Limbah Rumah Tangga kassus masyarakat

Laporan Hasil Diskusi Kelompok
MAPEL PLH
LIMBAH RUMAH TANGGA

Disusun Oleh:

Ainun Rarasmika/2014241
[TYPE THE DOCUMENT SUBTITLE]
[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the
contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a
short summary of the contents of the document.]

X5

SMAN 5 MAKASSAR
2014-2015

A. Pendahuluan ……………………………………………………………………...
1. Latar Belakang …………………………………………………………………
2. Tujuan ………………………………………………………………………….
3. Metode …………………………………………………………………………

B. Pembahasan ………………………………………………………………………
1. Pengertian Limbah Rumah Tangga ……………………………………………
2. Pemanfaatan Teknologi Dalam Mengolah Limbah Rumah Tangga ………
3.
4.
5.
6.

Penanganan Limbah Rumah Tangga Yang Efektif …………………………....
Pemasyarakatan Teknik Pengolahan Limbah Rumah Tangga ………………..
Limbah Rumah Tangga Dan Penanganannya ………………………………....
Peran Media Cetak Dalam Pemasyarakatan Sadar Lingkungan dan
Solusi Penanganan Limbah Rumah Tangga …………………………………...
C. Gambar/Foto ……………………………………………………………………..
D. Pertanyaan Kelompok …………………………………………………………...
E. Jawaban Kelompok ……………………………………………………………....
F. Penutup …………………………………………………………………………...

1


Score/Nilai

Paraf

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada
sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
(grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah,
pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai
negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara
semi industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi

industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian
terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus
pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya
pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit
yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut.
Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan
berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk
kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan
oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri
tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.

2. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, selain itu untuk
memenuhi tugas mata pelajaran PLH.

3. Metode
Metode dalam penulisan ini yaitu dengan studi pustaka.

2


B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak
terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar
tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah rumah
tangga yaitu dengan :
• Membuat saluran air kotor
• Membuat bak peresapan
• Membuat tempat pembuangan sampah sementara
Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun
air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda
terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak
pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap
pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,
kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik
melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk
membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar
matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.

3


4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci.
Pengelolaan sampah.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
Pengelolaan air limbah

Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum dan air dalam drum akan disaring dengan koral/ijuk ke
luar, dan kemudian meresap ke dalam tanah.
Bahan :
1.
Drum

2.
Koral
3.
Kayu
4.
Ijuk
5.
Pipa pralon
Peralatan:
1.
Palu
2.
Besi runcing
3.
Cangkul
4.
Parang
5.
Gergaji
Pembuatan:

Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan lubang di luar
dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 110 cm. Di dasar lubang diberi
koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi
dengan koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan batu bata.
Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan campuran semen dan
pasir yang diberi penguat besi. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah
ini.

Gambar 1. Drum yang Dilubangi

4

Gambar 2. Pembuatan

Lubang

Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan

Gambar 4. Tutup Bak Penampung


2. Pemanfaatan Teknologi Dalam Mengolah Limbah Rumah Tangga
a. Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini
dikenal dengan nama 4R, yaitu:
 Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita
menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
 Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barangbarang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
 Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)

5

Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang
bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
 Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama.
b. Pengolahan Sampah

Alternatif Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif
pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan
menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua
permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke
ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam.
Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga
prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah
yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang
secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat
ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses
daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin
masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan
yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.
Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan
produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai
dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak

mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang
seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara
maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor
informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan
sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem
penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang
telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu
mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah organik
merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampahsampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau
dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin
bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci
ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak

6

pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material
yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang
terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad
renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan
manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi atau
pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran
hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses dekomposisi kemudian
hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui
proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam
bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri
dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk
akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia
(perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan
tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai
sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum
Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan
teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah menciptakan ketergantungan pertanian
terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos
memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos
mampu:
 Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara.
 Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama
dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.
 Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.

