BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepar - Gambaran Histologis Hepar Mencit Jantan (Mus musculus L) Strain DDW Setelah Dipajankan Asap Rokok Elektrik Dengan Rasa Gudang Garam Dan Strawberry
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepar
Hepar berupa organ lunak yang lentur dan memiliki permukaan superior yang cembung. Hepar terletak di bawah diafragma dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus (Prince & Wilson, 2005). Hepar berada di bagian kanan atas rongga abdomen dan merupakan organ terbesar dalam tubuh (Corwin, 2009). Hepar terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Lobus kanan hepar lebih besar daripada lobus kirinya dan memiliki bagian utama: lobus kanan atas, lobus kuadatus, yang memisahkan lobus kanan dan lobus kiri adalah ligament falsiform (Sloane, 2009).
Hepar termasuk organ intestinal terbesar dan terberat antara 1200-1600 gram atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar rongga kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks (Hirmawan, 1973). Hepar dilapisi oleh peritonium kecuali pada bagian area yang terbuka. Hepar terdiri dari banyak unit fungsional (Moffat & Omar, 2004). Hepar tersusun atas sel-sel parenkim dan mesenkim, sistem saluran biliaris, pembuluh darah dan limfa, saraf serta matriks ekstraseluler yang merupakan pembentuk sel-sel parenkim hepar adalah sel hepatosit. Sel-sel hepatosit ini berbentuk poligonal dengan enam sisi atau lebih (Gunawan, 2012). Dalam hepar terdapat tiga jenis jaringan yang penting yaitu sel parenkim hepar, susunan pembuluh darah, dan saluran empedu. Ketiga jaringan ini saling berhubungan erat, sehinga kerusakan satu jaringan dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan yang lainnya (Hirmawan, 1973). Secara makroskopis di dalam hepar manusia terdapat 50.000-100.000 lobulus. Setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hepar berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di antara lembaran sel hepar terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik (sel kupffer) yang merupakan sistem retikuloendotelial dan berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing di dalam tubuh. Jadi hepar merupakan salah satu organ utama pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan organ toksik (Prince & Wilson, 2005).
Berikut ini adalah gambaran struktur hepar:
Hepar Vena hepar Lobus kanan
Diafragma Lobus kiri Arteri hepar Membawa darah segar dari hepar
Vena porta Membawa darah segar dari usus Empedu
Gambar 2.1 Struktur anatomi hepar (Netter, 1995)2.2 Struktur Hepar
Hepar dibungkus oleh sebuah kapsul fibroelastik yang disebut kapsul Glisson dan secara makroskopis dipisahkan menjadi lobulus kiri dan kanan. Kapsul Glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf. Kedua lobulus hepar tersusun oleh unit-unit yang lebih kecil disebut lobulus. Lobulus terdiri atas sel-sel hepar (hepatosit), yang menyatu dalam suatu lempeng. Hepatosit dianggap sebagai unit fungsional hepar. Sel-sel hepar dapat melakukan pembelahan sel dan mudah dibentuk kembali mengganti jaringan yang rusak (Corwin, 2009).
Parenkim atau sel-sel hepar (hepatosit) tersusun dalam rangkaian lempengan-lempeng lembaran bercabang-cabang dan beranastomosis membentuk labirin atau mirip karet busa, dengan diantaranya terdapat ruangan sinusoid. Lempeng-lempeng ini secara radial bermula dari tepi lobulus klasik menuju vena sentralis sebagai pusatnya (Davis et al., 1990).
Gambar 2.2 Skema Lobulus Hepar, Asini Hepar, dan Lobulus Porta. Lobulushepar terdiri dari vena sentralis (CV) dan dibatasi oleh garis yang menghubungkan celah porta (PS). Romawi I,II dan III adalah pembagian zona asinus hepar (Jimena, 2001).
Struktur gambaran hepar dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Cabang arteri hepar Lobus Hepar Vena porta hepar Celah porta
Vena sentral Lempengan hepar Sinusoid
Gambar 2.2.1 Struktur gambaran histologi hepar (Bowen, 2003).
