KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DAN HUBUNGAN

KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KEEFEKTIFAN KELOMPOK
(Kasus pada Kelompoktani Ternak Sapi Perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba
Usaha Tandangsari Sumedang)
Unang Yunasaf
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok,
keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian
dilakukan dengan metode survei. Unit analisis adalah kelompoktani sapi perah yang
ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Pengambilan contoh
responden dilakukan secara gugus bertahap. Jumlah responden 30 orang dari 4
kelompok terpilih. Uji keeratan hubungan yang digunakan adalah uji korelasi rank
spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan ketua kelompok tani
ternak sapi perah sebanyak 46,67% tergolong cukup, 43,33 % tergolong tinggi, dan
10,00 % tergolong sangat tinggi. Keefektifan kelompoktani ternak sapi perah
sebanyak 50,00% tergolong cukup, 40 % tergolong tinggi, dan 10 % tergolong
sangat tinggi. Derajat hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani ternak sapi
perah dengan keefektifan kelompok menunjukkan adanya hubungan positif yang
kuat.
Kata Kunci: Kepemimpinan Ketua Kelompok, Keefektifan Kelompok
THE LEADERSHIP OF CHAIRMAN OF GROUPS AND ITS ASSOCIATION

WITH GROUPS EFFECTIVENESS)
(In Cases of Dairy farmers groups of KSU Tandangsari area)
ABSTRACT
The objective of the study was to know the leadership of chairman of groups,
effectiveness of group, and their relationship. The method of the study was a survey.
The analysis unit was group of dairy farmer in Multipurpose Cooperative (KSU)
Tandangsari area. The respondents were collected by two stage sampling method. 30
respondent was sampled from four groups of cooperative members. The relationship
of the variables was tested by Spearman’s rank correlation. The study showed that
leadership of chairman of group as amount 46.67% was categorized as fairly, 43.33%
high, and 10.00% excellent. The effectiveness of dairy farmer group as showed that
as 50.00% was categorized fairly, 40.00% high, and 10.00% excellent. The
correlation between of the leadership of group chairman and effectiveness of group
showed a positive relation.
Key Words: The leadership of chairman of groups, Effectiveness of groups
* Penelitian dibiayai oleh Dana Dosen DIPA PNBP Tahun Anggaran 2005
** Staf edukatif pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

1


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya menumbuh-kembangkan kelompok-kelompoktani di Indonesia telah
berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu di Jawa Barat misalnya dikenal
Rukun Tani, dan di Jawa Timur Kring Tani . Pada zaman orde baru, pengembangan
kelompoktani telah dilakukan secara intensif, sehingga dilihat dari jumlahnya tiap
tahun terus meningkat. Pada tahun 1993 kelompoktani (dewasa, wanita dan taruna)
yang ada berjumlah 265.523 buah (Abbas, 1995). Sampai tahun 1999 jumlah
kelompoktani yang ada tercatat 354.662 buah (Deptan, 2000), sehingga dalam kurun
waktu empat tahun terakhir ada peningkatan jumlah sebesar 89.139 buah (33,57%).
Pada awalnya pengembangan kelompoktani diarahkan pada pembentukan
kelompoktani sehamparan sebagai bagian dari pembangunan sub sektor tanaman
pangan. Selanjutnya seiring dengan kebutuhan pembangunan, pembentukan
kelompoktani mencakup sub sektor lainnya seperti perikanan dan peternakan,
sehingga pembentukannya dapat didasarkan pula atas dasar domisili dan komoditas.
Khusus dalam sub sektor peternakan, jumlah kelompoktani sampai tahun 2000
tercatat sebanyak 62.384 buah. Berdasarkan komoditasnya, kelompoktani ternak
tersebut terdiri atas 1.470 kelompoktani sapi perah, 12.796 kelompoktani sapi potong,
3.840 kelompoktani kerbau, 11.642 kelompoktani kambing/domba, 1.212
kelompoktani ayam ras, 26.214 kelompoktani ayam buras, 5.210 kelompoktani itik

(Deptan, 2002).
Sampai saat ini kelompoktani masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam
kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien
dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para
petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik
atau berkualitas (Margono, 2001). Dengan demikian kelompoktani memiliki
kedudukan strategis di dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang
berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam
berusahatani.
2
Untuk mencapai petani yang berkualitas tersebut, maka menjadi suatu keharusan
bahwa kelompoktani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat
menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggota-anggotanya dalam
mencapai tujuan-tujuan secara efektif. Dengan kata lain kelompok tersebut harus
berfungsi efektif untuk kepentingan para anggotanya.
Salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompoktani yang efektif adalah
berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompoktani tersebut. Ketua kelompok dapat
dipandang sebagai agen primer untuk efektifnya kelompok, karena peran strategisnya
dalam mempengaruhi atau menggerakkan anggota-anggota di kelompoknya untuk
mencapai tujuan-tujuan kelompok maupun dari anggota-anggotanya. Ada empat

indikator penting dalam melihat berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompok,
yaitu dilihat dari segi: (1) kekuatan keahlian, (2) kekuatan rujukan, (3) pembawa
aspirasi, dan (4) menjadi patner ager pembaharu.
Dengan berjalannya kepemimpinan di kelompoktani, maka akan dimungkinkan
kelompoktani tersebut mencapai efektivitasnya. Efektivitas kelompok adalah tingkat
keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya. Indikator efektivitas ini

mencakup tingkat keberhasilan dalam segi: (1) produktivitas kelompok, (2) moral
kelompok, dan (3) tingkat kepuasan dari para anggota.
Pengkajian terhadap kepemimpinan ketua kelompok dalam kaitannya dengan
pencapaian efektivitas kelompoktani dipandang cukup penting, karena sejauh ini
kelompok-kelompoktani yang ada belum menunjukkan efektivitas sebagaimana yang
diharapkan. Dengan jumlah kelompoktani yang ada, secara teoritis seharusnya
kelompoktani dapat menjadi media transformasi (group transformation) untuk
terjadinya peningkatan kualitas petani di Indonensia. Namun dilihat dari kelas
kemampuannya, sebagian besar kelompoktani (67,37%) masih merupakan kelompok
kelas pemula dan lanjut (Deptan, 2000). Hal ini mencerminkan bahwa kelompoktani
yang ada belum berdaya atau berfungsi efektif sebagai media interaksi petani dalam
meningkatkan kesejahteraannya. Aida (2000) mensinyalir kelompoktani dari kelas
madya dan utama yang adapun, yang berjumlah sekitar 104. 964 buah (29,60%)

