KEPENDUDUKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KE (1)

KEPENDUDUKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KESEJAHTERAAN
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
DOSEN PENGAMPU: Drs. Sama’i, M.Kes.

Oleh
Risma Ayu Laksmita
150910301047

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember
Semester Genap 2015/2016

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah saya memanjatkan
puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan, baik kesempatan maupun kesehatan,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial ini dengan
baik. Salam dan salawat selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW,
yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti
sekarang ini.

Makalah Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah saya buat berjudul
“Kependudukan dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan”. Makalah ini dapat hadir seperti
sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah saya
mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka yang telah berjasa membantu saya selama
proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, saya menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat hal-hal yang
belum sempurna dan luput dari perhatian saya. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun
dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan
makalah-makalah selanjutnya.
Akhirnya, besar harapan penulis agar kehadiran makalah ini dapat memberikan
manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut
serta memajukan ilmu pengetahuan.

Jember, April 2016

Penulis

Daftar Isi
Cover........................................................................................................................................ i

Kata Pengantar......................................................................................................................... ii
Daftar isi.................................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. Tujuan Pembahasan..........................................................................................................2
BAB II Pembahasan..................................................................................................................2
2.1. Konsep Kependudukan.....................................................................................................2
2.2. Pengaruh Dinamika Kependudukan terhadap Kesejahteraan Masyarakat......................3
2.3. Mengatasi Masalah-Masalah Kependudukan...................................................................6
BAB III Kesimpulan..................................................................................................................8
Daftar Pustaka..........................................................................................................................iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di dunia. Dikatakan
sebagai negara berkembang dikarenakan di Indonesia terdapat 249,9 juta penduduk (World
Bank, 2013). Jumlah penduduk yang banyak mempengaruhi tingkat pendapatan per kapita
Indonesia yang rendah, sehingga Indonesia dikategorikan sebagai negara berkembang.

Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan masalah kependudukan yang
sangat serius, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan
yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan
hanya merupakan modal , tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. Dengan
kata lain, pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat
sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi.
Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir
dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi 195,29 juta pada tahun 1995 dan
menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk
telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi 1,98 persen
pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode tahun 1990-1996 menjadi 1,69 persen.
Seperti yang telah disebutkan, masalah yang paling banyak menyumbang terhambatnya
kemajuan di Indonesia adalah masalah kependudukan. Dengan jumlah penduduk yang tinggi
akan membawa masalah-masalah bagi kehidupan masyarakat karena jumlah penduduk
berkaitan langsung dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Masalah utama yang
dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan
penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk.
Kondisi penduduk yang berkualitas, sejahtera, hidup yang cukup baik akan menjadi
aset pemerintah yang menguntungkan karena akan berdampak terhadap kemajuan dan
perkembangan bangsa dan negara. Penduduk yang besar menuntut pelayanan sosial dan

ekonomi yang besar pula. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan−tidak hanya
dalam bentuk materi namun juga nonmateri, seperti lapangan kerja− yang diperlukan oleh
masyarakat. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka kesejahteraan
masyarakat akan terwujud.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah konsep kependudukan?
1.2.2. Apa dampak-dampak yang ditimbulkan oleh kependudukan dan bagaimana
pengaruhnya bagi kesejahteraan?
1.2.3. Apa solusi yang seharusnya diberikan?

