1. Kewajiban Istri Terhadap Suami - 13istri menjaga kerukunan

  

Beberapa Cara Agar Istri Dapat Mencegah

Penurunan Kerukunan Keluarga

Modul 3

Untuk Meningkatkan

  

Ketahanan dan Kehati-hatian Keluarga

Untuk Para Calon Istri atau Istri di Perkotaan

  Oleh Khoiril Arief Saleh

  Jl. Bolavoli 18 Arcamanik, Bandung. Telp. (022)7102411

  

Beberapa Cara Agar Istri Dapat Mencegah

Penurunan Kerukunan Keluarga

Oleh :

Khoiril Arief Saleh

  

Jl. Bolavoli 18 Arcamanik, Bandung Telp. (022)7102411

  Kunci utama seorang istri untuk menjaga atau mencegah penurunan kerukunan keluarga adalah menghayati kewajinan-kewajiban terhadap suaminya. Selain itu harus mengetahui pula kewajiban mana yang sering dilalaikannya. Untuk mempermudah melaksanaan kewajiban dan menghindari kelalaian tersebut dibuatlah beberapa petunjuk dan latihan praktis. Pada bagian terakhir dari tulisan ini dibahas “mengapa diperlukan latihan-latihan?”, hal ini penting dimengerti oleh para istri agar dengan sungguh-sungguh melaksanakannya.

1. Kewajiban Istri Terhadap Suami

  Kewajiban istri terhadap suami cukup singkat dan sangat operasional. Hal itu sangat mudah dijalankan dan tidak memberatkan karena sesuai dengan fitrahn seorang istri. Kewajiban-kewajiban tersebut adalah sbb: 1. Taat, patuh dan menjaga harta suami.

  2. Melayani suami sebaik baiknya.

  3. Menutup aurat.

  4. Tidak boleh membicarakan rahasia suami.

  5. Tidak boleh bepergian dan puasa tanpa seizin suami. Kewajiban penutup dari semuanya, yaitu bagian 5, merupakan ukuran batasan bagaimana seorang istri menjalankan kewajiban 1, 2, 3 dan 4. Untuk lebih jelasnya, masing-masing kewajiban diuraikan dalam subbagian-subbagian berikut.

1.1. Taat, Patuh Dan Menjaga Harta Suami.

  Setiap istri harus taat, patuh dan dapat menjaga harta suaminya (QS. 4:34). Arti ayat tersebut adalah sebagai berikut: "Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah

  

telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena

mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang

saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena

Allah telah memelihara (mereka)..................". Sampai dimana batasan operasionalnya, dilukiskan

  dalam suatu riwayat yang inti ceriteranya sebagai berikut: Datang seorang sahabat Rasullullah mengadu tentang kejadian aneh dalam suatu keluarga. Ada seorang istri sedang ditinggal suaminya pergi berperang. Suami berpesan pada istrinya bahwa selama saya belum pulang janganlah kamu keluar rumah. Suatu saat datang utusan dari keluarga istri memberitahu bahwa orangtuanya sedang sakit keras, istri diminta datang untuk menengok. Istri tidak berangkat menengok orangtuanya dengan alasan bahwa dia tidak boleh keluar rumah oleh suaminya. Utusan dari keluarga istri pulang dengan tidak dapat mengajak istri keorangtuanya. Beberapa hari kemudian utusan keluarga istri datang lagi mengabarkan hal yang sama bahkan mengatakan bahwa kondisi orangtuanya lebih parah lagi. Istri tetap tidak mau pergi menengok orangtuanya dengan alasan yang sama. Beberapa hari lagi datang utusan yang sama mengabarkan bahwa orangtuanya dengan alasan yang sama. Maka datanglah utusan tadi mengadu kepada Rasullulah tentang kelakuan istri yang dianggap kelewat batas. Tetapi apa jawab Rasullulah ?. Rasullulah mengatakan bahwa dosa orangtua tadi dimaafkan Allah karena telah mendidik seorang anak perempuan yang benar-benar taat dan patuh pada suaminya. (riwayat ini sangat populer di masyarakat muslim Indonesia melalui ceramah-ceramah bapak Zainudin M Z). Selain itu, banyak hadis menyatakan pentingnya ketaatan seorang istri kepada suami dan pentingnya menjaga harta suami. Hadis-hadis tersebut antara lain:

  1. Sabda Rasulullah saw. : "Seandainya aku perintahkan seseorang (hamba) bersujud kepada

  sesorang (hamba) yang lain, maka (yang paling dahulu) aku perintahkan adalah wanita (para istri) bersujud kepada suaminya" (hadis riwayat Tirmidzi).

  2. Seorang perempuan datang menghadap kepada Rasulullah, dia berkata "ya Rasulullah, saya

  ini utusan kaum wanita untuk menghadap tuan. Ada jihad yang diwajibkan pada kaum lelaki, apabila mereka menang, mereka akan mendapat pahala, kalau mereka terbunuh mereka akan tetap hidup di sisi Tuhannya, mereka tetap mendapat rizki. Sedang kami kaum wanita, kamilah yang memelihara mereka, kami akan memperoleh apa ?". Rasulullah menjawab "sampaikan pada kaum wanita yang kamu temui bahwa taat kepada suami, memenuhi hak-hak suami sama pahalanya dengan jihad, tetapi sedikit sekali diantara kalian yang melakukannya" (dari Ibnu Abbas, hadis riwayat Ahmad dan Tabrani)

  3. Apabila seorang perempuan (istri) shalat lima waktu, berpuasa sebulan, menjaga

  kehormatannya, taat pada suaminya maka akan diserukan kepada mereka : masuklah kesurga dari pintu mana saja yang kamu suka. (hadis riwayat Ahmad dan Tabrani).