3
belum berfungsi optimal sebagai media penguatan anggotanya, malahan ada indikasi
kelas kemampuannya terus menurun.
Sampai saat ini perhatian pengkajian terhadap kelompoktani yang ada lebih
banyak memfokuskan pada kelompoktani komoditas tanaman pangan, sedangkan
komoditas lainnya, khususnya kelompoktani ternak masih kurang. Di sub sektor
peternakan, keberadaan kelompoktani yang menarik untuk diamati adalah
kelompoktani ternak sapi perah. Selama ini yang terlihat cukup ajeg dan dipandang
lebih memiliki peluang untuk berdaya atau dapat mencapai efektivitasnya adalah
kelompoktani ternak sapi perah. Salah satu wilayah konsentrasi ternak perah tersebut
adalah di wilayah kerja Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari Kabupaten
Sumedang. Dengan diketahuinya fenomena kepemimpinan ketua kelompok dan
efektivitas kelompok pada kelompoktani ternak sapi perah tersebut diharapkan dapat
memberikan sumbangan yang berharga untuk peningkatan keberdayaan pada
kelompoktani ternak komoditas lainnya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
(1) Seberapa jauh tingkat berjalannya kepemimpinan ketua kelompok dilihat dari segi
kekuatan keahlian, kekuatan rujukan, pembawa aspirasi, dan menjadi patner ager
pembaharu?

(2) Seberapa jauh tingkat keefektifan kelompotani dilihat dari segi produktivitas
kelompok, moral kelompok, dan tingkat kepuasan dari para anggota?
(3) Seberapa jauh derajat hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok dengan
keefektifan kelompoktani?
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompoktani
Pada dasarnya pengertian kelompoktani tidak bisa dilepaskan dari pengelrtian
kelompok itu sendiri. Menurut Sherif dan Sherif (Catrwright dan Zander, 1968)
kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu
individu dengan individu lainnya mempunyai hubungan saling tergantung sesuai
4

dengan status dan peranannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku
anggota kelompok itu.
Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi
untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap
dan mempunyai stuktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud struktur sebuah
kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang
terdiri atas: (1) suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para
anggotanya yang hirarkhis; (2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan statusstatus itu; (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model) yang

mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan struktur.
Menurut Soekanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok,
yaitu: setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada
hubungan timbale baik antara sesama anggota, dan terdapat suatu faktor yang dimiliki
bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Perry
dan Perry (Rusidi, 1987) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu
kelompok adalah: (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu
untuk waktu yang relatif lama; (2) setiapanggota menyadari bahwa ia merupakan
bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai
anggota ; (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma
yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai;
(4) adanya struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya
hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya
tumbuh di dalam kelompok itu.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan (Dinas Tanaman Pangan DT. I Jabar
(1985) kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban
dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua. Dengan jumlah anggota minimum
20 orang dan maksimum disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi setempat.

5
Kepemimpinan
Margono (1995) mengemukakan bahwa kepemimpinan yang intinya adalah
mempengaruhi perilaku orang lain, dapat bersumber dari seseorang atau beberapa
orang atau situasi tertentu (lingkungan atau benda). Kepemimpinan yang bersumber
dari seseorang, orang tersebut bisa berstatus sebagai pemimpin formal (resmi) atau
non formal (tidak resmi), atau berstatus biasa. Menurut Bass (1990) kepemimpinan
adalah suatu interaksi antara dua atau lebih anggota kelompok yang sering mencakup
penyusunan struktur atau pengubahan struktur dari situasi dan persepsi dan harapan
dari anggota. Pemimpin adalah agen perubah-seseorang yang dapat lebih
mempengaruhi yang lainnya dibanding dengan yang mempengaruhi dirinya.
Kepemimpinan muncul ketika satu anggota kelompok dapat memotivasi atau
memberi kompetensi pada yang lain dalam kelompok.
Dengan melihat beragam definisi kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1992)
maka makna kepemimpinan pada dasarnya akan mencakup: (1) kepemimpinan
adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang pemimpin yang berupa sifat-sifat
tertentu seperti kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan

(capability); (2) kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang
tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin

itu sendiri; dan (3) kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin,bawahan dan situasi.
Menurut French dan Raven (1959) yang dikutip Pierce dan Newstrom (1995)
mengemukakan sumber kekuatan atau kekuasaan (power) yang mempengaruhi dari
kepemimpinan. Kekuatan sendiri diartikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi, dan mempengaruhi adalah kemampuan untuk membawa pada
perubahan. Karenanya kekuatan dapat dilihat sebagai kemampuan untuk
menginduksi perubahan dalam satu situasi lingkungan. Selanjutnya mengatakan
bahwa kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi yang lain dapat berasal dari
kekuatan yang bersifat Imbalan (reward) , Paksaan (coercive) , referens, expert, dan
legitime Menurut Margono (1995) seyogyanya pemimpin memiliki sifat-sifat: (1)
6
empati (emphaty), (2) anggota kelompok (group membership), (3) bijaksana atau
penuh pertimbangan (considerate), dan (4) lincah (surgency)
Keefektifan Kelompoktani
Keefektifan atau efektivitas kelompok (group effectiveness) menurut Sill
(Mardikanto, 1993) adalah keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang
dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun non
fisik) yang memuaskan anggota-anggotanya. Menurut Margono (1978) efektivitas
kelompoktani harus dilihat dari: (1) segi produktivitasnya, yaitu keberhasilan

