BAB III PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

BAB III PEMBAHASAN 3.1. PROFIL BADAN HUKUM RUMAH SAKIT Dalam pembahasan ini akan dijelaskan profil mengenai gambaran umum dari

  masing-masing bentuk badan hukum Rumah Sakit yang terdiri dari YAKKUM (Rumah Sakit berbentuk Yayasan) dan Siloam (Rumah Sakit berbentuk Perseroan Terbatas).

  Selain itu dalam pembahasan ini akan membahas mengenai pengaturan bentuk badan hukum dari setiap bentuk Rumah Sakit dalam peraturan perundang-undangan serta karakteristik dari bentuk badan hukum berdasarkan pilihan hukumnya.

3.1.1. Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM)

  YAKKUM merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi penyembuhan (Healing Ministry) yang didirikan oleh Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah (GKI Jateng) pada tanggal 1 Februari 1950. Dalam perkembangannya GKJ wilayah Sumatra Selatan mandiri menjadi GKSBS yang kemudian berperan sebagai gereja pendukung YAKKUM.

  Sarana pelayanan gerejawi ini merupakan kalanjutan dari Jejasan Roemahsakit- roemahsakit Kristen di Djawa Tengah (JRSK), yang dirintis oleh Zending Gereja-Gereja Gereformeerde Belanda yang memulai misinya di Indonesia pada tahun 1899.

  Yayasan menurut pendapat yang sudah lazim dianut tidak mempunyai anggota, hanya mempunyai pengurus dan mungkin mempunyai sekelompok orang yang mendapat manfaat karena diberi bantuan atau sumbangan, seperti halnya dengan YAKKUM yang memiliki 12 rumah sakit (Intra Murral) yaitu Rumah Sakit Bthesda (Jogja), Rumah Sakit Bthesda Lempuyang Wangi (Jogja), Rumah Sakit Mardi Waluyo (Metro Lampung), Rumah Sakit Panti Waluyo (Surakarta), Rumah Sakit Panti Waluyo (Purworejo), Rumah Sakit Panti Wiloso Citarum (Semarang), Rumah Sakit Panti Wiloso Dr. Cipto (Semarang), Rumah Sakit Panti Rahayu (Purwodadi), Rumah Sakit Ngesti Waluyo (Temanggung), Rumah Sakit Emmanuel (Klampok) dan Rumah Sakit Sinar Kasih (Purwokerto), serta 3 klinik yang dipersiapkan untuk menjadi Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Yoga Darma (Magelang), Rumah Sakit Wisma Rukti (Kebumen) dan Rumah Sakit Bthesda Wonosari (Gunung Kidul), selain itu beberapa klinik yang tersebar di 3 Provinsi, memberikan manfaatnya bagi masyarakat pengguna jasa Rumah Sakit. Memberi Intra Murral untuk Rumah Sakit Waluyo Solo, Ekstra Murral untuk YAKKUM Craft, dan Pendidikan untuk AKPER Ngesti Waluyo. Memang tujuan Yayasan harus bersifat sosial dan idiil. Kata idiil dapat disamakan dengan “filantropis”. Tidak ada undang-undang yang menentukan bahwa Yayasan dilarang menjalankan “perusahaan”. Sebab perusahaan itu tidak identik dengan pengertian laba. Ada perusahaan yang tidak semata-mata ditujukan untuk memperoleh laba, seperti Yayasan yang mengusahakan Poliklinik atau Rumah Sakit. Oleh karena itu Yayasan sebaiknya tidak dikaitkan dengan adanya perusahan, tetapi dengan adanya maksud tidak bertujuan dengan ini perlu didefinisikan terlebih dahulu apa yang sebenarnya termasuk pengertian “perusahaan” atau berdijt. Undang-undang Hukum Dagang tidak memberikan definisi apa yang dimaksud dengan “perusahaan” akan tetapi kalau kita melihat dalam bidang perpajakan atau dalam bidang ekonomi, maka disitu perusahaan didefinikan sebagai “melakukan kegiatan dalam bidang ekonomi dan sosial, secara teratur dan terus menerus dengan maksud untuk mencari keuntungan”.

  Teratur artinya bahwa untuk mendapatkan laba itu ada suatu organisasi yang tersusun (artinya ada modal, ada tempat kerja, ada pabrik, ada pegawai, ada gudang, ada manajemen, ada pimpinan). Sedangkan badan sosial jika melakukan perusahaan tujuannya bukan mencari keuntungan, melainkan melaksanakan sesuatu yang “idiil” atau “filantropis” atau “amal”, walaupun tidak mustahil bahwa yayasan itu mendapatkan keuntungan.