3. Penanganan Limbah Rumah Tangga Yang Efektif
Berapa bayak diantara kita yang mengeluhkan masalah sampah? Tumpukan sampah memang
mengganggu pemandangan (juga penciuman) disekitar kita. Daripada saling menyalahkan, mari kita
tengok cara efektif untuk mengelola rumah tangga supaya kita bisa menjaga rumah tetap bersih
sekaligus mengurangi tumpukan sampah di lingkungan secara tidak langsung. Berikut ini cara mudah
dan sederhana mengelola sampah rumah tangga.
Pertama, pisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Langkah ini sangat penting untuk melakukan
pengelolaan sampah yang lebih baik di rumah. Pisahkan sampah organik, kaca, kertas, plastik dan
sampah kimia di tempat khusus. Untuk sampah organik, anda bisa membuat lubang sampah sederhana
untuk membuat sampah organik. Jika lubang sudah mampir penuh, tutup lubang dengan tanah dan gali

7

lubang yang baru. Selain mengurangi tumpukan sampah, cara ini juga menambah kesuburan tanah di
pekarangan rumah anda.
Selain membuat lubang di tanah, anda bisa mengadopsi kotak cacing yang banyak digunakan diluar
negeri. Kotak cacing ini dibuat dengan meletakkan daun-daun dan sampah organik kedalam kotak
logam, kemudian beberapa cacing dimasukkan untuk membusukkan sampah tersebut. Setelah penuh,
sampah yang telah berubah menjadi humus bisa dipakai untuk menyuburkan tanaman di pekarangan.
Selain lubang sampah dan kotak cacing, anda juga dapat mengolah sampah organik disekitar anda
menjadi kompos dengan system terowongan udara. Tumpuk sampah organik diatas segitiga yang dibuat
dari kayu atau bambu dengan tinggi 20 cm dan panjang 1,5 hingga 2 meter. Siram secara teratur agar
tetap lembab. Jika bagian bawah sudah menyerupai tanah, balik lapisan hingga semua sampah merubah
menjadi kompos.
Kompos-kompos organik ini tidak hanya mampu mengurangi sampah, tetapi juga bisa menjaga
kesuburan tanah. Pemakaian kompos jauh lebih alami dan hemat dibandingkan memakai pupuk sistesis.
Untuk sampah kertas, botol dan plastik, anda bisa langsung membawanya ke tempat daur ulang
terdekat. Jika tidak buanglah ditempat sampah setelah mengkategorikannya berdasarkan jenisnya.
Karena pengelolaan sampah yang baik tidak hanya soal menangani sampah yang sudah ada, kita juga
perlu mengurangi jumlah sampah. Berikut ini langkah-langkah sederhana untuk mengurangi sampah di
rumah.
1. Membawa tas plastik atau kain dari rumah saat belanja.
2. Mengurangi membeli produk sachet.
3. Memakai ulang toples atau botol bekas.
Selain contoh langkah-langkah diatas, ada banyak cara lain yang bisa dipakai untuk mengurangi
sampah dirumah anda. Jika memungkinkan, ajaklah tetangga disekitar anda untuk melakukan hal yang
sama agar semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga secara
mandiri. Jika secara kontinu dilakukan, bukan tidak mungkin jumlah timbunan sampah akan berkurang
lebih dari separuhnya.
Untuk memperbarui informasi dan ide pengelolaan sampah, anda bisa membuka referensi di internet
yang fokus akan pengelolaan sampah. Tidak ada salahnya juga membuka ide-ide recycle dan reuse
kreatif yang ada di internet agar semakin menambah efektif usaha kita untuk membuat suasana rumah
yang bersih dan nyaman. Jika rumah bebas dari timbunan sampah, kesehatan keluarga juga bisa lebih
terjamin.
Sudah bukan jamannya lagi kita bersikap acuh terhadap sampah. Membuang sampah sembarangan
dan diam melihat tumpukan sampah adalah cerminan orang malas dan acuh. Mari kita perbaiki keadaan
sekitar dengan mulai dari hal yang sederhana dan dimulai dari rumah kita sendiri. Percayalah, hal yang
kecil bisa besar manfaatnya jika dilakukan secara kolektif dan terus-menerus.

