A. Landasan Teori 1. Kemiskinan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian -

  pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini.

A. Landasan Teori 1. Kemiskinan

  Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

  Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak.

  Kemiskinan bersifat multidimensial, yang artinya kebutuhan manusia itu tidak terbatas dan beragam, sehingga kemiskinan memiliki banyak aspek, diantaranya aspek primer dan aspek sekunder. Miskin akan asset, organisosial politik, dan pengetahuan serta ketrampilan merupakan aspek primer, dan sedangkan aspek sekunder yaitu berupa miskin terhadap jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi merupakan kemiskinan yang dilihat dari kebijakan umum. Masyarakat miskin selalu berada pada kondisi ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu ketidakmampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha produktif, menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi, menentukan nasibnya sendiri dan senantiasa mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta selalu mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.

  Ciri-ciri masyarakat miskin menurut Fernandez (Arsyad,2010:300) yaitu sebagai berikut: a.

  Aspek politik yaitu aspek yang tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka.

  b.

  Aspek sosial yaitu mulai tersingkirnya dari institusi utama masyarakat yang ada.

  c.

  Aspek ekonomi yaitu rendahnya kualitas SDM, termasuk kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada rendahnya penghasilan, dan rendahnya kepemilikan atas asset fisik, termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penernagan. d.

  Aspek budaya atau nilai yaitu mulai terperangkap dalam budaya sehingga menyebabkan rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek dan mudah menyerah.

  Menurut Sen dalam Todaro dan Smith (2006:23) menyatakan bahwa tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau bahkan dari utilitasnya seperti pemahaman konvensional, yang paling penting bukanlah apa yang dimilki seseorang ataupun kepuasan yang ditimbulkan dari barang-barang tersebut, melainkan apakah yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan barang tersebut. Begitu dengan penduduk apakah yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan brang- barang yang ada.

  Kemiskinan menurut sebabnya terbagai menjadi 2 (dua) macam. Pertama adalah kemiskinan kultural atau alamiah yaitu yang disebakan oleh faktor-faktor adat atau kebudayaan suatu daerah yang membelenggu seseorang atau kelompok. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak dapat ikut menikmati sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Selain dua macam kemiskinan tersebut masih ada ukuran kemiskinan lainnya yang umum digunakan yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

  Menurut Todaro dan Smith (2006:67) kemiskinan absolut (absolute poverty) adalah konsep untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, dan perumahan agar dapat menjamin keberlangsungan hidupnya. Sedangkan kemiskinan relatif menurut Arsyad (2010:302) adalah kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, yakni dari lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan akan selalu ada karena konsep kemiskinan reltif yang bersifat dinamis. Sedangkan Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin bisa dilihat dari ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan bawah, semakin besar ketimpangan maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin.

  Dalam ukuran kemiskinan dikenal ukuran kesejahteraan dengan pendapatan per kapita dan garis kemiskinan. Tetapi terdapat ukuran- ukuran lain tentang angka kemiskinan yaitu headcount index, indeks kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan.

  a. ) Headcount index (HDI-P

  Presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan. Indeks ini dapat diukur dengan rumus :

  (Todaro dan Smith, 2006:243)

  Keterangan: P : Headcount index H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan N : total populasi b.

  Indeks kedalaman kemiskinan Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran oleh masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan disebut Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P ). Semakin tinggi nilai indeks, maka

  

1

semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

  Dalam menghitung indeks kedalaman kemiskinan dapat digunakan rumus sebagai berikut: ∑ ( )

  (Todaro dan Smith, 2006:246)

  Keterangan : P : Indeks Kedalaman kemiskinan

1 H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis

  kemiskinan Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i N : total populasi Yp : garis kemiskinan c. Indeks keparahan kemiskinan

  Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P )

  2

  memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpanagan pengeluaran di antara penduduk miskin. Dalam menghitung indeks ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :

  ∑ ( )

  (Todaro dan Smith, 2006:246)

  Keterangan : P : indeks keparahan kemiskinan

2 H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis

  kemiskinan N : total populasi Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i Yp : garis kemiskinan 2.

   Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan manusia adalah proses memperbesar pilihan orang.

  Tetapi perkembangan manusia juga merupakan tujuan, jadi itu adalah proses dan hasil. Pembangunan manusia menyiratkan bahwa orang harus mempengaruhi proses yang membentuk kehidupan mereka. Dalam semua ini, pertumbuhan ekonomi adalah sarana penting bagi pembangunan manusia, tetapi bukan akhirnya. (UNDP,2016:2).

  Indeks pembangunan manusia menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2017) adalah salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayah atau daerah. Cara bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh IPM. Mulai tahun1990

  IPM dikembangkan oleh UNDP dan secara berkala dipulikasikan dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Nilai IPM diukur berdasarkan 4 (empat) indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita disesuaikan.

  a.