  4. Perempuan (istri) itu adalah pemimpin di rumah suaminya dan nanti bakal ditanya tentang

  

kepemimpinannya itu serta tentang harta suaminya. (hadis riwayat Bukhori dan Muslim)

  5. Rasulullah saw. bersabda : “Dua golongan yang shalatnya tidak bermanfaat pada dirinya,

  yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang; dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali” (hadis riwayat Hakim, dari Ibnu

  Umar).

  6. Dari Ibnu Umamah Al-Bahili, ia berkata saya mendengar sabda Rasulullah saw.: “Seorang

  istri tidak boleh mengeluarkan sedekah dari rumahnya tapa izin suaminya”……. (hadis riwayat Ibnu Majah).

  Bukan suatu yang berlebihan bila seorang istri melakukan kewajiban rumah tangga yang dibebankan oleh suami. Bukan suatu hal yang sulit bagi istri-istri untuk memasak, mengatur interior rumah, membersihkan rumah, mengatur anak dan sebagainya. Setiap langkahnya di rumah, dalam melaksanakan hal-hal tersebut akan dihitung sebagai pahala. Pahala tersebut tidak hanya untuk dirinya saja tetapi dapat meluber ke kedua orangtuanya. Seandainya laki-laki tahu akan hal ini ketika akan dilahirkan, mungkin mereka akan memilih menjadi perempuan.

  Suatu dilema kadang-kadang ditemui oleh keluarga menengah ke atas (berkecukupan) di Indonesia dalam melaksanakan kewajiban istri kepada suami. Semangat berlebihan dari seorang istri untuk membangun negara dan keluarga tanpa dibekali pengetahuan tentang manual manusia yang kuat, dapat menimbulkan pengamalan agama terbalik-balik. Sunat dikejar wajib ditinggal. Berikut ini dijelaskan beberapa contoh nyata yang kadang-kadang dialami oleh keluarga menengah ke atas (berkecukupan) di kota-kota besar.

  Contoh pertama.

  Karena merasa berpendidikan tinggi, suatu ketika si istri minta izin pada suami untuk bekerja, membantu kewajiban suami (sunat). Karena merasa takut dikatakan "tidak pengertian", terpaksalah suami mengizinkan bekerja walaupun dalam hatinya berkata "tidak". Maka bekerjalah istri (mengejar sunat) dan ditinggalkanlah sebagian urusan dapur anak dan rumah tangga lainnya (meninggalkan kewajiban). Meskipun tidak sampai terucap dimulut suami, kadang-kadang suami merasa kurang senang dengan kondisi tersebut. Mungkin hal ini berdampak kecil tetapi dapat berakumulasi dengan dampak-dampak lainnya yang pada gilirannya nanti akan dapat menjadi suatu potensi masalah.

  Contoh kedua.

  Karena kurang bekal keterampilan yang cukup, si istri banyak mendelegasikan kewajiban dari suami kepada pembantu atau pemberi jasa lainnya (tukang masak, restoran, baby sitter dsb.). Sayang sekali, melimpahkan kewajiban sendiri kepada orang lain,........ suatu kesempatan memperoleh pahala dibuang begitu saja. Bila hal tersebut diulang terus menerus dapat menimbulkan dampak kurang baik. Meskipun tidak sampai terucap dimulut suami tetapi dapat menimbulkan kondisi yang kurang disenangi suami. Pada gilirannya hal tersebut dapat menimbulkan akumulasi potensi masalah.

  Contoh ketiga.

  Karena semangat si istri terlalu besar, mereka ingin cepat-cepat membentuk keluarga sukses, kelewat giat istri melaksanakan "amal ma’ruf nahi munkar". Kadang-kadang istri lebih banyak menasihati, mengatur dan melarang suami. Tidak lagi menjalankan kewajiban seorang istri, yaitu taat dan patuh pada suami tetapi lebih banyak menasihati, mengatur dan melarang suami. Pada gilirannya, bisa mengubah fungsi laki-laki sebagai istri dan perempuan sebagai suami. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan dapat menjadi sumber utama pelarian tanggung jawab suami atas keluarganya. Benar-benar suatu malapetaka besar bagi keluarga bila hal tersebut tidak disadari oleh para istri.

  Banyak lagi contoh-contoh lainnya.

  Manual manusia (Al-Quran dan hadis) telah mengurut dengan baik, wajib sendirian, wajib bersama dan sunat. Bila hal ini dibalik-balik akan terjadi kerugian yang cukup besar baik di dunia ataupun di akhirat. Masalah datang bukan dari Allah tetapi dibuat sendiri oleh manusia. Setelah membaca uraian tersebut di atas, timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Bolehkah istri bekerja, mencari nafkah membantu suami ?. Bolehkah istri bekerja, untuk mengejar prestasi ?. Bolehkah istri mempunyai pembantu ?. Bolehkah istri melaksanakan "amal ma’ruf nahi munkar" pada suami ?. Jawabnya boleh, silakan mempelajari rumah tangga nabi dengan istri pertamanya yang berstatus sebagai wanita karir dan wanita pedagang sukses. Silahkan bekerja, bila suami benar-benar memerlukan bantuan tersebut, bila suami benar-benar mengizinkan dengan hati yang tulus, bukan karena suatu kondisi yang "terpojok". Silahkan istri mempunyai pembantu dalam arti benar-benar pembantu. Pembantu adalah pembantu, bukan pengatur rumah tangga dan bukan pendidik anak. Istri harus benar-benar bisa menjadi manager profesional di rumah tangga. Ketrampilan dan ilmunya harus lebih tinggi dibanding pembantunya sehingga suami merasa bahwa istrinya benar-benar dibantu, bukan pembantu mengganti status istrinya. Seorang istri boleh menjalankan "amal ma’ruf nahi munkar" pada suami tetapi harus menjadi prioritas terbawah setelah menjalankan dahulu kewajiban sendiri dengan baik, dan menjalankan kewajiban bersama dengan baik. Salah satu kunci sukses keluarga yang perlu diperhatikan yaitu: Rasulullah selalu menjalankan kewajibannya dengan bobot jauh lebih banyak dibanding menuntut haknya. Istri-istri sebaiknya harus mengutamakan kewajibannya masing-masing dibanding menuntut haknya masing-masing.