4. Pemasyarakatan Teknik Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat.

8

Menurut ilmu kesehatan lingkungan sampah hanya sebagian dari benda atau hal-hal lain yang
dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup (Riyaldi, 1986), menurut widyatmoko (2002)
sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari berbagai
macam jenis sampah.
Sedangkan menurut Undang-undang No 18 tahun 2008 sampah rumah tangga adalah sampah yang
berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tetapi tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
(sampah yang mengandung bahan beracun).
Oleh karena dalam rumah tangga limbah tersebut biasa disebut dengan sampah maka biasanya
setelah tidak dipakai akan dibuang. Ada berbagai macam cara mebuang sampah di tempat pembuangan
akhir diantaranya:
a. Open dumping, yaitu membuang sampah secara terbuka diatas permukaan tanah
b. Dumping in water, yaitu membuang sampah secara terbuaka diatas air seperti dikali atau dilaut
c. Burning in premise, yaitu pembakaran sampah di rumah-rumah
d. Sanitary landfill,yaitu suatu cara pembuangan sampah ke tempat-tempat rendah dam ditutupi
dengan tanah untuk memenuhi persyaratan-persyaratan (Depkes,1987) dan masih banyak cara
lain untuk membuang sampah, namun kendalanya adalah dibutuhkan lahan yang luas, armada
yang banyak, menimbulkan bau yang tidak sedap dari berbagai cara yang telah biasa dilakukan
diatas rasanya selalu menimbulkan masalah. Sebab pada akhirnya membutuhkan dana yang tidak
kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut Bapelkes Cikarang mengembangkan teknologi yang sudah dikenal
dikalangan masyarakat namun biasanya dikembangkan di sektor peternakan. Teknologi itu adalah
teknologi Fermentasi Anaerob yang biasa disebut dengan Biogas.
Degester adalah media yang digunakan untuk fermentasi sampah yang telah dihaluskan dan dicampur
air.
Pengertian Biogas:
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan –bahan organik
termasuk diantaranya : kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah Metana dan Karbon Dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Cara Mengolah limbah rumah tangga menjadi biogas:
Menyiapkan enceng gondok sebanyak ±200 Kg dan air kali/kolam sebanyak ±200 Lt, enceng gondok
dihaluskan (ditumbuk/dicacah) kalo di Bapelkes di giling. kemudian enceng gondok dan air dicampur
dengan perbandingan 1:1.
Pada hari ke 3 sampai hari ke 18 gas dibuang sambil dicoba dinyalakan tetapi tidak bisa menyala
setelah hari ke 19 belas gas metan sudah terbentuk dan ketika dibakar bisa menyala dengan warna api
biru.
Selanjutnya setiap hari ditambah dengan limbah rumah tangga ± 5 Kgs etiap hari dengan cara
dihaluskan dan dicampur air ± 5 Lt, setiap hari menghasilkan gas metan ± 0,11 m3

9

Kandungan Biogas:
Komposisi biogas bervariasi tergantun dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Gas Landfill
memiliki konsentrasi metana sekitar 50 %, sedangkan sistem pengolahan limbah maju dapat
menghasilkan biogas dengan 55 – 75 % CH4.
Kandungan Energi:
Nilai kalori dari 1 m3 Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel.
Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.

5. Limbah Rumah Tangga Dan Penanganannya
Sampah merupakan permasalah utama dalam lingkungan kita, karena sampah diproduksi oleh semua
kalangan hingga rumah tangga yang merupakan penghasil sampah terbanyak perharinya. Dengan
pengolahan yang tanpa dipilah terlebih dahulu, sampah rumah tangga langsung dibuang ke tempat
sampah kemudian dibawa oleh petugas ke TPS untuk dimusnahkan.
Dengan cara tersebut masih kurang efektif, karena hanya akan menimbun di TPS dan menjadikan
lingkungan di sekitar TPS menjadi rusak dan tidak nyaman. Maka dari itu kita harus belajar untuk
memilah dan memanfaatkan sampah yang ada. Ada dua macam sampah, yaitu sampah organik (daundaunan, sisa sayuran, kulit buah, dll) dan sampah Unorganik (plastik, botol / kaca, kertas, dll) yang mana
bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir sampah yang dibuang ke TPS dan bahkan bisa menjadi
tambahan penghasilan bagi yang mengolah.
Untuk sampah-sampah organik bisa diolah menjadi kompos yang berguna untuk pupuk tanaman atau
mungkin bisa dijual. Dan sampah unorganik bisa kita buat menjadi kerajinan yang bisa menjadi hiasan
dirumah atau dijual sebagai tambahan penghasilan. Jadi pada intinya sampah yang kita hasilkan bisa kita
manfaatkan untuk tambahan penghasilan dan segaligus membantu pemerintah dalam menanggulangi
penumpukan sampah di TPS.