mencapai tujuan kelompok; (2) moral berupa semangat dan sikap para anggotanya;
dan (3) kepuasan, yakni keberhasilan anggota mencapai tujuan-tujuan pribadinya.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah sebagai penelitian survei yang
bersifat deskriptif.
Unit Analisis dan Sampel Responden
Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompoktani sapi perah yang ada di
Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Dipilihnya Koperasi
tersebut, karena merupakan koperasi peternak sapi perah di Kabupaten Sumedang
yang keberadaan kelompoktani cukup menonjol. Untuk keperluan penelitian ini dari
seluruh kelompoktani yang ada, diambil empat kelompok, yang masing-masing
mewakili kelompok dua kelompok yang belum berkembang, satu kelompok yang
cukup berkembang, dan satu kelompok yang maju (berkembang).
Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari kelompoktani
terpilih sebanyak 30 orang, yang diambil secara proposional berdasarkan jumlah
seluruh anggota kelompok dari kelompoktani terpilih.
Operasionalisasi Variabel
Variabel yang ditelaah meliputi Kepemimpinan ketua kelompok sebagai variabel
bebas, dan Keefektifan Kelompoktani sebagai variabel terikat.

7
Variabel Kepemimpinan Ketua Kelompok meliputi:
1. Kekuatan keahlian, yaitu derajat kekuatan yang menunjukkan bahwa ketua
kelompok dipandang memiliki keahlian yang memadai untuk memimpin

kelompok. Indikatornya terdiri atas: kecakapan memimpin dan pengalaman
memimpin.
2. Kekuatan rujukan, yaitu derajat kekuatan yang menunjukkan bahwa ketua
kelompok dipandang sebagai orang yang sering menjadi rujukan bagi para anggota
kelompok. Indikatornya adalah: ketokohan, keteladanan dan tempat bertanya
anggota.
3. Pembawa aspirasi anggota, yaitu kemampuan ketua kelompok di dalam
menyuarakan kepentingan para anggota kelompok. Indikatornya adalah perhatian
terhadap keluhan dan keinginan anggota, serta penyambung aspirasi.
4. Patner agen pembaharu, yaitu kemampuan ketua kelompok sebagai mitra agen
pembaharu untuk mendukung keberhasilan kelompok dan usaha anggota
kelompok. Indikatornya adalah perannya sebagai penghubung agen pembaharu,
dan penyampai pesan-pesan agen pembaharu.
Variabel Keefektifan kelompok meliputi:
1. Keberhasilan kelompok, yaitu keberhasilan kelompok mencapai tujuannya.
Indikatornya terdiri atas: penumbuhan partisipasi, dan penyediaan fasilitas, .
2. Moral kelompok, yaitu semangat dan sikap para anggotanya dalam berkelompok.
Indikatornya terdiri atas: komitmen pengurus, dan kepatuhan anggota kelompok,
interaksi di kelompok.
3. Kepuasan anggota terhadap kelompok, yaitu keberhasilan anggota mencapai
tujuan-tujuan pribadinya. Indikatornya terdiri atas: produktivitas usaha, dan harga
jual susu.
Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan
Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan
skala ordinal.
Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan
hubungan variabel adalah dengan uji korelasi peringkat Spearman.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
Dalam penelitian ini telah terpilih empat kelompok tani ternak sapi perah, yaitu
Kelompok Harapan Jaya yang berada di Desa Haurngombong, Kelompok Wibawa
Mekar yang berada di Desa Raharja,, Kelompok Silih Asih yang berada di Desa
Margajaya , dan Kelompok Sri Mukti II yang berada di Desa Margajaya. Keseluruhan
kelompok yang terpilih tersebut berada di Kecamatan Tanjungsari.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 1 (Lampiran)
menunjukkan bahwa sebagian besar kepemimpinan dari ketua kelompok yang ada
tergolong cukup (46,67%). Sisanya sebanyak 43,33 % dan 10,00 % kepemimpinan
ketua kelompok tergolong tinggi dan sangat tinggi.
Kepemimpinan ketua kelompok yang tergolong cukup, hampir seluruhnya
merujuk kepada kepemimpinan di dua kelompok tani ternak, yaitu di Kelompok Silih
Asih dan Sri Mukti II. Kedua kelompok ini menurut pengamatan pihak koperasi
dipandang sebagai kelompok yang kurang dinamis atau belum maju. Di kedua
kelompok tersebut kepemimpinan dari ketua kelompok belum berperan optimal di
dalam ikut mendorong efektifnya kelompoktani. Kemimpinan ketua kelompok di
kedua kelompok tersebut baru sebatas sebagai penyampai pesan atau informasi yang
datangnya dari Koperasi.

