METODE KONTRASEPSI SEDERHANA DENGAN ALAT

KELOMPOK 2 :

METODE
KONTRASEPSI
SEDERHANA
DENGAN ALAT

KELAS : IIB D III

Dosen Pembimbing :
Dewi Meiliasari SKM, M.Kes

Elvi Kurnianti
2.
Maya Lestari
3. Nariyanti Desiani
4.
Nur Esa
5. Putri Intan Nurul H
6.
Rohima Fitriani

7.
Utari Elfri Elsa
8. Yustika Roriana
1.

DEFINISI KELUARGA BERENCANA
  Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
untuk mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan,
mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak dalam
keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri ( Hanafi. 2003. hlm 879 ).
Kontrasepsi adalah  upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara dapat pula bersifat
permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 905). Banyak metode
kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika
digunakan secara tepat.  Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah :
kondom (pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya
progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi,
diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi.

                
Kontrasepsi Sederhana dengan Alat adalah suatu upaya
mencegah /mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel
telur dengan sperma dengan menggunakan metode-metode
yang  membutuhkan alat  sederhana yang  tidak memerlukan obatobatan.

METODE KB SEDERHANA DENGAN ALAT

Metode
Barier
pada Pria
(Kondom)

Metode
Barier
Wanita
(IntraVaginal)

1. METODE BARIER PADA PRIA (KONDOM)
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastic
(vinil), atau bahan alami (produksi alami) yang dipasang pada
penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir
tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk
seperti putting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada
kondom baik untuk menaikkan efektivitasnya (misalnya
penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas
seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna,
pelumas, ketebalan, dan bahan.
Kondom tidak hanya menghalangi masuknya spermatozoa ke
dalam traktus genitalia interna wanita, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS.  Kira-kira 1 cm dari ujung kondom dibiarkan
kosong untuk menampung air mani yang keluar, kondom
mencegah agar air mani tidak masuk ke dalam rahim. Setelah
mengalami ejakulasi tetapi sebelum ereksi sama sekali hilang,
pria yang memakainya harus menekan pinggir kondom KB pada
penisnya agar air mani yang tertampung tidak tumpah dari
Kondom.
Pada

setiap
kali
sanggama
harus
menggunakan kondom yang baru.

Macam-macam Kondom :
1)    Kulit
Dibuat dari membran usus biri biri
(caecum),
tidak
meregang
atau
mengkerut, menjalarkan panas tubuh
sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama sanggama namun
lebih mahal.
2)    Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis.
3)    Plastik

Sangat tipis, menghantarkan panas
tubuh namun lebih mahal dari kondom
lateks
Kemasan kondom  harus kedap udara
karena udara dapat merusak karet.
Demikian pula dengan panas dan
cahaya, yang bila disertai adanya

a. Indikasi

Semua pasangan usia
subur yang ingin
berhubungan sekual
dan belum
menginginkan
kehamilan. Selain itu,
untuk perlindungan
maksimum terhadap
infeksi menular
seksual (IMS)

(Puspitasari, 2009).

b. Kontra Indikasi

1)    Absolut
a.    Pria dengan ereksi yang
tidak baik
b.    Riwayat syok septic
c.    Tidak bertanggung
jawab secara sexual
d.    Interupsi sexual
foreplay menghalangi minat
sexual
e.    Alergi terhadap karet
atau lubrikan pada partner
sexual
2)    Relatif
Interupsi foreplay yang
mengganggu ekspresi
sexual


c. Efektifitas
 Kondom cukup relative bila dipakai
secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada
beberapa pasangan, pemakaian
kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit
angka kegagalan kondom yaitu 2
-12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun.
Sebab-sebab kegagalan :
1)    Memakai kondom yang sudah
bocor.
2)    Kondom robek waktu coitus.
3)    Semen tertumpah melalui leher
kondom.
4)    Kondom tertinggal di dalam
vagina oleh karena penis baru

dikeluarkan setelah kendor.
5)    Tidak memakai kondom sejak
permulaan.
6)    Hanya memakai kondom bila
istri disangka berada dalam masa
subur.