1.3. Tujuan Pembahasan
1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dan dampak yang ditimbulkan oleh
dinamika kependudukan
1.3.2. Untuk memberikan gambaran solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah kependudukan
1.3.3. Untuk dijadikan sebagai bahan acuan pengambilan kebijakan atau keputusan
1.3.4. Untuk menambah wawasan pembaca maupun penulis
1.3.5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Konsep Kependudukan
Penduduk adalah Orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu daerah.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah tersebut.
Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi,
penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada komposisi
penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian
umur, jenis kelamin dan lain-lain, tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi,
tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi
frekuensi.
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah dalam
kependudukan. Dalam masa pembangunan ini, data demografi sangat dibutuhkan dalam
berbagai jenis perencanaan pembangunan. Misalnya dalam perencanaan pendidikan,
demografi(dengan proyeksi penduduk dalam usia sekolah) dapat memberi informasi
mengenai kebutuhan jumlah sekolah dan fasilitas-fasilitas dalam pendidikan pada masa
mendatang. Para pekerja dalam bidang kesehatan rakyat memerlukan juga keteranganketerangan yang bersifat demografi, misalnya tentang tingkat mortalitas dan morbiditas yang
diperinci menurut umur, jenis kelamin dan geografi. Memperhatikan hal-hal tersebut
dapatlah dimengerti bahwa Indonesia dengan masalah penduduk yang kompleks
membutuhkan banyak ahli-ahli demografi. (Mantra, 1985)

Masalah kepundudukan yang meliputi: jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk
merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk
yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses
pembangunan jika berkualitas rendah. Maksudnya, jumlah penduduk yang besar apabila
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas maka akan menjadi beban dan penghambat
dalam proses pembangunan di Indonesia.

2.2. Pengaruh Dinamika Kependudukan terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu terjadi
dan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang ´Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai Perkembangan Kependudukan.
Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi secara alami
mauoun karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya. Perubahan
alami tersebut adalah karena kematian dan kelahiran. Sedangkan yang terkait dengan upaya
pemenuhan kebutuhan adalah migrasi atau perpindahan tempat tinggal.
Indikator yang paling banyak menyumbang angka pertumbuhan penduduk adalah
angka kelahiran (fertilitas). Di Indonesia pada tahun 1982, Tingkat Fertilitas Kasar besarnya
34 kelahiran per 1000 penduduk. Pada periode tahun 1930-1970 taksiran mengenai besarnya
Tingkat Kelahira Kasar di Indonesia masih di atas 40 kelahiran per 1000 penduduk. Alden
Speare (dalam Mantra, 1985) membuat taksiran dengan menggunakan teori “kuasi penduduk

stabil” mengenai besarnya Tingkat Fertilitas Kasar di Indonesia dari tahun 1931 hingga tahun
1971 mendapatkan kesimpulan bahwa selama 40 tahun Tingkat Fertilitas Kasar di Indonesia
besarnya diatas 40.
Dari hal tersebut, disimpulkan bahwa Tingkat Fertilitas Kasar di Indonesia sebelum
Perang Dunia II besarnya sekita 47, kemudian pada masa Perang Dunia II dan perang
kemerdekaan Tingkat Fertilitas menurun menjadi sekitar 43. Pada saat itu, suasana perang
terasa sekali sehingga orang-orang takut untuk menambah kelahiran. Namun, setelah tahun
1950 setelah suasana menjadi aman kembali, terjadilah ledakan penduduk (baby boom).
Ledakan penduduk ini terus meningkat hingga sekarang. Berdasarkan sensus penduduk yang
dilakukan di Indonesia, pada tahun 2010 masyarakat Indonesia berjumlah sekitar 237,5 juta
jiwa, dan pada bulan Juni 2013 pertumbuhan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 4,8 persen atau menjadi sekitar 248,8 juta jiwa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua
yaitu faktor demografi dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya yaitu
struktur umur, status perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan
proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non demografi yaitu keadaan ekonomi penduduk,
tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi, dan industrialisasi. (Mantra, 1985)
Tingginya tingkat fertilitas di Indonesia tentunya membawa dampak secara langsung
terhadap pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi tingkat fertilitas maka semakin tinggi pula
pertambahan penduduk. Sejak sensus penduduk tahun 1961, piramida penduduk Indonesia

berbentuk limas atau ekspansif. Artinya pada periode tersebut, jumlah penduduk usia muda
lebih banyak daripada penduduk usia tua. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa Indonesia di
dominasi oleh penduduk usia muda.
Pada saat ini jumlah penduduk usia kanak-kanak di Indonesia adalah sebesar kira-kira
44% jumlah penduduk non produktif lainnya yaitu golongan usia tua (lebih dari 65 tahun)
adalah sebesar 2,5%, berarti gologan usia kerja umur 15-64 tahun berjumlah sebesar 53.5%.