6. Peran Media Cetak Dalam Pemasyarakatan Sadar Lingkungan dan Solusi Penanganan
Limbah Rumah Tangga
Eksistensi media yang dapat menyebarkan pesan kepada khalayak luas, dimanfaatkan untuk
menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup untuk kesejahteraan
manusia. Melalui pemberitaan, kampanye publik, iklan layanan masyarakat, dan propaganda, media
diharapkan mampu berperan dalam menjaga keseimbangan alam, lingkungan sosial, ekonomi dan
politik yang berkembang dalam satu kawasan.
Karena itu, media massa memiliki tanggungjawab dalam memberikan informasi, tayangan dan siaran
yang benar, akurat, dan jelas (Henessy, 1990 : 24). Dikaitkan dengan kebutuhan informasi, Rosenthiel
(dalam Haryanto, 2010:7), menyebutkan, hak atas informasi adalah hak dasar yang melekat dalam diri
manusia. Hak atas informasi sebagai naluri kesadaran manusia untuk mengetahui hal – hal di luar
dirinya. Hak ini diakui dalam pasal 19 Deklarasi Umum HAM, yang disahkan tahun 1948. karena itu,
hak atas informasi harus terus dijaga dan diperjuangkan termasuk jika menghadapi manipulasi yang
dilakukan oleh para pebisnis maupun pejabat pemerintah dan politisi.

10

Kendati demikian, media juga tidak semata – mata dapat menyebarkan pesan – pesan lingkungan

hidup sesuai pesanan dari pihak tertentu yang berupaya mempengaruhi masyarakat.Sebab, dalam
bingkai kebebasan informasi, mereka memiliki kemandirian untuk menetapkan pemberitaan ataupun
penyiaran yang menjadi karakteristiknya.
Selain itu, media masa juga memiliki ideologi, yang terdiri atas orientasi bisnis dan idealisme dalam
menjalankan fungsi informasi. Dengan demikian, pemerintah dan semua entitas yang mengklaim peduli
terhadap lingkungan hidup, juga tidak bisa memaksa media untuk menyiarkan pesan tentang lingkungan
hidup. Terlebih lagi yang berkonotasi pembelaan terhadap tuduhan pelanggaran lingkungan dari elite di
tubuh pemerintah, perusahaan maupun politik, media massa berhak untuk melakukan penolakan.
Pada konteks ini, ideologi media dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti aspek historis, asosiasi
kelembagaan, dan aspek lain yang terikat oleh tujuan media massa (Lull, 1998 :1). Dari faktor – faktor
tersebut, media tetap diharapkan bisa ikut memelihara lingkungan dengan menjalankan fungsi kekritisan
terhadap pelanggaran terhadap lingkungan hidup.
Kompleksitas pemeliharaan lingkungan yang sudah diatur dalam UU No.32/2008 secara substantive
dapat berhasil penerapannya di masyarakat jika mendapat dukungan dari media yang peduli tehadap
lingkungan. Isi pemberitaan media, sejatinya menyangkut aspek yang bernilai positif dalam
pengendalaian lingkungan, sampai kepada berita yang mengancam kelangsungan hidup alam dan
lingkungannya. Media selayaknya lebih berpihak kepada kepentingan masyarakat untuk jangka panjang.
Karena itu isu kerusakan lingkungan yang dipicu oleh pembangunan berorientasi bisnis semata dan
pengabaian kelestarian lingkungan harus menjadi perhatian dan diinformasikan kepada khalayak.
Hakikatnya, media dengan kekuatan komunikasinya harus berjalan seiring dengan program
pemeliharaan lingkungan. Beberapa hal yang perlu didukung oleh media massa dalam penegakan
peraturan lingkungan antara lain adalah (1) masyarakat berhak memperoleh pengetahuan tentang
lingkungan hidup yang baik dan sehat; (2) setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup; (3) setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (4) setiap orang berhak melakukan
pengaduan
akibat
dugaan
pencemaran
dan/atau
perusakan
lingkungan
hidup.
Masalah – masalah tersebut memerlukan peran media massa untuk memberikan informasi yang
transparan dan memacu keikutsertaan masyarakat dalam pengawasan terhadap lingkungan. Supaya
informasi yang disebarkan media dipercaya khalayak, Gordon, Deines dan Havice (2010: 175)
menyarankan, wartawan harus mengembangkan kemampuan untuk mengurangi ketidakpastian
lingkungan melalui bekerjasama dengan ilmuwan. Oleh sebab itu, relasi antara pekerja media dengan
ilmuwan dan sumber informasi lain yang dipercaya harus tetap dipertahankan.
Bagiamanapun juga, kondisi lingkungan yang sehat atau sebaliknya lingkungan yang rusak dan
membawa dampak buruk bagi masyarakat di berbagai kawasan, selayaknya menjadi kepedulian media
massa dalam menjalankan fungsi transparansi pemberitan. Jika media tidak menghiraukan
penyimpangan dalam pengelolaan lingkungan, informasi yang beredar di masyarakat akan didominasi
oleh pesan sepihak yang berasal dari pemerintah maupun para pemilik modal yang mengabaikan
lingkungan hidup.
Padahal, dalam pasal 6 UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 jelas disebutkan, pers nasional melaksanakan
fungsinya dalam memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, melakukan pengawasan, kritik, koreksi
dan saran terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. Jadi, fingsi pengawasan dan
kritik harus tetap melekat di media massa.