d. Keuntungan
Keuntungan sebagai alat kontrasepsi :
1)  Efektif bila digunakan dengan benar
2)  Tidak mengganggu kesehatan klien.
3)  Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
4)  Murah dan dapat dibeli secara umum.
5)  Mudah dipakai
6)  Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus.
7)  Metode kontrasepsi sementara bila metode
kontrasepsi lainnya harus ditunda
 
Keuntungansebagai alat non kontrasepsi.
1)  Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.

2)  Dapat mencegah penularan IMS.
3)  Mencegah ejakulasi dini.
4)  Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada
serviks).
5)  Saling berinteraksi sesama pasangan.
Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut
akan diperoleh, jika kondom dipakai secara
benar dan konsisten pada setiap sanggama,
karena umumnya kegagalan yang timbul
disebabkan pemakaian yang tidak benar,
tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hatihati.

e. Kekurangan
1)    Efektifitas tidak terlalu
tinggi.
2)    Cara penggunaan sangat
mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
3)    Agak mengganggu

hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung).
4)    Pada beberapa klien bisa
menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
5)    Harus selalu tersedia
setiap kali berhubungan
seksual.
6)    Beberapa klien malu untuk
membeli kondom ditempat
umum.
7)    Pembuangan kondom
bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah

f. Efek Samping

1)    Keluhan utama dari
akseptor adalah
berkurangnya sensitivitas

glans penis.
2)    Alergi terhadap karet

g. Cara Pemakaian
1.    Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
2.    Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida dalam
kondom.
3.    Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan
4.    Pasang kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans
penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan
gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal
penis. Pemasangan ini harus dilakukan penetrasi penis ke vagina.
5.    Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka pada saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6.    Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7.    Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut dan melepaskan
kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar
vagina.
8.    Gunakan kondom hanya satu kali pakai
9.    Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
10. Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan disimpan
di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi
rusak atau robek saat digunakan.
11. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh atau kusut.

2. METODE BARIER PADA WANITA (INTRAVAGINAL)
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan
spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
1)    Mencegah kehamilan
2)    Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1)    Angka kegagalan relatif tinggi.
2)    Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara
untuk memasang alatnya.
3)    Perlu dipakai secara konsisten, hati hati, selalu pada
setiap sanggama.

MACAM MACAM BARIER
PADA WANITA
Diafragma (Diaphrag
ma)

Kap Serviks (Cervical
cap)

Spons (Sponge)

Kondom Wanita

1)    DIAFRAGMA (TANGKUP VAGINA)
Diafragma terbuat dari lateks atau karet
dengan cincin yang fleksibel dengan
bentuk seperti topi yang menutupi mulut
rahim. Diafragma diletakkan posterior dari
simfisis pubis sehingga serviks (leher
rahim) tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau
lebih sebelum melakukan sanggama. Bila
sanggama dilakukan berulang kali pada
saat yang sama, maka perlu ditambahkan
spermisid setiap sebelum sanggama
berikutnya.  Diafragma tidak boleh
dikeluarkan selama 6-8 jam setelah
sanggama selesai, pembilasan (douching)
tidak diperkenankan, diafragma dapat
dibiarkan didalam vagina selama 24 jam
setelah sanggama selesai, lebih lama dari
itu kemungkinan dapat timbul
infeksi.          

a. Cara Kerja
1.  Mencegah masuknya sperma
melalui kanalis servikalis ke uterus
dan saluran telur (tuba falopi)
2.  Sebagai alat untuk
menempatkan spermisida.

b. Indikasi
1)    Tidak menyukai metode
kontrasepsi hormonal, seperti
perokok, atau di atas usia 35
tahun.
2)    Tidak menyukai penggunaan
akdr.
3)    Menyusui dan perlu
kontrasepsi
4)    Memerlukan proteksi terhadap
IMS
5)    Memerlukan metode
sederhana sambil menunggu
metode yang lain.

