ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2015 (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 127/PHP.BUP-XIV/2016)

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

AN KEPALA
ANALISIS HUKUM PENYE
YELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN
DAERAH KABU
BUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2015
(Studi Terhadap Putu
tusan Mahkamah Konstitusi Nomor 127/PHP.BUP-XIV/2016)
16)
Dedy Suhendra
ah T
Tapanuli Selatan, Jl.St.Mohd.Arief No.32 Padangsi
gsidimpuan
Universitas Muhammadiyah
dedysuhendra@um-tapsel.ac.id
Abstrak
langsung yang dilaksanakan secara umum, bebas,, rahasia,
raha

jujur, dan
Pemilihan kepala daerah secara lang
pelaksanaan kedaulatan rakyat, yang pelaksanaannya
annya tidak lepas dari
adil, adalah merupakan bentuk pelak
ntuk itu perlu dibentuk sebuah lembaga yang bertuga
tugas menyelesaikan
pelanggaran dan kecurangan, untuk
g berwenang untuk
sengketa tersebut. Sejak tahun 2008 Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga yang
ada, sampai dengan terbentuknya badan peradilan
an khusus untuk hal
menyelesaikan sengketa Pemilukada,
hun 20
2015.
tersebut menurut UU No. 8 Tahun
mengetahui bagaimana kewenangan Mahkamah Konstitusi
K
Penelitian ini bertujuan untuk meng
dalam

ihan hasil Pilkada serentak tahun 2015, tahapan,
menyelesaikan perkara perselisihan
apan, kegiatan, jadwal
han, d
dan bagaimana pelaksanaan putusan Putusan Mahkamah
Mahk
penanganan perkara perselisihan,
Konstitusi
Nomor: 127/PHP.BUP-XIV/2016 oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tapanuli Selat
elatan.
tode deskriptif analisis dengan pendekatan normatif
matif (legal research)
Penelitian ini menggunakan metod
under, peng
pengumpulan data melalui studi kepustakaan yang
di
g dilakukan
dengan
untuk memperoleh data sekunder,
pelajari bahan hukum primer (pimary source), bahan hukum sekunder

cara mengumpulkan dan mempelaj
n h
hukum tersier, juga dimungkinkan melakukan studi
tudi lapangan untuk
(secondary sources), dan bahan
an.
mencari data pendukung tambahan.
bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa
memerik dan mengadili
Hasil penelitian menunjukkan bahw
ada sebelum terbentuknya badan peradilan khusus,
us, dan putusannya
perkara perselisihan hasil Pilkada
sudah berdasarkan keadilan.
amah K
Konstitusi tetap berwenang untuk memeriksa dan mengadili
me
perkara
Untuk itu diharapkan, Mahkamah
epala daerah, karena, pemilihan kepala daerah

s
ah secara
langsung
perselisihan hasil pemilihan kepal
edaulatan rakyat berdasarkan undang-undang.
merupakan wujud pelaksanaan kedau
elisihan, Pemilihan Kepala Daerah
Kata Kunci : Penyelesaian, Perselisi

Pendahuluan
Panjangnya catatan sejarah
ejarah tentang
perubahan dan pembaharuan
uan peraturan
perundang-undangan pemilihan
ihan kepala
daerah yang bertujuan untuk m
mewujudkan
pemilihan kepala daerah yang bebas,
rahasia, jujur dan demokratis,, bel

belum bisa
terlaksana, masih banyaknya
a persoalan
dan permasalahan yang timbul
bul akibat dari
pelanggaran-pelanggaran
dan
penyimpangan
yang
terjadi
erjadi
pada
pelaksanaan pemilihan kepal
epala daerah
mulai dari tahun 2005 sampai
pai dengan
sekarang, pemilihan kepala daer
daerah masih
dianggap sebagai the problem
oblems of local

democracy (Iwan Satriawan, 2012
2012: 4).
Pemilihan kepala daerah serentak
tahun 2015 juga tidak luput dar
dari berbagai
macam kerusuhan maupun bentr
bentrokan antar
massa pendukung pasangan cal
calon, massa
pendukung pasangan calon dengan warga,
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

penyerangan terhadap aparat
apar pemerintah,
petugas penyelenggara pemilihan,
pem
bahkan
terhadap aparat keamanan
nan yang sedang

melaksanakan tugasnya.
B
a. Bentrokan
atau
kerusuhan
tersebut
mengakibatkan
kerugian moril maupun
m
n materil,
bahkan
mencederai proses demokra
okrasi di tanah air,
berbagai peristiwa yang terjadi
ter
antara lain
di daerah: Mamuju, Sulaw
ulawesi Barat (9
Desember 2015), di Kabupat
abupaten Gowa,

Sulawesi Selatan (10 Dese
esember 2015), di
Manggarai, Flores,Nusa Tenggara
T
Timur
(11 dan 15 Desember 2015)
015), di Kalimantan
Utara (19 Desember 2015)
15), di Kabupaten
Pekalongan (17 Desember
mber 2015), di
Kabupaten Indramayu, Jawa
Jaw Barat (17
desember 2015), di Mamuju
M
Utara,
Sulawesi Barat (15 Desemb
ber 2015), dan di
Tomohon, Sulawesi Utara
ara (15 Desember

2015).

34

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Pemilihan Kepala Daerah
aerah Serentak
Tahun 2015 dilaksanakan berda
berdasarkan UU
No. 8 Tahun 2015 Pasal 201, dil
dilaksanakan
pada tanggal 9 Desember 2015 terdiri dari
9 Pilkada Provinsi, 224 Pilkada
ada Kabupaten
dan 36 Pilkada Kota, walaupun
aupun ada 5
daerah tidak bisa melaksanakanny

kannya pada
tanggal tersebut, kelima dae
daerah yang
pilkadanya ditunda antara
a lain Kota
Pematang Siantar, Kabupaten
en S
Simalungun,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kot
Kota Manado,
dan
Kabupaten
Fakfak
(http://www.kpu.go.id: 28-02-2016
016).
Gugatan perkara perselis
selisihan hasil
pemilihan kepala daerah serent
erentak tahun
2015 terbukti dengan diterimanya

anya sebanyak
147 permohonan (Mahkamah
ah K
Konstitutusi
Republik Indonesia,2015: 61). ditambah
dengan 4 permohonan perk
perkara yang
diterima pada bulan Januari
ari dan bulan
Pebruari tahun 2016, dari 151 perkara
perselisihan hasil pemilihan kepal
epala daerah
serentak
tersebut,
7
merupakan
perselisihan pemilihan Gubernur
nur dan Wakil
Gubernur,
kemudian
sebany
ebanyak
132
merupakan perkara pemilihan
han B
Bupati dan
Wakil Bupati, sedangkan sisanya
anya sebanyak
12 perkara pemilihan Wali Kota
ota dan Wakil
Wali Kota, selain gugatan yang
ang diajukan
oleh pasangan calon kepala
a daer
daerah, ada
juga 1 gugatan yang diaju
diajukan oleh
pemantau untuk Pilkada dengan calon
tunggal di Kabupaten Tasikmala
alaya, dan 1
Pemohon yang bukan pasangan
angan calon
kepala daerah dari Kabupat
abupaten Boven
Digoel, Papua.
Salah satu perkara yang di
diterima oleh
Mahkamah Konstitusi adalah gugat
gugatan hasil
ah Kabupaten
pemilihan kepala daerah
uhammad Yusuf
Tapanuli Selatan oleh H. Muham
on, S.TP, MM
Siregar dan H. Rusydi Nasution,
honan perkara
dengan nomor permohonan
2015, dan oleh
Nomor: 128/PAN/PHP-BUP/2015,
us perkara ini
Mahkamah Konstitusi memutus
127/PHP.BUPdengan Putusan Nomor: 127/
XIV/2016.
nya
nilai
Mengingat
pentingnya
ilihan kepala
demokratis dalam suatu pemilihan
pelaksanaan
daerah yang merupakan pel
edaulatan rakyat,
konstitusi berdasarkan kedaulat
dihasilkan oleh
maka setiap putusan yang dihas
harus
Mahkamah
Konstitusi,
eadilan, yang
mengedepankan nilai-nilai keadi
bisa dipertanggungjawabkan dan bersifat
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

