
kemunduran
pada
salah
satu aspek
dapat mempengaruhi kemajuan atau
kemunduran aspek lainnya. Dan aspek lainnya dari kemiskinan ini adalah bahwa
yang miskin itu adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.
Secara
sumberdaya
ekonomi,
yang
kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan
dapat
digunakan
memenuhi
kebutuhan
hidup
serta
meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat
dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang
sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam
menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan
dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung
dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.
2.1.2 Penyebab Kemiskinan
Tujuan melakukan pembangunan adalah agar alokasi sumberdaya dapat dinikmati
oleh sebagian besar anggota masyarakat. Namun demikian, karena ciri dan
keadaan masyarakat amat beragaman dan ditambah pula dengan tingkat kemajuan
Universitas Sumatera Utara
12
ekonomi negara semakin lemah, maka kebijakan nasional umumnya diarahkan
untuk memecahkan permasalahan jangka pendek. Sehingga kebijakan pemerintah
belum berhasil memecahkan persoalan kelompok ekonomi di tingkat bawah.
Selain itu, kebijakan dalam negeri seringkali tidak terlepas dengan keadaan yang
ada di luar negeri yang secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan antara lain
dari segi pendanaan pembangunan.
Dengan demikian, kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi anggota
masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahn karena tidak
mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi
maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapaatkan
manfaat
dari hasil proses
pembangunan.
Ketidakikutsertaan dalam proses
pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak/belum mampu
mendayagunakan faktor produksi, dan dapat pula terjadi secara tidak alamiah.
Pembangunan
kemampuan
yang
direncanakan
masyarakat
yang
oleh
pemerintah
bersangkutan
untuk
tidak
sesuai
berpartisipasi
dengan
berakibat
manfaat pembangunan tidak menjangkau masyarakat.
Oleh karena itu, kemiskinan di samping merupakan masalah yang muncul
dalam masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor produksi, produktivitas dan
tingkat pengembangan masyarakat sendiri,
pembangunann
nasional
yang
juga bertalian dengan kebijakan
dilaksanakan.
Dengan
kata
lain,
masalah
kemiskinan bisa selain ditimbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga
disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada,
sehingga para pakaar berfikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat sabagai
masalah kultural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan kultural yakni
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial
tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang tersedia
bagi masyarakat.
2.1.3 Teori Kemiskinan
Beberapa penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara
mikro
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan
sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya
Universitas Sumatera Utara
13
rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya
manusia. Kualitas sumberdaya manusia rendah berarti produktivitasnya rendah,
yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
ini karena rendahnya pendidikan, nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi
atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan (Vicious circle of
poverty). Adanya keterbelakangan, ketidak
sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas.
Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka
terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu,
setiap
usaha
untuk
mengurangi
kemiskinan
seharusnya
diarahkan
untuk
memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini. Berikut gambar lingkaran
setan kemiskinan (Vicious circle of poverty):
Ketidaksempurnaan pasar,
keterbelakangan, ketertinggalan
Kekurangan modal
Investasi rendah
Produktivitas rendah
Pendapatan rendah
Tabungan rendah
Gambar 2.1 Lingkaran setan kemiskinan (Vicious circle of poverty)
Ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari segi penawaran
(supply) dimana tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang diakibatkan
oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat
untuk menabung rendah. Kemampuan untuk menabung rendah, menyebabkan
tingkat pembentukan modal yang rendah, tingkat pembentukan modal (investasi)
yang rendah menyebabkan kekurangan modal, dan dengan demikian tingkat
produktivitasnya juga rendah dan seterusnya. Dari segi permintaan (demand), di
Universitas Sumatera Utara
14
negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal adalah sangat
rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang adanya terbatas, hal ini
disebabkan oleh karena pendapatan masyarakat sangat rendah. Pendapatan
masyarakat sangat rendah karena tingkat produktivitas yang rendah, sebagai
wujud
dari
tingkatan
pembentukan
modal yang
terbatas
di masa
lalu.
Pembentukan modal yang terbatas disebabkan kekurangan perangsang untuk
menanamkan modal dan seterusnya.
2.1.4 Ukuran Kemiskinan
Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (dalam Lincolin Arshad, 1999), secara
sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi dua pengertian:
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada
di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar
hidupnya.
Konsep
ini dimaksudkan untuk
menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,
pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama
dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor
ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang
membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialnya.