  Angka Harapan Hidup- AHH (Life Expectancy) Badan Pusat Statistik (BPS:2017) mendefinisikan bahwa angka harapan hidup adalah lama perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka harapan hidup ini mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Angka harapan hidup ini dihitung dari hasil sensus dan survey kependudukan. Standar UNDP untuk angka harapan hidup ini besarnya adalah 20 < x > 85, yang berarti angka harapan hidup minimal adalah 20 tahun dan angka harapan hidup maksimal adalah 85 tahun.

  Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimensi kesehatan

  Sumber

  Dimana : I : indeks kesehtan

  kesehatan

  AHH : angka harapan hidup AHH : angka harapan hidup maksimal

  maks

  AHH : angka harapan hisup minimal

  min b.

  Angka Harapan Lama Sekolah-HLS (Expected Years of Schooling – )

  EYS

  Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada usia tertentu di masa mendatang disebut angka harapan lama sekolah. Angka harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 (tujuh) tahun keatas, guna mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dicapai oleh setiap anak yakni menggunakan angka harapan lama sekolah untuk mengetahuinya.

  Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  Sumber

  Dimana: HLS : harapan lama sekolah I : indeks harapan lama sekolah

  HLS

  HLS : harapan lama sekolah maksimal

  maks

  HLS : harapan lama sekolah minimal

  min c.

  Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling- MYS) Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal disebut rata-rata lama sekolah.

  Menghitung indikator ini dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh. Menurut

  UNDP standar minimal untuk rata-rata lama sekolaha adalah 0 (nol) tahun dan unntuk standar maksimal rata-rata lama sekolah adalah 15 (lima belas) tahun.

  Sumber

  Dimana : I : indeks rata-rata lama sekolah.

  RLS RLS : rata-rata lama sekolah.

  RLS : rata-rata lama sekolah maksimal.

  maks RLS : rata-rata lama sekolah minimal. min

  Dari kedua angka diperoleh indeks pendidikan dengan rumus yang dapat digunakan sebagai berikut: d.

  Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Pengeluaran perkapita yang disesuaikan menurut BPS (2017) ditentukan dari nilai per kapita dan peritas daya beli (Purcashing Power

  Parity- PPP), rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/ rill dengan tahun dasar.

  Dimensi pengeluaran :

  ) ( ) ( ( ) ) (

  Sumber

  Dimana :

  I : indeks pengeluaran

  pengeluaran

  In(pengeluaran ) : indeks pengeluaran maksimal

  maks

  In(pengeluaran ) : indeks pengeluaran minimal

  min

  Menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/Negara dapat menggunakan IPM. Peringkat ini menunjukkan keberhasilan suatu wilayah/ Negara dalam pembangunan manusia.

  Nilai minimum dan maksimum dibutuhkan masing-masing indikator untuk menghitung IPM. Pada tabel 2.1 disajikan nilai-nilai tersebut.

Tabel 2.1 nilai maksimum minimum Maksimum Minimum Indikator Satuan BPS UNDP BPS UNDP

  Tahun

  20

  20

  85

  85 Angka Harapan Hidup Saat Lahir Tahun

  18

  18 Angka Harapan Lama Sekolah Tahun

  15

  15 Rata-rata Lama Sekolah 100 1.007.43 107.721 26.572.352 (PPP ** 6* (PPP Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan

  U$) (Rp) U$) (Rp) Keterangan:

  • * Daya beli minimum adalah garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di

    Tolikara-Papua
    • Daya beli maksimum adalah nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Sumber

  IPM dapat dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  √ Sumber

  IPM antar wilayah dapat dikategorikan sesuai dengan capaian, melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, berikut ini:

  IPM < 60 : IPM rendah : IPM sedang 60 ≤ IPM < 70 : IPM tinggi 70 ≤ IPM < 80

  IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi Sumber

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Dalam suatu Negara nilai total suatu output yang dihasilkan dikenal dengan produk domestik bruto. Menurut Todaro dan Smith (2006:61) produk domestik bruto adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukkan oleh penduduk lokal maupun orang-orang dari Negara lain yang bermukim di Negara yang bersangkutan). Jadi seluruh nilai akhir yang dihasilkan oleh penduduk yang bertempat di suatu Negara merupakan produk domestik bruto negara tersebut. Sedangkan untuk nilai akhir dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah (regional) dalam satu tahun adalah produk domestik regional bruto.

  Produk domestik regional bruto menurut Arsyad (2010:20) yaitu jumlah nilai akhir dari barang dan jasa yang di hasilkan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa selama satu tahun.

  Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS) produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu wilayah.