c. Kontra Indikasi
1)    Kelainan anatomis dari vagina,
serviks dan uterus : 
Prolapsus uteri, cystocele/rectocele
yang besar, retroversi atau anteflexi
uterus yang berlebihan, septum vagina.
2)    Infeksi traktus urinarius yang
berulang ulang
3)    Alergi terhadap latex atau
spermisid
4)    Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic
Shock Syndrome)
5)    Nyeri pelvis/nyeri introitus yang
sementara oleh sebab apapun (PID,
Herpes, baru mengalami episiotomi,
introitus yang sangat sempit/ketat)
6)    Postpartumn (bayi aterm) 6-12
minggu
7)    Ketidakmampuan calon akseptor
atau pasangannya untuk mempelajari
dan melaksanakan teknik insersi yang
benar.
 

d. Keefektifitas
Tingkat kegagalan 6 -16 kehamilan per
100 perempuan per tahun pertama,
bila tidak digunakan
dengan spermisida.

e. Kelebihan
1)    Efektif bila digunakan dengan
benar.
2)    Tidak mengganggu produksi ASI.
3)    Tidak mengganggu kesehatan
klien.
4)    Tidak mengganggu hubungan
seksual karena telah dipersiapkan
sebelumnya.
5)    Dapat dipakai selama haid
Kelebihan non kontrasepsi:
1)    Memberikan perlindungan
terhadap penyakit menular seksual.
2)    Kemungkinan mempunyai efek
perlindungan terhadap timbulnya
displasia cervical

f. Kekurangan

1)        Memerlukan tingkat
motivasi yang tinggi dari
pemakai
2)        Wanita perlu
memegang/manipulasi
genitalia nya sendiri
3) Menjadi mahal bila sering
dipakai, disebabkan oleh
biaya untuk spermisidnya.
4)        Insersi relatif sukar
5)        Pada kasus tertentu,
dapat terasa oleh suami saat
senggama
6)     Beberapa wanita
mengeluh kebasahan yang
disebabkan oleh
spermisidnya 

g. Efek Samping
Efek samping yang serius
umumnya tidak ada, bilamana
diafragma dipakai sebagaimana
semestinya. Kadang kadang reaksi
alergi dan iritasi vagina, infeksi.
Sebab sebab kegagalan :
1)      Ketidaktauan cara
pemasangan yang benar
2)      Ukuran diafragma tidak tepat
3)      Terjadinya perubahan letak
diafragma selama sanggama
4)      Adanya cacat/kerusakan
pada diafragma
      Perlu diperhatikan :
      Jika ada kemungkinan terjadi
sindrom syok keracunan, rujuk
segera pasien  ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap. Apabila terjadi panas
lebih dari 38 derajat Celcius maka
berikan rehidrasi per oral dan
analgesi.

h. Cara Pemakaian
1)        Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan
seksual.
2)        Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
3)        Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan
mengisi diafragma dengan air atau melihat menembus
cahaya)
4)     Oleskan sedikit spermisida krim atau jelly pada cap
diafragma (untuk memudahkan pemasangan tambahkan
krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya)
5)        Posisi saat pemasangan diafragma:
a)       Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
b)       Sambil berbaring
c)       Sambil jongkok
6)      Lebarkan kedua bibir vagina
7)      Masukkan diafragma kedalam vagina jauh ke belakang,
dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
8)  Masukkan jari kedalam vagina sampai menentuh serviks,
sarungkan karetnya dan periksa serviks telah telindungi.
9)    Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum
berhubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung
diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida di
dalam vagina. Diafragma berada dalam vagina paling tidak 6
jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan
tinggalkan diafragma lebih dari 24 jam sebelum diangkat.
10)  Mengangkat dan mencabut diafragma dengan
menggunakan jari telunjuk dan tengah.
11)  Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan
kembali di tempatnya.

