View of PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP SELF CARE BEHAVIOUR PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

  377 PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP SELF CARE BEHAVIOUR PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR Dg Mangemba

  perawatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan self care behaviour yang signifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000. Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan pihak rumah sakit terkait penerapan discharge planning dalam perawatan.

  menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9%). Bila tak ditanggulangi, Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian dini (Kemenkes RI, 2016).

  Sample Registration Survey tahun 2014

  tahun 2015 menyatakan jumlah estimasi penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Seperti kondisi di dunia, Diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data

  International Diabetes Federation

  (memperkirakan pada tahun 2035 jumlah penderita diabetes mellitus akan meningat menjadi 592 juta orang. 90% penderita diabetes diseluruh dunia merupakan diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dan sebetulnya 80% dapat dicegah. Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi Diabetes di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data

  International Diabetes Federation (IDF)

  Kemenkes RI (2014) menyatakan menurut estimasi WHO melalui badan

  Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting, sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabates mellitus. Pemahaman yang baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya penatalaksanaan diabetes mellitus guna mencapai hasil yang lebih baik (PERKENI, 2015).

  PENDAHULUAN

  Kata kunci: Discharge planning, Self care, DM tipe 2

  discharge planning dan 11 orang kelompok control tidak diberikan discharge planning dalam

  1 , Elly L, Sjattar

  desain Quasi Experimental, dengan Control group pre test – post test design. Subjek penelitian sebanyak 22 pasien DM yang terbagi menjadi dua kelompok, 11 orang kelompok intervensi diberikan

  care behavior pasien diabetes mellitus tipe II. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

  Diabetes mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan masa perawatan yang cukup lama dan meninggalkan gejala sisa yang cukup berat sehingga membutuhkan perawatan dirumah setelah pulang dari rumah sakit agar tidak terjadi kekambuhan dan kembalinya pasien kerumah sakit. Pasien harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan petunjuk yang mereka butuhkan untuk merawat dirinya sendiri. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh discharge planning terhadap self

  ABSTRAK

  (Alamat Korespondensi: embastikper@yahoo.com/085255910299)

  3 Dosen, PSMIK Fakultas Keperawatan, UNHAS

  2 Dosen, PSMIK Fakultas Keperawatan, UNHAS

  1 Mahasiswa Konsentrasi Manajemen, Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, UNHAS

  3

  2 , Abdul Rahman Kadir

  Atak, Tanju, Kenan (2010) menyatakan pasien yang diberikan informasi tentang penyakitnya dan bagaimana perawatannya secara benar akan menunjukkan hasil yang positif di dalam

BAHAN DAN METODE

  Experimental, Control group pre test – post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah

  2. Analisis Bivariabel Analisis bivariat yaitu untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, Dilakukan uji data untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunaan rumus “uji t”.

  1. Analisis univariabel Analisis Univariat dilakukan pada tiap varibel dari hasil penelitian dengan mendiskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi pada tiap variabel.

  Analisis data

  4. Tabulasi Data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokkan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

  3. Koding Koding merupakan tahap selanjutnya dengan memberi kode pada jawaban dari setiap responden.

  2. Editing Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi.

  1. Selecting Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori.

  Pengolahan Data

  semua pasien diabetes mellitus tipe II yang dirawat pada saat penelitian berlangsung. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe II di ruang perawatan yang termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal 1 Agustus sampai dengan 30 September 2017. Sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 22 sampel yang terdiri dari 11 sampel intervensi dan 11 sampel control.

  378

  pengelolaan penyakitnya. Pendidikan kesehatan yang tepat selama pasien dirawat di rumah sakit sangatlah penting dalam peningkatan kemampuan pengelolaan penyakit, karena dengan pengelolaan yang baik, maka komplikasi akut dan kronis diabetes dapat dihindari.

  Lokasi, populasi, dan sampel

  Rumah Sakit Bhayangkara Makassar hanya dilakukan untuk kelengkapan catatan administrasi ketika pasien pulang. Pemberian informasi kesehatan yang diberikan hanya tentang informasi waktu control, cara minum obat dan perubahan gaya hidup yang harus dilakukan. Informasi ini diberikan dengan sangat terbatas tidak dijelaskan dengan menggunakan format pendidikan kesehatan yang memadai.

  planning pada pasien diabetes mellitus di

  Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar menunjukkan bahwa pada tahun 2016, paisen DM menempati posisi 6 besar penyakit yag dirawat di rumah sakit dengan jumlah pasien sebanyak 513 orang dan kejadian rawat ulang mencapai 35,8 %. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat yang bekerja disana, discharge

  Agar tercapainya self care behaviours yang efektif tentunya sangat bergantung pada kualitas penatalaksanaan dan asuhan keperawatan sehingga dibutuhkan peran serta tenaga kesehatan dan juga melibatkan pasien dan keluarga agar memiliki pemahaman tentang proses penyakitnya, mengetahui cara penanganan serta perawatan yang tepat.

  pengetahuan tentang penyakitnya, ketrampilan dalam perawatan diri sehingga mereka siap dalam menjalani program perawatan lanjutan di rumah.untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien dan keluarga dengan tujuan memandirikan aktivitas perawatan diri. Sehingga pengelolaan diabetes secara mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarganya. Discharge planning yang baik memungkinkan pasien mandiri dalam perawatannya dan menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry dan Potter, 2006).