terbuka, sehingga terlaks
erlaksanya tugas
Mahkamah Konstitusi sebagai
ebagai pengawal
konstitusi, sesuai dengan
gan kewenangan
yang dimilikinya “the constitut
titutional court, as
the supreme guardian off the
t
constitution,
has the final word in the
he review of the
conformity of the acts of all state
s
authorities
with
the
constitution
on
(International
Conference Proceedings, 2004: 6).
Maka tujuan dari penelitian
penel
ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis
kewenangan Mahkamah
h Konstitusi
K
dalam
menyelesaikan perkara perselisihan
per
hasil
pemilihan kepala daerah
ah serentak tahun
2015, serta tahapan kegiat
giatan, dan jadwal
penanganan perkara perselisihan,
per
dan
bagaimana
pelaksanaan
naan
Putusan
Mahkamah
Konstitus
tusi
Nomor:
127/PHP.BUP-XIV/2016
oleh
KPU
Kabupaten Tapanuli Selatan.
atan.
Agar penelitian ini lebih
ebih terarah, maka
diperlukan suatu kerangka
gka teori sebagai
kerangka berfikir secara
cara alamiah dan
mengarah
dilandasi oleh pola fikir yang
y
n yang
sama (Sri
pada suatu pemahaman
y
Mamudji, 2005: 17), sehingga teori yang
nelitian ini adalah
dipergunakan dalam penel
oleh
Teori Kedaulatan yang disampaikan
dis
au bahwa dasar
Jean Jacques Rousseau
a ialah
perjanjian
terjadinya suatu Negara
i
ial” (C.S.T. Kansil,
masyarakat “Contrat Social”
enyatakan Pactum
1984:62), John Locke meny
ekuasaan suatu
Subjectionis berupa kek
erintahnya untuk
negara melalui pemerint
aan dan kedamaian
menciptakan kesejahteraan
sedangkan
(W.Friedmann, 1953: 45),
45
menurut Jean Bodin bahwa
bahw kedaulatan
ves ac subditos
adalah “summa in cives
estas “kekuasaan
legibusque soluta potestas
ganegara dan anak
yang mengatasi warganegar
buah, malahan diatas undang-undang”
undang
952: 56). Teori
(Muhammad Yamin,1952:
ajaran
Konstitusi, menurut Sri Sumantri
S
negara berkonstitusi (constitutionalism)
(const
ngandung makna
secara esensial mengandung
an
pemerintahan
pembatasan kekuasaan
hak(limited goverment) dan perlindungan
per
an kesewenanghak rakyat dari tindakan
ahan terutama yang
wenangan pemerintahan
anusia atau hak
menyangkut hak asasi ma
an kekuasaan ini
dasar rakyat. Pembatasan
u vertikal
termasuk
dalam arti horizontal atau
ver
gir Manan, 2003:
pembatasan waktu (Bagir
enciptakan suatu
75), dan untuk menc
35

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

pemerintahan yang konstitusional
usional salah
satu
adalah
adanya
elaborasi
konstitualisme, pengaturan se
secara ketat
tentang
perlindungan
HA
HAM
dan
pembatasan kekuasaan lembaga
baga-lembaga
negara baik lingkupnya maupun
aupun waktunya
agar mampu mewujudkan secara
ara maksimal
perlindungan HAM dan pencapai
apaian tujuan
negara melalui mekanisme cheks and
balances (Moh.Mahfud, 2007: 24). Teori
Kewenangan sebagaimana disam
sampaikan H.
D Stout, yang dikutip oleh R
Ridwan HR
menyebutkan
bahwa
W
Wewenang
merupakan pengertian yang
ang ber
berasal dari
hukum organisasi pemerintahan,
ntahan, yang
dapat dijelaskan sebagai kkeseluruhan
aturan-aturan yang berkenaan
enaan dengan
perolehan dan penggunaan
unaan wewenang
pemerintahan oleh subjek hukum
kum publik di
dalam hubungan hukum publik (Ridwan,
2011: 101), sejalan dengan pendapat
diatas, F.P.C.L. Tonnaer, m
menyatakan
bahwa kewenangan pemerint
erintah dalam
kaitan ini dianggap sebagai kkemampuan
positif, dan
untuk melaksanakan hukum po
an hubungan
dengan begitu, dapat dirincikan
hukum antara pemerintah dengan warga
enang di
dirumuskan
negara. Walaupun wewenang
beda, namun
dalam bahasa yang berbeda,
a wewenang
mengandung pengertian bahwa
hukum untuk
itu memberikan dasar huku
bertindak dan mengambill keputusan
enang yang
tertentu berdasarkan wewenang
at
padanya
diberikan
atau
melekat
perundangberdasarkan
peraturan
per
u,
sehingga
undangan
yang
berlaku,
ang sah/ legitim,
merupakan kekuasaan yang
enangan adalah
maka munculnya kewenangan
penyelenggara
untuk membatasi agar pen
pemerintahan
negara dalam melaksanakan pe
enang. Penelitian
tidak berlaku sewenang-wenang
eori Keadilan,
ini juga menggunakan Teori
karena keadilan merupakan ssalah satu
eadilan selalu
tujuan dari hukum, keadilan
penghargaan”,
mengandung
unsur
“penghar
angan” (C.S.T.
“penilaian” atau “pertimbangan”
ang di
disampaikan
Kansil,1984: 41), seperti yang
Theory of Justice
oleh John Rawls dalam A Theor
uatu hal yang
bahwa justice as fairness “sesuat
ohn R
Rawls,1999:
wajar dalam masyarakat (John
am tulisannya
xi). sedangkan Aristoteles dalam
“Rhetorica”, membedakan dua macam
distributif dan
keadilan yaitu: keadilan distr
eori hu
hukum juga
keadilan komutatif. Dalam teori
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

dikenal dua kategori keadilan
k
yang
dipergunakan
oleh
hak
hakim
dalam
memutuskan
perkara
y
yang
sedang
ditanganinya, yaitu keadilan
eadilan subtantif dan
keadilan prosedural. Dalam
Dal
keadilan
subtantif, hakim harus berani berijtihad di
luar ketentuan UU agar
gar keadilan bisa
ditemukan untuk bahan putus
utusan, dalam hal
ini hakim dikenal sebagai judge makes law,
hakim membuat hukum
m atau dikenal
dengan keadilan substant
antif (substantive
justice). sedangkan keadilan
keadi
prosedural
(procedural justice) adalah
s
ah sebaliknya
atau
proses
penegakan
huk
hukum
yang
sepenuhnya
didasarkan
kan
pada
bunyi
undang-undang.bahwa
sesuatu
itu
dianggap adil apabila pelaksanaan
pel
dan
putusan hakim selalu mengikuti
m
bunyi
pasal-pasal di dalam undang
ang-undang.
Metode Penelitian
Fungsi metode penelitian
penel
adalah
untuk menjelaskan seluruh
selur
rangkaian
kegiatan yang akan dilakukan
dil
dalam
rangka menjawab pokok permasalahan
atau untuk membuktikan
kan asumsi yang
dikemukakan, dengan kata lain penelitian
merupakan upaya pencari
arian yang amat
bernilai edukatif (Amiruddi
uddin dan Zainal
Asikin, 2014: 19), spesifika
ikasi penelitian ini
menggunakan penelitian
huk
n hukum
normatif
atau doktrinal yang juga
di
uga disebut
sebagai
penelitian
perpustakaan
an
atau
studi
dokumen, karena lebih banyak
ban
dilakukan
terhadap data yang bersifat
fat sekunder yang
ada di perpustakaan, bersifat
ber
deskriptif
analisis, melalui pendekatan normatif “legal
research”(Edi Warman,2014
2014: 96), dengan
cara mengumpulkan dan mempelajari
bahan hukum primer (pimary
(pi
source),
bahan
hukum
sekunder
nder
(secondary
sources), dan bahan hukum
um tersier. Bahan
hukum primer merupakan
an bahan hukum
memiliki otoritas (authority)
ty) artinya bersifat
mengikat (Dyah Ochtorina
na Susanti, 2014:
52).
Proses analisa data menggunakan
metode deskriptif kualitatif,
if, penelitian yang
bersifat penemuan fakta-f
a-fakta seadanya
(fect finding), termasuk
uk juga usaha
mengemukakan hubungan
gan satu dengan
yang lain dalam aspek yang
y
diteliti itu.
Sehingga penelitian ini memberikan
gambaran tentang bagaimana
ana kewenangan
36