Berarti dependency sebsar 46,5/53,5 = 0,86. Angka ini cukup besar dan memberatkan dalam
tingkat produktivitas. Selain itu, dari segi produktivitas penduduk Indonesia juga masih
belum mempunyai produktivitas yang tinggi mengingat masih belum banyak tebukanya
kesempatan bekerja. Angka pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Padahal dengan
tingkat fertilitas yang tinggi, penduduk dengan usia produktif harus diimbangi dengan
lapangan dan kesempatan kerja yang luas. Hal inilah yang menyebabkan tingkat
kesejahteraan masyarakat menurun dan angka kemiskinan meningkat.
Ledakan penduduk yang terjadi di Indonesia, selain dipengaruhi fertilitas, juga
dipengaruhi oleh kematian (mortalitas). Mortalitas adalah salah satu dari variabel demografi
yang penting. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan berometer dari tinggi
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Keadaan kesehatan penduduk di
Indonesia masih cukup rendah. Dilihat dari indikator-indikator kesehatan seperti rasio jumlah

dokter dan perawat, jumlah penduduk yang mendapat fasilitas air bersih, jumlah kalori
protein rata-rata yang dimakan oleh setiap penduduk per hari dan jumlah anggraan kesehatan
per kapita per tahun yang disediakan oleh pemerintah maupun pengeluaran untuk kesehatan
rata-rata tiap penduduk Indonesia, ternyata tingkat kesehatan penduduk Indonesia pun masih
rendah.
Merosotnya kesehatan masyarakat terjadi baik di daerah perkotaan maupun di daerah
pedesaan. Rumah-rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat lainnya
kekurangan obat dan peralatan. Klinik-klinik kesehatan di daerah pedesaan kekurangan
dokter maupun obat-obatan (Mantra, 1985). Hal inilah yang menyebabkan angka mortalitas
yang tinggi.
Mortalitas tidak selalu berkaitan dengan penduduk lanjut usia, tetapi juga angka
kematian bayi. Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja
terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi
ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi tidak hanya
merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap
kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi, penyakit-penyakit infeksi
spesifik dan kondisi pra natal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan dan secara umum, tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Data menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia bisa mencapai 359 orang
per 100 ribu kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayi 32 orang per 1000 kelahiran

hidup. Data lain juga menegaskan bahwa Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk
jumlah anak dengan kondisi kurang gizi. Yakni sekitar 37,2 persen. Angka tersebut lebih
parah dibanding negara Asia Tenggara lainnya, seperti Myanmar yang hanya 35 persen,
Vietnam (23 persen), dan Thailand (16 persen) (http://www.jpnn.com). Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah. Kemampuan ekonomi
yang kurang menyebabkan masyarakat tidak mampu menikamti pelayanan kesehatan yang

baik. Masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, lebih memilih berobat ke dukun atau tabib
tradisional daripada ke rumah sakit karena keterbatasan biaya dan kesulitan akses.
Mobilitas penduduk juga merupakan salah satu faktor utama penyumbang angka
pertumbuhan penduduk. Menurut Ida Bagus Mantra (1980:20 dalam Mantra, 1985) mobilitas
penduduk horisontal atau geografis meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang
melintasi batas wilayah tertentu. Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non-permanen atau sirkuler. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di
daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non-permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat
ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.
Migrasi penduduk Indonesia telah menyebabkan suatu masalah tersendiri bagi
kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia, terutama masyarakat desa, cenderung
melakukan migrasi ke wilayah-wilayah perkotaan atau wilayah yang lebih makmur

