2.2 Pengertian Produk - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekuitas Merek Produk Sepatu Lari Nike (Studi Pada Pengguna Sepatu Lari Nike Di Lapangan Merdeka Medan)

KERANGKA TEORI

  2.1 Pemasaran

  Menurut Kotler dan Keller (2009:5), inti dari pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.

  Menurut American Marketting Association (AMA), pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan.(Kotler dan Keller, 2009:5)

  Menurut Kotler dan Keller (2009:6), Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa bisa sesuai dengan kebutuhannya sehingga terjual sendiri. Menurut Kotler dan Keller (2009) dalam Limakrisna dan Susilo (2012:3), Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksnaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

  2.2 Pengertian Produk

  Menurut Amir (2005:9), produk adalah apa saja, yang dapat di tawarkan kepada pasar agar dapat di beli, digunakan atau di konsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka. Menurut Utami (2010:86), produk adalah keseluruhan dari penawaran yang dilakukan secara normal oleh perusahaan kepada konsumen dalam memberikan pelayanan,letak toko, dan nama barang dagangannya.

  2.3 Sejarah Singkat Merek

  Praktik branding telah berlangsung berabad abad. Kata brand dalam bahasa inggris berasal dari kata brandr dalam bahasa ld nurse, yang berarti to

  

burn , mengacu pada pengidentifikasian ternak. Pada waktu itu, pemilik

  peternakan menggunakan cap khusus untuk menandai ternak miliknya dan membedakannya dari ternak milk orang lain. Melalui cap seperti ini, konsumen menjadi lebih mudah mengidenfikasi ternak-ternak berkualitas yang ditawarkan oleh para peternak bereputasi bagus. Manfaat merek sebagai pedoman yang memudahkan konsumen memiih produk tetap berlaku hingga saat ini (Tjiptono,2011:47).

  2.4 Pengertian Merek

  Merek telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik organisasi bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa dan organisasi lokal , regional, maupun global.( Tjiptono, 2011:3)

  Tjiptono (2011:3), menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, hruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya

  Tjiptono (2011:3), menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 2, merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang di perdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.

2.5 Manfaat Merek Tjiptono (2011:43), merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen.

  1.Bagi produsen, merek berperan penting sebagai: a.

  Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.

  b.

  Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

  c.

  Signal tingkat kualitas bagi par ape;anggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

  d.

  Saran menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing.

  e.

  Sumber keunggulan kompetitif , terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

  f.

  Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan di masa yang akan datang.

  2. Tjiptono (2011:44), bagi konsumen, merek berperan penting sebagai : a.

  Fungsi identifikasi dapat dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; gampang mengidenfikasi produk yang dibutuhkan atu dicari. b.

  Fungsi praktikalitas yaitu memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.

  c.

  Fungsi jaminan yaitu memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sam sekalipun pe,belian dilakukanpada waktu dan di tempat yang berbeda.

  d.

  Fungsi optimisasi yaitu memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.

  e.

  Fungsi karakterisasi yaitu mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain.

  f.

  Fungsi kontinuitas yaitu kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.

  g.

  Fungsi hedonistik yaitu kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunitasnya.

  h.

  Fungsi etis adalah kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.

2.6 Brand Equity (Ekuitas Merek)

  Menurut Kotler dan Keller (2009:263), ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabiitas yang diberikan merek bagi perusahaan.

  Menurut Aaker dalam Kotler dan Keller (2009:266), ekuitas merek sebagai kesadaran merek, loyalitas merek, dan asosiasi merek yang bersama sama menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa.

2.7 Brand Awareness (Kesadaran Merek)

  Menurut Aaker dalam Tjiptono (2011:97), brand awareness yaitu kemampuan konsumen untuk dapat mengenali atau mengingat bawa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu.

  Menurut Ferrinadewi (2008:173), kesadaran terhadap merek direfleksikan dalam kemampuan konsumen mengidentifikasi merek dalam berbagai situasi yang berbeda.kemampuan konsumen akan ditentukan juga oleh derajat motivasinya. Ketika konsumen berada dalam situasi pembelian dengan motivasi yang tinggi, maka konsumen akan membutuhkan lebih banyak waktu dalam proses pengambilan keputusan agar mendapat lebih banyak waktu untuk menjadi familiar pada merek. Misalkan pada pembelian produk seperti prosduk mobil atau produk yang sifatnya tahan lama.