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Mahkamah
Konstitusi
dalam
menyelesaikan perkara perselis
elisihan hasil
pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota,
tahapan, kegiatan, jadwal penanganan
perkara perselisihan hasilil pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walik
alikota pada
pemilihan kepala daerah serent
erentak tahun
2015 dan bagaimana pelaksanaan
anaan putusan
Putusan Mahkamah Konstitus
itusi Nomor:
127/PHP.BUP-XIV/2016
oleh
Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten
en Tapanuli
Selatan.
Hasil dan Pembahasan
1. Pemilihan Kepala Daerah
ah dan
Kedaulatan Rakyat
miliki kepala
Kewenangan yang dimil
pemerintahan
daerah dalam melaksanakan pe
dipercayakan
merupakan amanat
yang diper
ang dipilihnya
rakyat kepada orang yang
alui pemilihan
sebagai kepala daerah melalui
penyerahan
kepala
daerah
bukan
peny
orang yang
kedaulatan rakyat kepada or
dalam
dipilihnya,
sehingga
ahan daerah,
menyelenggarakan pemerintahan
berpedoman
setiap kepala daerah harus ber
as”. Proses
kepada “asas akuntabilitas”
berdasarkan
pemilihan kepala daerah be
sistim demokrasi sesuai dengan prinsip
rakyat yang
pelaksanaan kedaulatan rak
angsung warga
melibatkan peran serta langsung
dasar bagi
masyarakat yang menjadi da
bermasyarakat
terpeliharanya kehidupan berm
arakat mutlak
yang sehat, karena masyarak
apatnya, seperti
berhak menyuarakan pendapatn
W.Friedmann
yang disampaikan oleh W.
negara melalui
bahwa kekuasaan suatu negar
menciptakan
pemerintahnya
untuk
m
kedamaian
kesejahteraan
dan
karena
(W.Friedmann,1953:
45),,
odin seperti
kedaulatan menurut Jean Bodi
Yamin adalah
yang dikutip oleh Muhammad Ya
os legibusque
“summa in cives ac subditos
Yamin, 1952:
soluta potestas” (Muhammad Ya
ikan dengan
56), atau yang bisa diartikan
kewenangan tertinggi yang titidak dapat
dibatasi oleh hukum yang ada pada
negara.
penguasa atau pemerintah negar
U Nomor 32
Sejak diberlakukannya UU
epala daerah
tahun 2014 Sistim pemilihan kepal
tertutup dan
yang sebelumnya bersipat ter
ubah menjadi
dilaksanakan oleh DPRD, berubah
ah langsung,
sistim pemilihan kepala daerah
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

setiap orang memiliki hak yang sama untuk
bersuara (one man one vote),
vote
2. Mahkamah Konstitusi
usi
Sebelum terbentukny
knya Mahkamah
Konstitusi di Indonesia, ide “constitutional
review” (pengujian konst
nstitusional) atau
“judicial review” (pengujian
an oleh hakim) itu
sendiri sudah dilaksanakan
ol pengadilan
an oleh
Amerika Serikat sejak awal
awa abad ke-19,
yaitu dalam perkara Marbury
Mar
dengan
Madison yang diputus oleh
ol
Mahkamah
Agung Amerika Serikat pada tahun 1803.
(http://jimlyschool.com: 18-04
-04-2016).
Sedangkan
negar
negara
pelopor
pembentukan Mahkamah
ah Konstitusi di
dunia adalah Austria yang
m
ng mengadopsikan
ide pembentukan itu kedalam
kedal
UUD 1920
(Jimly Asshiddiqi dan Ahm
hmad Syahrizal,
2012: 18), Indonesia merupak
upakan negara ke78 membentuk Mahkamah
K
ah Konstitusi,
yang
sebelumnya juga diadopsi
ol
psi oleh
Italia pada
tahun 1947, dan Jerman pada tahun 1948.
Selanjutnya
pembentukan
ukan
Mahkamah
Konstitusi diadopsi Indones
ndonesia pada tahun
2003 setelah amandemen
ket
n ketiga
UUD 1945
pada Aturan Peralihan
pas
han pasal
III yang
menyebutkan bahwa Mahka
ahkamah Konstitusi
dibentuk selambat-lambatn
batnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum
m dibentuk segala
kewenangannya dilakukan
ol Mahkamah
kan oleh
Agung. Kehadiran Mahkam
ahkamah Konstitusi
juga berperan strategis dalam
dal
mendorong
terlaksananya penyelenggar
ggaraan kehakiman
yang bebas dan merdek
deka, terjaminnya
konstitusi
sebagai
huk
hukum
tertinggi,
penegasan terhadap prinsip
nsip negara hukum
yang
demokratis,
sert
erta
terjaganya
pelaksanaan kedaulatan rak
akyat.
Mahkamah Konstitus
itusi mempunyai
kedudukan setara dengan
ngan Mahkamah
Agung, sesuai dengan isii Undang-Undang
U
Dasar Negara Republik Indonesia
Indones Tahun
1945
Bab
IX
tentang
ang
Kekuasaan
Kehakiman, antara Mahka
hkamah Konstitusi
dan
Mahkamah
Agung
gung
memiliki
kewenangan dan tugas yang berbeda,
berdiri sendiri, serta terpis
erpisah (duality of
jurisdiction). Fungsi utamanya
utam
dikenal
sebagai penjaga konstitusi
(
usi (the
guardian of
the constitution), selain
ain itu konstitusi
menurut
Jimly
sebagai
ebagaimana
dikutip
Mustafa Lutfi, juga berfungsi
berf
sebagai
pengawal demokrasi (the
guar
e guardian
and the
37

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

sole interpreter of the consttituti
tution, as well
as the guardian of the pr
process of
democratization).
Mahkamah Konstitusi menur
enurut Hukum
Acara
Mahkamah
Konstitusi
onstitusi,
yang
diterbitkan oleh Sekretariat Jender
Jenderal dan
Kepaniteraan MKRI, tahun 2010, dalam
melaksanakan tugasnya, har
harus bisa
menjamin prinsip keadilan (fairnes
airness) sesuai
dengan karakteristik peradilan
an Mahkamah
Konstitusi, yaitu: Asas Ius C
Curia Novit;
Persidangan Terbuka untuk
Umum;
Independen dan Imparsial;
al; Peradilan
Dilaksanakan Secara Cepat,
epat, Sederhana
dan Murah; Hak untuk Didengar
dengar Secara
Seimbang (Audi et Alteram Part
artem; Hakim
Aktif dan juga Pasif dalam Proses
Praduga
Persidangan;
dan
Asass
ae cau
causa.
Keabsahan (praesumtio iustae
ah Konstitusi
Kewenangan Mahkamah
diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2003
an bahwa “
pasal 1 ayat (1) disebutkan
ah salah satu
Mahkamah Konstitusi adalah
sebagaimana
pelaku kekuasaan kehakiman sebagai
ndang Dasar
dimaksud dalam Undang-Unda
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
m menangani
sedangkan kewenangan dalam
epala daerah
perselisihan hasil pemilihan kepal
ah konstitusi
mulai menjadi ranah Mahkamah
ilihan kepala
yaitu setelah beralihnya pemilihan
ahan daerah
daerah dari rezim pemerintahan
mum, sejak
menjadi rezim pemilihan um
berlakunyanya UU Nomor 22 tahun 2007,
U Nomor 12
Kemudian ditegaskan dalam UU
ubahan K
Kedua Atas
tahun 2008 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
ah pa
pasal 236C,
Tentang Pemerintahan Daerah
yang berbunyi:
eta
hasil
Penanganan
sengketa
ilihan kepala
penghitungan suara pemilihan
a daer
daerah oleh
daerah dan wakil kepala
hkan kepada
Mahkamah Agung dialihkan
Mahkamah Konstitusi paling lama 18
jak Undang(delapan belas) bulan seja
Undang ini diundangkan.
Dalam
perspektif
Huefner
sebagaimana dikutip oleh Tim
m Penyusun