Kebutuhan dasar dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kebutuhan
dasar yang diperlukan sekali untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain
yang lebih tinggi. United Nation Research Institute for Social Development
(UNRISD) menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas tiga kelompok yaitu:
1. Kebutuhan fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan, dan
kesehatan.
2. Kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang (leisure),
dan rekreasi serta ketenangan hidup.
Universitas Sumatera Utara
15
Kelebihan pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Kebutuhan dasar tidak hanya meliputi kebutuhan keluarga, tetapi juga meliputi
kebutuhan fasilitas lingkungan kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan
oleh Internasional Labor Organization (ILO, 1976) sebagai berikut:
Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur: pertama, kebutuhan yang meliputi
tuntutan minimum tertentu dari suatu keluarga konsumsi pribadi seperti makanan
yang cukup, tempat tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengkapan rumah
tangga yang dilaksanakan. Kedua, kebutuhan meliputi pelayanan sosial yang
diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum yang bersih, pendidikan,
dan kultural.
2. Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid
(1975) mengatakan bahwa kemiskinan dapat dilihat dari aspek ketimpangan sosial
yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan
atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang
dapat dikategorikan selalu miskin.
Indonesia melalui BPS mengadopsi defenisi kemiskinan secara absolut
yaitu dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach) untuk mengukur tingkat kemiskinan. Dengan pendekatan
ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
2.1.5 Indikator Kemiskinan
Persepsi mengenai kemiskinan telah berkembang sejak lama dan sangat bervariasi
antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Kriteria untuk membedakan
penduduk miskin dengan yang tidak miskin mencerminkan prioritas nasional
Universitas Sumatera Utara
16
tertentu dan konsep normatif mengenai kesejahteraan. Namun pada umumnya saat
negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi minimum
yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan akan berubah. Garis
kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau
standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari
sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda,
sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan
2.2.1 Rata-Rata Lama Sekolah
Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam
pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa
sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab,
pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan
jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka
pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif
mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang
dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah
berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Asumsi yang berlaku
secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan lamanya
waktu untuk sekolah akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding
dengan orang yang pendidikannya lebih rendah. Rata-rata lama sekolah adalah
Universitas Sumatera Utara
17
rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk yang berusia 15 tahun ke
atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Batas
maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum
sebesar 0 tahun (standar UNDP). Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan
tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara Sekolah Menengah
Atas (SMA).
2.2.2 Jumlah Penduduk
Pada umumnya perkembangan penduduk di negara sedang berkembang sangat
tinggi dan besar jumlahnya. Masalah pertumbuhan penduduk bukanlah sekedar
masalah jumlah, masalah penduduk juga menyangkut kepentingan pembangunan
serta
kesejahteraan
pembangunan,
umat
pandangan
manusia
terhadap
secara
penduduk
keseluruhan.
terpecah
Dalam
dua,
konteks
ada
yang
menganggapnya sebagai pendorong pembangunan, ada pula yang menganggap
sebagai penghambat pembangunan.
Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor pendorong dan
penghambat pembangunan. Faktor pendorong karena, pertama, memungkinkan
semakin banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar
barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat
dan
jumlah
penduduk.
Sedangkan
penduduk
disebut
faktor
penghambat
pembangunan karena akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak
pengangguran. Negara sedang berkembang kebanyakan mengalami dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, fakta menunjukkan tiga per empat penduduk
dunia tinggal di Negara-negara sedang berkembang. Masalah kependudukan yang
dihadapi yaitu tingginya tingkat kelahiran dan tinggi pula angka kematiannya,
akan tetapi masih besar angka kelahirannya. Kelahiran yang tinggi salah satunya
disebabkan oleh usia pernikahan yang masih dini, dan kurangnya pengetahuan
akan KB. Sementara itu angka kematian yang tinggi disebabkan oleh masih
rendahnya
kualitas
kesehatan
yang
dimiliki
penduduk
Negara
sedang
berkembang.
Universitas Sumatera Utara
18
Meskipun terdapat pertentangan mengenai konsekuensi positif dan negatif
yang ditimbulkan oleh laju pertumbuhan penduduk, namun selama beberapa
dekade mulai muncul gagasan baru berupa:
1.
Pertumbuhan penduduk bukan merupakan penyebab utama rendahnya
taraf
hidup
masyarakat,
kesenjangan
pendapatan
atau
terbatasnya
kebebasan dalam membuat pilihan yang merupakan masalah pokok dalam
suatu negara.
2.
Persoalan kependudukan tidak semata-mata menyangkut jumlah akan
tetapi juga meliputi kualitas hidup dan kesejahteraan materiil.