(urbanisasi) dengan harapan mendapat pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Padahal
pada kenyataannya, bermigrasi ke kota tidaklah menjamin kehidupan seseorang menjadi
lebih baik, apalagi jika kualitas diri masyarakat masih rendah.
Ketika seseorang melakukan migrasi ke wilayah lain, maka otomatis jumlah penduduk
wilayah tujuan akan bertambah. Apabila banyak orang yang bermigrasi ke suatu wilayah
yang makmur maka akan terjadi ketimpangan jumlah penduduk antar daerah. Daerah-daerah
perkotaan besar akan mempunyai jumlah penduduk yang lebih banyak daripada kota-kota
kecil yang banyak penduduknya bermigrasi. Dari hal inilah akhirnya persebaran penduduk
menjadi tidak merata.
Pertumbuhan penduduk yang besar, persebaran penduduk yang tidak merata antar
daerah, dan rendahnya daya serap industri di perkotaan, menyebabkan urbanisasi di
Indonesia termasuk dalam kategori “urbanisasi tanpa industrialisasi”, “urbanisasi berlebih”
atau “inflasi perkotaan” (Potter dan Lloyd-Evans, 1998; Suharto, 2002 dalam Suharto, 2014).
Fenomena ini menunjuk pada keadaan dimana pertumbuhan kota berjalan cepat namun tanpa
diimbangi dengan kesempatan kerja yang memadai, khususnya di sektor industri dan jasa.
Akibatnya, para migran yang berbondong-bondong meninggalkan desanya tanpa bekal
keahlian yang memadai tidak mampu terserap oleh sektor “modern” perkotaan. Mereka
kemudian bekerja di sektor informal perkotaan yang umumnya ditandai oleh produktivitas
rendah, upah rendah, kondisi kerja buruk, dan tanpa jaminan sosial.
Pulau Jawa yang luasnya 6,9 persen dari luas seluruh daratan Indonesia, pada tahun
1980 memberikan tempat tinggal lebih dari 60 persen penduduk Indonesia. Ada beberapa
pendapat mengenai terjadinya pengelompokan penduduk di pulau jawa. Mohr (1938)
seorang ahli geologi dan tanah berkebangsaan Belanda berpendapat bahwa kepadatan
penduduk di Jawa disebabkan karena keadaan tanahnya yang subur dan iklim yang
menguntungkan bagi pertanian. Charles A. Fisher (Hardjono, 1977) ahli geografi
berkebangsaan Inggris menambahkan bahwa penyebab terjadinya ketimpangan distribusi

penduduk antara Jawa dan luar Jawa karena pemerintah Belanda telah sejak lama
membangun pusat-pusat pertumbuhan (misalnya pendidikan, perdagangan, pemerintahan)
dan prasarana pembangunan (transportasi, komunikasi, dan irigasi) di Jawa.
Peneybaran penduduk yang tidak merata ini menimbulkan beberapa masalah,
diantaranya terjadi kelebihan penduduk di Jawa yang terwujud dalam sulitnya mendapatkan
pasaran kerja, pendapatan penduduk yang rendah, dan angka pengangguran meningkat. Di
luar Jawa sendiri banyak sumber daya alam yang belum dikelola oleh masyarakat.
Kebanyakan masyarakat hanya berpikir bahwa kesuksesan dan kesejahteraan hanya bisa
didapat di kota besar. Mereka tidak berpikir untuk mengelola sumber daya yang ada dan
menciptakan kesempatan kerja sendiri bagi masyarakat sekitar.
2.3. Mengatasi Masalah-Masalah Kependudukan
Saat ini kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menekan jumlah pertumbuhan
penduduk yaitu, hanya dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) yang dinilai
sangat sederhana dan sudah uzur. Program KB merupakan program yang dilakuka untuk
menekan jumlah penduduk pada era Presiden Soeharto, dan memang program yang
dicanangkan oleh pemerintah pada saat itu berhasil dan mampu menekan jumlah penduduk
pada saat itu, namun pada saat ini program KB sudah tidak lagi efektif dalam upaya menekan
jumlah penduduk, karena mobilitas masyarakat yang begitu cepat dengan dinamika
kehidupan yang berfluktuatif dan kompleks sehingga perlu adanya regulasi lain yang
mendukung kebijakan sebelumnya yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Namun, di sisi lain program keluarga berencana telah menyebabkan pula perbaikan
kesehatan terutama ibu dan anak. Pada saat ini dapat dikatakan hampir seluruh negara didunia
telah menjalankan program keluarga berencana kedalam program pembangunan mereka dan
menjadikannya suatu program yang penring serta menghubungkan dengan pembatasan jumlah
penduduk serta kepentingan ekonomi. Indonesia termasuk negara dimana program
kependudukan keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan dan dalam
kebijaksanaannya telah mencatumkan antara lain bahwa tujuannya adalah untuk membatasi
jumlah penduduk dan menunjang pembangunan ekonomi. Program KKB di Indonesia ini
mempunyai tujuan untuk menurunkan fertilitas sebesar 50% pada tahun 1990 dari tingkat
fertilitas pada tahun 1971. Berarti penurunan tingkat kelahiran dari sebesar ± 44 perseribu pada
tahun 1971 menjadi ± 22 perseribu pada tahun 1990.
Beberapa solusi yang coba ditawarkan untuk menekan jumlah penduduk yaitu:
1. Penghargaan dan Hukuman
Ketika dalam satu rumah tangga hanya terdapat 3 atau 4 orang keluarga yang meliputi
Suami, Istri dan 1 atau 2 orang anak, maka pemerintah dapat memberikan berbagai insentif
pada keluarga tersebut baik insentif pendidikan, kesehatan, pekerjaan, asuransi maupun halhal lain sehingga membuat keluarga itu enggan untuk menambah anggota keluarganya.
Sebaliknya ketika dalam satu rumah tangga sudah terdapat lebih dari 4 anggota keluarga,