2.3 Fungsi Hepar
Menurut Sibuea et al., (1992), hepar terletak di tempat yang strategis diantara vena porta dan vena cava inferior. Semua darah yang datang dari vena-vena usus halus yang penuh dengan bahan-bahan makanan dan juga kadang-kadang mengandung bahan-bahan toksik, semua darah yang berasal dari vena-vena kolon yang sering berisi toksin yang dibentuk oleh bakteri-bakteri kolon dan bahkan kadang-kadang berisi bakteri-bakteri yang sudah mati maupun yang masih hidup. Fungsi hepar yaitu: a.
Membersihkan darah sebelum zat-zat toksin tersebut mencapai organ-organ tubuh yang peka misalnya otak. Fungsi ini disebut detoksifikasi. Sebagian zat toksik oleh hepar diubah menjadi zat yang tidak toksik, sebagian zat tersebut terutama dengan zat-zat dengan molekul yang besar difagositosis oleh sel-sel
kupffer .
b.
Mengolah serta menyimpan bahan makanan. Karbohidrat yang diabsorbsi sebagai glukosa disimpan dalam hepar sebagai glikogen. Glukosa diepaskan sesuai dengan kebutuhan. Pada penyakit hepar yang berat glikogen tidak dibentuk dan timbul hipoglikemia yang dapat menyebankan kehilangan kesadaran dan kematian.
c.
Fungsi sintesa, terutama untuk membuat protein-protein khusus. Semua albumin dalam tubuh dibuat dalam hepar. Pada penyakit hepar yang berat pembentukan albumin berkurang. Protein lain atau satu kelompok protein yang hanya dibentuk dalam hepar ialah protein-protein yang berhubungan dengan sistem pembekuan darah. Pada proses peradangan di dalam organ- organ tubuh yang lain, hepar membuat fibrinogen lebih banyak seperti diketahui hal ini akan meninggalkan konsentrasi fibrinogen kedalam darah, dengan akibat peninggian laju endap darah (LED). Akan tetapi pada penyakit hepar yang berat, produksi fibrinogen akan terhenti. Hal ini menyebabkan LED yang rendah sekalipun sudah mengalami penyakit yang berat dan lebih penting lagi ialah darah tidak dapat membeku, sehingga pendarahan terjadi di daerah manapun juga tidak akan terhenti.
Menurut Mansyur (2002), hepar memiliki berbagai fungsi penting yang berhubungan dengan makromolekul, pembentukan dan penyimpanan energi, katabolisme, dan pembuangan zat-zat toksik dan hasil-hasil sampah metabolisme. Parenkim hepar terdiri atas tiga jenis sel utama hepatosit, sel epitel empedu, dan sel kupffer tetapi hepatosit merupakan 80% massa total hepar. Dari analisis fungsi spesifik hepar dan kekacauannya, dapat ditegakkan prinsip-prinsip umum tertentu yaitu: a.
Karena hepar memegang peranan penting pada peristiwa metabolisme umum, disfungsi akut atau kronik hepar sering mengakibatkan gangguan biokimia.
b.
Hepar mempunyai banyak kapasitas cadangan, sehingga disfungsi yang sedikit atau sedang tidak dapat digambarkan dengan perubahan parameter metabolisme tertentu, misalnya test fungsi hepar berdasarkan biosintesis atau aktivitas metabolisme nilainya terbatas.
c.
Beberapa fungsi hepar lebih sensitif terhadap cidera dari fungsi pada fungsi lainnya, sehingga cidera hepar dapat atau tidak dapat ditunjukkan oleh test-test tertentu.
d.
Herpar melakukan banyak fungsi, oleh sebab itu tidak ada satu test pun yang merupakan ukuran efektif total fungsi hepar. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan banyak fungsi biokimia dan metabolisme yang dimiliki organ ini. Selain merupakan organ parenkim yang paling besar, hepar juga menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan dan ragam fungsi. Hepar sangat berperan penting mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah hepar memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya membutuhkan 10-20% jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan mensekresikan sekitar 500-1000 ml empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air 97%, elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutama listerin), kolestrol, garam organik, dan pigmen empedu terutama bilirubin terkonjugasi (Price & Wilson, 2005).