Hukum Acara Mahkamah
h Konstitusi
menyebutkan bahwa penyebab
ebab timbulnya
permasalahan
hasil
Pemil
milu
dapat
disebabkan oleh beberapa hal,, yai
yaitu;
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

angan hasil suara dari
1) Fraud, yaitu kecurangan
emiliki keinginan
para kandidat yang me
melakukan
dan kesempatan untuk
unt
kecurangan tersebut,, dilakukan oleh
penghitung suara dan petugas-petugas
p
yang
memiliki
Pemilu
lainnya
mudahkan mereka
kesempatan yang memu
untuk melakukannya;
ang dilakukan oleh
2) Mistake, kekhilafan yang
petugas Pemilu
sconduct, tindakan
3) Non-fraudulent misconduct
bulkan turunnya
yang dapat menimbu
kepercayaan publik kepada hasil dari
Pemilu.
4) Extrinsic events or acts of God,
terdapatnya peristiwa
a alamiah
al
(acts of
God) di luar kemampuan
puan manusiawi
petugas administrasi Pem
emilu
Sengketa atau perselis
elisihan pemilihan
kepala daerah menurut UU
U Nomor 8 tahun
2015 pasal 142 menyebut
yebutkan bahwa
Sengketa Pemilihan terdirii atas:
at
a Pemilihan;
dan
1) sengketa antar peserta
P
erta Pemilihan dan
2) sengketa antara Peserta
sebagai
penyelenggara
Pemililihan
a Keputusan
KPU
akibat dikeluarkannya
K
bupaten/Kota.
Provinsi dan KPU Kabup
hasil
Dalam sengketa perselisihan
per
pemilihan kepala daerah juga dikenal istilah
dan
pelanggaran Terstruktur, Sistematis,
S
matis, terstruktur,
Masif (TSM), istilah sistemat
dan masif adalah sebagai berikut:
ber
sistematis,
1) Pelanggaran itu bersifat
bersi
artinya pelanggaran ini benar-benar
a matang (by
direncanakan secara
design);
terstruktur,
2) Pelanggaran itu bersifat
bersi
artinya pelanggaran ini dilakukan oleh
aparat
struktural,
baik
aparat
pemerintah
maupun
aupun
aparat
penyelenggara pemilihan
han kepala daerah
secara kolektif bukan aksi
aks individual;
3) Pelanggaran itu bersifat
ifat masif, artinya
dampak pelanggaran ini
i sangat luas
dan bukan sporadis.
Pelanggaran sistemat
atis, terstruktur,
dan masif harus bisa
sa
dibuktikan
berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi,
dan pelanggaran itu dilakukan
dilak
hampir
seluruh daerah pemilihan,
han, terjadi secara
38

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

terstruktur, sistematis dan mas
asif, karena
telah direncanakan sedemikian
an rupa.
Untuk
terlaksananya
a
tugas
Mahkamah
Konstitusi
dalam
menyelesaikan perkara perselis
elisihan hasil
pemilihan umum, maka dit
ditetapkanlah
Peraturan Mahkamah Konstitus
titusi (PMK)
Nomor 1 Tahun 2015 tentang
ang Pedoman
Beracara Dalam Perkara Perseli
elisihan Hasil
Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan
an Walikota,
dan PMK Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan
an Mahkamah
Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Pedoman
Beracara
Dalam
m
Perkara
Perselisihan Hasil Pemilihan
han Gubernur,
Bupati, Dan Walikota, antara lain mengatur
tentang Para Pihak dan Objek Pe
Perselisihan,
Permohonan
Pemohon,
Jawaban
Termohon, dan Keterangan
angan Terkait,
Pemeriksaan Perkara, dan
Putusan
Mahkamah.
3. Perselisihan Hasil Pemilihan
lihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepal
epala Daerah
Kabupaten Tapanuli Selat
elatan tahun
2015
Pada Pemilihan Kepala
ala Daerah
Kabupaten Tapanuli Selatan
an tahun 2015,
diikuti oleh 3 (tiga) pasangan
angan ccalon, yaitu
Pasangan Ir.H.Mhd.Yusuf Sir
Siregar dan
H.Rusydi Nasution, STP, MM ((nomor urut
1), pasangan H.Syahrul M. Pas
Pasaribu, SH
dan Ir. H. Aswin Efendi Siregar,M
egar,MM( nomor
urut 2), dan pasangan Ir. H.Aldi
ldinz Rapolo
Siregar dan Borkat,S.Sos,MM ((nomor urut
3).
Berdasarkan
hasil
rrekapitulasi
perolehan suara pemilihan kepal
epala daerah
Kabupaten Tapanuli Selatan pada tanggal
16 Desember 2015, pasangan
angan calon
unggul dari dua pasangan lai
lainnya yang
ditetapkan dengan Surat Keput
eputusan KPU.
Kabupaten
Tapanuli
Selatan
Nomor:77/Kpts/KPU-Kab/002434707/XII/2015 tentang Rekapi
apitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suar
uara Tingkat
Kabupaten Tapanuli Selatan
atan Dalam
Pemilihan Bupati dan Wak
akil Bupati
Tapanuli Selatan Tahun 2015, sebagi
berikut:
1. Ir.H.Mhd.Yusuf Siregar dan H.Rusydi
Nasution, STP, MM (nomor
mor urut 1)
memperoleh 41.720 suara
a (27,
(27,66 %).
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

2. H. Syahrul M. Pasaribu,
bu, SH dan Ir. H.
Aswin Efendi Siregar,, MM
M (nomor urut
2) memperoleh 99.680
s
680 suara
(66,08 %).
3. Ir. H.Aldinz Rapolo
apolo Siregar dan
Borkat,S.Sos,MM (nom
nomor urut 3)
memperoleh 9.449 suara
uara (6,26 %)
Berdasarkan
hasil
sil
rekapitulasi
tersebut diatas, pasangan
c
n calon
Ir. H. Mhd.
Yusuf Siregar dengan H. Rusydi
R
Nasution,
STP, MM tidak menerimany
manya, sehingga
pasangan calon tersebut
sebut mengajukan
permohonan gugatan ke
k
Mahkamah
konstitusi
dengan
an
nomor
permohonan:128/PAN/PHPP-BUP/2015
bertanggal 21 Desember
ber 2015, yang
diterima di Kepaniteraan
aan Mahkamah
Konstitusi pada tanggal 22 Desember
D
2015,
pukul 01.47 WIB, kemudi
udian dicatatkan
dalam buku registrasi Mahk
ahkamah konstitusi
dengan
Nomor
Regist
gistrasi
Perkara:
127/PHP.BUP-XIV/2016,
dalam
gugatannya memberi kuasa
kuas kepada Ary
Nizam, S.H., Izhar Zulandri
Zulandr Simamora,
S.H., Solihin, S.H., Agus
us Saputra, S.H.,
Ilham Adhyatama, S.H.,, Thakashi
T
Hadi,
S.H., Surya Arthika, S.H
.H., dan Randy
Kurniawan, S.H, yang tergabung
ter
dalam
Law Office ARY NIZAM & Partners.
Par
Mahkamah
Konst
onstitusi
mulai
menyidangkan sengketa perselisihan
per
hasil
pemilihan kepala daerah
ah serentak tahun
2015 pada tanggal 7 Januar
nuari 2016, dengan
agenda sidang Pemeriksaan
aan Pendahuluan.
Pada sidang hari pertama
m
a mengagendakan
persidangan atas 51 permohonan
ohonan dari 147
perkara yang diterima sampai
pai dengan akhir
Desember 2015.
a. Sidang Pemeriksaan
Pendahul
ksaan Pendahuluan
Perselisihan Hasil Pemilihan
Pe
Bupati
Kabupaten Tapanuli Selatan
elatan disidangkan
bersamaan dengan Persel
erselisihan Hasil
Pemilihan Bupati Nias Selat
elatan, Nias Utara,
Samosir, dan Serdang Bedagai
edagai.
Dalam persidangan
pe
dangan pertama
ini Ary
Nizam selaku Kuasa Huk
ukum pasangan
calon Bupati Tapanuli Selat
elatan, Muhammad
Yusuf Siregar dan Rusydi
Ru
Nasution
menyampaikan yang terkait
ter
dengan
prosedural dimana permohonan
ohonan pertama
sampaikan itu pada tanggal
ggal 21 Desember
2015 dan perbaikan permohonan
mohonan tanggal
24 Desember 2015. Adapun
apun permohonan
39