Kelemahan dari kedua ketua kelompok di atas, tercermin pula dari belum
mampunya ketua kelompok di dalam menangkap aspirasi anggota, yang langsung
memperjuangkannya ke pihak-pihak yang kompeten, khususnya dengan pihak
koperasi. Contohnya adalah ketika anggota kelompok memperoleh makanan jadi
koperasi (mako) yang berkualitas rendah, tidak ada upaya-upaya yang serius dari
kedua ketua kelompok untuk mempertanyakan dan memperjuangkan langsung agar
ada perbaikan atas kualitas mako tersebut. Hal-hal lainnya, menyangkut potret
kepemimpinan dari kedua kelompok di atas terutama yang menyangkut kekuatan
keahlian dan kekuatan rujukan tergolong cukup.
9
Kepemimpinan ketua kelompoknya yang tergolong tinggi merujuk pada
kepemimpinan di kelompok Wibawa Mekar. Kelompok ini dalam pandangan
koperasi tergolong sebagai kelompok yang cukup dinamis. Indikator umum yang
menunjukkan bahwa ketua kelompok pada Kelompok Wibawa Mekar ini tergolong
tinggi terlihat dari daya atau kekuatan di dalam mempengaruhi anggota dan
kelompok mencapai tujuannya tergolong baik. Daya yang dimilikinya sehingga
kepemimpinan ketua kelompok tersebut tinggi, menyangkut daya kahlian, daya
rujukan. Disamping telah mampu untuk membawa aspirasi anggota dan bentindak
sebagai patner agen pembaharu.
Kepemimpinan ketua kelompok yang tergolong sangat tinggi ditemui pada
Kelompok Harapan Jaya. Kelompok ini dalam pandangan koperasi adalah kelompok
yang tergolong dinamis atau maju. Dalam tahun 2005 ini kelompok Harapan Jaya
ditetapkan sebagai Juara Pertama Kelompok Agribisnis Ternak Sapi Perah tingkat
Jawa Barat. Ciri yang menonjol pada ketua ketua kelompok ini adalah daya keahlian,
pembawa aspirasi dan perannya sebagai patner agen pembaharu yang dipandang
anggota sangat tinggi. Ketua kelompok di Harapan Jaya adalah mantan anggota
Badan Pengawas di Koperasi. Daya atau kekuatan keahlian dari ketua kelompok
Harapan Jaya untuk memimpin kelompok sudah teruji. Sejak kelompok dibentuk
1997, sampai saat ini ia tetap dipercaya oleh para anggota yang lainnya untuk
memimpin kelompok. Kahliannya di dalam memimpin kelompok ini didukung pula
oleh beragam pengalamannya mengikuti pelatihan atau kursus.
Secara ideal agar kepemimpinan ketua kelompok dapat berjalan dengan baik
menurut Pierce dan Newstrom (1995) dengan mengacu kepada French dan Raven
(1959), seyogyanya harus memiliki daya (power) yang bersifat keahlian (expert),
rujukan (referens), dan legal (legitime). Dalam konteks kelompok tani ternak, ketua
kelompok harus berperan pula sebagai pembawa aspirasi para anggota khususnya
bila berhadapan dengan pihak lain maupun dapat bertindak sebagai patner agen
pembaharu yang berpihak kepada kepentingan para anggota di kelompoknya.
10
Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keefektifan dari kelompok
yang diteliti sebagian besar tergolong cukup ( 50,00%), sisanya sebanyak 40,00 %
tergolong tinggi, dan 10,00 % tergolong sangat tinggi. Secara lengkap gambaran
keefektifan kelompok tani ternak sapi perah yang diteliti ditampilkan pada Tabel 2
(Lampiran).
Keefektifan kelompok yang tergolong cukup merujuk pada dua kelompok, yaitu

pada Kelompok Silih Asih dan Sri Mukti II. Pada dua kelompok ini umumnya
indikasi dari efektifnya suatu kelompok belum berjalan. Kelompok belum bisa
menampilkan keberhasilan sebagaimana yang diharapkan. Kemampuan kelompok
untuk memunculkan partisipasi dari para anggotanya belum bisa optimal. Hal ini
berkaitan pula dengan tingkat fasilitas dan dukungan norma dari kelompok yang
masih tergolong belum ideal. Demikian pula keadaan moral kelompok belum
sepenuhnya mendukung untuk efektifnya kelompok. Komitmen dari jajaran
pengurus kelompok berjalan apa adanya, belum menunjukkan keseriusan yang
diharapkan. Akibatnya, tingkat kerjasama dan interaksi di antara anggota kelompok
masih sebatas sebagaimana yang dihimbau oleh lembaga KSU Tandangsari, belum
banyak yang muncul sebagai bentuk kreativitas dari kelompok.
Pada kelompok yang tingkat keefektifannya tergolong tinggi, tampilan
keberhasilan kelompok, moral kelompok dan kepuasan dari para anggota relatif lebih
baik dibanding pada dua kelompok yang pertama yang masih tergolong cukup.
Inisiatif kelompok sudah muncul. Ada beberapa kegiatan penting yang telah
dilakukan oleh kelompok yang tergolong keefektifannya yang tinggi ini, misalnya
ada pertemuan rutin bulanan dikelompok. Aturan atau norma yang berlaku di
kelompokpun sudah mencakup upaya-upaya untuk mencoba ke arah kemandirian
kelompok. Kelompok sudah mencoba melakukan usaha pemupukan modal sendiri,
seperti penyisihan dari susu yang disetorkan ke koperasi untuk menutupi biaya
operasional kelompok. Kelompokpun sudah mencoba membiasakan untuk
11
melakukan rapat tahunan sebagai upaya untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan dan merencanakan kegiatan pada tahun berikutnya.
Tingkat kepuasan anggota pada kelompok yang tergolong keefektifannya tinggi
relatif lebih baik. Hal ini antara lain dapat dilihat dari tingkat harga jual susu di
kelompok yang sudah diatas harga rata-rata di koperasi. Harga jual susu per liter dari
para anggota di kelompok ini sudah mencapai Rp. 1664,50. Kelompok yang
keefektifannya yang tergolong tinggi diantaranya dapat dijumpai pada kelompok
Wibawa Mekar.
Pada kelompok tani ternak sapi perah yang tergolong keefektifannya tergolong
sangat tinggi, hanya sebagian kecil saja (10,00 %) dari kelompok-kelompok yang
ada. Pada kelompok demikian indikasi yang menunjukkan keefektifannya yang
sangat tinggi dapat dilihat dari segi keberhasilan kelompok di dalam mencapai
tujuannya, moral kelompok maupun kepuasan dari para anggotanya. Contoh nyata
dari kelompok yang tingkat keefektifannya tergolong mendekati ideal atau sangat
tinggi ini dapat ditemui pada Kelompok Harapan Jaya. Pada kelompok ini
kehidupan sebagai idealnya kelompok sudah berjalan dengan baik. Beragam
rangsangan yang dibuat oleh kelompok untuk keberhasilan mencapai tujuannya sudah
lebih jelas dibanding dengan kelompok yang keefektifannya tergolong cukup maupun
tinggi.
Pada Kelompok Harapan Jaya sudah rutin melakukan pertemuan 2 minggu sekali
untuk ketua regu, dan dengan para anggota 1 bulan sekali, dan untuk setiap tahunnya
melakukan rapat tahunan kelompok. Pada pertemuan dua mingguan dibahas kegiatan
yang telah dilakukan 2 minggu sebelumnya, dan 2 minggu ke depannya. Pada
pertemuan bulanan yang ditekannkan adalah upaya peningkatan target bidang usaha