2.4 Toksikologi dan Kerusakan Hepar
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan (adverse effect) dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan antara berbagi efek potensial merugikan serta terdapatnya beraneka ragam bahan kimia dilingkungan kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas, sedangkan toksikologi lingkungan umumnya merupakan suatu studi tentang efek daripolutan terhadap lingkungan hidup serta bagaimana hal ini dapat mempengaruhi ekosistem. Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap toxicity hazard, risk, dan safety. Hazard suatu zat kimia berarti kemungkinan zat kimia tersebut menimbulkan cedera, hazard dapat diterjemahkan sebagai bahaya dalam bahasa Indonesia. Hazard berbeda pengertiannya dengan toxicity (toksisitas), yang berarti “deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis suatu zat kimia”. Hazard dapat berbeda tergantung cara pemaparan zat kimia tersebut. Zat x dalam bentuk cair misalnya akan lebih berbahaya (hazardous) daripada bentuk granul karena lebih mudah menempel di kulit dan diserap. Suatu zat kimia dalam bentuk gas akan menimbulkan hazard lebih besar daripada bentuk cair, karena dapat menyebar luas di udara dan mengenai banyak orang sekaligus. Namun bila gas disimpan dalam tangki dengan baik atau dalam kamar sejuk, maka hazard akan lebih kecil. Hal ini tertutama tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Sedagkan semakin besarpemaparan terhadap zat kimia, semakin besar pula resiko keracunan. Resiko dapat dihitung dengan angka, antara lain dikenal sebagai
relative risk, attribute risk, dan sebagainya (Kusnoputranto, 1996).
Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, tergantung dari berbagai minat dan keperluan pengelompokannya. Sebagai contoh, bahan toksik dapat diklasifikasikan sesuai dengan organ targetnya (hepar, ginjal, sistem hematopoietik), berdasarkan penggunaannya (pestisida, solven/pelarut, aditif makanan), berdasarkan efeknya (kanker, mutasi, dan kerusakan hepar), berdasarkan sumbernya (toksin tumbuhan, toksin hewan). Bahan-bahan toksik juga dapat diklasifikasikan menurut keadaan fisiknya (gas, debu, cair), keperluan labelnya (mudah meledak, mudah terbakar, oksidier) kandungan kimianya (aromatic amine, arhalogenated hydrocarbon). Klasifikasi bahan toksis berdasarkan mekanisme biokimiawinya (sulfhydril inhibitor, produser methemoglobin) biasanya lebih informatif dibandingkan dengan klasifikasi menurut terminologi umum seperti iritan dan korosif.
Hepar dapat berhubungan mudah melalui vena porta, zat yang diserap dari lambung, usus dan ginjal karena fungsi ekskresinya berhubungan erat sekali dengan darah dan zat yang terdapat di dalamnnya (Jill, 1999). Hepar dapat mengalami beberapa jenis kerusakan, seperti sirosis, nekrosis, steatosis, dan hepatitis. Sirosis ialah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang disfus di hepar. Jaringan hepar normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa keras serta pita-pita fibrosa yang mengerut dan mengelilingi hepatosit. Penyebabnya adalah infeksi, misalnya hepatitis, obstruksi saluran empedu di kanalikulus, pecahnya kanalikulus, dan cedera hepatosit akibat toksin (Corwin, 2009).
Nekrosis ialah kerusakan sel hati yang ditandai dengan tampaknya fragmen sel, atau sel hepar nekrotik tanpa pulasan inti atau tidak tampaknya sel disertai reaksi radang, kolaps, atau bendungan rangka hepar dengan eritrosit. Kelainan ini adalah lanjutan dari degenerasi dan kerusakan irreversible (Hirmawan, 1973). Ada dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah pencernaan oleh enzim, dan denaturasi oleh protein (Lu, 1994). Kerusakan hepar lainnya yaitu statosis merupakan perlemakan hepar yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak atau lipid dalam hepar dan hepatisis merupakan peradangan hepar yang disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol. Hepatitis merupakan penyakit yang dapat menular (Corwin, 2009).