  Menurut Kartajaya (2010:64), brand awareness memberikan banyak

  value , antara lain: 1.

  Memberikan tempat bagi asosiasi terhadap merek.

  2. Memperkenalkan merek.

  3. Merupakan sinyal bagi keberadaan, komitmen, dan substansi merek.

  4. Membantu memilih sekelompok merek untuk dipertimbangkan dengan serius.

  Menurut Kartajaya (2010:64), kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat merek suatu produk berbeda tergantung tingkat komunikasi merek atau persepsi pelanggan terhadap merek produk yang ditawarkan. Berikut adalah tingkatan brand awareness:

  1. Unware of brand

  Pada tahapan ini, pelanggan merasa ragu atau tidak yakin apakah sudah mengenal merek yang disebutkan atau belum.Tingkatan ini yang harus dihindari oleh perusahaan.

  2. Brand recognition

  Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengidentifikasi merek yang disebutkan.

  3. Brand recall

  Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengingat mererk tanpa diberikan stimulus.

  4. Top of mind

  Pada tahapan ini, pelanggan mengingat merek sebagai yang pertama kali muncul dipikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu.

  Menurut Durianto, dkk (2001:56), peran brand awareness terhadap brand equity dapat dipahami dengan membahas bagaimana brand

  awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan

  dengan paling sedikit dengan 4 cara yaitu:

  1. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.

  2. Familiarity-Liking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah) seperti pasta gigi, tissue, dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan.

  3. Substance/Commitment. Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alaasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam industry, dll. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.

  4. Brand to consider. Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki top of mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau merek yang dibenci.

2.8 Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

  Menurut Aaker dalam Tjiptono (2011:97), perceived quality yaitu penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan.Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar) terhadap kualitas produk.

  Menurut Kartajaya (2010:74), perceived quality memberikan banyak value, antara lain:

  1. Memberi alasan bagi pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa, semakin baik persepsi pelanggan maka semakin tinggi potensi pelanggan untuk menggunakan produk.

  2. Membedakan produk barang atau jasa dengan produk pesaing.

  3. Memberi celah untuk menetapkan harga premium atas produk barang atau jasa. Semakin baik persepsi pelanggan, maka perusahaan dapat menetapkan harga tinggi.

  4. Menciptakan ketertarikan atas saluran distribusi untuk menyalurkan produk barang atau jasa, karena produk dipersepsikan dengan baik sehingga akan lebih mudah mendistribusikan ke banyak pasar, termasuk melakukan brand extensions.

  Menurut Aaker (1991) dalam Kartajaya (2010:74), pelanggan mempersepsikan kualitas produk berdasarkan elemen-elemen sebagai berikut:

  1. Serviceability

  Serviceability merupakan kemudahan untuk memperbaiki atau mendapatkan layanan terkait dengan produk.

  2. Reliability Reliability merupakan konsistensi kinerja dari suatu poduk.

  3. Features Features merupakan elemen sekunder atau tambahan dari suatu produk.

  4. Performance Performance merupakan karakteristik operasional utama dari suatu

  produk.

  5. Conformance with specifications Conformance with specifications merupakan keadaan dimana tidak ada

  cacat pada produk, dan ada kesesuaian produk dengan standar kualifikasi.

  6. Durability Durability merupakan nilai ekonomis dari suatu produk

  7. Fit and Finsh Fit and finish merupakan kualitas tampilan akhir dari suatu produk yang

  tangible, tapi beda halnya dengan produk yang sifatnya intangible karena kualitas tampilannya bersifat abstrak.

2.9 Brand Associations (Asosiasi Merek)

  Aaker dalam Tjiptono (2011:98), brand associations yaitu segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek.Brand associations berkaitan erat dengan brand image, yang didefenisikan sebagai rangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat keuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau

  Menurut Kartajaya (2010:66), brand associations memberikan banyak value, antara lain:

  1. Memudahkan pelanggan untuk mendapatkan informasi tentang merek.

  2. Mempengaruhi interpretasi pelanggan atas fakta mngenai merek.

  3. Membedakan merek dari merek pesaing.

  4. Memperkuat posisi merek di pasar.

  5. Alasan pelanggan untuk menggunakan merek.

  6. Dasar untuk melakukan perluasan merek.

  Menurut Durianto, dkk (2001:70), asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut:

  1. Product attributes (Atribut produk) Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan.

  2. Intangibles attributes ( Atribut tak berwujud) Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

  3. Customer’s benefits (manfaat bagi pelanggan) Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antar keduanya.

  4. Relative price (Harga relatif) Evaluasi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat

  5. Application (Penggunaan) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

  6. User/Customer (Pengguna/pelanggan) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguana atau pelanggan dari produk tersebut.