Namun,
pertumbuhan
penduduk
yang
cepat
memang
mendorong
timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi
semakin jauh. Laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat, meskipun
bukan merupakan penyebab utama dari keterbelakangan, harus disadari hal itu
merupakan salah satu faktor penting penyebab keterbelakangan di banyak negara.
Untuk menghitung pertumbuhan penduduk tiap tahunnya dapat dihitung
menggunakan rumus:
di mana:
Banyaknya penduduk pada akhir tahun
= Banyaknya penduduk pada awal tahun
B
= Banyaknya kelahiran
D
= Banyaknya kematian
IM
= Banyaknya migrasi masuk
OM
= Banyaknya migrasi keluar
(B – D)
= Pertumbuhan penduduk alamiah
(IM – OM) = Migrasi neto
Penduduk akan bertambah jumlahnya jika ada bayi yang lahir (B) dan
penduduk yang datang (IM) dan penduduk akan berkurang jumlahnya jika ada
Universitas Sumatera Utara
19
penduduk yang meninggal dunia (D) dan yang meninggalkan wilayah tersebut
(OM).
2.2.3 Pengangguran
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang
dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu
tingkat
upah
tertentu,
tetapi
tidak
dapat
memperoleh
pekerjaan
yang
diinginkannya.
Menurut Edwards, 1974 (dikutip dari Lincolin,1997), bentuk-bentuk
pengangguran adalah:
1.
Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu
dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang
cocok untuk mereka.
2.
Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang
secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga
pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi
secara keseluruhan.
3.
Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang
tidak
digolongkan
sebagai
pengangguran
terbuka
dan
setengah
unemployment),
misalnya
pengangguran, termasuk di sini adalah:
a.
Pengangguran
tak
kentara
(disguised
seorang petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal
pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari
penuh.
b.
Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment), misalnya orang
yang bekerja tidak sesuia dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c.
Pensiun lebih awal, fenomena ini merupakan kenyataan yang terus
berkembang di kalangan pegawai pemerintah.
4.
Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin
bekerja
penuh
tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau
penyakitan.
Universitas Sumatera Utara
20
5.
Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja
secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada
di
negara
yang
sedang
berkembang
menjadi
semakin
serius.
Tingkat
pengangguran terbuka sekarang ini yang ada di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia rata-rata sekitar 10 persen dari seluruh angkatan kerja di
perkotaan. Masalah ini dipandang lebih serius lagi bagi masyarakat yang berusia
antara 15 - 24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan.
Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran,
luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian
besar orang, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja
paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat
miskin. Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan
swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.
Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak
mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah
orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak
bekerja
secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai
dengan tingkat pendidikan. Masyarakat menolak pekerjaan yang dirasa lebih
rendah dan bersikap demikian karena mempunyai sumber lain yang bisa
membantu masalah keuangan masyarakat (Lincolin Arsyad, 1997).
Di samping penjelasan tersebut, salah satu mekanisme pokok untuk
mengurangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara
sedang berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan
kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Lincolin Arsyad, 1999).
Besarnya dampak krisis terhadap kemiskinan yang menyebabkan menjamurnya
insiden kebangkrutan sebagai akibat tekanan pada kesempatan kerja di sektor
informal perkotaan semakin besar. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang
erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan.
Pada negara yang sedang berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam
Universitas Sumatera Utara
21
ketimpangan relatif tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan dan tingkat
pengangguran. Besarnya dimensi kemiskinan tercermin dari jumlah penduduk
yang tingkat pendapatan atau konsumsinya berada di bawah tingkat minimum
yang
telah
ditetapkan.
permasalahan
mengembangkan
Masyarakat
terbatasanya
usaha,
miskin
kesempatan
melemahnya
pada
kerja,
perlindungan
umumnya
menghadapi
terbatasnya
terhadap
aset
peluang
usaha,
perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak
dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah
tangga.
2.3. Pengaruh Variabel Indpenden Terhadap Variabel Dependen
2.3.1 Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
Negara
berkembang
untuk
menyerap
teknologi
modern
dan
untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan. Seseorang yang berpendidikan tinggi dapat menghasilkan gagasan
baru tentang bagaimana pilihan terbaik untuk memproduksi barang dan jasa. Jika
gagasan ini dapat diterima oleh pendudukan luas, maka semua orang dapat
menggunakannya sehingga gagasan tersebut dapat dikatakan sebagai manfaat
eksternal dari pendidikan.