  Visi YAKKUM dalam Anggaran Dasar adalah “Menjadi lembaga pelayanan yang secara proaktif mengusahakan kehidupan Manusia beserta lingkungannya yang sehat sejahtera sebagai bagian dari perwujudan karya penyelamatan Allah”, Sedangkan Misi YAKKUM adalah;

  1. Mewujudkan kehidupan manusia yang sehat sejahtera bagi semua lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, bangsa, agama dan kepercayaan, golongan, budaya, sosial-ekonomi, serta jenis kelamin.

2. Mewujudkan lingkungan hidup yang utuh dan sehat bagi kesejahteraan masyarakat.

3.1.2. Siloam

  Perseroan didirikan pada 3 Agustus 1996 dengan nama PT Sentralindo Wiraswasta yang bergerak di bidang layanan kesehatan. Dimulai dengan rumah sakit pertama di Lippo Village, Siloam Hospital berkembang secara inovatif dan menjadi pemimpin di bidangnya melalui model layanan klinis, (state-of-the-art

  

technology ), fasilitas yang berpusat pada pasien dan layanan klinik dan non-klinik

yang terintegrasi.

  Dalam tahap konsolidasi, yang berlangsung dari tahun 2007 hingga 2010,

  

Siloam Hospitals menghadirkan layanannya di empat kota besar, yaitu Tangerang

  (Lippo Village), Jakarta, Surabaya dan bekasi (Lippo Cikarang). Memasuki masak ekspansi setelah konsolidasi, sejak tahun 2011 Siloam Hospitals maju pesat dengan membangun enam rumah sakit dan mengakuisisi lima rumah sakit.

  Pada tanggal 12 September 2013, Perseroan yang telah berubah nama menjadi PT Siloam International Hospitals melakukan Intitial Public Offering (IPO) dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia sebagai PT Siloam International

  

Hospitals Tbk. Per tanggal 31 Desember 2012, menurut Frost dan Sullivan,

Siloam Hospitals Group adalah rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dalam

  jumlah kapasitas dan jumlah tempat tidur operasional.

  Selain dari itu jumlah rumah sakit, Siloam Hospitals juga menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang mendapat akreditasi international dari lembaga akreditasi Joint Commission International Accreditation (akreditasi telah dilakukan pada tahun 2007, 2010 dan 2013). Akreditasi menguatkan posisi Siloam

  Hospitals sebagai rumah sakit dengan layanan berstandar internasional.

  Pada akhir tahun 2013, Siloam Hospitals mengoperasikan 16 rumah sakit, dalam tahap membangun 21 rumah sakit (4-5 akan siap beroperasi di tahun 2014) dan merencanakan membangun 19-20 rumah sakit selama tahun 2015-2017. Adapun Visi dari Siloam Hospitals : a.

  Berkualiatas Internasional b.

  Mudah Dijangkau c. Skala Biaya Ekonomis d.

  Berbelas Kasih Ilahi Sedangkan Misinya adalah menjadi pilihan yang terpercaya dalam pelyanan kesehatan holistik, pendidikan dan riset kesehatan berkelas dunia.

3.2. PENGATURAN BADAN HUKUM RUMAH SAKIT DALAM TATA URUTAN

  PERUNDANG-UNDANGAN

  Dalam konsep Negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu Negara adalah berdasarkan atas hukum. Negara hukum merupakan substansi dasar dari kontrak sosial setiap Negara hukum.

1 Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaturan badan hukum Rumah Sakit berdasarkan teori stufenbau.

  Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pengertian tersebut sejalan dengan Pasal 28 Huruf H Ayat (1) Undang- 1 Hamidi Jazim (at. al), Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, Alumni, Malang, 2009, hal. 9. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan setiap warga Negara mempunyai hak atas pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

  Kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa, dan mempunyai peran penting dalam penyelesaian revolusi nasional dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan menjelaskan bahwa tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut-sertakan dalam usaha-usaha kesehatan Pemerintah.

  Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan kesehatan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.” Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

  Untuk meningkatkan mutu kesehatan dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 dijelaskan bahwa “Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta”. Rumah Sakit yang berbentuk swasta dalam hal ini adalah badan hukum yang berbentuk Yayasan atau Perseroan dimana kegiatan usahanya bergerak di bidang perumahsakitan.

  Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan bahwa “Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan atau masyarakat” Masyarakat yang dimaksudkan adalah pihak swasta dalam penyelenggaraan Rumah Sakit baik berbentuk Yayasan maupun Perseroan Terbatas.