maka pemerintah bisa mengambil kebijakan denda atau menaikan berbagai macam pajak
untuk keluarga tersebut.
2. Membuat Masyarakat di Sibukan dengan berbagai kegiatan
Hal ini bertujuan untuk membuat masyarakat disibukan dengan berbagai kegiatan yang
bersifat positif baik secara formal maupun nonformal dengan begitu minat keluarga tersebut
untuk menambah anggota keluarga yang baru bisa dikurangi.
3. Memberikan Pemahaman
Memberikan pemahaman kepada masyarakat yang belum mengetahui tentang apa
dampak sosial ekonomi yang akan terjadi ketika jumlah penduduk meningkat tajam sampai
tak terkendali, terhadap masa depan individu atau negara itu.
Ketika regulasi seperti sudah bisa diterapkan maka bisa dipastikan pertambahan jumlah
penduduk bisa ditekan dan masyarakat akan cenderung untuk tidak melanggar karena aturan
yang ada memaksa mereka untuk menaati aturan tersebut, dan walaupun mereka sendiri yang
nantinya melanggar maka mereka pula yang akan merasakan kerugiannya dalam jangka
panjang. Dianalogikan ketika kita masyarakat Indonesia yang sering sekali melanggar aturan
di negeri sendiri, yang disebabkan karena aturan yang ada tidak tegas dan tidak konsisten,
ketika berkenjung ke negara lain maka kita dipaksa untuk mengikuti aturan yang berlaku
dinegara tersebut dengan aturan yang ketat, tegas dan sangat konsisten. Dan anehnya kita
mampu untuk menaati aturan tersebut, karena aturan yang memaksa setiap individu untuk
tidak melanggarnya.
Kepadatan penduduk dipulau Jawa yang kira-kira 700 orang per km 2 ini merupakan
suatu persoalan yang cukup serius untuk diperhatikan dan ditangani. Apabila keadaan ini
berkembang terus, maka dikuatirkan dalam waktu beberapa generasi saja pulau Jawa
keseluruhan dapat merupakan sebuah kota besar. Kepadatan penduduk yang demikian tinggi
di pulau Jawa ini telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah terutama yang
berhubungan dengan prasarana dan sarana, penyediaan lapangan pekerjaan dan masalah
lingkungan hidup. Untuk mengatasi ketimpangan penyebaran penduduk ini, telah dijalankan
usaha tranmigrasi yaitu memindahkan penduduk terutama dari pulau Jawa ke pulau-pulau
lainnhya. Sedemikian jauh program transmigrasi ini belum menunjukkan hasil yang begitu
memuaskan mengingat permasalahannya yang demikian besar dan kompleks.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil)
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) I Gede Surata mengatakan bahwa, masalah
kependudukan bukanlah semata-mata masalah pemerintah dalam hal ini Kemendagri. Tapi,
kependudukan adalah masalah bangsa (http://www.beritaempat.com). Maka dari itu, perlu
kerja sama dari seluruh pihak terutama masyarakat.
Drs. Partono M.Si dalam kuliah mata kuliah Analisis Kependudukan mengatakan
bahwa untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional dan dalam menangani
masalalah kependudukan, pemerintah tidak hanya mengarah pada pengendalian jumlah
penduduk tetapi juga menitikberatkan pada kualitas masyarakat. Oleh karena itu, program