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

keberatan untuk wilayah Kabupaten
Tapanuli Selatan yang diaju
diajukan oleh
Prinsipal Pemohon, yakni B
Bapak H.
Muhammad Yusuf Siregar dan Bapak H.
Rusyidi Nasution S.TP., M.
M.M, terkait
dengan Berita Acara dan Keputus
eputusan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten
en Tapanuli
Selatan, Ary Nizam menyebutk
ebutkan bahwa
ada beberapa hal yang
ang merupakan
pelanggaran dan bukti-buktii yyang telah
ajukan. Yang pertama, adanya
a penggunaan
instrumen aparat pemerintahan
ahan desa yang
dilakukan oleh istri dari Pasangan
angan Nomor
Urut 2, bersama dengan bukti
buktinya dalam
bentuk VCD, kemudian ada pel
pelanggaran
dalam bentuk money politics yang bersifat
masif, tidak hanya pada sat
satu daerah
tertentu
saja,yaitu
Sipirok,
k,
Padang
Sidempuan,
Angkola,
dan
lain-lain,
dibuktikan dengan pernyataan
aan pe
pemilih yang
tergabung dalam mobilisasi mass
assa, dimana
pemilih tersebut sebenarnya
nya adalah
penduduk
dari
Kabupaten
en
Tapanuli
Tengah.
Alam selaku
Selanjutnya Syamsir Ala
enyampaikan
kuasa hukum Pihak Terkait meny
salahan dalam
bahwa tidak ada permasalahan
pemilihan kepala daerah di Kabupaten
enyampaikan
Tapanuli Selatan, dan meny
an R
Rekapitulasi
kepada Hakim bahwa Putusan
olehan suara
Hasil Penghitungan Perolehan
sember 2015
adalah pada tanggal 16 Desem
pukul 15.55 Wib.
Jawaban
b. Sidang
Mendengar
ihak Terkait,
Termohon, Keterangan Pihak
ukti
dan Pengesahan Alat Bukti
Perselisihan
Sidang lanjutan Perkara P
abupaten Tapanuli
Hasil Pemilihan Bupati Kabupaten
Selatan dilaksanakan pada ttanggal 12
genda per
persidangan
Januari 2016, dengan agenda
Termohon,
Mendengar
Jawaban
Pengesahan
Keterangan Pihak Terkait, dan P
PU Tapanuli
Alat Bukti. Termohon dari KPU
regar, Mustar
Selatan adalah Potan Edi Siregar
aluddin Lubis,
Edi Hutasuhut, dan Syawaludd
atua Siregar
dengan kuasa hukumnya Kalimat
Putra. Pihak
dan Harry Rizky Perdana Put
calon yang
terkait adalah pasangan cal
berdasarkan
memperoleh suara terbanyak ber
tu pasangan
keputusan termohon,
yaitu
findi Siregar,
Syahrul Pasaribu dan Aswin Efindi
yamsir Alam
dengan kuasa hukumnya Syam
Nasution.
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

Pada persidangan tersebut,
ter
Hakim
Ketua Anwar Usman mempersilahkan
m
Kalimatua Siregar selaku
u kuasa hukum
Termohon untuk menyamp
paikan Jawaban
Termohon,
Kalimatua
atua
Siregar
menyampaikan dalam eksepsi,
eksep
legal
standing
bahwa
jumlah
lah
penduduk
Kabupaten Tapanuli Selatan
atan sesuai dengan
data agregat kependudukan
an per kecamatan
per 31 Desember 2014
014 sebagaimana
disampaikan KPU RI dengan
ngan surat Nomor
021/KPU/IV/2015
adalah
dalah
300.123.
sehingga
persentase selisih
sel
perolehan
suara antara Pemohon dan dengan calon
yang memperoleh suara terbanyak
ter
teratas
adalah
1,5%.
Dalam
penghitungan
perolehan suara, Pemohon
ohon memperoleh
suara dengan jumlah 41.720 suara atau
27,66%.
Sedangkan
P
Pihak
Terkait
memperoleh suara terbany
erbanyak dengan
jumlah 99.680 suara
a atau 66,08%,
sehingga perolehan suara
ant
a antara
Pemohon
dengan Pihak Terkait terdapat
dapat selisih suara
dengan jumlah 57.960 suara
suar atau 38,42%.
Dengan demikian, permohonan
ohonan dari jumlah
Pemohon tidak memenuhi
k
hi ketentuan
Pasal
158 ayat (2) Undang-Undang
ndang Nomor 8
Tahun 2015 juncto Pasal 6 ayat (2) huruf b
Peraturan Mahkamah Kons
onstitusi Nomor 1
Tahun 2015 sebagaimana
ana telah diubah
dengan peraturan Mahkam
hkamah Konstitusi
Nomor 5 Tahun 2015 dengan pedoman
beracara dalam perkara perselisihan
per
hasil
pemilihan gubernur, bupati,
bupati dan walikota.
Oleh karena itu, Pemohon
n tidak mempunyai
legal
standing
untuk
uk
mengajukan
permohonan hasil pemilihan
lihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli
Tapanul Selatan,
kemudian penetapan hasil
hasi penghitungan
perolehan suara pemilihan
ihan Bupati dan
Wakil Bupati Tapanuli Selatan
elatan dilaksanakan
Termohon pada tanggal
al 16 Desember
tahun 2015, tepatnya pada pukul 15.55
WIB, rapat tersebut dihadiri
ol saksi-saksi
hadiri oleh
ketiga pasangan calon, selur
eluruh ketua, dan
anggota PPK, ketua dan anggota
anggot panwaslih
dan Muspida Plus Kabupat
abupaten Tapanuli
Selatan, kemudian diumum
umkan di papan
pengumuman kantor KPU
KP
Kabupaten
Tapanuli Selatan dan pada
ada laman website
KPU Kabupaten Tapanuli
S
uli Selatan
tanggal
16 Desember 2015. Dengan
engan demikian,
batas waktu 3x24 jam untuk
unt
pengajuan
permohonan PHP ke Mahka
ahkamah Konstitusi
40

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

adalah tanggal 19 Desember
ber 2015, pukul
15.55 WIB. sehingga batas waktu
pengajuan permohonan telah
ah melewati
3x24 jam. Dengan demikian, per
permohonan
Pemohon diajukan melewati ba
batas waktu
pengajuan permohonan yang
ang ditentukan
pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan
an Mahkamah
Konstitusi tentang Pedoman Bera
eracara.
Terkait
dengan
Per
Permohonan
Pemohon
tentang
adanya
ya
oknum
pemerintah desa yang terli
erlibat untuk
mendukung pasangan calon
alon tertentu.
Bahwa Pemohon tidak sec
ecara jelas
menguraikan oknum pemerintah
ah desa yang
mana, siapa, dan apa yang
ang dilakukan
sehingga dalil Pemohon tidak
dak jelas atau
kabur. Sesuai hasil koordina
nasi dengan
Panwaslih Kabupaten Tapanul
apanuli Selatan,
tidak ada laporan yang diter
diterima oleh
Panwaslih Kabupaten Tapanul
apanuli Selatan
terkait dengan Permohonan
ohonan Pemohon
tersebut.
Mengenai adanya politik
ik uang atau
money politics pada beberapa wilayah
daerah pemilihan. Pemohon tidak dengan
jelas menyebutkan siapa, atau
au pasangan
calon nomor berapa yang melaku
akukan politik
uang di wilayah dan di daerah pemilihan
yang mana yang dimaksud
ksudkan oleh
Pemohon. Dan sampai dilaks
aksanakannya
persidangan
ini
Termohon
ohon
tidak
mengetahui dan tidak ada menerima
putusan dari pengadilan, yang telah
berkekuatan hukum tetap, mengenai
engenai tindak
pidana sebagaimana dimaksud
ksud pada Pasal
73 dan Pasal 150 Undang-Undang
ndang Nomor
1 Tahun 2015 yang diproses di Pengadilan
Negeri
Padang
Sidempuan
puan
yang
terdakwanya adalah Calon B
Bupati dan
Wakil Bupati Tapanuli Selatan
an m
maupun tim
sukses atau tim kampanye pasangan calon.
Adanya pemilih yang mem
emilih berasal
dari kabupaten yang berbeda.
beda. B
Bahwa dalil
Pemohon tidak jelas, di TPS
S mana saja
pemilih yang berasal darii kabupaten
berbeda telah menggunakan
an ha
hak pilih di
Kabupaten Tapanuli Selatan.
an. Termohon
sudah membuat perintah mel
melalui surat
edaran tanggal 7 November
ber 2015 pada
seluruh Ketua PPS Kabupaten
abupaten Tapanuli
Selatan apabila ada pemilih yang memilih
menggunakan hak pilihnya di TPS lain,
maka PPS harus memeriksa
ksa identitas
pemilih tersebut apakah telah
ah tterdaftar di
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