  Dalam rangka mewujudkan organisasi Rumah Sakit yang baik maka perlu adanya pengaturan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Rumah Sakit. Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1998 tentang Rumah Sakit mengatur mengenai Penyelenggaraan Rumah Sakit mencakup pelaksanaan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan pelayanan administrasi, pendidikan, pemeliharaan gedung, peralatan dan perlengkapan. Rumah Sakit berbentuk swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan, yang sudah disahkan sebagai badan hukum; dan badan hukum lain (Perseroan Terbatas).

  Penyelenggaraan Rumah Sakit di lingkup Departemen Kesehatan diharapkan agar sesuai dengan arah pembinaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perlu didukung dengan organisasi yang efektif. Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan menjelaskan bahwa Rumah Sakit merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehata yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

  Untuk mendirikan Rumah Sakit diperlukan izin sesuai dengan Pasal 1 butir 6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit bahwa “Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan”. Sedangkan Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.

  Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit bahwa “Rumah Sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swsta.” Untuk Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Dikecualikan bagi Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba (Yayasan).

  Mengenai peraturan-peraturan atas dasar penyelenggaraan rumah sakit berpijak pada: a.

  Landasan korporasi

  1. AD Perseroan Terbatas (PT)

  Menurut Pasal 15 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, suatu Anggaran Dasar Peseroan Terbatas harus memuat sekurang- kurangnya: i.

  Nama dan tempat kedudukan Perseroan Terbatas; ii. Maksud dan tujuan pendirian Perseroan Terbatas; iii. Kegiatan usaha Perseroan Terbatas; iv. Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas; v. Modal Perseroan Terbatas; vi. Jumlah, nilai, dan klasifikasi saham serta hak-hak yang melekat pada setiap saham. vii.

  Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas; viii. Tempat dan tata cara penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham; ix. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

  Dewan Komisaris; x. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

  Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham

  

(RUPS). Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas

  dalam pemanggilan RUPS. RUPS dalam mengubah anggaran dasar dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. Dalam hal kuorum kehadiran tidak tercapai dapat diselenggarakan RUPS kedua. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 3/5 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.

  2. AD Yayasan Isi Anggaran Dasar Yayasan terdiri dari: i. Maksud dan tujuan serta kegiatan; ii. Jangka waktu pendirian; iii. Kekayaan awal (cara memperoleh dan penggunaannya); iv. Organ Yayasan yang terdiri dari: Pembina, Pengurus, dan Pengawas; v. Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Pembina, Pengurus dan Pengawas; vi.

  Hak dan kewajiban Pembina, Pengurus dan Pengawas; vii. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan; viii. Tahun buku (1 Januari sampai dengan 31 Desember); ix. Perubahan Anggaran Dasar x. Penggabungan dan Pembubaran Yayasan; xi. Penggunaan kekayaan Yayasan sisa likuidasi; xii. Peraturan penutup; xiii. Identitas Pendiri, Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

  Perubahan Anggaran Dasar Yayasan i. Diperboehkan asalkan tidak mengubah maksud dan tujuan; ii.

  Berdasarkan permufakatan rapat Pembina atau persetujuan 2/3 anggota Pembina yang hadir; iii. Merubah nama dan kegiatan, cukup diberitahukan kepada MENHUKHAM; iv.

  Atas persetujuan Kurator, jika Yayasan pailit.

  b.

  Peraturan perundang-undangan tentang kesehatan dan perumahsakitan Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa “Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.” c. Kebijakan Kesehatan pemerintah setempat

  Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan melaksanakan fungsi pelayanan publik yang sangat vital bagi kehidupan seseorang. Rumah Sakit perlu dibina dan diawasi agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dengan mengutamakan keselamatan pasien.

  Karena itu Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Bab tersendiri yaitu Bab XII, yang terdiri dari 8 Pasal yaitu dari Pasal 54 sampai dengan

  Pasal 61. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka Pemerintah menetapkan Peraturan Pemeritah Nomor 49 tahun 2013 tentang Badan Pengawas Rumah Sakit. Peraturan Pemerintah tentang Badan Pengawas Rumah Sakit merupakan pelaksanaan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

  d.

  Peraturan internal rumah sakit Pearturan internal Rumah Sakit adalah peraturan intern dan ketentuan yang dibuat sendiri oleh Rumah Sakit untuk mengatur tingkah laku atau perbuatan.

  Peraturan intern tersebut merupakan kerangka hukum dan manajerial yang menjadi acuan bagi Rumah Sakit dalam mencapai tujuannya (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/MENKES/SK/VI/2002 tetang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit).

  e.