dan menjaga keharmonisan di kelompok. Pada pertemuan tahunan, selain membahas
laporan pertanggungjawaban ketua di dalam masa kerja tahun sebelumnya, juga
membahas rencana kegiatan tahunan.
Ada target-target yang sudah disepakati oleh anggota di Kelompok Harapan Jaya,
diantaranya adalah: (1) penyesuaian sapi laktasi atau produksi, yaitu penekanan pada
12
anggota untuk memelihara sapi secara benar, menjaga penjualan pedet betina ke luar
kelompok (kecuali ke calon anggota kelompok setempat); (2) menerapkan teknologi;
(3) menseleksi sapi laktasi, yaitu memberi dorongan pada anggota agar menukar atau
menjual sapi yang dimilikinya apabila produksi hariannya kurang dari 10 liter/per
ekor/per harinya;(4) menjaga penjualan sapi laktasi, yaitu agar setiap akan menjual
sapi harus melapor dan diupayakan dijual di dalam anggota sendiri.
Fasilitas yang dimiliki oleh Kelompok Harapan Jaya sudah tergolong lengkap.
Kelompok ini secara swadaya telah memiliki bangunan berikut tanahnya yang
bernilai sekitar 24 juta rupiah. Bangunan tersebut biasa digunakan untuk kegiatan
para anggota, baik dalam fungsinya sebagai tempat penampungan susu anggota
maupun untuk kegiatan lainnya. Kelompokpun telah memiliki alat-alat pasturisasi
dengan kapasitas untuk 200 cup (per cupnya 200 ml). Aturan atau norma di
Kelompok Harapan Jaya tergolong memadai. Misalnya untuk ketua regu telah
ditetapkan tugasnya, yaitu memberi informasi perihal aktivitas usaha dari para
anggota regunya sekaligus menyampaikan informasi yang perlu disampaikan dari
Ketua Kelompok.
Keadaan moral di Kelompok Harapan Jaya, yaitu semangat dan sikap para
anggota dalam berkelompok sudah mendekati ideal. Hal ini terlihat dari komitmen
anggota pengurus termasuk ketua regu untuk terus terlibat dalam kegiatan di
kelompoknya. Demikian pula tingkat kerjasama dan interaksi anggota pada
kelompok tersebut sudah terjalin dengan baik dan kondusif. Sampai dengan
Desember 2004 pemupukan modal berupa uang tunai pada kelompok ini sudah
mencapai sekitar 29 juta rupiah.
Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok dengan
Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
Nilai koefisien korelasi rank Spearman (rs) hubungan antara kepemimpinan ketua
kelompok dengan keefektifan kelompok tani ternak sapi perah di wilayah kerja KSU
Tandangsari Kabupaten Sumedang adalah sebesar 0,877 (Lampiran 1). Nilai korelasi
tersebut menandakan bahwa hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok dengan
keefektifan kelompok adalah positif (searah), dan termasuk dalam kategori memiliki
13
hubungan kuat. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin kepemimpinan ketua
kelompok berjalan baik, maka akan semakin efektif kelompok tani yang dipimpinnya
tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan ketua kelompok
sebagian besar tergolong cukup. Demikian pula keefektifan kelompok taninya
sebagian besar tergolong cukup pula.
Adanya hubungan positif yang kuat antara kepemimpinan ketua kelompok dan
keefektifan kelompok dapat dicermati dari hasil penelitian di lapangan. Dari
pengamatan di lapangan dan data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada
kelompok yang kepemimpinan ketua kelompoknya berjalan dengan baik akan diikuti