11

Undang – Undang PPLH juga mengamanatkan perlunya tranparansi informasi dalam mengelola
lingkungan hidup. Tidak boleh ada informasi yang disembunyikan karena menyangkut kepentingan
ataupun kredibilitas pemerintah, pemilik modal dan tokoh masyarakat. Berdasarkan UU No. 32/2008,
setiap orang dilarang memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar. Artinya, media massa dapat melakukan
pemberitaan transparan, tanpa khawatir terhadap tekanan elite dalam kekuasaan negara maupun para
pemilik modal yang memiliki otoritas luas di masyarakat.
Representasi dari keterbukaan informasi lingkungan hidup pada badan publik,- pemerintah di pusat
maupun di daerah, harus mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup yang transparan, demi
mendukung
kebijakan
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan.
Sistem informasi lingkungan hidup paling tidak memuat informasi mengenai status lingkungan hidup,
peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lain. Sistem informasi lingkungan hidup
dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi dan wajib dipublikasikan kepada masyarakat. Jelas sistem
informasi lingkungan bisa lebih diketahui oleh masyarakat jika didifusikan melalui media massa.
Menyangkut peran dalam pelestarian lingkungan, masyarakat memiliki hak untuk berperan aktif
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Peran masyarakat dapat berupa penyampaian
informasi atau laporan. Peran ini gaungnya lebih luas, jika memanfaatkan media massa, baik cetak
maupun elektronik.
Laporan ketimpangan dalam pemeliharaan lingkungan hidup akan cepat direspon oleh masyarakat,
pemerintah maupun lembaga swasta jika disampaikan melalui media massa. Dampak yang diharapkan
dari pemberitaan atau penayangan problem lingkungan diharapkan pemerintah, pemilik modal dan pihak
– pihak yang berkepentingan dengan lingkungan hidup dapat membuat solusi yang lebih baik. Jadi
intinya, media massa bisa memengaruhi pemerintah dan pihak terkait dalam mencari solusi untuk
mengatasi problem lingkungan hidup.
Namun persoalannya, dalam koridor kebebasan pers, ternyata media massa, khususnya televisi, lebih
fokus kepada kemauan menonton khalayak, yang didasarkan kepada rating dan masuknya iklan dalam
program siaran. Dengan demikian, berita yang mengungkap seputar pelestaraian alam diabaikan demi
memburu rating.
Melihat kondisi ini, segala macam kampanye publik di media harus mampu menarik perhatian
penonton. Caranya, dengan mengemas berbagai program sebagai tayangan yang menghibur. Sebab,
tidak bisa dikesampingkan bahwa tayangan televisi yang mengeksplorasi budaya populer dan nilai
konsumerisme jauh lebih disukai dibanding program siaran yang lebih serius dalam mengupas problem
lingkungan.

12

C. Gambar/

Foto

Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga yang cair merupakan
sumber pencemaran air. Dari limbah rumah
tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan
organik (misal sisa sayur, ikan, nasi,
minyak, lemek, air buangan manusia)
yang terbawa air got/parit, kemudian ikut
aliran sungai. Adapula bahan-bahan
anorganik seperti plastik, alumunium,
dan botol yang hanyut terbawa arus air.
Sampah
bertimbun,
menyumbat
saluran air, dan mengakibatkan
banjir. Bahan pencemar lain dari
limbah rumah tangga adalah
pencemar biologis berupa bibit
penyakit, bakteri, dan jamur.