DPT dan di DPTb-1 sebelu
belum memberikan
formulir model A5-KWK
K atau surat
keterangan pindah memili
ilih. Selanjutnya
Termohon juga memerint
erintahkan melalui
surat edaran tanggal 30 November
Nove
kepada
seluruh KPPS Kabupaten
Tapanul Selatan,
n Tapanuli
supaya tidak memberik
erikan undangan
memilih atau formulir C66-KWK terhadap
pemilih yang tidak memenuhi
enuhi syarat lagi
sebagai pemilih, termasuk
uk pemilih yang
tidak dikenal. Kemudian,
T
an, Termohon
juga
menekankan pada seluruh
uh KPPS tentang
pelaksanaan DPTb-2 atau pemilih yang
menggunakan Kartu Tanda
anda Penduduk,
Kartu Keluarga, paspor
or atau identitas
lainnya, melalui surat edaran
edar
tanggal 7
Desember agar menggunak
gunakan hak pilih
tersebut hanya dapat dilakukan
dilak
di TPS
desa/kelurahan sesuai dengan
engan alamat yang
tertera dalam kartu penduduk,
penduduk Kartu
Keluarga, paspor atau identi
entitas lainnya.
Mengenai adanya
t
a tindakan
yang
bersifat masif menurut
ut Permohonan
Pemohon, yang mengak
ngakibatkan tidak
hadirnya saksi Pemohon
n pada TPS-TPS,
hilangnya formulir C1-KW
KWK dari saksi
Pemohon, maka menurut
ut Termohon dalil
Pemohon tersebut kabur,, tidak
ti
jelas siapa
yang melakukan tindakan
m
kan masif.
Di mana
terjadi, berupa tindakan apa yang dilakukan
sehingga
bisa
berakibat
ibat
saksi-saksi
Pemohon tidak hadir di TPS-TPS
T
serta
formulir C1-KWK yang telah
elah diterima dari
KPPS bisa hilang, sebab
dar 671 jumlah
b dari
TPS ternyata saksi Pemo
ohon hadir dan
menandatangani Formulir
ulir C-KWK dan
lampiran C1-KWK di 512 TPS
TP atau 76,30%.
Demikian juga rekapitulasi
asi di tingkat PPK
kecamatan, saksi dari Pasangan
Pa
Calon
Nomor 1 menandatanangi
anangi semua formulir
model DA-A KWK, DA-KW
-KWK, dan DA1KWK dari 14 kecamatan jadi
adi, total 100%.
Tentang telah terjadin
adinya pelanggaran
hukum dan memohon untuk menyatakan
tidak sah dan batal
al Berita Acara
rekapitulasi hasil penghitungan
tungan perolehan
suara pemilhan kepala daerah
daer
dan wakil
kepala daerah di tingkat KPU,
K
Kabupaten
Tapanuli Selatan, tertanggal
anggal 16 Desember
2015 beserta lampirannya,
a, dan memohon
memerintahkan Komisi Pemilihan
Pe
Umum
Kabupaten
Tapanuli
S
Selatan
untuk
melaksanakan pemilukada
kada ulang untuk
wilayah Kabupaten Tapanul
apanuli Selatan,
41

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

menurut Termohon pelaksanaan
anaan pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Tapanul
apanuli Selatan
tahun 2015 sudah berjalan ses
esuai aturan,
tidak terdapat pelanggaran-pel
-pelanggaran
maupun kecurangan-kecurangan.
angan. Oleh
karena itu, Termohon memohon
ohon kepada
Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah
Konstitusi untuk menyatakan
an sah Berita
Acara
Nomor
89/
89/BA/KPUkabupaten/XII/2015 tentang R
Rekapitulasi
Hasil Penghitungan Perolehan
ehan Suara
Pemilu Pemilihan Bupati dan W
Wakli Bupati
Tapanuli Selatan Tahun 2015 titingkat KPU
Tapanuli Selatan, tanggal 16 Desember
2015 berserta lampirannya.
Kuasa hukum Pihak Ter
Terkait dalam
penyampaian Keterangan Piha
ihak Terkait
sehubungan dalil-dalil yang diajuk
diajukan Pihak
Pemohon memberikan keterangan
angan sebagai
berikut.
1) Dalam hal kewenangan
enangan Mahkamah
Konstitusi menurut Pihak
hak Terkait,
Mahkamah Konstitusi tidak
dak berwenang
memeriksa dan mengadil
gadili perkara
Nomor 127/PHP.BUP-XIV/2016
/2016 karena
dalil-dalil yang diajukan Pem
emohon tidak
memenuhi atau tidak sesuai
suai dengan
ketentuan dalam Pasal 4 da
dan Pasal 7
Peraturan Mahkamah Konsti
onstitusi Nomor
1 Tahun 2015 sebagaim
gaimana telah
diubah dengan Peraturan
an Mahkamah
Konstitusi Nomor 5 Tahun
un 2015. Hal ini
antara lain dapat diliha
lihat karena
Pemohon
tidak
m
menyatakan
perhitungan suara yang
ang dilakukan
Termohon KPU Tapanuli Sel
Selatan salah
atau tidak benar dan jjuga tidak
menyatakan mana perhitungan
hitungan yang
benar menurut Pemohon.
2) Dalam hal legal standing
ng Pemohon.
Menurut Pihak Terkait Pem
emohon tidak
memiliki kedudukan hukum
m atau legal
standing
untuk
m
mengajukan
permohonan karena tidak
dak memenuhi
ketentuan Pasal 158 ayat
at (2
(2) UndangUndang 8 Tahun 2015 junc
uncto Pasal 6
huruf b Peraturan Mahkamah
ah Konstitusi
Nomor 1 Tahun 2015 yang
ng tel
telah diubah
dengan Peraturan Mahkamah
ah Konstitusi
Nomor
5
Tahun
2015
yang
mensyaratkan selisih sua
uara antara
Pemohon dengan perolehan
olehan suara
terbanyak untuk Kabupaten
paten Tapanuli
Selatan dengan jumlah
ah penduduk
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

300.123 jiwa adalah 1,5%.
1,
Dari hasil
rekapitulasi
yang dilakukan
di
oleh
Termohon, yakni KPU Tapanuli
Tapanul Selatan
bahwa perolehan suara
su
Pemohon
adalah 41.720 suara atau sama dengan
27,66%, sedangkan perolehan
per
suara
terbanyak dalam hal ini adalah Pihak
Terkait sebanyak 99.680 suara atau
sama dengan 66,08%
08% atau terdapat
selisih suara sebesar 38,42%.
38,
3) Dalam hal tenggang
w
enggang waktu
pengajuan
permohonan. Bahwa menurut
me
Pemohon
pengajuan permohonan
ohonan Pemohon pada
tanggal 21 Desember
ber 2015 dengan
faktanya yang dapat dilihat
d
dari akta
pengajuan
permohon
ohonan
Pemohon
Nomor
128/PAN.MK/2015
K/2015
terbukti
bahwa permohonan Pem
emohon diajukan
pada tanggal 22 Desem
ember 2015 Pukul
01.47 WIB. Di sampi
ping itu bahwa
penetapan dan pengumuman
pengu
hasil
rekapitulasi penghitung
ungan perolehan
suara dilakukan oleh
Ter
eh Termohon,
yakni
KPU Tapanuli Selatan
atan adalah pada
tanggal 16 Desember 2015,
20
pukul 15.55
WIB. Dengan demiki
ikian, Pemohon
dalam mengajukan permohonannya
per
telah jauh melewati batas
b
tenggang
waktu pengajuan permohonan
mohonan sesusai
dengan Pasal 157 ayat
aya (5) UndangUndang Nomor 8 Tahun
ahun 2015 juncto
Pasal 5 ayat (1) Peratu
aturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 1 Tah
ahun 2015, yaitu
3x24 jam. Oleh karena
it menurut kami
ena itu
selaku Pihak Terkait
ait, permohonan
Pemohon patut dan laya
yak untuk ditolak.
4) Dalam pokok permoho
ohonan. Pemohon
tidak
mendalilkan
an
kesalahan
perhitungan suara yang
ang dilakukan oleh
Termohon, yakni KPU Tapanuli
Tapanul Selatan,
tetapi hanya menda
endalilkan adanya
dugaan-dugaan
pelanggar
pelanggaran
yang
menurut kami sangat
t
angat tidak
jelas dan
tidak beralasan.
Hakim Ketua menyam
ampaikan bahwa
semua
yang
disampai
paikan
dalam
persidangan akan diteliti,
i, akan dijadikan
bahan
pertimbangan,
baik
yang
disampaikan oleh Pemohon,
hon, Termohon dan
Pihak Terkait, yang nantinya
nant
akan
dilaporkan dalam Rapat Permusyawaratan
Pe
Hakim (RPH), dan persidangan
dangan selanjutnya
42