  7. Celebtrity/person (Orang terkenal/khalayak) Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut.

  8. Lifestyle/personality (Gaya hidup/kepribadian) Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosisasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hamper sama.

  9. Product class (Kelas produk) Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produkya.

  10. Competitors (Para pesaing) Mengetauhi pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing.

  11. Country/geographic area ( Negara/wilayah geografis) Sebuah negara dapat menjadi symbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat denagn produk, bahan, dan kemampuan.

2.10 Brand loyalty (Loyalitas Merek)

  MenurutAaker dalam Kartajaya (2010:71), mendefinisikan bahwa brand loyalty adalah sebuah ukuran ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek.

  Durianto, dkk (2001:127), dengan pengelolaan dan pemanfatan yang benar, brand loyalty dapat menjadi asset strategis bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa potensi yang dapat diberikan oleh brand loyalty kepada perushaan: 1.

  Reduced marketing costs (Mengurangi biaya pemasaran) Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran mengecil jika brand loyalty meningkat.

  2. Trade leverage ( Meningkatkan perdagangan) Loyalitas yang kuat terhadap terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

  3. Attracting new customers (Menarik minat pelanggan baru) Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang mereka lakukan mengandung resiko tinggi. Di samping itu, pelanggan yang puas pada umumnya akan merekomendasikan merek tersebut kepada orang yang dekat dengannya sehingga akan menarik

  4. Provide time to respond to competitive threats (Memberi waktu untuk merespons ancaman persaingan)

  Brand loyalty akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk

  merspons gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbauhi produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisirkannya.

  Aaker dalam Kartajaya (2010:71), tingkat ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek dapat terbagi ke dalam empat tingkat, antara lain:

  1. Switchers/price sensitive

  Pada tingkat ini, pelanggan tidak loyal kepada merek atau belum memiliki brand equity yang kuat. Setiap merek dipersepsikan memberikan kepuasan yang hamper sama. Nama merek berperan kecil dalam keputusan pembelan mereka.Pada tingkatan ini, pelanggan sensitive dengan penawaran yang lebih murah.

  2. Satisfied/habitual buyer

  Pada tingkat ini, pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya tidak merasa tidak puas terhadap produk perusahaan. Pelanggan juga sensitive terhadap benefit baru yang ditawarkan kepada mereka.

  3. Satisfied buyer with switching cost

  Pada tingkatan ini, pelanggan merasa puas terhadap produk.Mereka harus mengeluarkan biaya tertentu apabila ingin berpindah merek.Pada tingkatan ini, pelanggan sensititf dengan benefit yang dapat melampaui biaya untuk

4. Commited buyer

  Pada tingkatan ini, pelanggan memiliki rasa bangga menggunakan produk yang ditawarkan perusahaan. Mereka merekomendasikan merek yang sama kepada orang lain. Pada tingkatan ini, merek produk memiliki brand equity yang kuat di mata pelanggan.

2.11 Penelitian Terdahulu

  Adapun 5 penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah 1.

  Penelitian Putra (2011) yang berjudul Analisis kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dan loayalitas merek terhadap ekuitas merek sepatu olahraga Adidas (Studi Kasus Pada Masyarakat di Kota Semarang).

  Penelitian ini dilatar belakangi oleh semakin ketatnya persaingan industry sepatu olahraga di Indonesia dan munculnya berbagai merek baru di pasar.Hal ini berpengaruh terhadap penjualan sepatu olahraga Adidas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh dari elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek terhadap ekuitas merek produk sepatu olahraga merek Adidas. Setelah dilakukan tinjauan pustaka dan penyusunan hipotesis, data dikumpulkan melalui metode kuesioner terhadap 96 orang konsumen pengguna sepatu olahraga Adidas di Semarang yang diperoleh dengan menggunakan teknik Accidental

  sampling . Kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh

  dengan data secara kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi: uji validitas hipotesis melalui uji t dan uji F, serta analisis koefisien determinasi (R2). Data-data yang telah memenuhi uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik diolah dengan program SPSS (Statistical Package for Social

  Science ) forWindows 17 sehingga menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Y= 0,178 X1 + 0,217 X2 + 0,232 X3 + 0,337 X4.