1.2. Melayani Suami Dengan Sebaik-Baiknya.

  Diwajibkan istri melayani suami dengan sebaik-baiknya, pelayanan ini tidak terbatas pada pergaulan sehari-hari tetapi hingga pelayanan hubungan seksual. Batasan pelayanan tersebut digambarkan dalam hadis-hadis berikut:

  1. Sabda Rasullulah "sebaik-baik istri ialah jika kamu memandangnya, maka kamu akan

  terhibur, jika kamu suruh ia akan menurut dangan patuh, jika kamu bersumpah agar ia melakukan sesuatu maka dipenuhinya dengan baik dan jika kamu bepergian dijaganya dirinya dan harta bendamu". (hadis riwayat Nasa'i dan lain-lain)

  2. Sabda Rasullulah saw. :"Apabila seorang (suami) memanggil istrinya ketempat tidurnya,

  tetapi ia enggan datang, lalu ia bermalam dengan marah, niscaya ia dilaknat oleh malaikat sampai pagi". (Mutafaq 'alaihi)

  3. Dari Ibnu Umar, katanya : Rasulullah saw. bersabda : “Allah melaknat wanita yang

  menunda-nunda, yaitu seorang istri yang ketika diajak suaminya ketempat tidurnya menjawab nanti dulu hingga suaminya tertidur sendirian” (hadis riwayat Khatib).

  4. Dari Abu Hurairah, katanya : Rasulullah saw. bersabda : “Bila seorang istri semalaman

  tidur berpisah dari ranjang suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai shubuh” (hadis riwayat Bukhari).

  5. Dari Ibnu Abas, Rasulullah bersabda : “Tiga golongan yang shalatnya tidak akan melebihi

  sejengkal diatas kepalanya, yaitu seorang laki-laki yang mengimami shalat suatu kaum, tetapi kaum itu sendiri tidak senang kepadanya, seorang wanita yang semalaman tidur sendirian sedang suaminya marah kepadanya, dan dua orang yang saling bermusuhan” (hadis riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

  Hadis-hadis tersebut memperlihatkan sejauh mana secara operasional seorang istri harus melayani suami dengan sebaik-baiknya. Banyak istri mengabaikan kewajiban ini, bahkan membalik-balikkan kewajiban ini dengan sunat bahkan dengan hal yang haram. Sebagai contoh banyak istri-istri yang berdandan rapi bila akan pergi keluar rumah tetapi jarang istri-istri yang berdandan rapi untuk suami di rumah. Aturan melayani suami sebaik-baiknya ini juga mempunyai arti bahwa istri tidak boleh mendorong

  

atau memciptakan kondisi lingkungan sehingga suami melakukan tindakan yang dilarang

oleh Allah. Selain tidak memberikan pelayanan baik pada suami, kadang-kadang seorang istri

  dapat mendorong atau memciptakan kondisi suami untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Tindakan, omongan atau kebiasaan istri yang tidak baik dapat menjurus pada perbuatan tersebut. Mungkin tindakan, omongan atau kebiasaan tersebut tidak disadari oleh istri. Berikut ini diuraikan beberapa contoh tentang hal tersebut.

  Contoh pertama

  Banyak istri-istri yang membuat suasana sedemikian rupa hingga suami harus melakukan sesuatu yang pada dasarnya sama sekali tidak dikehendaki suami. Banyak suami terpaksa menahan diri pada hubungan seksual berulang kali karena istri menolak dengan alasan capek, banyak pekerjaan dan sebagainya. Kejadian-kejadian tersebut tidak terlalu mengganggu kerukunan keluarga bila dilakukan sekali dua kali tetapi akan sangat berbahaya bila sering dilakukan. Akumulasi potensi masalah akan terjadi. Potensi masalah dapat terwujud menjadi masalah batas kesabarannya, maka tidak menutup kemungkinan suami mulai melepas tanggung jawab terhadap keluarganya. Pelepasan tanggung jawab tersebut berlangsung sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi suatu kebiasaan yang sulit dihilangkan. Pada khasus yang sangat ekstrim kejadian tersebut dapat mendorong suami berbuat hal-hal yang dilarang Allah.

  Contoh kedua

  Seorang istri sangat menginginkan memakai perhiasan. Didorong keinginan yang sangat besar untuk memiliki barang tersebut, seorang istri sering sekali menghayalkan, membicarakan, menceriterakan bahkan membandingkan dirinya dengan orang lain tentang pemakain barang tersebut. Kejadian tersebut sering diulang-ulang terus dihadapan suaminya atau pada kesempatan berbicara dengan orang lain bersama suaminya. Kondisi ini benar-benar mendorong suami untuk membeli barang tersebut. Bila suami mempunyai uang cukup, tidak akan menimbulkan dampak negatif. Bila tidak memiliki uang yang cukup dan tidak adanya kesempatan kerja tambahan, akan dapat mendorong suami mencari uang dengan cara yang dilarang Allah.