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

akan disampaikan melalui ssurat surat
panggilan kepada masing-masing
ing pihak.
c. Sidang Pengucapan Putusan
utusan dan
Ketetapan
Sidang Pengucapan Put
utusan dan
Ketetapan dilaksanakan pada tanggal 18
Januari 2015, sidang dipimpin
pin langsung
oleh Ketua Mahkamah Kons
onstitusi Arief
Hidayat (Ketua), Anwar Usman
an (Anggota),
Aswanto (Anggota), I Dewa Gede
ede Palguna
(Anggota),
Manahan
MP
Sitompul
(Anggota), Maria Farida Indrati
ati (Anggota),
Patrialis Akbar (Anggota),, Suhartoyo
(Anggota),
dan
Wahiduddin
duddin
Adams
(Anggota). Sedangkan Panitera
era Pengganti
terdiri dari Rahadian Prima
a Nugraha,
Cholidin Nasir, Bisariyadi, Alboin
boin Pasaribu,
Supriyanto, A. Edi Subiyanto,, dan Rio Tri
Juli Putranto.
Dalam persidangan ini put
putusan yang
akan dibacakan adalah terkaitt P
Perselisihan
Hasil Pemilihan Bupati Dan W
Wakil Bupati
abupaten Hulu
Kabupaten Pahuwato, Kabupat
ang H
Hasundutan,
Sungai, Kabupaten Humbang
en Tapanuli
Kabupaten Siak, Kabupaten
alang,
dan
Selatan,
Kabupaten
Pemalang,
Kabupaten Bone Bolango.
Perselisihan
Untuk Putusan Perkara P
Wakil Bupati
Hasil Pemilihan Bupati Dan W
Arief Hidayat
Tapanuli Selatan Tahun 2015, Ar
bangan hukum
selaku ketua, dalam pertimbangan
menyebutkan bahwa :
1) Kewenangan Mahkamah
ah Konstitusi
berdasarkan Pasal 157
57 ayat (3)
UndangUndang Nomor 8 Tahun
ahun 2015.
2) Permohonan
Pemohon
hon
adalah
permohonan
keberatan
an
terhadap
Keputusan Komisi Pemilihan
ilihan Umum
Kabupaten Tapanuli Selatan
atan tentang
Rekapitulasi
Hasil
Penghi
Penghitungan
Perolehan Suara Di Tingkat
at Kabupaten
Tapanuli Selatan Dalam Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati
upati Tapanuli
Selatan Tahun 2015, bert
bertanggal 16
Desember 2015, pukul 15.
15.55 WIB,
maka Mahkamah berwenang
enang mengadili
permohonan Pemohon a quo
Selanjutnya
pada
Konklusi,
Mahkamah
Konstitusi
berk
berkesimpulan
bahwa :
1) Mahkamah
berwenang
enang
mengadili
permohonan a quo;
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

2) Eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak
Terkait
tentang
ten
enggang
waktu
pengajuan permohonan
ohonan
beralasan
menurut hukum;
3) Permohonan
Pemoh
ohon
melewati
tenggang
waktu
pengajuan
permohonan yang ditent
entukan peraturan
perundang-undangan;
undangan;
4) Kedudukan hukum (legal standing)
Pemohon, pokok permohonan,
perm
dan
eksepsi Termohon serta
erta eksepsi Pihak
Terkait
yang
l
lainnya
tidak
dipertimbangkan.
Sehingga dalam amar
mar putusannya,
Mahkamah
Konstitusii
menyatakan,
mengadili :
1) Mengabulkan eksepsii Termohon dan
eksepsi Pihak
Terkai
rkait mengenai
tenggang
waktu
pengajuan
permohonan;
2) Permohonan Pemohon
ohon tidak dapat
diterima.
Berdasarkan uraian
diat
an diatas,
ada empat
hal utama dalam perkara
Per
a Perselisihan
Hasil
Pemilihan Bupati dan Wakil
akil Bupati Tapanuli
Selatan yang dimohonk
onkan Pemohon
Pasangan Nomor Urut 1 H. Muhammad
Yusuf Siregar dan H. Rusydi
Ru
Nasution,
STP, MM ke Mahkam
amah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi, yatu:
u:
1) Legal Standing
a. Pemohon, Termohon,
ohon, dan Pihak
Terkait (subjectum
um litis)
Dalam hal legal standing
st
sesuai
dengan bunyi pasal 2 dan
an pasal 3 huruf b
PMK Nomor 1 Tahun 2015 menyebutkan
bahwa Pemohon yang dapat mengajukan
perselisihan hasil pemilihan
han umum kepala
daerah dan wakil kepala
ala daerah adalah
pasangan calon kepala daerah
daer
dan wakil
kepala daerah, Termohon
m
n menurut
pasal 3
ayat (2) PMK Nomor 1 Tahun
ahun 2015 adalah
“KPU/KIP
provinsi
at
atau
KPU/KIP
Kabupaten/Kota, sedangkan
gkan Pihak Terkait
menurut pasal 3 ayat (3)) PMK Nomor 1
Tahun 2015 adalah pasangan
angan calon yang
memperoleh suara terbanyak
anyak berdasarkan
hasil
rekapitulasi
Ter
ermohon,
dan
mempunyai kepentingan langsung
langs
terhadap
permohonan yang diajukan
P
ukan Pemohon
43

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Sehingga legal standing
ng Pemohon,
Termohon, dan Pihak Terkait
kait adal
adalah sah
sesuai dengan yang diatur didal
didalam PMK
Nomor 1 Tahun 2015.

legal
standing
untuk
uk
mengajukan
permohonan perselisihan
han hasil pemilihan
Bupati dan Wakil Bupat
upati Kabupaten
Tapanuli Selatan.

ukan
b. Ketentuan Mengajukan
Permohonan
Pasal 6 ayat (2) PMK Nom
mor 1 Tahun
2015 menyebutkan Pemohon
ohon Tingkat
Kabupaten/Kota mengajukan
an pe
permohonan
kepada Mahkamah dengan Ketent
etentuan :
a) Jumlah penduduk sampai
pai dengan
250.000 (dua ratus lima puluh ribu) juta
jiwa, perbedaan perolehan
ehan ssuara paling
banyak 2 % (dua persen);
b) jumlah penduduk lebih 250.
250.000 (dua
ratus lima puluh ribu) jiwa
a dan sampai
dengan 500.000 (lima ratus
us ribu) jiwa,
perbedaan perolehan sua
uara paling
banyak 1,5 % (satu koma lim
ima persen);
c) jumlah penduduk lebih 500.
500.000 (lima
ratus ribu) jiwa dan sampai
mpai dengan
1.000.000 (satu juta) jiwa,
a, perbedaan
banyak 1 %
perolehan suara paling bany
(satu persen);
000.000 (satu
d) jumlah penduduk lebih 1.000.
olehan suara
juta) jiwa perbedaan perolehan
nol koma lima
paling banyak 0,5 % (nol
persen).
Kabupaten
Jumlah
penduduk
Tapanuli Selatan sesuai dengan data
31
agregat
kependudukan
tanggal
na di
disampaikan
Desember 2014 sebagaimana
Nomor
KPU
RI
dengan
surat
300.123 (tiga
021/KPU/IV/2015 adalah 300.
u tiga) jiwa,
ratus ribu seratus dua pulu
ih perolehan
sehingga
persentase selisih
suara antara Pemohon dengan calon yang
banyak teratas
memperoleh suara terbanyak
adalah 1,5%.
olehan suara,
Dalam penghitungan perolehan
uara dengan
Pemohon memperoleh suara
au 27,66%.
jumlah 41.720 suara atau
memperoleh
Sedangkan Pihak Terkait m
mlah 99.680
suara terbanyak dengan juml
ngga perolehan
suara atau 66,08%, sehingga
suara antara Pemohon dengan Pihak
uara dengan
Terkait terdapat selisih suar
au 38,42%,
jumlah 57.960 suara atau
entase suara
sehingga jumlah selisih persent
ohon terhadap
yang diperoleh oleh Pemohon
ang diperoleh
jumlah persentase suara yang
1,5 %, yaitu
oleh Pihak Terkait lebih dari 1,
dak m
mempunyai
38,42%, maka Pemohon tidak