  Dalam penyusunan PDRB terdapat 2 (dua) pendekatan yang digunakan yaitu berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran. Sedangkan PDRB disajikan dalam 2 (dua) versi penyajian yaitu berdasarkan harga yang berlaku berdasarkan harga konstan. Atas dasar harga yang berlaku adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun berjalan, sedangkan atas dasar harga konstan adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun tertentu atau tahun dasar tertentu (base year).

B. Penelitian Terdahulu

  Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu :

  1. Muhammad Saiful Mujab (2015) membahas tentang pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Hasil yang diperoleh menujukkan IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, dan PDRB mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Nilai R-squere yang diperoleh sebesar 0,989454 yang berarti sebesar 98,94 persen variabel kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisa sebesar 1,06 persen dijelaskan oleh variabel diluar model.

  2. Rahmawati Faturrohmin (2011) membahas tentang pengaruh PDRB, harapan hidup, dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB, Harapan Hidup, dan Melek Huruf terhadap Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu PDRB, harapan hidup, dan melek huruf secara simultan berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tenga pada periode 2005-2009. Variabel independen dalam model ini mampu menjelaskan variasinya dari variabel dependen sebesar 96,32 persen.

  Sedangkan sebesar 2,68 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian.

  Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka terdapat masalah yang sama yang akan diteliti oleh peneliti yaitu masalah kemiskinan, dari 2 (dua) penelitian terdahulu menunjukan hasil penelitian, pertama IPM dan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dan jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, kedua PDRB, harapan hidup, dan melek huruf secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

C. Kerangka Berfikir

  Menurut Sugiono (2015:388) kerangka berfikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

1. Pengaruh IPM terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

  Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayah dapat diketahui melalui indeks pembangunan manusia. Bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh

  IPM. Di dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan.

  Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang penduduknya tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(P ), indeks kedalaman kemiskinan (P ), dan

  1 indeks keparahan kemiskinan (P ).

  2 Jika terjadi peningkatan IPM di Provinsi Jawa Tengah, maka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah akan menurun.

2. Pengaruh PDRB terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah

  Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah disebut produk domestik regional bruto. Dalam PDRB menggunakan 2 (dua) versi penilaian yaitu dengan menggunakan atas dasar harga yang berlaku dan menggunakan penilaian atas dasar harga konstan.

  Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang penduduknya mengahsilkan produktivitas yang rendah dikarenakan tingkat produktivitas penduduknya rendah ini mengakibatkan nilai PDRB yang dihasilkan rendah, sehingga pemanfaatan sumber daya alam dan bahan produksi rendah maka pendapatan penduduk diwilayah tersebut juga rendah. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(P ), indeks kedalaman kemiskinan (P ), dan indeks keparahan kemiskinan (P ).

  1

  2 Jika terjadi peningkatan PDRB di Provinsi Jawa Tengah, maka akan terjadi penurunan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

3. Pengaruh IPM dan PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

  Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayah adalah IPM. Dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan. produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

  Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang memilki tingkat pembangunan yang rendah dan produk domestik regional bruto yang juga rendah hal ini dikarenakan pembangunan manusia yang tidak berhasil sehingga bayak sumber daya alam dan produksi yang tidak dimanfaatkan secara efektif dan efisien .

  Jika IPM dan PDRB meningkat di Provinsi jawa Tengah, maka kemiskinan di Jawa tengah akan menurun.

Gambar 2.1 kerangka berfikir Pengaruh IPM dan PDRB terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016

  X 1 (IPM)

  Y (Kemiskinan)

  X 2 (PDRB)

  Keterangan : Variabel dependen diberi notasi Y Variabel independen diberi notasi X X : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

  1 X : Produk Domestik regional Bruto (PDRB)

  2 Y : Kemiskinan

  : pengaruh variabel X terhadap Y D.

   Hipotesis penelitian

  Sugiono (2015:389) menyatakan bahwa hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan kerangka berfikir.

1. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan.

  2. Terdapat pengaruh yang signifikan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan.

  3. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 2 43

2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penyaluran Kredit dan Pendapatan Operasional terhadap Laba pada KSP Karya Cipta Mandiri di Dusun Banyudono Desa Gedong Kecamatan Banyubiru

1 1 25

1.1 Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penyaluran Kredit dan Pendapatan Operasional terhadap Laba pada KSP Karya Cipta Mandiri di Dusun Banyudono Desa Gedong Kecamatan Banyubiru

0 1 9

Dari output SPSS.24 dapat dihasilkan statistik deskriptif dengan masing-masing variabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Penyaluran Kredit dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba

0 0 10

BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Konsep Hasil Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 0 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 1 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran Umum Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Sarana Pembelajaran dan Partisipasi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kalangan Siswa SMPN 1 Getasan

0 0 16

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

0 0 10