  Kebijakan teknis operasional rumah sakit Acuan untuk menyusun kebijakan teknis operasional adalah peraturan internal

  Rumah Sakit, yang disusun dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Pada umumnya terdiri dari kebijakan dan prosedur di bidang administrasi medis, penunjang medis dan keperawatan.

  f.

  Aturan Hukum Umum 1.

  Hubungan antara dokter dengan pasien biasanya merupakan relasi medis, relasi hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal penyembuhan pasien disebut dengan Kontrak Terapeutis. Pasal yang dapat diterapkan yaitu

  Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian dan Pasal 1365 KUH Perdata. Selain itu, kontrak medis bisa secara tertulis dan bisa juga tidak tertulis. Dan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bisa disebut dengan wanprestasi.

  2. Bahwa untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan. Berdasrkan lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit terdiri atas penyehatan ruang bangunan dan halaman Rumah Sakit.

  3. Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 bahwa “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

  4. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan: “Perusahaan adalah: a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

  5. Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, malukukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-

  Undang ini serta peraturan pelaksanana.” Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.

  Berdasarkan paparan data di atas menurut penulis Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan sebagai institusi pemberi pelayanan kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan individu terlatih dan terdidik dalam menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Penulis melihat berdasarkan

  Pasal 7 ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit dapat didirikan oleh swasta. Dalam pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan. Selain itu, Pasal 3 ayat (3) Permenkes Nomor 159b Tahun 1988 tentang Rumah Sakit menjelaskan bahwa Rumah Sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh Pemerintah atau Swasta. Rumah Sakit Swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan (yang sudah disahkan sebagai badan hukum) dan badan hukum lain yang bersifat sosial. Penjelasan dari Undang-Undang tentang Rumah Sakit dan Permenkes tentang Rumah Sakit dipertegas dalam Pasal 2, dan Pasal 5 Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

  Badan hukum nirlaba adalah badan hukum yang sisa hasil usahanya tidak dibagikan kepada pemilik, melainkan digunakan untuk peningkatan pelayanan, yaitu antara lain Yayasan, Perkumpulan dan Perusahaan Umum. Perkumpulan terbagi atas 2 (dua) macam yaitu: pertama, berbentuk badan hukum, seperti Perseroan Terbatas, Koperasi dan Perkumpulan saling Menanggung; kedua, tidak berbentuk badan hukum, seperti Persekutuan Perdata, CV dan Firma. Sedangkan Yayasan merupakan suatu bagian dari perkumpulan yang berbentuk badan hukum dengan pengertian yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yaitu suatu Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Yayasan dan perkumpulan yang berbentuk badan hukum mempunyai kekuatan hukum yang sama, yaitu sama-sama dianggap sebagai subyek hukum dan dapat melakukan perbuatan hukum. Tetapi antara yayasan dan perkumpulan yang tidak berbentuk badan hukum, maka yayasan kedudukan hukumnya lebih kuat dari pada perkumpulan. Sedangkan Perusahaan Umum adalah perusahaan unit bisnis Negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.

  Dalam penulisan ini yang menjadi fokus penulis adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum. Yayasan dan Perseroan Terbatas adalah badan hukum sebagai Pemilik Rumah Sakit. Di bawah Pemilik Rumah Sakit terdapat Governing Body yaitu badan pemegang kekuasaan dan tanggung jawab moral dan hukum tertinggi dalam keseluruhan pengoperasian Rumah Sakit, serta bertanggung jawab terhadap asuhan klinis yang diberikan kepada masyarakat. Anggota Governing Body Rumah Sakit adalah tokoh mayarakat yang terdiri dari warga yang terhormat, para ahli, pengusaha, sebagai orang- orang yang dipercayakan untuk mengatur Rumah Sakit. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas; Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit yaitu pimpinan tertinggi yang bertugas memimpin penyelenggaraan Rumah Sakit, unsur pelayanan medis yaitu merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan medis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, unsur keperawatan yaitu unsur organisasi di bidang pelayanan keperawatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, penunjang medis yaitu unsur organisasi di bidang pelayanan penunjang medis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, unsur administasi umum dan keuangan yaitu unsur organisasi di bidang pelayanan administrasi umum dan keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, komite medis yaitu unsur organisasi yang mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang baik dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, dan satuan pemeriksaan internal yaitu unsur organisasi yang bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal Rumah Sakit berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepada Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.