Jika dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka akan meningkatkan produktivitas. Perusahaan akan memperoleh
hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas
yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang
lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki
produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang
dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupunn konsumsinya. Oleh
karena itu, investasi pendidikan akan berpengaruh positif terhadap pengentasan
kemiskinan.
2.3.2 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan
Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor pendorong dan penghambat
pembangunan.
Faktor
pendorong
karena,
pertama,
memungkinkan semakin
Universitas Sumatera Utara
22
banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar barang dan
jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah
penduduk. Sedangkan penduduk disebut faktor penghambat pembangunan karena
akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak pengangguran.
Dalam kaitannya dengan kemiskinan, jumlah penduduk yang besar justru
akan memperparah tingkat kemiskinan. Fakta menunjukkan, di kebanyakan
Negara dengan jumlah penduduk yang besar tingkat kemiskinannya juga lebih
besar jika dibandingkan dengan Negara dengan jumlah penduduk sedikit. Jika
pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu saat nanti sumber daya
alam akan habis. Sehingga muncul wabah penyakit, kelaparan dan berbagai
macam penderitaan manusia..
Parahnya kemiskinan absolut serta rendahnya taraf hidup mendorong
terciptanya keluarga-keluarga besar,
sedangkan keluarga besar menghambat
pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan ekonomi dan sosial yang lebih merata
merupakan
syarat
untuk
meredakan
atau
menghentikan
laju
pertumbuhan
penduduk pada tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.
Semakin banyak jumlah penduduk maka akan meningkatkan jumlah
penduduk miskin. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah penduduk yang besar
akan meningkatkan jumlah penduduk miskin. Oleh karena itu perlu adanya upayaupaya
untuk
mengendalikan
jumlah
penduduk,
seperti dengan
melakukan
program Keluarga Berencana (KB).
2.3.3 Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
Lincolind Arsyad (1999) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali antara
tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat,
yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu berada diantara
kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakat yang bekerja dengan
bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara
kelompok
masyarakat
kelas
menengah
keatas.
Setiap
orang
yang tidak
mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh
adalah orang kaya. Karena kadangkala ada juga pekerja diperkotaan yang tidak
bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik dan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
23
sesuai dengan tingkat pendidika. Masyarakat menolak pekerjaan-pekerjaan yang
dirasa lebih rendah dan bersikap demikian karena mempunyai sumber-sumber lain
yang bisa membantu masalah keuangan masyarakat. Orang-orang seperti ini bisa
disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga halnya adalah,
banyaknya induvidu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap
memperoleh pendapatan yang sedikit. Banyak pekerja yang mandiri disektor
informal yang bekerja secara penuh tetapi mereka sering masih tetap miskin.
Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat
yang
pada
seseorang.
akhirnya
mengurangi tingkat
kemakmuran
yang
telah dicapai
Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur
tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena
tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk,
kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk
bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang.
2.4 Kerangka Pemikiran
Untuk
memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk
memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka
pemikiran yang skematis:
Pendidikan
Jumlah Penduduk
Kemiskinan
Pengangguran
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran
2.5 Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu
hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Sifat sementara pada
hipotesis ini berarti bahwa hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain
yang lebih tepat.
Universitas Sumatera Utara
24
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Diduga pendidikan Rata-Rata Lama Sekolah berpengaruh negatif terhadap
Tingkat Kemiskinan.
2.
Diduga
Jumlah
Penduduk
berpengaruh
positif
terhadap
Tingkat
Kemiskinan.
3.
Diduga
Tingkat
Pengangguran
berpengaruh
positif terhadap
Tingkat
Kemiskinan
Universitas Sumatera Utara
LANDASAN TEORI
2.1 Kemiskinan
2.1.1 Defenisi Kemiskinan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi
sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hakhak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok
orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan
Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun
2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada
mereka
yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak
mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pokok/dasar.
Kemiskinan merupakan kondisi ketika seseorang atau sekelompok orang
tidak
mampu
memenuhi
hak-hak
dasarnya
untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain:
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumberdaya alam lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial-politik (Bappenas, 2004).
Menurut World Bank (Bank Dunia) dalam World Bank Institute (2005),
kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan defenisi tersebut
kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional
kemiskinan
dipandang
membandingkan
dari sisi moneter,
pendapatan
/konsumsi
yaitu kemiskinan diukur dengan
individu
dengan
batasan
beberapa
tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap
miskin.