dengan efektifnya kelompok tani tersebut. Hal ini secara tipikal dapat dilihat pada
Kelompok Harapan Jaya. Demikian pula pada kelompok yang kepemimpinan ketua
kelompoknya belum sepenuhnya berjalan dengan baik atau tergolong cukup akan
diikuti pula oleh belum begitu efektifnya kelompok dari yang dipimpinnya tersebut.
Fenomena yang terakhir ini dapat dilihat, khususnya pada Kelompok Sri Mukti II.
Hasil penelitian ini sangat selaras dengan pendapat Bass (1990) yang
menyatakan bahwa pemimpin (ketua kelompok) adalah agen perubah-seseorang yang
dapat lebih mempengaruhi yang. Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara
dua orang atau lebih anggota yang sering mencakup penyusunan struktur atau
pengubahan stuktur dari situasi dan persepsi dan harapan para anggota. Oleh
karenanya kepemimpinan akan muncul ketika satu anggota kelompok (ketua
kelompok) dapat memotivasi atau memberi kompetensi pada yang lain dalam
kelompok.
Ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang tergolong baik atau sangat
tinggi tersebut akan memberikan peluang yang sangat besar untuk tercapainya
keefektifan di kelompok yang dipimpinnya tersebut. Hal ini dimungkinkan karena
ketua kelompok yang kepemimpinan baik atau sangat tinggi memiliki kemampuan
yang lebih baik atau lebih tinggi di dalam mempengaruhi anggota lainnya. Hal ini
termasuk di dalam menyusun struktur atau pengubahan stuktur yang diselaraskan
dengan persepsi dan harapan para anggota untuk mencapai keberhasilan usaha sapi
14
perahnya. Pada kelompok yang kepemimpinannya tergolong baik atau sangat tinggi,
keberhasilan kelompok di dalam mencapai tujuannya, keadaan moral anggota
kelompok dan tingkat kepuasan dari para anggota terbukti lebih baik atau lebih tinggi
dibanding dengan kelompok yang kepemimpinannya belum berjalan dengan baik.
Dari pengamatan di lapangan tampak dengan jelas bahwa ketua kelompok yang
mau belajar, dan memiliki kemauan yang besar untuk maju serta komitmen yang kuat
dalam membantu anggota lainnya untuk berkembang usahataninya adalah yang lebih
berhasil kepemimpinannya. Oleh karenanya, bila ingin melihat ketua kelompok
dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik sudah seharusnya pihak-pihak
yang kompeten seperti dinas pertanian berperan lebih baik lagi di dalam menfasilitasi
kelompok dengan beragam kegiatannya. Dalam hal ini para penyuluh lapangan dapat
berperan sebagai katalitasor, dinamisator maupun motivator.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta.
Aida Vitayala S. Hubeis. 2000. Suatu Pikiran Tentang Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Deptanhut. Jakarta.
Anonymous. 1992. “Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 41 Tahun 1992. tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan.” Dinas Tanaman Pangan Pemda
DT. I. Jawa Barat.
Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani. Biro Perencanaan dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta
Anonymous. 2002. Pengembangan Kelembagaan Peternak Di Kawasan Agribisnis
Berbasis Peternakan. Direktorat Pengembangan Peternakan, Dirjen Bina Produksi
Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Bass, B.M. 1981. Stogdill’s Handbook of Leadership: A survey of Theory and
Research. The Free Press. New York.
Margono Slamet. 1978. Beberapa Catatan tentang Pengembangan Organisasi
Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
____________. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi
Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.
Pierce, J.L. dan J.W. Newstrom. 1995. Leader and Leadership Process. Reading,
Self Assesment and Aplications. Austen Press Richard D. Irwin, Inc.
Sutarto. 1995. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Wahyusumidjo. 1992. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
15
Lampiran:
A. Tabel 1. Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
No. Uraian
Kategori Kepemimpinan
SK
K
C
T
ST
1.
2.
3.
4.

Daya keahlian
Daya rujukan
Pembawa aspirasi
Patner agen pembaharu

……………..%................................
0,00 0,00 50,00 26,67 23,33
0,00 0,00 46,67 40,00 13,33
0,00 0,00 36,67 40,00 23,33
0,00 0,00 43,33 56,67 3,33

Kepemimpinan Ketua Kelompok 0,00 0,00

46,67 43,33 10,00

Keterangan: SK= Sangat kurang, K= Kurang, C= Cukup, T= Tinggi, dan
ST = Sangat tinggi
B. Tabel 2. Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
No. Uraian
Kategori Keefektifan
SK
K
C
T
ST
1.
2.
3.

Keberhasilan kelompok
Moral kelompok
Kepuasan

Keefektifan Kelompok

……………..%................................
0,00 0,00 43,33 50,00 6,67
0,00 0,00 46,67 43,33 10,33
0,00 16,07 43,33 36,67 3,33
0,00 0,00

50,00 40,00 10,00

Keterangan: SK= Sangat kurang, K= Kurang, C= Cukup, T= Tinggi, dan
ST = Sangat tinggi
C. Tabel 3. Nilai Korelasi Kepemimpinan Ketua Kelompok dengan
Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah

17

KELOMPOK TANI
Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk
meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.
Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani.
Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama – sama memecahkan permasalahan
yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran
hasil.
Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan
dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut,
maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara
optimal.
Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher
(1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah
adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani
menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan
kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu
agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan
kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang
maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.
Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan
orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna
(pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian
dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres
(Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau
produk yang dihasilkannya.
f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani
sendiri.
Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :
a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.
b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.
c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci
yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996).
Pustaka :
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Djiwandi, 1994. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi
Usahatani di Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.

Suka
Be the first to like this post.
1 Tanggapan ke “Pengertian Kelompok Tani”
Pengumpan untuk Entri ini Alamat Jejakbalik

1.

1 LALU BAKRI Juni 11, 2010 pukul 6:17 pm
PENGEMBANGAN DINAMIKA KELOMPOK TANI
Oleh : Nasir, SP., MBA.
I. PENGERTIAN

a.
b.

c.
d.
e.

f.

g.

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, Tanggal 18 Maret
1997, pengertian yang berkaitan tentang petani dan kelompoknya adalah sebagai
berikut :
Petani adalah:
Pengelola Usahatani dan atau usaha penangkapan ikan, yang meliputi petani, pekebun, peternak.
Kelompok Tani adalah:
Kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, erta kesamaan
kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama
meningkatkanproduktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya.
kontak Tani adalah:
Ketua kelompok tani yang dipilih dari anggota dan oleh anggota kelompok berdasarkan
musyawarah.
Mantan ketua kelompok tani yang masih aktif sebagai anggota kelompok, dan
kepemimpinannya masih diakui kelompok.
Kontak Tani Andalan (KTA) adalah:
Kontak tani yang dapat diandalkan dan dipilih secara periodik menurut kesepakatan
dari dan oleh para kontak tani dalam satu desa, untuk mewakili aspirasi petani dalam
forum dan atau kelembagaan ditingkat desa maupun tingkat wilayah yang lebih tinggi.
Sehingga Kontak Tani Andalan Pertanian (KTA-Tan) merupakan KTA seperti diatas
tetapi berasal dari Kontak tani pertanian.
Kelompok KTA adalah:
Kumpulan para KTA pada tingkat wilayah Kecamatan/Kabupaten/Kodya/Propinsi dan
Nasional sebagai wadah musyawarah para petani, serta mitra Pemerintah dalam
menyelesaikan permasalahan petani ditingkat wilayah yang bersangkutan.
Ahli Andalan adalah:
Tokoh masyarakat yang mempunyai keahlian dalam bidang pertanian, yang dipilih oleh
suatu kelompok KTA sebagai pendamping akhli kelompok KTA yang bersangkutan,