  Contoh ketiga

  Perbedaan adat atau kebiasaan dari keluarga suami maupun istri selalu ada. Ada kebiasaan- kebiasaan yang dianggap baik, ada pula kebiasaan-kebiasaan yang dianggap kurang baik atau buruk dilihat dari sisi keluarga yang berlainan. Tidak sedikit seorang istri yang sering membicarakan, menceriterakan bahkan membandingkan dirinya dengan kebiasaan yang dianggap kurang baik dari keluarga suaminya. Kejadian tersebut sering diulang-ulang terus dihadapan suaminya atau pada kesempatan berbicara dengan orang lain bersama suaminya. Dalam kondisi sehat dan tenang, suami akan dapat memilah mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap kurang baik atau buruk. Bahkan pada kondisi yang baik suami dapat menjelaskannya pada istrinya. Masalahnya akan sangat berbeda bila suami pada kondisi kurang sehat, lelah (lemah fisiknya) atau dalam kondisi yang penuh beban pekerjaan. Dalam kondisi seperti itu suami dapat melakukan tindakan-tindakan diluar kontrolnya, mungkin berbicara kasar atau marah dengan keluarganya, mungkin berbicara kasar atau marah dengan istrinya. atau keluarga istrinya. Bila hal tersebut dilakukan pada keluarganya atau keluarga istrinya yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, maka akan berdampak buruk berkepanjangan.

  Masih banyak contoh-contoh lainnya. Minimal dari tiga contoh tersebut di atas dapat dimengerti bahwa kadang-kadang seorang istri tidak melayani suami dengan baik tetapi malah menjerumuskan suami kedalam neraka. Rasulullah saw. memberi petunjuk agar istri melakukan hal-hal yang baik dan membuat suaminya terhindar dari neraka dalam hadis berikut. Dari Abdullah bin Amr bin Ash, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : “Dunia ini adalah perhiasan; dan perhiasan yang terbaik didunia ini ialah istri yang membantu suaminya dalam urusan akhiratnya” (hadis riwayat Ruzain). Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa istri yang paling baik adalah istri yang dapat membantu suaminya terhindar dari api neraka.

1.3. Tidak Boleh Membicarakan Rahasia Suami.

  Larangan membuka rahasia suami ini dengan jelas dituangkan dalam Al-Quran surat Annisa ayat 34 yang sebagian artinya sebagai berikut :”….. Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah

  

lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)

…….”. Selain itu diterangkan juga dalam hadis berikut : "Bahwasanya dari sebesar-besar marah

disisi Allah pada hari Qiamat, ialah seorang laki-laki menerangkan rahasia kepada istrinya dan

  

begitu pula istri kepada suami, kemudian (suami-istri) menyiarkan rahasia itu". (hadis riwayat

  Muslim) Istri adalah pakaian suami sedangkan suami juga pakaian istri. Rahasia istri adalah rahasia suami, rahasia suami juga rahasia istri. Karena terlalu mudahnya untuk memahami perintah kewajiban ini, maka penulis tidak membahasnya lebih lanjut. Diharapkan hal ini telah dapat diamalkan para pembaca dengan benar.

  1.4. Menutup Aurat.

  Kewajiban menutup aurat istri ini diuraikan pada manual manusia, Al-Quran surat 24 ayat 31 yang artinya sebagai berikut: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

  

menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka

menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah

mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan

mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-

putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-

putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-

wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak

mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat

wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung". Pada ayat tersebut jelas-jelas dikatakan batasan-batasan kepada siapa aurat harus

  ditutup. Karena sangat jelasnya, tidak perlu diuraikan lebih lanjut. Dengan pemahaman yang mudah tersebut diharapkan dapat dilaksanakan dengan benar.

  1.5. Batasan Akhir Dari Semua Kewajiban Istri Pada Suami.

  Batasan umum dari kewajiban istri pada suami dinyatakan dengan larangan istri bepergian dan berpuasa tanpa seizin suami. Batasan tersebut diharapkan dapat menerangkan dan meyakinkan semua istri sampai sejauh mana kewajiban-kewajibannya harus dilakukan. Bisa dibayangkan berapa besar kepercayaan Allah yang diberikan kepada suami atas istri, sampai-sampai Allah sendiri melarang seorang istri berpuasa tanpa seizin suami. Sabda Rasulullah "Tidak boleh perempuan menolak (permintaan) suami untuk bercampur walaupun dia

  

berada di atas pelana unta. Dan tidak boleh perempuan berpuasa seharipun kecuali dengan izin

suaminya. Apabila dia tetap menjalankan, berdosa dia dan tidak diterima puasanya". (hadis

  riwayat Baihaqi dari Ibnu Umar r.a.). Kiranya para istri dapat merenungkan hadis diatas, Allah yang Maha Kuasa tidak menerima puasa seseorang istri sebelum mendapat izin dari suaminya. Betapa besar wewenang seorang suami yang diberikan oleh Allah. Allah tidak mau melangkahi wewenang suami, apalagi seorang istri, benar-benar tidak boleh melangkahi wewenang suaminya. Hendaknya aturan dan batasan ini ditelaah benar-benar oleh para istri agar benar-benar dapat menghayati bagaimana mereka harus menjalankan kewajiban-kewajibannya terhadap suaminya.

2. Mengapa Beberapa Kewajiban Sering Diabaikan Istri ?.

  Diantara kewajiban-kewajiban istri terhadap suami yang telah dijelaskan di atas terdapat beberapa hal yang sering diabaikan istri, yaitu tidak patuh dan tidak taat kepada suami serta

  

tidak melayani suami dengan baik. Didalam kewajiban tersebut terdapat hal penting yang benar-benar harus diperhatikan para istri, yaitu para istri berkewajiban menjadi kepala rumah tangga sesuai hadis berikut. Perempuan (istri) itu adalah pemimpin di rumah suaminya dan

  

nanti bakal ditanya tentang kepemimpinannya itu serta tentang harta suaminya. (hadis riwayat

Bukhori dan Muslim).