  Pengertian hospital by laws atau peraturan internal Rumah Sakit adalah suatu produk hukum yang merupakan anggaran rumah tangga Rumah Sakit yang ditetapkan oleh pemilik Rumah Sakit atau yang mewakili. Hospital by laws mengatur: organisasi pemilik atau yang mewakili, peran, tugas, dan kewenangan pemilik atau yang mewakili, peran, tugas dan kewenangan direktur Rumah Sakit, organisasi staf medis, peran, tugas dan kewenangan staf medis.

  Demikian pula dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit menguraikan bahwa Hospital by laws terdiri dari Corporate by laws dan Medical by laws. Di dalam pedoman tersebut juga diuraikan bahwa penyusunan medical staff by laws dapat digabung menjadi satu dengan corporate by laws yaitu menjadi salah satu Pasal atau Bab di dalam

  corporate by laws , meskipun bisa juga disusun secara terpisah.

  Hospital (administrative atau corporate) by laws mengatur tentang bagaimana

  kepentingan pemilik dipresentasikan di Rumah Sakit, bagaimana kebijakan Rumah Sakit dibuat, bagaimana hubungan antara pemilik dengan manajemen Rumah Sakit dan bagaimana pula dengan staf medis, dan bagaimana hubungan manajemen dengan staf medis. Hubungan-hubungan tersebut diuraikan dalam keadaan statis dan dinamis.

  Hospital (medical) by laws memberikan satu kewenangan kepada para

  professional medis untuk melakukan self governance bagi para anggotanya, dengan cara membentuk suatu “komite medis” yang mandiri; sekaligus memberikan tanggung-jawab

  (responsibility)

  kepada “komite” tersebut untuk mengemban seluruh kewajiban pemastian terselenggaranya pelayanan professional yang berkualitas dan pelaporannya kepada administrator Rumah sakit.

  Dari pengaturan di atas menurut penulis, Rumah Sakit di Indonesia dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh Pemerintah dan Swasta. Rumah Sakit yang dimiliki swasta adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hukum yang berbentuk Yayasan atau Perseroan Terbatas yang umumnya dijalankan untuk kegiatan sosial atau tujuan ekonomi (mencari keuntungan). Jika dikaitkan dengan konsep ekonomi dalam memberikan pelayanan kesehatan, konsep mutu pelayanan yang dapat diberikan oleh Rumah Sakit swasta bisa diartikan dengan penyediaan fasilitas yang mewah dan kenyamanan dengan memberikan bahan atau komponen tertentu secara berlebihan. Yang dimaksud dengan pelayanan bermutu di bidang kesehatan adalah yang adekuat artinya, pelayanan kesehatan yang diberikan harus sesuai dan memenuhi prosedur ketentuan pelayanan kesehatan.

  Perkembangannya banyak industri layanan kesehatan dan medis, motif profitnya adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dalam perilakunya. Terutama untuk Rumah Sakit, yang mayoritas beroperasi tidak berdasarkan profit-making. Ketiadaan motif profit ini mungkin menjadi penyebab efisiensi Rumah Sakit. Namun, situasi ini dapat disiasati dengan ketiadaan persaingan dalam industri Rumah Sakit.

  Semakin banyaknya modal komersial memasuki industri kesehatan, persepsi demikian kini bergeser. Di kota-kota besar mulai dominan persepsi yang memandang bahwa dari pelayanan kesehatan, bisa dikeruk keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu,

  Social Corporate

  merupakan saudara atau tetangga sebelah dari “Perusahaan” yang selama ini dikenal oleh masyarakat. Orang mengenal “Perusahaan” adalah lembaga ekonomi atau organisasi bisnis yang menyelenggarakan kegiatan ekonomi dengan memproduksi barang dan atau jasa. Dalam hal ini termasuk juga perdagangan.

  Perusahaan bisnis jelas mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya (sesuai mazhab kapitalis). Sedangkan perusahaan sosial (social

  corporation atau social entrepreneur) adalah lembaga atau organisasi sosial yang tujuannya bukan untuk mencari laba, maka sering disebut sebagai organisasi nirlaba.

  Organisasi nirlaba tetap harus dikelola dengan manajemen profesional, sehingga dapat berkembang menjalankan aktivitasnya sesuai visi dan misi, dan terhindar dari kebangkrutan. Para pekerjanyapun diperlakukan sama dengan pekerja perusahaan bisnis

  2 yang sesungguhnya. Artinya memiliki hak dan kewajiban yang sama.

  Untuk menghilangkan persepsi tersebut pendirian Rumah Sakit baik yang dikelola oleh Yayasan maupun Perseroan harus memperhatikan beberapa faktor. Pertama, pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang 2 Madrasah Of Human Capital Development in Uncategorized, Perusahaan Sosial itu bernama:

Yayasan, Sekolah / Universitas, dan Rumah Sakit, 23 Agustus 2014, https://madrasahofhcdev.wordpress.