2) KAP SERVIKS (SERVICAL CAP )
Suatu alat kontrasepsi yang hanya
menutupi serviks saja.  Dibandingkan
dengan diafragma, kap serviks lebih
dalam/tinggi kubahnya tetapi
diameternya lebih kecil, umumnya lebih
kaku, menutupi serviks karena hisapan
(suction), bukan karena pegas.  Zaman
dahulu kap serviks terbuat dari
logam/plastik, sekarang yang banyak
adalah dari karet.
Syarat pemakaian kap serviks :
1.    Serviks harus dapat dicapai
2.    Serviks cukup panjang untuk
menahan kap
3.    Serviks tidak luka

a. Cara Kerja

Cervical caps akan menutupi
pembukaan serviks sehingga
menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus& tuba falopii) dan
sebagai alat tempat
spermisida senjata sperma
tambahan untuk membunuh
sperma-sperma yang tidak
tertahan pada kaps serviks
b. Indikasi

Cervical caps dapat digunakan
untuk wanita atau pasangan
yang ingin menunda untuk
mempunyai anak.

c. Kontra Indikasi

1.    Bentuk serviks yang
abnormal (ukuran, posisi)
2.    Postpartum 6-12 minggu
3.    Radang serviks (cervicitis)
yang kronis, infeksi adneksa
atau neoplasma serviks
4.    Otot vagina yang
sensitive, erosi atau laserasi
serviks
5.    Perdarahan pada vagina,
termasuk ketika sedang
menstruasi
6.    Riwayat TSS, Riwayat PID,
atau alergi dengan karet atau
spermiside 

d. Keefektifitas
Pada 100 wanita yang menggunakan
metode ini selama satu tahun, terdapat
sebanyak 7 orang yang hamil.

e. Kelebihan
1.    Dapat digunakan selama menyusui.
2.    Efektif, meskipun tanpa spermiside,
bila dibiarkan di serviks untuk waktu >
24 jam, pemberian spermiside sebelum
bersenggama menambah
efektifitasnya.
3.    Tidak terasa oleh suami pada saat
sanggama.
4.    Dapat dipakai oleh wanita sekalipun
ada kelainan anatomis/fungsional dari
vagina misalnya sistokel, rektokel,
prolapsus uteri, tonus otot vagina
yang kurang baik.
5.    Jarang terlepas selama sanggama.

f. Kekurangan
1.    Angka kegagalan tinggi
2.    Peningkatan risiko
infeksi (cervisitis, cystitis)
3.    Membutuhkan evaluasi dari
tenaga kesehatan
4.    Ketidaknyamanan ketika
pemakaian, penggunaannya cukup
sulit.
5.  Ukuran cervical caps yang
digunakan sewaktu-waktu harus
diubah tergantung pada kehamilan,
abortus/keguguran, operasi pelvic
atau perubahan berat badan.
6.    Tidak boleh digunakan pada
wanita yang sedang menstruasi.
7.    Beberapa wanita merasa nyeri
dan pasangannya merasa tidak
nyaman.
8.    Tidak dapat mencegah
penyebaran IMS (infeksi menular
seksual), HIV AIDS

g. Efek Samping

1.     Timbulnya sekret yan
sangat berbau bila kap
serviks dibiarkan terlalu
lama didalam vagina.
2.     Menyebabkan iritasi
pada daerah vagina,
serviks karena kontak
yang terlalu lama dengan
karet (kap) dan spermiside
nya.
3.     Menyebabkan infeksi
pada saluran kemih.
4.  Berisiko terjadi Toxic
Shock Syndrom (TSS). Hal
ini terjadi jika pemakaian
cervical caps dilakukan
pada saat menstruasi.
5.     Bertambahnya
abnormalitas serviks yang