  Dalam kewajiban itu dapat digolongkan menjadi 2 hal yang agak berbeda, yaitu kewajiban yang bersifat reaktif pada suaminya dan kewajiban yang bersifat aktif. Hampir semua kewajiban istri terhadap suaminya bersifat reaktif kecuali kewajiban sebagai pemimpin rumah. Agar dapat menjadi pemimpin rumah dengan baik perlu dipahami dan dihayati beberapa hal dasar yang sangat penting, antara lain tentang :

  1. Penghayatan pentingnya wawasan kedepan

  2. Penghayatan suatu pengambilan keputusan yang harus dipertimbangkan matang-matang secara rasional (bukan hanya sekedar berdasarkan emosional saja). Penjelasan-penjelasan itu diuraikan dalam subbagian-subbagian berikutnya. Diabaikannya kewajiban istri terhadap suaminya disebabkan oleh banyak faktor diantaranya karena :

  1. Istri mempunyai persepsi yang keliru tentang prioritas kewajiban yang harus dilakukannya terhadap suaminya. Tata nilai perkawinan budaya barat yang mengutamakan saling memahami, saling musyawarah, saling toleransi, saling…., saling....dsb., dan mengutamakan persamaan hak; menggeser kewajiban-kewajiban istri terhadap suami.

  2. Istri tidak mengerti aturan manual manusia (Al-Quran dan Hadis) mengenai kewajibannya terhadap suaminya.

  3. Istri mempunyai gaya perilaku yang cenderung mendominasi atau komplain.

  4. Istri mempunyai status sosial atau pendidikan atau kekayaan yang lebih tinggi dibanding suaminya.

  5. Istri relatif malas, pesimis atau tidak memiliki semangat berusaha. Kesemuanya itu dapat dikurangi dengan memahami hal-hal berikut ini.

3. Beberapa Petunjuk Praktis Agar Istri Tidak Lalai Menjalankan Kewajiban Terhadap Suaminya

  Pada zaman modern sekarang ini, tidak perlu dibuat kiat usaha agar suami-istri menjalankan kewajiban bersamanya. Budaya modern telah dengan sendirinya mendorong dilakukannya kewajiban bersama suami-istri. Kenyataan menunjukkan bahwa kewajiban bersama telah bergulir dengan baik pada keluarga menengah ke atas, bahkan kadang-kadang mendahului kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami. Sebab tertinggalnya penghayatan dan pengamalan kewajiban sendiri-sendiri, yaitu kewajiban suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami pada zaman modern sekarang ini dijelaskan dengan rinci dari hasil suatu penelitian (lihat penjelasan dari tulisan terdahulu).

  Telah diketahui, ada beberapa wanita atau istri yang telah mengetahui hal tersebut tetapi merasa pesimis, malas atau tidak bersemangat untuk melakukan perubahan. Timbul keraguan; dapatkah mengubah kebiasaan yang sudah sekian lama dilakukannya ?. Ada rasa malas dalam diri istri; mengapa mesti repot, kita lakukan kebiasaan kita sajalah, mengapa kita mesti mikir panjang- panjang, gimana nantilah. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dibuat kiat-kiat usaha agar istri benar-benar dapat melaksanakan kewajiban terhadap suaminya. Rangkaian tulisan dalam bagian ini diarahkan untuk membantu istri agar dapat melaksanakan kewajibannya terhadap suaminya

  Usaha-usaha operasional untuk mengamalkan kewajiban-kewajiban istri terhadap suami disajikan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut:

  1. Menjelaskan beberapa kendala pelaksanaan.

  2. Menjelaskan beberapa petunjuk praktis pelaksanaan. Penjelasan-penjelasan itu perlu dipahami istri atau calon istri terutama untuk melaksanakan fungsinya menjadi kepala rumah.

3.1. Kendala Pelaksanaan Dan Blunder Keluarga "Modern".

  Pada subbagian ini dijelaskan beberapa kendala pelaksanaan biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dijelaskan pula adanya blunder yang terjadi akibat kesalahan persepsi keluarga "modern" saat ini. Kesalahan persepsi tentang cara utama untuk mencapai kerukunan keluarga.

  3.1.1. Beberapa Kendala Pelaksanaan.

  Telah dijelaskan penerapan filosofi pandangan yang benar dalam melakukan usaha. Teori mengatakan demikian tetapi pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala operasionalnya antara lain:

  1. Banyak istri yang memang dengan sengaja tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi-potensi problem. Inipun berdampak kurang positif dalam menjalankan kewajiban sebagai pemimpin rumah.

  2. Pada saat istri menemui problem sebenarnya, tidak ada lagi kesempatan untuk belajar. Pada kondisi seperti itu relatip sulit mencari guru atau orang-orang yang bisa mengajarinya. Masih banyak kendala belum sempat dijelaskan di atas. Begitu banyaknya kendala dan kadang- kadang saling mengkait datang dari faktor luar dan dalam istri. Faktor dalam banyak dilandasi dengan unsur malas dan masa bodoh, sedang faktor luar lebih banyak disebabkan oleh lingkungan dan pendidikan.

  Sulit merumuskan operasional secara umum dan tepat. Rumusan tentang usaha agar seorang istri dapat menjalankan kewajibannya terhadap suami dengan baik, harus dilihat kasus demi kasus. Kasus satu berbeda rumusannya dengan kasus lainnya. Latar belakang istri satu berbeda rumusannya dengan latar belakang lainnya.

  3.1.2. Blunder keluarga " modern" .

  Keluarga "modern" atau keluarga menengah ke atas di Indonesia saat ini sudah cukup maju pendidikannya. Banyak informasi dan ilmu telah dikuasainya. Banyak perempuan mempelajari ilmu fisika, matematika, kimia, teknik, bahasa, kenegaraan, hukum, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya.

  Untuk mengerti dan memahami ilmu-ilmu modern tersebut memerlukan waktu sangat banyak. Hampir sebagian besar waktu belajar perempuan dicurahkan pada ilmu-ilmu tersebut. Kadang- kadang lupa mempelajari ilmu-ilmu yang telah digariskan dalam manual manusia. Seakan-akan hanya ilmu-ilmu modern saja yang sanggup memberi pegangan hidup dimasa-masa yang akan datang.