  

com/2014/08/23/perusahaan-sosial-itu-bernama-yayasan-sekolahuniversitas-dan-rumah-sakit/, diakses pada tanggal

  Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kedua, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, untuk meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar tewujud kesehatan yang setinggi-tingginya.

  Ketiga, bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Keempat bahwa berdasarkan pengaturan mengenai Rumah Sakit belum cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum dalam penyelenggaraan Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kelima bahwa berdasarkan faktor-faktor tersebut serta memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dapat digunakan sebagai landasan dan acuan pengaturan Penyelenggaraan Rumah Sakit yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

  Penyelenggaraan Rumah Sakit adalah untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam menyelenggarakan Rumah Sakit Pemerintah mengatur, membimbing, membantu dan mengawasi usaha- usaha kesehatan yang didirikan oleh swasta sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Mengenai pengaturan bentuk badan hukum Rumah Sakit dapat dilihat pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 44 Tahun

  2009 tentang Rumah Sakit yang mengatur persyaratan Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta, aturan ini kemudian diperjelas dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 mengenai pendirian dan penyelenggaraan Rumah Sakit. Hanya saja undang-undang tidak menyebut secara konkrit bentuk badan hukumnya (Yayasan atau Perseroan Terbatas). Saat ini pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit mengenai bentuk badan hukum Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sudah memadahi. Namun, pengawasan terhadap penyelenggaran Rumah Sakit oleh swasta masih kurang. Terlihat dari kasus Rumah Sakit-Rumah Sakit yang bermasalah (seperti kasus bayi Debora pada Rumah Sakit Mitra Keluarga). Fungsi sosial dalam hal ini pelayanan kesehatan belum seluruhnya terlaksana dengan baik oleh Rumah Sakit yang didirikan swasta, meskipun undang-undang telah mengatur mengenai penyelenggaraan Rumah Sakit. Apabila diperhatikan sebenarnya Rumah Sakit mempunyai tujuan utama yaitu memberikan pelayanan kesehatan, tujuan utama Rumah Sakit ini sesuai dengan tujuan dari Rumah Sakit yang berbentuk perusahaan sosial karena mengedepankan pelayanan yang kemudian berkembang dan menjadi Rumah Sakit berbentuk perusahaan profit. Tujuan inilah yang sering dimainkan oleh Rumah Sakit baik perusahaan sosial maupun perusahaan profit dalam mencapai tujuannya.

  Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis akan menyusunnya dengan mendasarkan pada stufenbau theory sebagai berikut.

  Stufenbau theory berdasarkan peraturan nasional :

  Pancasila UUD NRI Tahun1945 khususnya Pasal 28 H ayat (1) UU Pokok-Pokok Kesehatan UU Kesehatan

  UU Rumah Sakit UU Yayasan UU Ketenagakerjaan UU Perseroan Terbatas

  PP Fasilitas Pelayanan Kesehatan PERMENKES Rumah Sakit PERMENKES Pedoman Organisasi Rumah Sakit PERMENKES Perizinan Rumah Sakit

  PERMENKES Klasifikasi Rumah Sakit KEPMENKES Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit

  Stufenbau theory untuk peraturan internal : AD

  Yayasan Perseroan Terbatas

  Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by laws)

  Aturan Pelaksanaan (Standar Operating Procedure, Job Description)

  Ada banyak pengaturan yang saling berkelindan diatas yang mengatur tentang perumahsakitan lebih khusus lagi badan hukum rumah sakit. Akan sangat membantu untuk memahami tata urutan pengaturan tersebut dengan menyusunnya mendasarkan pada stufenbau theory dalam bentuk piramida. Ditemukan masalah hukum saat melihat pada bagian undang-undang pada piramida tersebut, di mana didalamnya terdapat Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Yayasan, Undang-Undang Rumah Sakit, manakah undang-undang yang menjadi acuan utama atau specialis tentang badan hukum rumah sakit? Hukum memberikan pintu keluar mengenai hal tersebut dengan adanya adagium yang dapat digunakan untuk mengurai masalah. Adagium lex specialis derogat legi generalis dapat kita gunakan dalam masalah ini. Berasarkan adagium tersebut maka Undang-Undang Rumah sakit menjadi hukum yang special bila dibandingkan dengan undang-undang yang lain. Apabila terdapat pengaturan yang berbenturan antara undang-undang yang satu dengan Undang-Undang Rumah sakit ini, maka Undang-Undang Rumah Sakitlah yang dipergunakan mengesampingkan pengaturan mengenai hal tersebut pada pengaturan lainnya. Sehingga Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit sebagai dasar penyelenggaraan Rumah Sakit oleh badan hukum baik Yayasan maupun Perseroan Terbatas dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 sebagai pelengkap penyelenggaraan Rumah Sakit.