Universitas Sumatera Utara
11
Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan
tidak hanya sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang
diukur dengan memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu,
juga bisa dari miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka
buta huruf. Selanjutnya pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah
kemiskinan
ada
jika
masyarakat
kekurangan
kemampuan
dasar,
sehingga
pendapatan dan pendidikan yang dimiliki tidak memadai atau kesehatan yang
buruk, atau ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang rendah, atau rasa
ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Definisi kemiskinan
yang
digunakan
di berbagai negara bermacam-macam.
Kemiskinan sering
dipandang sebagai ketidakmampuan untuk membayar biaya hidup minimal (Bank
Dunia, 1990) walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa kemiskinan juga
merupakan kurangnya akses terhadap jasa-jasa seperti pendidikan, kesehatan,
informasi, serta kurangnya akses masyarakat terhadap partisipasi pembangunan
dan politik.
Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan atau
kemunduran
pada
salah
satu aspek
dapat mempengaruhi kemajuan atau
kemunduran aspek lainnya. Dan aspek lainnya dari kemiskinan ini adalah bahwa
yang miskin itu adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.
Secara
sumberdaya
ekonomi,
yang
kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan
dapat
digunakan
memenuhi
kebutuhan
hidup
serta
meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat
dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang
sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam
menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan
dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung
dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.
2.1.2 Penyebab Kemiskinan
Tujuan melakukan pembangunan adalah agar alokasi sumberdaya dapat dinikmati
oleh sebagian besar anggota masyarakat. Namun demikian, karena ciri dan
keadaan masyarakat amat beragaman dan ditambah pula dengan tingkat kemajuan
Universitas Sumatera Utara
12
ekonomi negara semakin lemah, maka kebijakan nasional umumnya diarahkan
untuk memecahkan permasalahan jangka pendek. Sehingga kebijakan pemerintah
belum berhasil memecahkan persoalan kelompok ekonomi di tingkat bawah.
Selain itu, kebijakan dalam negeri seringkali tidak terlepas dengan keadaan yang
ada di luar negeri yang secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan antara lain
dari segi pendanaan pembangunan.
Dengan demikian, kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi anggota
masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahn karena tidak
mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi
maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapaatkan
manfaat
dari hasil proses
pembangunan.
Ketidakikutsertaan dalam proses
pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak/belum mampu
mendayagunakan faktor produksi, dan dapat pula terjadi secara tidak alamiah.
Pembangunan
kemampuan
yang
direncanakan
masyarakat
yang
oleh
pemerintah
bersangkutan
untuk
tidak
sesuai
berpartisipasi
dengan
berakibat
manfaat pembangunan tidak menjangkau masyarakat.
Oleh karena itu, kemiskinan di samping merupakan masalah yang muncul
dalam masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor produksi, produktivitas dan
tingkat pengembangan masyarakat sendiri,
pembangunann
nasional
yang
juga bertalian dengan kebijakan
dilaksanakan.
Dengan
kata
lain,
masalah
kemiskinan bisa selain ditimbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga
disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada,
sehingga para pakaar berfikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat sabagai
masalah kultural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan kultural yakni
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial
tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang tersedia
bagi masyarakat.
2.1.3 Teori Kemiskinan
Beberapa penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara
mikro
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan
sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya
Universitas Sumatera Utara
13
rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya
manusia. Kualitas sumberdaya manusia rendah berarti produktivitasnya rendah,
yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
ini karena rendahnya pendidikan, nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi
atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan (Vicious circle of
poverty). Adanya keterbelakangan, ketidak
sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas.
Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka
terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu,
setiap
usaha
untuk
mengurangi
kemiskinan
seharusnya
diarahkan
untuk
memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini. Berikut gambar lingkaran
setan kemiskinan (Vicious circle of poverty):
Ketidaksempurnaan pasar,
keterbelakangan, ketertinggalan
Kekurangan modal
Investasi rendah
Produktivitas rendah
Pendapatan rendah
Tabungan rendah
Gambar 2.1 Lingkaran setan kemiskinan (Vicious circle of poverty)
Ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari segi penawaran
(supply) dimana tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang diakibatkan
oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat
untuk menabung rendah. Kemampuan untuk menabung rendah, menyebabkan
tingkat pembentukan modal yang rendah, tingkat pembentukan modal (investasi)
yang rendah menyebabkan kekurangan modal, dan dengan demikian tingkat
produktivitasnya juga rendah dan seterusnya. Dari segi permintaan (demand), di
Universitas Sumatera Utara
14
negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal adalah sangat
rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang adanya terbatas, hal ini
disebabkan oleh karena pendapatan masyarakat sangat rendah. Pendapatan
masyarakat sangat rendah karena tingkat produktivitas yang rendah, sebagai
wujud
dari
tingkatan
pembentukan
modal yang
terbatas
di masa
lalu.