  Kondisi tersebut mendorong perempuan-perempuan memiliki tata nilai baru. Agar dapat mengikuti kompetisi modern yang semakin ketat, perempuan harus mempersiapkan diri sebagai profesionalis murni. Dengan segala kemampuan, mempersiapkan diri sebagai ahli fisika, ahli matematika, ahli bumi, ahli kimia, ahli bangunan, ahli teknik, ahli bahasa, ahli kesehatan, ahli ekonomi dan lain sebagainya. Secara tidak sadar, persiapan menjadi istri yang baik dilakukan dengan cara mengikuti aliran "bagaimana nanti", bukan mengikuti aliran " nanti bagaimana". Blunder besar tersebut telah terjadi. Ilmu pengetahuan modern bukan dijadikan sebagai karunia tambahan, sebagai bekal untuk menjadi istri dan warga masyarakat yang baik. Ilmu pengetahuan dan keterampilan modern dijadikan sebagai penggeser fungsi istri; istri berubah menjadi tenaga profesional murni. Lebih celaka lagi bila perempuan-perempuan tidak bisa menalar ilmu pengetahuan modern tersebut secara luas dan bijaksana. Penjelasan tentang kemungkinan besar adanya blunder pada keluarga "modern" ini bukan

  

mengarah pada larangan perempuan-perempuan mempelajari dan mempraktekan ilmu-ilmu

modern tersebut. Penjelasan ini dimaksudkan agar perempuan-perempuan ingat, kembali pada

  tugas utamanya yang sangat mulia disamping mengerjakan hal-hal yang telah diuraikan di atas.

3.2. Beberapa Petunjuk Praktis Pelaksanaan.

  Pelaksanaan petunjuk praktis ini merupakan manivestasi dari usaha yang telah diterangkan diatas. Petunjuk praktis ini berpengaruh besar sekali, bahkan sangat mendorong pelaksanaan kewajiban istri terhadap suami secara benar. Dilakukannya petunjuk-petunjuk praktis ini membuat istri ringan dalam menjalankan kewajiban terhadap suaminya. Besar kemungkinan akan menghasilkan reflek-reflek istri yang mengarah pada pelaksanaan kewajibannya terhadap suaminya.

  Kasus dan latar belakang istri menyebabkan rumusan petunjuk praktis yang berbeda-beda. Banyak himpunan rumusan agar istri dapat menjalankan kewajiban terhadap suaminya. Dalam hal ini penulis mencoba mencari "intersection" himpunan rumusan tersebut. Diharapkan "intersection" himpunan tersebut dapat memberi petunjuk praktis secara umum. Petunjuk praktis secara umum tersebut berisi antara lain berupa:

  1. Persiapan sebelum menjadi istri.

  2. Kebiasaan-kebiasaan baik minimal yang perlu dilakukan istri.

  3. Beberapa latihan agar istri melakukan kebiasaan-kebiasaan baik minimal.

  4. Beberapa latihan agar istri tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan jelek untuk mendukung pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan baik minimal.

3.2.1. Persiapan Sebelum Menjadi Istri.

  Beberapa hal penting perlu dipersiapkan seorang colon istri sebelum menjadi istri. Persiapan tersebut dimaksudkan agar besok menjadi istri yang dapat melaksanakan kewajibannya terhadap suaminya. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

  1. Mempelajari dengan lengkap dan benar manual manusia (Al-Quran dan hadis) mengenai kewajiban istri terhadap suami.

  2. Meyakini dan meresapi ajaran manual manusia (Al-Quran dan hadis) mengenai kewajiban istri terhadap suami.

  3. Meyakini dan meresapi bahwa seorang istri harus mengetahui tentang dasar-dasar agama, pendidikan, kesehatan, seksual, psikologi, keuangan, keindahan dan beberapa ilmu modern pendukung rumah tangga. Ilmu tersebut merupakan ilmu utama untuk diterapkan dalam berkeluarga. Seorang istri harus mempelajari ilmu-ilmu tersebut.

  4. Meyakini dan meresapi bahwa ilmu dan keterampilan lain (fisika, kimia, teknik dsb.) yang diperoleh dari sekolah atau universitas merupakan karunia tambahan, sebagai bekal untuk menjadi istri dan warga masyarakat yang baik. Meyakini dan meresapi bahwa ilmu dan keterampilan lain tersebut bukan untuk mengubah status kewanitaan menjadi tenaga profesional murni sepanjang masa.

  5. Meyakini dan meresapi bahwa ilmu dan keterampilan lain (fisika, kimia, teknik dsb.) yang diperoleh dari sekolah atau universitas merupakan bekal dasar untuk mempelajari fenomena- fenomena baru disegala bidang, termasuk bidang berkeluarga. Bekal dasar tersebut dapat dimodifikasi menjadi apa saja untuk diterapkan disegala bidang, termasuk bidang berkeluarga.

  6. Menghayati dan melaksanakan pandangan yang berorientasi kedepan dengan melakukan latihan-latihan kewanitaan antara lain memasak, mengatur interior rumah, mengatur keuangan dan sebagainya. Nomer 1 dan 2 merupakan hal normatif yang mau tidak mau harus dilakukan seorang calon istri muslim.

3.2.2. Kebiasaan-Kebiasaan Baik Perlu Dilakukan Oleh Istri.

  Seorang istri perlu melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat melancarkan pelaksanaan kewajiban istri terhadap suami. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain:

  1. Melakukan hal-hal yang telah dijelaskan pada persiapan sebelum menjadi istri. Bila ternyata belum pernah melakukan persiapan tersebut ikuti pepatah berikut : "lebih baik terlambat melakulan dari pada tidak sama sekali".

  2. Meyakini dan menghayati bahwa segala kewajiban yang dilakukan untuk suami bukan ditujukan agar mendapat imbalan dari suami tetapi semata-mata hanya mencari ridla Allah.

  3. Meyakini dan menghayati bahwa istri kadang-kadang berstatus sebagai murid atau anak buah suami. Dalam hal seperti ini, istri harus menjadi murid atau anak buah yang baik.