h. Cara Pemakaian
1.    Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap
serviks adalah mencuci tangan. Pemakai memasukkan kap
serviks saat seksualitasnya bangkit dan sebelum melakukan
hubungan seksual.
2. Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks
dengan spermisida. Pisahkan labia dengan kedua tangan.
Tangan yang lain menjangkau sekeliling pinggiran kap diantara
ibu jari dengan jari telunjuk.
3.   Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang
dinding vagina sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa
dilakukan dengan cara berdiri, mengangkat satu kaki ke atas,
posisi jongkok, berbaring.
4.    Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan
pinggiran kap di sekitar serviks sampai serviks sudah tertutup
dengan kap tersebut. Periksa posisi kap
 dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa
serviks sudah tertutupi.
5.    Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.
6.    Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam
setelah ejakulasi intravagina terakhir untuk memastikan bahwa
sperma yang tertinggal di dalam
 vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
7.    Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan
dalam kurun waktu 48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan,
lalu bersihkan kap dengan sabun dan  air hangat dan dianginanginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat
 digunakan kembali.
8.    Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama
2 tahun, tapi harus diperiksa secara teratur untuk memastikan
apakah ada lubang, atau bocor. Bila terjadi kerusakan pada kap,
maka pemakai diinstruksikan untuk segera  menggantinya

3) SPONGE (SPONS)
Spon merupakan sejenis alat berbentuk
busa yang cara kerja dengan cara
dimasukkan ke dalam vagina beberapa
jam sebelum melakukan hubungan intim,
dan biarkan didalam vagina selama 30
jam sesudah berhubungan. Spon yang
dimasukkan ke dalam vagina bekerja
dengan cara melepaskan zat pembunuh
sperma (spermicide) saat berada dalam
kondisi lembab karena air, dan
ditempatkan diatas serviks.
Dampak buruknya dengan menggunakan
spon sebagai alat kontrasepsi adalah
tidak dapat mencegah penyakit seksual
yang menular. Tak hanya itu spon ini
dapat menyebabkan iritasi vagina dan
membuat pengguna alat kontrasepsi jenis
spon menjadi rentan terhadap mikroba.

4) KONDOM WANITA
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan
Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin
polyurethane yang lentur berbentuk diafragma
yang terdapat pada masing-masing ujung dari
suatu selubung lunak polyurethane yang
longgar. Sebelum dipasang, biasanya
ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom,
Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru  ini
juga dipasarkan  kondom wanita yang terbuat
dari bahan lateks (seperti kondom pria) sehingga
tidak menimbulkan suara berisik saat dipakai.
Dipasarkan dengan brand Reddy, V Amour, dan
Sutra. Pengujian secara in vitro menunjukkan
kondom wanita impermeabel terdapat HIV,
sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom
wanita adalah karena pada kondom pria dan
diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak
menutupi daerah perineum sehingga masih ada
kemungkinan penyebaran mikroorganisme
penyebaran PHS.

Kondom wanita yang telah tersedia saat ini :
1.  Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17 cm, dengan 2
cincin polyuretnane lentur pada masing-masing ujungnya,
insersi alat ini seperti insersi diafgrama.
2.    Women’s Choice Female Condomme = Condomme
Bentuknya seperti kondom pria, dengan ujung-dalam yang
lebih tebal yang berada pada bagian atas vagina, dan
suatu cincin-luar yang menutupi labia, condomme terbuat
dari lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom pria
agar supaya lebih kuat, insersi Condomme dilakukan
dengan suatu aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
3.    Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu celanadalam lateks dengan suatu kantong-tergulung yang “builtin” dan  berada tepat pada mulut vagina, Sebelum
sanggama, wanita mendorong kantong tersebut kedalam
vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum dan genitalia
eksterna, sehingga dapat memberikan perlindungan
maksimal terhadap PHS.

Cara Pemakaian

Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan
cincin tertutup berada di bawah simfisis. Cincin-dalam
dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu
dipasang tepat menutupi serviks karena akan terdorong
keatas selama sanggama ; cincin-luar menutupi labia
dan dasar dari penis, keatas selama sanggama, cincinluar menutupi labia dan dasar dari penis.

THANK YOU FOR YOUR ATTENTION 
THANK YOU FOR YOUR ATTENTION 