Pembentukan modal yang terbatas disebabkan kekurangan perangsang untuk
menanamkan modal dan seterusnya.
2.1.4 Ukuran Kemiskinan
Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (dalam Lincolin Arshad, 1999), secara
sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi dua pengertian:
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada
di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar
hidupnya.
Konsep
ini dimaksudkan untuk
menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,
pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama
dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor
ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang
membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialnya.
Kebutuhan dasar dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kebutuhan
dasar yang diperlukan sekali untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain
yang lebih tinggi. United Nation Research Institute for Social Development
(UNRISD) menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas tiga kelompok yaitu:
1. Kebutuhan fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan, dan
kesehatan.
2. Kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang (leisure),
dan rekreasi serta ketenangan hidup.
Universitas Sumatera Utara
15
Kelebihan pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Kebutuhan dasar tidak hanya meliputi kebutuhan keluarga, tetapi juga meliputi
kebutuhan fasilitas lingkungan kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan
oleh Internasional Labor Organization (ILO, 1976) sebagai berikut:
Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur: pertama, kebutuhan yang meliputi
tuntutan minimum tertentu dari suatu keluarga konsumsi pribadi seperti makanan
yang cukup, tempat tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengkapan rumah
tangga yang dilaksanakan. Kedua, kebutuhan meliputi pelayanan sosial yang
diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum yang bersih, pendidikan,
dan kultural.
2. Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid
(1975) mengatakan bahwa kemiskinan dapat dilihat dari aspek ketimpangan sosial
yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan
atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang
dapat dikategorikan selalu miskin.
Indonesia melalui BPS mengadopsi defenisi kemiskinan secara absolut
yaitu dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach) untuk mengukur tingkat kemiskinan. Dengan pendekatan
ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
2.1.5 Indikator Kemiskinan
Persepsi mengenai kemiskinan telah berkembang sejak lama dan sangat bervariasi
antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Kriteria untuk membedakan
penduduk miskin dengan yang tidak miskin mencerminkan prioritas nasional
Universitas Sumatera Utara
16
tertentu dan konsep normatif mengenai kesejahteraan. Namun pada umumnya saat
negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi minimum
yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan akan berubah. Garis
kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk
memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau
standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari
sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda,
sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan
2.2.1 Rata-Rata Lama Sekolah
Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam
pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa
sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab,
pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan
jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka
pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif
mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang
dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah
berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Asumsi yang berlaku
secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan lamanya
waktu untuk sekolah akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding
dengan orang yang pendidikannya lebih rendah. Rata-rata lama sekolah adalah
Universitas Sumatera Utara
17
rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk yang berusia 15 tahun ke
atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Batas
maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum
sebesar 0 tahun (standar UNDP). Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan
tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara Sekolah Menengah
Atas (SMA).
2.2.2 Jumlah Penduduk
Pada umumnya perkembangan penduduk di negara sedang berkembang sangat
tinggi dan besar jumlahnya. Masalah pertumbuhan penduduk bukanlah sekedar
masalah jumlah, masalah penduduk juga menyangkut kepentingan pembangunan
serta
kesejahteraan
pembangunan,
umat
pandangan
manusia
terhadap
secara
penduduk
keseluruhan.
terpecah
Dalam
dua,
konteks
ada
yang
menganggapnya sebagai pendorong pembangunan, ada pula yang menganggap
sebagai penghambat pembangunan.
Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor pendorong dan
penghambat pembangunan. Faktor pendorong karena, pertama, memungkinkan
semakin banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar
barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat
dan
jumlah
penduduk.
Sedangkan
penduduk
disebut
faktor
penghambat
pembangunan karena akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak
pengangguran. Negara sedang berkembang kebanyakan mengalami dengan laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, fakta menunjukkan tiga per empat penduduk
dunia tinggal di Negara-negara sedang berkembang. Masalah kependudukan yang
dihadapi yaitu tingginya tingkat kelahiran dan tinggi pula angka kematiannya,
akan tetapi masih besar angka kelahirannya. Kelahiran yang tinggi salah satunya
disebabkan oleh usia pernikahan yang masih dini, dan kurangnya pengetahuan
akan KB. Sementara itu angka kematian yang tinggi disebabkan oleh masih
rendahnya
kualitas
kesehatan
yang
dimiliki
penduduk
Negara
sedang
berkembang.