  4. Meyakini dan menghayati bahwa teguran, peringatan dan pelajaran suami merupakan ilmu baru yang sangat bermanfaat untuk dipelajari. Meyakini dan menghayati bahwa informasi suami lebih dipercaya dibandingkan dengan informasi orang lain.

  5. Dapat menahan diri untuk tidak banyak menuntut suami. "....................Seorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya........................" (QS. 2:233).

  6. Menghindari pembicaraan tentang hal-hal yang menyangkut masalah perbandingan hasil kerja suami dengan orang lain, baik dengan suami atau dengan orang lain.

  7. Meyakini dan menghayati bahwa istri adalah manager rumah tangga, bukan pembantu rumah tangga sebagai manager rumah tangga. Sebuah hadis riwayat Ibnu Sinna dari Abu Hurairah mengatakan: "Setiap wanita keturunan Adam adalah pemimpin. Maka orang lelaki (suami) sebagai pemimpin keluarga, sedang wanita (istri) sebagai pemimpin rumah tangga".

  8. Bila kegiatan istri telah padat, diwajibkan untuk membuat rangking prioritas sehingga diketahui dengan pasti kegiatan mana yang perlu didahulukan dan kegiatan mana saja yang tidak perlu dilakukan. Analisa prioritas tersebut harus memperhitungkan faktor-faktor penting dengan bobot yang tinggi. Faktor-faktor penting tersebut antara lain:  Mengurangi nilai taat dan patuh terhadap suami, sebagai implementasi dari Al-Quran surat 4 ayat 34 dan beberapa hadis.  Menjadi terganggunya pelayanan terhadap suami (terutama pelayanan seksual), sebagai implementasi dari hadis-hadis yang telah dijelaskan.  Menjadi terbongkarnya rahasia suami, sebagai implementasi dari hadis Muslim tentang rahasia suami-istri  Membuat terbukanya aurat istri, sebagai implementasi dari Al-Quran surat 24 ayat 31 Ingat, Allah memberi contoh memperhitungkan segala sesuatu dalam Al-Quran surat 4 ayat

  86 yang artinya sebagai berikut: Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).

  Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. Untuk memperjelas uraian tersebut,

  dibuat suatu contoh analisa prioritas dalam sebuah matrik. Langkah-langkah pembuatan matrik beserta evaluasinya dijelaskan pada diagram alur (lihat Gambar). Disarankan para istri untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah disebutkan dan diuraikan di atas secara konsisten. Perlu dijelaskan bahwa nomer 5 dan 6 merupakan salah satu wujud usaha untuk menunjang agar istri lebih baik menjadi pemimpin rumah. Bila istri belum sanggup atau belum bisa melakukan kebiasaan-kebiasaan baik tersebut di atas, diharapkan istri mau melakukan latihan-latihan secara bertahap. Banyak latihan-latihan yang harus dikerjakan. Dalam hal ini hanya dijelaskan beberapa latihan awal minimal yang sangat sederhana. Penjelasannya diuraikan sebagai berikut.

  3.2.3. Beberapa Latihan Agar Istri Melakukan Kebiasaan-Kebiasaan Baik.

  Agar istri dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan baik terutama yang disebutkab pada nomer 3, 4, 5 dan 6 diatas, dapat ditempuh dengan cara melakukan latihan-latihan sederhana. Salah satu latihan tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pertama kali, istri harus meyakini bahwa hal-hal tersebut di atas dapat, dapat, dapat dan dapat dilakukannya.

  2. Tahap kedua, istri harus memperbanyak belajar tentang manual manusia dan sering mengingat Allah (ini merupakan hal normatif bagi seorang istri muslim).

  3. Tahap ketiga, membiasakan diri untuk berterima kasih kepada suami bila diberi nafkah lahir batin.

  4. Tahap keempat, istri harus berlatih mendengarkan suami memberi nasehat atau petunjuk, tidak memberi bantahan apapun hingga suami selesai memberi nasehat atau petunjuk.

  5. Tahap kelima, istri harus berlatih menerima kenyataan dan bersyukur pada kenyataan tersebut. Untuk menunjang agar istri dapat memimpin rumah lebih baik disarankan melakukan latihan sebagai berikut :

  1. Istri harus berlatih agar dapat membedakan antara keinginan, kebutuhan dan kewajiban.

  2. Istri berlatih menerapkan analisa prioritas kebutuhan seperti yang telah diterangkan di atas. Dengan latihan simpel tersebut mudah-mudahan dapat membantu keberhasilan istri dalam melaksanakan kewajibannya terhadap suami. Tulisan ini tidak menguraikan latihan-latihan lebih detil tetapi hanya menyajikan latihan yang sangat sederhana saja. Bila latihan diatas telah berhasil, dipersilahkan untuk membuat topik latihan-latihan selanjutnya yang dapat menunjang pelaksanaan kewajiban istri terhadap suami lebih baik lagi.

  3.2.4. Beberapa Latihan Agar Istri Tidak Melakukan Kebiasaan-Kebiasaan Jelek.

  Usaha melakukan kebiasaan-kebiasaan baik, harus disertai dengan usaha menjauhi kebiasaan- kebiasaan jelek. Agar istri menghindari kebiasaan-kebiasaan jelek, perlu dilakukan latihan- latihan sederhana, antara lain: 1. Meyakini benar bahwa usaha yang dilakukan untuk menjauhi kebiasaan jelek akan berhasil.

  2. Melatih menggunakan teknik komunikasi atau bahasa yang baik kepada suami, usahakan memperbanyak kalimat berita dan hindari sejauh mungkin kalimat-kalimat perintah dan

  3. Melatih mendengar suami berbicara, sampai apa yang dimaksud dalam pembicaraan tersebut selesai disampaikan. Melatih menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan suami. Mudah-mudahan dengan sedikit latihan sederhana tersebut secara tidak langsung dapat membantu istri menjalankan kewajibannya terhadap suami. Dalam tulisan ini tidak menguraikan latihan-latihan lebih lengkap, lebih panjang dan lebih detil tetapi hanya menyajikan latihan yang sangat sederhana saja. Bahan latihan terlalu banyak akan menyebabkan kesulitan menjalankannya.