sehingga Akhli Andalan pertanian dapat merupakan tokoh masyarakat atau pensiunan
pegawai/aparatur (Negara, BUMN, BUMD, SWASTA yang mempunyai keakhlian dalam
bidang pertanian, yang dipilih oleh para kontak tani sebagai pedamping ahli KTA-Tan.
h. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah:
Kumpulan dari beberapa kelompok tani yang mempunyai kepentingan yang sama
dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk menggalang kepentingan
bersama, atau merupakan suatu wadah kerjasama antar kelompok tani dalam upaya
pengembangan usaha yang lebih besar.
II. PENUMBUHAN KELOMPOK TANI







1. Dasar Penumbuhan
Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai
berikut:
Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan
bersama, baik berdasarkan hamparan usahatani kebun, domisili atau jenis usahatani
tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan.
Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek
maupun kegiatan pembangunan swadaya.
Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas
anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.
Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan,
dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang.
Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal.

2. Penumbuhan Kelompok Tani.
a. Upaya penumbuhan kelompok tani diarahkan pada tunbuhnya suatu kerjasama yang
bersumber dari kesadaran petani dengan cara bergabung dalam kelompok untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit
produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani. Penumbuhan
kelompok tani dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan petani sendiri.
b. Penumbuhan kelompok tani dapat berdasarkan hamparan usahatani, domosili petani
atau jenis usahatani, tergantung kesepakatan para petani anggota kelompok.
c. Penumbuhan kelompok tani dalam pembangunan perkebunan dilaksanakan pada
wilayah kegiatan proyek maupun diluar wilayah proyek, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Pada areal kebun yang kompak, penumbuhan kelompok berdasarkan hamparan.
Pada areal kebun yang hamparannya terpencar, penumbuhan kelompok
berdasarkan domisili.
Pada areal intensifikasi tanaman semusim; seperti tebu, tembakau, dsb, pembinaan
usahatani mendayagunakan kelompok tani yang ada. Demikian pula untuk tanaman
perkebunan lainnya yang arealnya relatif kecil.

Komoditas lain diluar tanaman perkebunan yang ada di wilayah kegiatan proyek,
maka pembinaan petani tetap menggunakan kelompok tani yang ada di wilayah proyek
yang bersangkutan.
3. Proses Penumbuhan.
a. Pendataan lapangan dan motivasi petani
Pada tahap awal diperlukan pengumpulan data lapangan dan memberikan motivasi
melalui penyelenggaraan penyuluhan kepada petani.
Pada pelaksanaan pendataan lapangan ini dilakukan pertemuan untuk memberikan
informasi dan motivasi tentang, tujuan adanya kelompok tani, manfaat kalompok tani,
proses musyawarah untuk menumbuhkan kelompok, cara kerja kelompok serta
informasi lain dalam upaya memotivasi petani untuk menjadi kelompok tani.
b. Penumbuhan kelompok tani
Penumbuhan kelompok tani dilakukan dalam pertemuan/musyawarah petani yang
dihadiri oleh para petani, tokoh masyarakat, pamong desa, petugas/penyuluh dan
instansi terkait.
Pemilihan pengurus tiap kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara
musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok dan dukungan masyarakat dan
instansi terkait.
Susunan kepengurusan kelompok tani minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Bendahara serta dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok.
Tumbuhnya kelompok tani baru, dinyatakan dalam Berita Acara hasil musyawarah
yang diketahui oleh Kepala Desa.
4. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus.
a. Pengurus Kelompok Tani.
Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku
dalam kelompok tani.
Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas/penyuluh untuk selanjutnya
diteruskan pada anggota kelompok.
Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang
produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain.
Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota.
Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan/musyawarah
dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas/penyuluh.
Mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota,
selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan.
b. Anggota Kelompok Tani
Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usahatani ybs.

Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan
petugas/pnyuluh serta kesepakatan yang berlaku.
Wajib bekerja sama dan akrap antar sesama anggota, penggurus maupun dengan
petugas/penyuluh.
Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat
demi berhasilnya kegiatan usahatani kelompok.
III. PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI.
Dalam upaya pengembangan kelompok tani yang ingin dicapai adalah terwujudnya
kelompok tani yang dinamis, dimana para petani mempunyai disiplin, tanggungjawab
dan terampil dalam kejarsama mengegola kegiatan usahataninya, serta dalam upaya
meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah yang lebih besar dan bersifat
komersial, kelompok tani dapat dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok
dengan membentuk gabungan kelompok tani (gapoktan) yang merupakan wadah kerja
sama antar kelompok tani (WKAK).
Proses Penumbuhan Gapoktan antara lain sebagaai berikut:
Mengidentifikasi kelompok-kelompok tani yang mempunyai jenis usaha hampir
sama pada wilayah tertentu (sentra/kawasan pertanian).
Setiap kelompok mengadakan koordinasi untuk bekerjasama antar kelompok yang
satu dengan kelompok yang lainnya.
Melaksanakan pertemuan/musyawarah antar pengurus kelompok (yang mewakili
kelompok) untuk membuat kesepakatan-kesepakatan usaha dengan skala yang lebih
besar dalam upaya memperkuat posisi tawar (bergaining position).
Membuat aturan-aturan yang pengikat (sebaiknya secara tertulis) terhadap
kesepakatan dari musyawarah antar kelompok tersebut serta sanksi-sanksinya apabila
terjadi pelanggaran kesepakataan.
Menentukan pengurus dari Gapoktan tersebut untuk melaksanakan kegiatan usaha
bersama sesuai dengan kebutuhan Gapoktan tersebut. Penentuan pengurus Gapoktan
harus dapat mewakili kepentingan dari semua kelompok yang bergabung.
Membuat Berita Acara yang diketahui oleh Instansi Pemerintah terkait.
Adanya Rencana Usaha bersama (RUB).
Dengan bergabungnya kelompok tani tersebut dalam suatu wadah kelembagaan tani
dalam bentuk Gapoktan, keberadaan petani akan lebih berdaya, yaitu sebagai berikut:
Jumlah anggota produksi yang dihasilkan dapat terkumpul lebih banyak, karena
setiap anggota/kelompok menggumpulkannya untuk kepentingan bersama.
Kontinuitas hasil akan lebih mudah diatur, karena Gapoktan dapat
memusyawarahkan rencana usaha kegiatannya bersama kelompok, sehingga jadwal