Universitas Sumatera Utara
18
Meskipun terdapat pertentangan mengenai konsekuensi positif dan negatif
yang ditimbulkan oleh laju pertumbuhan penduduk, namun selama beberapa
dekade mulai muncul gagasan baru berupa:
1.
Pertumbuhan penduduk bukan merupakan penyebab utama rendahnya
taraf
hidup
masyarakat,
kesenjangan
pendapatan
atau
terbatasnya
kebebasan dalam membuat pilihan yang merupakan masalah pokok dalam
suatu negara.
2.
Persoalan kependudukan tidak semata-mata menyangkut jumlah akan
tetapi juga meliputi kualitas hidup dan kesejahteraan materiil.
Namun,
pertumbuhan
penduduk
yang
cepat
memang
mendorong
timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi
semakin jauh. Laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat, meskipun
bukan merupakan penyebab utama dari keterbelakangan, harus disadari hal itu
merupakan salah satu faktor penting penyebab keterbelakangan di banyak negara.
Untuk menghitung pertumbuhan penduduk tiap tahunnya dapat dihitung
menggunakan rumus:
di mana:
Banyaknya penduduk pada akhir tahun
= Banyaknya penduduk pada awal tahun
B
= Banyaknya kelahiran
D
= Banyaknya kematian
IM
= Banyaknya migrasi masuk
OM
= Banyaknya migrasi keluar
(B – D)
= Pertumbuhan penduduk alamiah
(IM – OM) = Migrasi neto
Penduduk akan bertambah jumlahnya jika ada bayi yang lahir (B) dan
penduduk yang datang (IM) dan penduduk akan berkurang jumlahnya jika ada
Universitas Sumatera Utara
19
penduduk yang meninggal dunia (D) dan yang meninggalkan wilayah tersebut
(OM).
2.2.3 Pengangguran
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang
dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu
tingkat
upah
tertentu,
tetapi
tidak
dapat
memperoleh
pekerjaan
yang
diinginkannya.
Menurut Edwards, 1974 (dikutip dari Lincolin,1997), bentuk-bentuk
pengangguran adalah:
1.
Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu
dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang
cocok untuk mereka.
2.
Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang
secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga
pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi
secara keseluruhan.
3.
Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang
tidak
digolongkan
sebagai
pengangguran
terbuka
dan
setengah
unemployment),
misalnya
pengangguran, termasuk di sini adalah:
a.
Pengangguran
tak
kentara
(disguised
seorang petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal
pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari
penuh.
b.
Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment), misalnya orang
yang bekerja tidak sesuia dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
c.
Pensiun lebih awal, fenomena ini merupakan kenyataan yang terus
berkembang di kalangan pegawai pemerintah.
4.
Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin
bekerja
penuh
tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau
penyakitan.
Universitas Sumatera Utara
20
5.
Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja
secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada
di
negara
yang
sedang
berkembang
menjadi
semakin
serius.
Tingkat
pengangguran terbuka sekarang ini yang ada di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia rata-rata sekitar 10 persen dari seluruh angkatan kerja di
perkotaan. Masalah ini dipandang lebih serius lagi bagi masyarakat yang berusia
antara 15 - 24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan.
Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran,
luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian
besar orang, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja
paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat
miskin. Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan
swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.
Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak
mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah
orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak
bekerja
secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai
dengan tingkat pendidikan. Masyarakat menolak pekerjaan yang dirasa lebih
rendah dan bersikap demikian karena mempunyai sumber lain yang bisa
membantu masalah keuangan masyarakat (Lincolin Arsyad, 1997).
Di samping penjelasan tersebut, salah satu mekanisme pokok untuk
mengurangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara
sedang berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan
kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Lincolin Arsyad, 1999).
Besarnya dampak krisis terhadap kemiskinan yang menyebabkan menjamurnya
insiden kebangkrutan sebagai akibat tekanan pada kesempatan kerja di sektor
informal perkotaan semakin besar. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang
erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan.
Pada negara yang sedang berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam
Universitas Sumatera Utara
21
ketimpangan relatif tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan dan tingkat
pengangguran. Besarnya dimensi kemiskinan tercermin dari jumlah penduduk
yang tingkat pendapatan atau konsumsinya berada di bawah tingkat minimum
yang
telah
ditetapkan.
permasalahan
mengembangkan
Masyarakat
terbatasanya
usaha,
miskin
kesempatan
melemahnya
pada
kerja,
perlindungan
umumnya
menghadapi
terbatasnya
terhadap
aset
peluang
usaha,
perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak
dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah
tangga.