3.3. KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT BERDASARKAN PILIHAN BENTUK HUKUMNYA

  Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang akan didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum.

  Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik dari bentuk badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Yayasan.

  Tabel 2. Karakteristik Badan Hukum RS: Perseroan Terbatas (PT) dan Yayasan No. Karakteri stik Perseroan Terbatas (PT) Yayasan

  1. Filosofi Filosofi perusahaan adalah seperangkat kepercayaan dan prinsip yang dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya. Ini seringkali dimaksudkan sebagai pernyataan misi atau visi perusahaan.

  Filosofi tersebut juga menggaris bawahi nilai-nilai yang penting bagi perusahaan. Sebagai sebuah entitas bisnis, filosofi perusahaan adalah refleksi nilai- nilai dari pemimpinya. Filososi tersebut harus ditanamkan perusahaan kepada karyawannya.

  Filantropis sebagai inti dari yayasan hadir didasarkan pada pengalaman rohani yang dimiliki oleh setiap manusia. Kedermawanan merupakan salah satu bagian dari cakupan filantropis. Bentuk hukum yayasan adalah yang paling tepat sebagai wadah dari kegiatan sosial yang dilakukan, karena yayasan merupakan lembaga yang bersifat filantropis dari para pendirinya sebagai upaya menolong sesama.

  2. Tujuan Badan

  Hukum Salah satu yang paling besar tujuan dari Perseroan Terbatas (PT) adalah mempunyai kepentingan tersendiri, yakni kepentingan yang tercermin dalam hak-haknya untuk dapat menuntut dan mempertahankan kepentingannya kepada pihak ketiga menurut ketentuan hukum. Tujuan PT adalah untuk memperoleh keuntungan usaha yang secara tidak langsung merupakan keuntungan pula bagi para pemegang saham.

  Kepentingan PT lebih kepada keuntungan untuk dana cadangan, sedangakan pemegang saham adalah dividen atau capital gain.

  Untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

  3. Dasar Hukum

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 jo. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen

  Undang-Undang Nomor

  16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Perusahaan. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal berkaitan dengan Pembentukan PT Terbuka.

  Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.

  Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas.

  Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.

  Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan.

  4. Organ Rapat Umum Pemegang Sahan, Direksi, dan Dewan Komisaris.

  Pembina, Pengurus dan Pengawas.

  5. Manajemen Dalam suatu perusahaan manajemen adalah proses memimpin, pengadministrasian, dan mengarahkan perusahaan.

  Dalam proses ini pula manajemen menggunakan berbagai sumber daya yang sudah dimiliki oleh peusahaan tersebut. Dalam Perseroan Terbatas sebuah manajemen dan tata kerja sangatlah dibutuhkan guna mendongkrak kinerja sebuah Perseroan Terbatas dalam melakukan segala aktifitasnya.

  Sebagai pemilik, yayasanlah yang harus menentukan kebijaksanaan pokok pengelolaan rumah sakit serta memikul taggung jawab terakhir terhadap akibat-akibat yang timbul dari pengelolaan rumah sakit tersebut. Adapun pelaksanaan kebijaksanaan ini harus dilakukan oleh pimpinan rumah sakit atau direksi rumah sakit yang bekerja dan bertanggung jawab kepada yayasan.

  Sumber: Data Sekunder dari literatur dan perundang-undangan yang diolah Menurut analisis penulis, setiap organisasi termasuk Yayasan memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, pertumbuhan organisasi, dan produktivitas. Sementara tujuan kualitatif dapat disebutkan sebagai efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, dan citra perusahaan. Dalam suatu Yayasan visi merupakan pandangan ke depan di mana suatu organisasi akan diarahkan. Dengan mempunyai visi, yayasan dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin di wujudkan suatu Yayasan. Sebelum Yayasan menentukan tujuannya, misi atau maksud Yayasan harus ditetapkan terlebih dahulu. Misi adalah suatu pernyataan tentang maksud Yayasan. Misi suatu Yayasan adalah maksud khas dan mendasar yang membedakan organisasi lainnya dan mengidentifikasi ruang lingkup operasi. Dapat dikatakan bahwa misi merupakan suatu yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu Yayasan sebagai penjabaran atas visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi tersebut, maka seluruh unsur Yayasan dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui serta mengenal keberadaan dan peran Yayasan.