perencanaan pembangunan sosial harus mendapat prioritas utama yang berguna untuk
kesejahteraan masyarakat.
Para pekerja sosial dapat berperan dalam melakukan pengendalian masalah
kependudukan. Pekerja sosial bisa turut ambil bagian dalam merencanakan dan membuat
kebijakan-kebijakan sosial yang berhubungan kependudukan. Pengetahuan seorang pekerja
sosial tentunya dapat menunjang suatu kebijakan, karena pekerja sosial mengetahui apa yang
sebaiknya dilakukan terhadap masyarakat. Selain itu, pekerja sosial melalui proses wirausaha
sosial dapat membantu masyarakat, bukan untuk mendapat pekerjaan, namun untuk
membuat masyarakat menciptakan kesempatan kerjanya sendiri. Oleh karena itu peran
pekerja sosial ini tidak bisa diremehkan.

BAB III
KESIMPULAN
Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk
merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk
yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses
pembangunan jika berkualitas rendah.
Tingginya tingkat fertilitas di Indonesia tentunya membawa dampak secara langsung
terhadap pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi tingkat fertilitas maka semakin tinggi pula
pertambahan penduduk. Selain fertilitas, faktor migrasi juga menyebabkan suatu
permasalahan kependudukan di Indonesia. Migrasi penduduk Indonesia telah menyebabkan
suatu masalah tersendiri bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat desa, cenderung melakukan migrasi ke wilayah-wilayah perkotaan atau wilayah
yang lebih makmur (urbanisasi) dengan harapan mendapat pekerjaan dan kehidupan yang
lebih baik. Padahal pada kenyataannya, bermigrasi ke kota tidaklah menjamin kehidupan
seseorang menjadi lebih baik, apalagi jika kualitas diri masyarakat masih rendah.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu kesejahteraan dalam masyarakat, tidak hanya
jumlah penduduk yang mendapat perhatian ekstra. Namun, upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas yang utama. Bahkan, pembangunan sosial
haruslah mendapat porsi lebih daripada pembangunan fisik. Karena sekali lagi, jumlah
penduduk yang banyak bukanlah suatu masalah utama, asalkan diimbangi dengan upaya
peningkatan, perbaikan, dan penyempurnaan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Daftar Pustaka
Mantra, Ida Bagus. 1985. Pengantar Studi Demografi. Jogjakarta: Nur Cahaya.
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
Redaksi-BeritaEmpat. 2016. http://www.beritaempat.com/masalah-kependudukan-masalahbangsa/ diakses pada 31 Maret 2016
Bayu Prasetyo. 2014. http://www.b-duu.com/2014/05/masalah-kependudukan-di-indonesiaaspek-sosial-ekonomi.html diakses pada 30 Maret 2016
http://badriasri.blogspot.co.id/2014/06/pengaruh-pertambahan-penduduk-terhadap.html
diakses pada 30 Maret 2016
http://www.jpnn.com/read/2016/02/15/357192/Angka-Kematian-Ibu-dan-BayiMemprihatinkan- diakses pada 31 Maret 2016

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26