4. Mengapa Istri Harus Melakukan Latihan-Latihan ? Selain beberapa kebiasaan harus dilakukan, latihan-latihan harus dilakukan juga oleh istri.

  Latihan dapat mendekatkan istri untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang harus dijalankan. Latihan yang telah dijelaskan di atas sebagian besar bertujuan untuk meningkatkan pelayanan istri terhadap suaminya.

  Beberapa pertanyaan mungkin timbul baik dikalangan para istri maupun para suami, mengapa istri harus bersusah payah melaksanakan latihan ?, mengapa harus membuang energy dan melatih emosi ?. Semua itu merupakan usaha yang tidak efisien. Tidak sebanding antara usaha dan hasil yang didapat, ………..karena kami memang tidak memerlukannya. Sebagian orang berpendapat hal tersebut tidak perlu dilakukan, dengan kondisi seperti yang biasa dilakukan saja sudah cukup, kalau ada pertengkaran sedikit-sedikit,………. itu sudah wajar.

  Pendapat tersebut tidak salah tetapi kurang tepat. Kurang tepat pada pasangan suami-istri yang relatif muda atau setengah umur. Penulis tidak akan membahas pasangan suami istri yang telah berusia lanjut, karena latihan tersebut hanya efisien untuk pasangan relatif muda atau setengah umur.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menjelaskan dari dua sisi, yaitu : 1. Peningkatan kualitas berkeluarga baik di dunia maupun di akherat.

  2. Menghindari penurunan kerukunan keluarga akibat menurunnya ketahanan suami.

  3. Kedua sisi tersebut dijelaskan dalam uraian berikut.

4.1. Peningkatan Kualitas Berkeluarga

  Peningkatan kualitas berkeluarga baik untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan di akherat harus selalu diusahakan sesuai amanat berikut : “hari esok lebih baik dari hari ini”. Amanat tersebut mewajibkan manusia untuk berusaha memperbaiki diri, bila kita tidak berusaha memperbaiki diri atau menganggap hari kemaren sekarang dan esok sama saja, maka kita dapat digolongkan sebagai orang yang rugi. Perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan selalu mendorong roda kegiatan keluarga sehingga berputar kearah kualitas yang lebih baik. Roda kegiatan keluarga berputar mulai dari merencana kegiatan keluarga atau menentukan tujuan keluarga, kemudian melaksanakan kegiatan keluarga sesuai rencana, kemudian mengevaluasi pelaksanaan kegiatan keluarga, kemudian kembali lagi merencana kegiatan keluarga, kemudian melaksanakannya lagi, ……demikian seterusnya. Kegiatan-kegiatan tersebut selalu berputar tidak pernah berhenti dan diharapkan menuju pada kualitas yang lebih baik.

  Aturan manual manusia (Al-Quran dan hadis) menjelaskan bahwa kualitas keluarga semakin baik bila semakin menuju pada keselamatan dan kebahagiaan dunia hingga di akherat serta akherat serta dijauhkan dari api neraka hanya ditunjukkan dalam manual manusia. Meskipun ada beberapa keluarga mengaku bahagia tetapi masih perlu dipertanyakan apakah kebahagiaan itu

  

akan abadi setelah mati. Tidak seorangpun bisa menjawab karena hal ini sangat bersifat pribadi;

  hanya keluarga yang bersangkutanlah yang tahu persis jawabannya, yaitu : “saya sudah membina keluarga mengikuti aturan manual manusia (Al-Quran dan Hadis) secara lengkap atau belum”.

4.2. Mengantisipasi Menurunnya Ketahanan Suami.

  Dalam hal ini minimal penulis mengamati ada lima faktor penting yang mempengaruhi ketahanan suami dalam mengatasi cobaan-cobaan kesetiaannya terhadap istri, yaitu :

  1. Keindahan, misalnya keindahan wajah, keindahan tubuh, suasana romantis dan lain sebagainya.

  2. Ketahanan fisik, misalnya ketahanan bekerja, ingatan, pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya.

  3. Keterhindaran terhadap problem, misalnya problem keuangan, problem waktu, dan lain sebagainya

4. Pemenuhan kebutuhan sexual.

  5. Kesabaran dan kematangan berfikir. Faktor keindahan dapat dipastikan akan menurun terhadap usia, semakin tua akan semakin menurun, mungkin hal tersebut akan kelihatan jelas mulai usia empat puluhan. Biasanya suasana romantispun akan berkurang dengan bertambahnya usia perkawinan. Penurunan keindahan wajah istri dan suasana romantis dengan sendirinya akan mengurangi daya rekat kesetiaan suami terhadap istri. Penurunan ketahanan fisik akan menurunkan ketahanan terhadap cobaan fisik. Penurunan ketahanan cobaan fisik suami tidak secara langsung menurunkan daya tahan kesetiaan terhadap istri tetapi secara tidak langsung akan mempengaruhinya. Misalnya, kondisi fisik suami yang semakin lemah dapat membuat suami menuntut tambahan pelayanan dari istrinya. Peningkatan tuntutan suami terhadap istri yang tidak diimbangi dengan peningkatan layanan istri terhadap suami dapat menurunkan daya rekat kesetiaan suami terhadap istrinya.

  Peningkatan problem keluarga akan menyedot konsentrasi suami. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut akan mengurangi perhatian suami terhadap istrinya. Pengurangan curahan perhatian tersebut akan mengurangi keromantisan bercinta, pada gilirannya akan mengurangi daya rekat kesetiaan suami terhadap istrinya.

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46