  Dalam Yayasan struktur organisasi Yayasan merupakan turunan dari fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Menurut penulis, kepemimpinan termasuk pilihan dan orientasi organisasi, sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada Yayasan. Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Berdasarkan Bab VI Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 diatur mengenai tugas dari masing-masing organ Yayasan. Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang tersebut atau Anggaran Dasar. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan, dan pihak yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah individu yang mampu melakukan perbuatan hukum. Sedangkan Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dan menjalankan Yayasan.

  Dalam Yayasan, pengelola yang harus bertanggung jawab kepada Pembina disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali. Pola pertanggung jawaban Yayasan bersifat vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana pada otoritas yang lebih tinggi, seperti pertanggungjawaban Yayasan kepada Pembina. Sedangkan pertanggungjawaban sector public tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.

  Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting bagi kredibilitas

  management di Yayasan. Tidak terpenuhinya prinsip pertanggungjawaban tersebut dapat

  menimbulkan implikasi yang luas. Yayasan dapat pula dipahami sebagai badan hukum

  3

  yang mempunyai unsur-unsur : 1)

  Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan yaitu suatu pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang.

  2) Mempunyai tujuan sendiri yaitu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

3) Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, Pembina dan pengawas.

  Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik Rumah Sakit yang dikelola oleh Yayasan. Dalam Yayasan, penyelenggaraan Rumah Sakit berdasarkan pilihan bentuk hukum sesuai Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 yang kemudian diperjelas dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 bahwa 3 Rumah Sakit dapat didirikan oleh Swasta, artinya dapat berbentuk Perseroan Terbatas

  Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf, Penerbit Alumni, Bandung, 1981, hal. 118. maupun Yayasan. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menjelaskan bahwa Yayasan dapat menunjang kegiatan usaha untuk pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha, artinya Yayasan dapat mengelola suatu Rumah Sakit. Pada dasarnya, Yayasan merupakan badan hukum dan Rumah Sakit merupakan unit kegiatan dari Yayasan, sehingga Rumah Sakit bukan merupakan badan hukum tetapi merupakan subjek hukum.

  Direktur Rumah Sakit memegang peranan penting dalam pertanggungjawaban organ Rumah Sakit yaitu sebagai payung yang menaungi seluruh kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh organ Rumah Sakit (mulai dari wakil direktur, komite medik, kepala bagian dan kepala instalasi, dan staf Rumah Sakit). Dengan kata lain, beban pertanggung jawaban di dalam unit kegiatan Rumah Sakit berada pada direktur Rumah Sakit.

  Selanjutnya, pimpinan Rumah Sakit tetap mempunyai kewajiban untuk menyampaikan mengenai seluruh kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit melalui laporan tahunan yang terdiri dari laporan kegiatan Rumah Sakit dan laporan keuangan Rumah Sakit yang disampaikan secara rutin setiap tahun oleh pimpinan Rumah Sakit kepada Pengurus Yayasan. Intinya bahwa organ Yayasan terdiri atas Pembina, Pengawas dan Pengurus. Pengurus Yayasan bertindak sebagai perwakilan dari badan hukum Yayasan, dan direktur Rumah Sakit bertindak sebagai perwakilan dari unit kegiatan Rumah Sakit.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi dan Adaptasi Sosial Pelajar Papua: Studi Kasus Pelajar Asal Papua di SMA Kristen Satya Wacana dan SMA Theresiana Kota Salatiga

0 2 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi dan Adaptasi Sosial Pelajar Papua: Studi Kasus Pelajar Asal Papua di SMA Kristen Satya Wacana dan SMA Theresiana Kota Salatiga

0 0 23

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unsur-Unsur Tanggung Jawab Komando di Dalam Hukum Pidana Internasional: Studi Putusan The Prosecutor V. Jean-Pierre Bemba Gombo/ICC-01/05-01/08)

0 1 8

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Unsur-Unsur Tanggung Jawab Komando di Dalam Hukum Pidana Internasional: Studi Putusan The Prosecutor V. Jean-Pierre Bemba Gombo/ICC-0

1 5 67

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Interaktif Berbasis Adobe Flash CS4 Professional pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 2 SD Kristen Satya Wacana Salatiga

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Interaktif Berbasis Adobe Flash CS4 Professional pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 2 SD Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 16

45 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, dan Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Tes

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Interaktif Berbasis Adobe Flash CS4 Professional pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 2 SD Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

0 0 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakteristik Badan Hukum Rumah Sakit di Indonesia

0 0 41