2) Tenggang Waktu Perm
ermohonan
Pasal 157 ayat (5)) Undang-Undang
U
Nomor 8 Tahun 2015 junct
uncto Pasal 5 ayat
(1) Peraturan Mahkamah
K
h Konstitusi
Nomor
1 Tahun 2015, tentang Pedo
edoman Beracara
Dalam
Perkara
Persel
erselisihan
Hasil
Pemilihan Gubernur, Bupati
pati, dan Walikota,
tenggang waktu pengajuan permohonan
pembatalan Penetapan Perolehan
Per
Suara
Hasil Pemilihan paling lam
ambat 3x24 (tiga
kali dua puluh empat) jam sejak
se
Termohon
mengumumkan penetapan
per
apan perolehan
suara
hasil pemilihan.
Permohonan Perkara
ara Perselisihan
Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Tapanuli Selatan Tahun 2015 diajukan oleh
Pemohon ke Kepaniteraan
eraan Mahkamah
Konstitusi pada hari Selas
elasa, tanggal 22
Desember 2015, pukul
ul 01.47 WIB,
berdasarkan Akta Pengajuan
ajuan Permohonan
Pemohon
Nomor
128/
128/PAN.MK/2015,
sedangkan penetapan dan pengumuman
hasil rekapitulasi penghitungan
tungan perolehan
suara sesuai dengan Berita
erita Acara Nomor
89/BA/KPU-Kab/XII/2015,
dilaksanakan
oleh KPU Tapanuli Selatan
atan adalah pada
tanggal 16 Desember 2015, pukul 15.55
Wib, yang dihadiri oleh saksi-saksi
sa
ketiga
pasangan calon, seluruh
uruh ketua, dan
anggota PPK, ketua dan anggota
Panwaslih dan Muspida
P
a Plus
Kabupaten
Tapanuli
Selatan,
kem
kemudian
hasil
rekapitulasi tersebut ditet
tetapkan dengan
Surat Keputusan KPU Kabupat
abupaten Tapanuli
Selatan Nomor:77/ Kpts// KPU-Kab/
K
002434707/ XII/ 2015 tentang
ntang Rekapitulasi
Hasil Penghitungan Per
erolehan Suara
Tingkat Kabupaten Tapanuli
nuli Selatan Dalam
Pemilihan Bupati dan Wakil
akil Bupati Tapanuli
Selatan Tahun 2015, dan juga diumumkan
di papan pengumuman
an kantor KPU
Kabupaten Tapanuli Selat
elatan dan pada
laman website KPU Kabupat
abupaten Tapanuli
Selatan tanggal 16 Desember
ber 2015.
Maka berdasarkan hal tersebut diatas,
permohonan Pemohon dalam
dala mengajukan
permohonannya telah jauh
auh melewati batas
tenggang waktu pengajuan
uan permohonan,

Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

44

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

sehingga permohonan tersebut
ebut dianggap
tidak memiliki legal standing.
3) Pokok Permohonan (objekt
objektum litis)
dan Petitum
Pokok Permohonan atau pokok
persoalan (Posita) dalam per
permohonan
perselisihan
pemilihan
han
harus
mencantumkan
peristiwa
(materiele
gebeuren) yang melandasi per
permohonan.
Kesalahan proses yang seperti
erti apa yang
dapat menyebabkan terjadinya
nya kesalahan
penghitungan
suara
yang
ang
berakibat
mempengaruhi hasil perolehan
ehan ssuara, pasal
4 PMK Nomor 1 Tahun 2015 m
menyatakan
bahwa objek yang menjadi
enjadi perkara
perselisihan adalah Keputusan
an Termohon
tentang penetapan perolehan
ehan ssuara yang
mempengaruhi terpilihnya Pem
emohon. dan
pasal 7 ayat (1) hurup b angk
angka 1 PMK
Nomor 1 Tahun 2015 menyebut
ebutkan bahwa
permohonan Pemohon harus memuat
penjelasan
tentang
kesalahan
alahan
hasil
tetapkan oleh
penghitungan suara yang ditetapk
tungan suara
Termohon, dan hasil penghitungan
hon, dan masih
yang benar menurut Pemohon,
menyebutkan
pada pasal 7 huruf b angka 5 meny
Petitum yang
uraian yang jelas tentang Pet
ungan suara
membatalkan hasil penghitungan
hon dan untuk
yang ditetapkan oleh Termohon
suara yang
menetapkan penghitungan sua
benar menurut Pemohon.
isishan Hasil
Dalam Perkara Perselisis
ah Kabupaten
Pemilihan Kepala Daerah
Tapanuli Sealatan tahun 2015, Pemohon
enyampaikan
dalam
Permohonannya meny
an terstruktur,
bahwa telah terjadi pelanggaran
ang memilih
politik uang, dan pemilih yang
api Pemohon
berasal dari daerah lain, tetapi
a mendetail
tidak menjelaskan secara
kesalahan proses seperti apa yyang dapat
kesalahan
menyebabkan
terjadinya
ngga berakibat
penghitungan suara sehingga
ehan suara, dan
mempengaruhi hasil perolehan
penghitungan
tidak menyebutkan hasil penghi
emohon, dan
suara yang benar menurut Pem
honan, Pemohon
dalam Petitum Permohonan,
menetapkan
tidak meminta hakim untuk m
penghitungan suara yang benar menurut
bat kekhilafan
Pemohon, sehinngga akibat
tersebut permohonan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard).

Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

4) Amar Putusan
Untuk menentukan
put
an putusan
sesuai
dengan pasal 41 Undang-U
-Undang Nomor 8
Tahun 2015 juncto Peratur
aturan Mahkamah
Konstitusi
Nomor
1
Tahun
2015,
Mahkamah Konstitusi terlebih
ter
dahulu
melakukan Rapat Permusya
usyawaratan Hakim
(RPH). Rapat permusyawar
awaratan tersebut
dilakukan
setelah
pemeriksaan
persidangan dianggap cukup,
c
setelah
mendengarkan pendapat
pat hukum para
hakim, apabila musyawarak
ak tidak mencapai
mufakat bulat, maka pengambilan
penga
putusan
berdasarkan suara terbanyak
anyak, dan apabila
cara tersebut juga tidak mendapat
endapat putusan,
maka suara Ketua RPH
PH menentukan,
perihal perbedaan pendapat
ndapat (dissenting
im dimuat dalam
opinion) oleh para hakim
ian bisa kita lihat
putusan. Dengan demikian
tusi tidak gegabah
bahwa Mahkamah Konstitus
putusan
menjatuhkan putusan, sebelum
sebel
dijatuhkan.
ahkamah Konstitusi
Amar Putusan Mahka
IV/2016 tentang
Nomor: 127/PHP.BUP-XIV
Pemilihan
sengketa Perselisihan Hasil
H
Bupati dan Wakil Bupati Tapanuli
Tapanul Selatan
tahun 2015, menyatakan:
1) Mengabulkan eksepsii Termohon dan
eksepsi Pihak
Terkai
rkait mengenai
tenggang
waktu
pengajuan
permohonan;
2) Permohonan Pemohon
ohon tidak dapat
diterima.
Putusan ini dtetapkan
an setelah Majelis
Hakim meneliti, memeriks
iksa dengan jeli
serta memilah-milah perm
ermohonan mana
yang memenuhi syarat dan permohonan
mana yang tidak mem
emenuhi syarat,
sehingga harus segera diputus,
diput
agar para
pihak
yang
bersengk
sengketa
segera
mendapatkan kepastian
huk
n hukum,
karena
keadilan yang tertunda adalah
adal
keadilan
justice
yang tertolak (justice delayed
del
denied).
an
uraian-uraian
Maka
berdasarkan
pendapat bahwa putusan
diatas, peneliti berpendapat
tersebut adalah sudah adil
adi berdasarkan
udah dilaksanakan,
prosedural yang suda