Bahan organik yang larut
mengalami penguraian dan
pembusukan.
Akibatnya
oksigen dalam air turun
sehingga biota air akan mati.
pencemaran bahan organik
meningkat,
kita
dapat
cacing Tubifexberwarna
bergerombol. Cacing ini
petunjuk
biologis
(bioindikator)
pencemaran
oleh
organik dari limbah

dalam

air

akan
kadar
dratis
Jika
menemui
kemerahan
merupakan
parahnya
bahan
pemukiman.

13

Dikota-kota, air got berwarna kehitaman
dan mengeluarkan bau yang menyengat.
Didalamair got yangdemikian tidak ada
organisme hidup kecuali bakteri dan
jamur. Dibandingkan dengan limbah
industri, limbah rumah tangga di daerah
perkotaan di Indonesia mencapai 60%
dari seluruh limbah yang ada.

D.

Pertanyaan Kelompok

Kelompok 2:
 Mengapa Biogas menjadi pilihan untuk mengatasi limbah rumah tangga?
Kelompok 3:
 Hal apa saja yang perlu didukung oleh media massa dalam penegakan peraturan
lingkungan?
Kelompok 4:
 Mengapa Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan?
Kelompok 5:
 Bagaimana cara mengolah limbah rumah tangga menjadi biogas?
Kelompok 6:
 Apa yang dimaksud dengan Degester?

E. Jawaban Pertanyaan Kelompok
Kelompok 2:
 Mengapa Biogas menjadi Pilihan ?
Dari teknologi Fermentasi Anaerob yang biasa disebut dengan Biogas selain bisa menggredable
sampah ada keuntungan lain diantaranya
1. bisa mengurangi gas rumah kaca
2. bisa menghasilkan bahan bakar pengganti
3. bisa menghasilkan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik degester

14

4. biaya pembuatannya murah karena bahan banyak tersedi
5. mudah digunakan
6. cara membuatnya mudah karena tidak memerlukan keahlian khusus
7. tidak memerlukan tempat yang luas.
Biogas mudah dibuat dan bahannya mudah ditemukan d lingkungan sekitar sehingga biogas
menjadi pilihan untuk mengatasi limbah rumah tengga dengan cepat


Kelompok 3:
Beberapa hal yang perlu didukung oleh media massa dalam penegakan peraturan lingkungan
antara lain adalah:
(1) masyarakat berhak memperoleh pengetahuan tentang lingkungan hidup yang baik dan sehat;
(2) setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup;
(3) setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
(4) setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.

Kelompok 4:

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan bendabenda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan
oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak
pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin
pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan
secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung
keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat
dimanfaatkan.


Kelompok 5:
Dengan cara menyiapkan enceng gondok sebanyak ±200 Kg dan air kali/kolam sebanyak ±200
Lt, enceng gondok dihaluskan (ditumbuk/dicacah) kalo di Bapelkes di giling. kemudian enceng
gondok dan air dicampur dengan perbandingan 1:1. Pada hari ke 3 sampai hari ke 18 gas dibuang
sambil dicoba dinyalakan tetapi tidak bisa menyala setelah hari ke 19 belas gas metan sudah
terbentuk dan ketika dibakar bisa menyala dengan warna api biru. Selanjutnya setiap hari ditambah
dengan limbah rumah tangga ± 5 Kgs etiap hari dengan cara dihaluskan dan dicampur air ± 5 Lt,
setiap hari menghasilkan gas metan ± 0,11 m3

Kelompok 6:
 Degester adalah media yang digunakan untuk fermentasi sampah yang telah dihaluskan dan
dicampur air.

15

F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Apabila setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampahnya masing-masing, maka
sisa sampah yang dibuang dari rumah tangga tinggal sedikit berupa limbah non organik dan inipun
masih bisa dimanfaatkan para pemulung.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak
terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar
tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
2 Saran
Sudah saatnya masyarakat dididik untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah secara
sederhana. Seperti masyarakat dan pemerintah Kota Brisbane bahu membahu untuk mengelola sampah
secara professional, mereka sadar bahwa sampah jika dikelola dengan baik selain mempunyai nilai
jual juga menjaga lingkungan bersih dan aman dari polusi.

16

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

4 81 27

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Divisi Humas Dan Rumah Tangga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat

5 91 1

Pembangunan aplikasi edukasi pengenalan hukum tajdwid pada masyarakat berbasis android

21 104 1