tanam dan tata laksana kegiatannya dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan
anggota dan kebutuhan pasar.
Petani menjadi subyek, karena Gapoktan diharapkan dapat bernegosiasi dengan
pihak mitra usaha sesuai dengan kebutuhan anggotanya.
Petani mempunyai posisi yang lebih kuat dalam posisi tawar, karena dapat memilih
alternatif yang menguntungkan serta dapat mangakses pasar yang lebih baik.
Dapat menjalin kerjasama usaha yang saling menguntungkan dengan koperasi,
baik sebagai anggota maupun sebagai mitra usaha.

Pengertian-pengertian Kelompok Tani
Desember 2, 2009 · Disimpan dalam PERTANIAN
1. Kelompok Tani
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri tetapi kemudian ingin berkelompok dengan
manusia lainnya karena sifat manusia yang monodualistik yaitu manusia sebagai individu dan
sekaligus sebagai makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau
keinginan yaitu:
a. Keinginan untuk menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya yaitu
masyarakat.
b. Keinginan untuk menyatukan dengan suasana alam sekelilingnya kesemuanya itu akan
menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok sosial di dalam kehidupan manusia ini, karena
manusia itu tidak bisa hidup sendiri
(Soekanto, 1982).
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2000).
Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang
ketua (Trimo, 2006).
Kelompok Tani menurut Anonim dalam Mardikanto (1993) diartikan sebagai kumpulan orangorang tani atau yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna
(pemuda/pemudi) yang terikat secara formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian
dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Menurut Suhardiyono (1992) kelompok tani biasanya dipimpin oleh seorang ketua kelompok,
yang dipilih atas dasar musyawarah dan mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu
pemilihan ketua kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompot tani
yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta seksi-seksi yang mendukung kegiatan
kelompoknya. Seksi-seksi yang ada disesuai kan dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan
dilakukan. Masing-masing pengurus dan anggota kelompok tani harus memiliki tugas dan
wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya.
Selain itu juga kelompok tani harus memiliki dan menegakkan peraturan-peraturan yang berlaku
bagi setiap kelompoknya dengan sanksi-sanksi yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota

kelompok tani berkisar antara 10-25 orang anggota.
Menurut Samsudin (1993) bahwa dalam suatu kelompok sosial seperti halnya kelompok tani,
selalu mempunyai apa yang disebut external structure atau socio group dan internal structure
atau psycho group. External structure dalam kelompok tani adalah dinamika kelompok, yaitu
aktivitas untuk menanggapi tugas yang timbul karena adanya tantangan lingkungan dan
tantangan kebutuhan, antara lain termasuk tuntutan meningkatkan produktivitas usahatani.
Sedangkan internal structure adalah menyangkut norma atau pranata dan kewajiban dalam
mencapai prestasi kelompok. Internal structure akan sekaligus merupakan dasar solidaritas
kelompok, yang timbul dari adanya kesadaran setiap anggota kelompok tani yang bersangkutan.
Pengertian Dinamika Kelompok dan Dinamika Kelompok tani
Dinamika kelompok (Group Dynamics) diartikan dengan berbagai cara antara lain: studi tentang
kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang mempelancar atau menghambat proses
kerjasama dalam kelompok; metode-metode dan teknik-teknik yang dapat diterapkan bila
sejumlah orang bekerjasama dalam kelompok, misalnya berperan (role playing) dan observasi
terhadap jalannya proses kelompok dan pemberian umpan balik (feedback); serta cara-cara
menangani organisasi dan pengelolaan kelompok-kelompok (Winkel, 1991).
Menurut Gerungan (1988), dinamika kelompok adalah analisis dari hubungan-hubungan
kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah harus
dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial, internalisasi normanorma, sense of belonging sebenarnya analisis dari saling hubugan antara anggota didalam
kelompok dan sudah merupakan dinamika kelompok.
Dinamika kelompok, secara umum tidak dapat dipisahkan dari tingkat kepuasan yang dimiliki
para anggota kelompok tersebut dalam pengejaran tujuan, besarnya tujuan yang dicapai, serta
penggunaan konsep efektif dan efisien dalam mengejar tujuan tersebut (Yusmar, 1989).
Dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang dikaji, yang cenderung diarahkan pada
komunikasi kelompok kecil yang berkecimpung dalam pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan. Dengan demikian, komunikasi dalam kelompok kecil lebih banyak dilakukan sebagai
cara untuk menyempurnakan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kelompok (Mulyana,
1996).
3. Dinamika Kelompok Tani
Menurut Suhardiyono (1992), dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan
oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh
kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu penin