2.5 Rokok
Rokok adalah penyebab utama kematian yang bisa dicegah dalam masyarakat kita. Lebih dari satu dari setiap enam kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh merokok, lebih dari 390.000 kematian per tahun. Rokok tembakau merupakan penyebab 30% kematian karena kanker setiap tahunnya, termasuk 85% dari semua kematian akibat kanker paru. Merokok saat ini dianggap menjadi penyebab yang sangat memungkinkan dari penyebab kegagalan kehamilan, meningkatnya kematian bayi, penyakit lambung dan ulkus. Asap rokok juga berinteraksi dengan berbagai bahan di tempat kerja dan dengan alkohol yang akan meningkatkan resiko kanker. Terdapat lebih dari 4000 jenis senyawa yang terdapat dalam asap rokok, banyak diantaranya telah terbukti bersifat racun atau menimbulkan kanker serta terjadinya mutasi. Sebanyak 43 zat karsinogen telah diidentifikasi, termasuk di antaranya nitrosmines, benzo (a) pyrene, dan zinc.
Karbon monosakarida, nitrogen oksida, dan pertikulat juga termasuk bahan-bahan beracun yang terkandung dalam asap rokok (Kusnoputranto, 1996).
Orang yang menghirup udara yang mengandung asap rokok yang dihasilkan oleh perokok disebut perokok pasif. Walaupun kadar toksiknya lebih rendah karena pengenceran (dilusi) di udara di sekitarnya, pengaruhnya terhadap kesehatan sudah diketahui. Asap rokok pasif ini digolongkan sebagai karsinogen kelas A (human carsinogen) (Kusnoputranto, 1996). Perokok pasif yang sering disebut sebagai environtmental tobacco smoker (ETS) akan menghisap asap rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif. Hal ini sering terjadi di dalam ruangan tertutup seperti di dalam gedung bioskop, ruangan kantor, dan tempat yang berada di dalam lingkungan perokok. Termasuk dalam kelompok pasif, adalah janin dalam kandungan ibu perokok, anak dari orang tua perokok. Asap rokok merupakan acrosol heterogen dari pembakaran tembakau dan pembungkusnya (Tjandra, 2001 dalam Christyaningish et al, 2003).
2.5.1 Pengetian Rokok Elektrik Rokok elektrik adalah rokok yang beroperasi menggunakan tenaga baterai.
Namun tidak membakar tembakau seperti produk rokok biasa. Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru pemakai. Rokok elektrik menggunakan kepingan pintar/cerdas dan sensor aerodinamis untuk mengendalikan asap yang dihasilkan dan terdapat cairan berberat jenis rendah yang digunakan untuk memproduksi uap dan aroma melalui transmisi penyalur super mikro yang berbentuk saluran kecil berongga (Jefrey, 2010).
2.5.2 Kandungan Rokok Elektrik
Rokok elektrik memiliki kandungan toksin dalam jumlah yang banyak yang sebetulnya isi keseluruhan dari rokok ini adalah zat nikotin yang bervariasi, yaitu nikotin pelarut, propilen glikol, dietilen glikol, dan gliseren yang apabila dipanaskan akan menyebabkan munculnya penyakit kanker. Adapun kandungan nikotin sebesar 6 mg, kandungan tersebut merupakan kandungan di dalamnya tertinggi dalam satu refill, konsumsi 1 pc cartridge sekitar 150 hisapan, atau setara dengan 10 batang rokok tembakau. Terdapat beberapa rasa yang terkandung di dalamnya seperti Marlboro, Sampoerna, Mild, Gudang Garam, Jarum, Djisamsoe, Coffee, Chocolate, Lemon, Nanas, Strawberry, Pisang, Vanila, Clove Mint , dan Orange (Joel, 2011).
Merokok tanpa api Rokok elektrik menghasilkan asap dengan kandungan toksik lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional
Sensor mendeteksi ketika Pemanas perokok merokok Lampu LED menyala
Mikroprosesor ketika perokok menyalakan rokok Baterai Cartridge
Gambar 2.5.2 Rokok Elektrik (Sumber: www.tokonabil.com )Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak dihasilkan oleh bahan kimia, kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Terjadi atau tidaknya respons toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi pemaparan, dan daya tahan sistem biologis dari subjek. Dengan demikian, untuk dapat mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan toksisitas dari suatu bahan kimia tertentu perlu diketahui informasi mengenai bahan kimia itu sendiri, pemaparannya, dan subjek (Kusnoputranto, 1996).