  Dimana variabel ekuitas merek (Y) , kesadaran merek (X1), persepsi kualitas (X2), asosiasi merek (X3), dan loyalitas merek (X4).

  Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa empat variabel independen kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek berpengaruh positif signifikan terhadap ekuitas merek.Kemudian melalui uji F dapat diketahui keempat variabel independen dalam menguji variabel dependen ekuitas merek. Angka

  Adjusted R Square sebesar 0,540 menunjukkan bahwa 54 persen variasi

  ekuitas merek dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen dalam persamaan regresi. Sedangkan sisanya 46 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Penelitian Putra (2010) yang berjudul Analisis elemen-elemen ekuitas merek sepeda motor merek Yamaha di kota Padang.

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ekuitas merek sepeda motor merek Yamaha di kota Padang dilihat dari emapt dimensi, yakni dimensi kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang selanjutnya dianalaisis dengan analisis deskripsi data Terhadap data kesadaran merek dan perspsi kualitas dilakukan dengan uji cohcran, sedangkan terhadap loyalitas merek dilakukan penghitungan rata-rata.

  Analisis hasil penelitian menunjukan bahwa kesadaran merek sepeda motor merek Yamaha masih lemah. Hal ini karena elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri dari elemen kesadaran merek, asosiasi merek, dan loyalitas merek masih rendah.Hanya elemen persepsi kualitas yang sudah baik.

  3. Peneltian Nora (2011) yang berjudul analisis pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek terhadap ekuitas merek (studi pada pengguna shampoo dan kondisioner Sunsilk di kota Semarang).

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persaingan pada produk shampoo yang semakin ketat akhir-akhir ini. Semakin banyak merek shampoo muncul menawarkan berbagai macam khasiat dan manfaat bagi konsumen. Semakin banyaknya pilihan shampoo bagi konsumen membuat produsen berlomba-lomba membuat produk shampoo yang terbaik. Merek yang mempunyai citra yang baik, kualitas yang bagus dan yang banyak dikenal masyarakat akan merajai persaingan. Sunsilk sebagi marketleader produk shampoo dalam kurun waktu 2007-2009 mengalami penurunan

  brandshare , TOM Ad, dan TOM Brand. Adapun yang menjadi masalah

  penelitian adalah ”Bagaimana meningkatkan ekuitas merek dari shampoo dan kondisioner Sunsilk?”. Penelitian ini secara khusus menguji tiga variabel yaitu kesadaran merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek untuk dapat meningkatkan ekuitas merek dari Sunsilk.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tiga variabel tersebut terhadap ekuitas merek Sunsilk.

  Setelah dilakukan tinjauan pustaka dan penyusunan hipotesis, data diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 100 orang pengguna shampoo Sunsilk di Kota Semarang, yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental sampling, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan analisis data secara kuantitatif dan analisis pertanyaan terbuka. Analisis kuantitatif meliputi: uji validitas dan realibilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis melalui uji t dan uji F, serta analisis koefisien determinasi (R2). Analisis pertanyaan terbuka merupakan interpretasi dari data-data yang diperoleh dalam penelitian serta hasil pengolahan data yang sudah dilaksanakan dengan memberi keterangan dan penjelasan.

  Data-data yang telah memenuhi uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik diolah sehingga menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,016 X1 + 0,054 X2 + 0,811 X3 Dimana variabel Ekuitas Merek (Y), variabel Kesadaran Merek (X1), variabel Persepsi Kualitas (X2) dan variabel Loyalitas Merek (X3).Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa dua variabel independen, kecuali Kesadaran Merek yang diteliti terbukti secara signifikan mempengaruhi variabel dependen Ekuitas Merek.Kemudian melalui uji F dapat diketahui bahwa variabel Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas dan Loyalitas Merek memang layak untuk menguji variabel menunujukkan bahwa 69,5 persen variasi Ekuitas merek dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen dalam persamaan regresi. Sedangkan sisanya sebesar 30,5 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian.

4. Penelitian Abadi (2009) yang berjudul analisis elemen-elemen brand equity PT. bank Muamalat Tbk. Cabang bogor.

  Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui posisi tingkat brand

  awareness nasabah pada PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang

  Bogor, menganalisis brand associations di benak nasabah pada PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor, mengetahui perceived quality nasabah pada PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor, mengetaui brand loyalty nasabah PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor terhadap merek PT.BMI Tbk. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil penyebaran kuesioner dai nasabah BMI cabang Bogor. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, website, literature dan dokumen perusahaan.Jumlah sampel ditentukan dengan rumus slovin sebanyak 100 orang.Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, skala likert, nilai rata-rata, skala semantic differential dan uji

  cohcran.