2.3. Pengaruh Variabel Indpenden Terhadap Variabel Dependen
2.3.1 Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
Negara
berkembang
untuk
menyerap
teknologi
modern
dan
untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan. Seseorang yang berpendidikan tinggi dapat menghasilkan gagasan
baru tentang bagaimana pilihan terbaik untuk memproduksi barang dan jasa. Jika
gagasan ini dapat diterima oleh pendudukan luas, maka semua orang dapat
menggunakannya sehingga gagasan tersebut dapat dikatakan sebagai manfaat
eksternal dari pendidikan.
Jika dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka akan meningkatkan produktivitas. Perusahaan akan memperoleh
hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas
yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang
lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki
produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang
dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupunn konsumsinya. Oleh
karena itu, investasi pendidikan akan berpengaruh positif terhadap pengentasan
kemiskinan.
2.3.2 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan
Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor pendorong dan penghambat
pembangunan.
Faktor
pendorong
karena,
pertama,
memungkinkan semakin
Universitas Sumatera Utara
22
banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar barang dan
jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah
penduduk. Sedangkan penduduk disebut faktor penghambat pembangunan karena
akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak pengangguran.
Dalam kaitannya dengan kemiskinan, jumlah penduduk yang besar justru
akan memperparah tingkat kemiskinan. Fakta menunjukkan, di kebanyakan
Negara dengan jumlah penduduk yang besar tingkat kemiskinannya juga lebih
besar jika dibandingkan dengan Negara dengan jumlah penduduk sedikit. Jika
pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu saat nanti sumber daya
alam akan habis. Sehingga muncul wabah penyakit, kelaparan dan berbagai
macam penderitaan manusia..
Parahnya kemiskinan absolut serta rendahnya taraf hidup mendorong
terciptanya keluarga-keluarga besar,
sedangkan keluarga besar menghambat
pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan ekonomi dan sosial yang lebih merata
merupakan
syarat
untuk
meredakan
atau
menghentikan
laju
pertumbuhan
penduduk pada tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.
Semakin banyak jumlah penduduk maka akan meningkatkan jumlah
penduduk miskin. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah penduduk yang besar
akan meningkatkan jumlah penduduk miskin. Oleh karena itu perlu adanya upayaupaya
untuk
mengendalikan
jumlah
penduduk,
seperti dengan
melakukan
program Keluarga Berencana (KB).
2.3.3 Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
Lincolind Arsyad (1999) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali antara
tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat,
yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu berada diantara
kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakat yang bekerja dengan
bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara
kelompok
masyarakat
kelas
menengah
keatas.
Setiap
orang
yang tidak
mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh
adalah orang kaya. Karena kadangkala ada juga pekerja diperkotaan yang tidak
bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik dan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
23
sesuai dengan tingkat pendidika. Masyarakat menolak pekerjaan-pekerjaan yang
dirasa lebih rendah dan bersikap demikian karena mempunyai sumber-sumber lain
yang bisa membantu masalah keuangan masyarakat. Orang-orang seperti ini bisa
disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga halnya adalah,
banyaknya induvidu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap
memperoleh pendapatan yang sedikit. Banyak pekerja yang mandiri disektor
informal yang bekerja secara penuh tetapi mereka sering masih tetap miskin.
Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat
yang
pada
seseorang.
akhirnya
mengurangi tingkat
kemakmuran
yang
telah dicapai
Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur
tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena
tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk,
kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk
bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang.
2.4 Kerangka Pemikiran
Untuk
memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk
memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka
pemikiran yang skematis:
Pendidikan
Jumlah Penduduk
Kemiskinan
Pengangguran
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran
2.5 Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu
hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Sifat sementara pada
hipotesis ini berarti bahwa hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain
yang lebih tepat.
Universitas Sumatera Utara
24
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Diduga pendidikan Rata-Rata Lama Sekolah berpengaruh negatif terhadap
Tingkat Kemiskinan.
2.
Diduga
Jumlah
Penduduk
berpengaruh
positif
terhadap
Tingkat
Kemiskinan.
3.
Diduga
Tingkat
Pengangguran
berpengaruh
positif terhadap
Tingkat
Kemiskinan
Universitas Sumatera Utara