  Pada analisis brand awareness, hasil top of mind dapat diketahui merek PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor menempati uritan tertinggi dengan presentase 52%. Pada analisis brand recall diperoleh 64%

  recognition diketahui tidak ada seorang pun yang perlu diberikan bantuan dalam mengenal merek PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor.

  Pada analisis brand unware, diketahui bahwa tidak ada seorangpun yang tidak mengenal merek PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor.

  Pada analisis brand association diketahui brand image PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor yang terbentuk yaitu bank murni syariah pertama di Indonesia, terjamin halal, bernuansa islami, pelayanan karyawan yang ramah dan bersahabat dan sistemnya lebih fair. Pada analisis perceived quality PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor nilai rataan tertinggi berada pada atribut terjamin halal, sedangkan nilai rataan terendah berada pada atribut program promosi dan iklan.

  Pada analisis brand loyalty, terdapat 7% responden switcher, terdapat 27% responden yang termasuk tingkatan habitual buyer, terdapat 43% responden yang termasuk tingkatan satisfied buyer, terdapat 45%% responden yang termasuk tingkatan liking the brand dan terdapat 14% yang termasuk tingkatan commited buyer. Kemmudian pada analisis brand

  loyalty PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor belum

  menunjukan bentuk piramida terbalik. Hal ini menunjukan bahwa merek PT. bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Bogor belum memiliki brand equity yang kuat.

  5. Penelitian erviana, dkk (2013) yang berjudul berjudul pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dan loayalitas merek terhadap ekuitas merek (survey pada warga perumahan Joyo Grand konsumen air

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap ekuitas merek, serta mengetahui variabel mana (kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek) yang memiliki pengaruh secara dominan terhadap ekuitas merek. Jenis penelitian yang digunakan adalah

  

eksplanatory research dengan pendekatan kuantitatif.Lokasi penelitian di

  Perumahan Joyo Grand Kecamatan Merjosari Kota Malang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 88 responden dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Metode pengumpulan data kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda serta analisis korelasi parsial untuk menguji hipotesis yang ditentukan.Hasil analisis regresi linier berganda dapat diketahui bahwa variabel-variabel bebas meliputi Kesadaran Merek (X1), Asosiasi Merek (X2), Persepsi Kualitas (X3), dan Loyalitas Merek (X4) berpengaruh terhadap Ekuitas Merek (Y).Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa secara sendiri-sendiri keempat variabel bebas yang meliputi Kesadaran Merek (X1), Asosiasi Merek (X2), Persepsi Kualitas (X3), dan Loyalitas Merek (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Ekuitas Merek (Y). Besarnya pengaruh masing-masing variabel meliputi Kesadaran Merek (X1) sebesar 0,000, Asosiasi Merek (X2) sebesar 0,000, Persepsi Kualitas (X3) sebesar 0,001, dan Loyalitas Merek (X4) sebesar 0,004.Hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa variabel Kesadaran Merek (X1) memiliki pengaruh dominan terhadap Ekuitas Merek.

2.12 Kerangka Pemikiran Teoritis

  Kesadaran Merek Persepsi Kualitas Ekuitas merek Asosiasi Merek

  Loyalitas Merek Sumber: Penulis, 2015

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Teluk Nibung Kota TanjungBalai

0 2 15

Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

0 0 28

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntung

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Konteks Masalah - Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

0 0 7

Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan)

0 0 15

BAB II GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL-HAKIIM DI ACEH TAMIANG 1. Sejarah Aceh Tamiang - Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Koeksistensi Sistem Hukum Dalam Pengelolaan Pendidikan Panti Asuhan Al-Hakiim Desa Paya Kulbi Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 24

Strategi Pengembangan Ukm Melalui Analisis Swot Pada Bengkel Firdana Service Di Desa Tawar Sedenge, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah

0 1 16

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu - Strategi Pengembangan Ukm Melalui Analisis Swot Pada Bengkel Firdana Service Di Desa Tawar Sedenge, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah - Strategi Pengembangan Ukm Melalui Analisis Swot Pada Bengkel Firdana Service Di Desa Tawar Sedenge, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah

1 3 11