  planning, sehingga pasien mempunyai

  individu itu sendiri dalam waktu tertentu untuk mempertahankan kehidupan, meningkatkan kesehatan, berkembang dengan stabil, dan kesejahteraan. Peran perawat sebagai educator selama pasien dirawat di rumah sakit dapat dilakukan dengan memberikan discharge

  care merupakan kegiatan yang memandirikan

  Menurut PERKENI (2015) salah satu pilar dalam penanganan Diabetes mellitus adalah pendidikan kesehatan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Orem (2001) Dikutip dalam Aligood (2014) menyatakan bahwa self

  Penelitian ini merupakana penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi

HASIL PENELITIAN

  • 100,0

  • 36,4 27,3 36,4
  • 18,2 45,5 36,4
  • 1

  p

  4

  3

  4

  Sangat Tinggi

  Rendah Sedang Tinggi

  Intervensi Kontrol Pre Post pre pos n % n % n % n %

  Tingkat Self Care Kelompok

  5

  4

  3

  df

  3 9,1

  4

  2

  27,3 36,4 27,3

  1

  p

  No Kelompok T

  Tabel 2. Hasil Uji t berpasangan Self Care Behavior Kelompok Perlakuan dan Kontrol

  Analisis Bivariat

  Tabel 1. Tingkat Self Care Behavior pada Kelompok Intervensi dan KontroL Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa tingkat self care behavior pada kelompok perlakuan sebelum intervensi, yaitu 4 orang responden (36,4 %) dalam kategori rendah, 3 orang (27,3 %) dalam kategori sedang dan 4 orang (36,4 %) dalam kategori tinggi. Setelah dilaksanakan intervensi, semua responden mempunyai tingkat self care behavior dalam kategori sangat tinggi (100 %). Sedangkan tingkat self care behavior pada kelompok kontrol pada saat pre test, sebagian besar berada dalam kategori sedang, yaitu 5 orang responden (45,5 %). Sedangkan pada saat post test, sebagian besar tingkat self care behavior responden berada dalam kategori tinggi, yaitu 4 orang responden (36,4 %).

  (54,5 %) laki – laki sebanyak 5 orang (45,5 %). Sedangkan pada kelompok kontrol responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (63,6 %) laki – laki sebanyak 4 orang (36,4 %). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar tingkat pendidikan responden pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah SD, yaitu pada kelompok intervensi 3 orang (27,3 %) sedangkan pada kelompok kontrol 6 orang (54,5 %).

  Data menunjukkan bahwa usia responden pada penelitian ini bervariasi baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol dimana setiap usia mewakili 1 responden (9,1 %). Usia tertua responden pada penelitian yaitu 70 tahun dan termudah berusia 42 tahun. Responden yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dari pada responden yang berjenis kelamin laki – laki. Pada kelompok intervensi responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang

  Analisis Univariat

  Total 11 100,0 11 100,0 11 100,0 11 100,0

  11

  • 16,718
  • 5,406

  12,149 0,0001 20 Hasil uji t tidak berpasangan sebagaimana tercantum pada Tabel 3 antara kelompok perlakuan dan kontrol dapat diketahui nilai t sebesar 12,149 dengan p 0,0001 < 0,05 artinya terdapat perbedaan self care behavior yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Nilai positif pada t menunjukkan bahwa nilai self care

  2 intervensi kontrol

  Hasil uji t berpasangan pada kelompok perlakuan seperti tercantum pada Tabel 2 didapatkan nilai t - 16,718 dan p 0,0001 < 0,05, artinya terdapat perbedaan self care behavior sebelum dan setelah penerapan discharge planning. Sedangkan hasil uji t test dependen pada kelompok kontrol didapatkan nilai t hitung

  0,0001 0,0001

  2 Intervensi Kontrol

  • 5,406 dan p 0,0001 < 0,05 (α), artinya walaupun pada kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi, namun terdapat perbedaan self care behavior pada saat pre test dan post test. Nilai negatif pada t menunjukkan bahwa nilai pre test lebih rendah dari pada nilai post test. Walaupun terjadi peningkatan self care behavior pada kedua kelompok, berdasarkan hasil uji t berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol menunjukan peningkatan yang terjadi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Hal ini diperkuat dengan adanya uji t test independen pada uraian berikutnya yang menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan self care behavior yang signifikan antara kelompok perlakuan dan control, dimana peningkatan self care behavior pada kelompok perlakuan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Tabel 3. Hasil Uji t tidak berpasangan Self Care Bahaviour Kelompok Perlakuan dan Kontrol No Variabel t

  379

  1

  380 behavior pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

  KESIMPULAN

  Kementerian Kesehatan Repoblik Indonesia.(2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta, Indonesia : Pemerintah Indonesia Kementerian Kesehatan Repoblik Indonesia.(2016). Mari Kita Cegah Diabetes Dengan Cerdik. Jakarta, Indonesia : Pemerintah Indonesia

  Alligood, M, R. (2014). Nursing theorists and their work. Missouri : Elsevier Atak, N., Tanju Gurkan, Kenan Kose. (2010). The Effect of Education on Knowledge, Self Management and Self Efficacy with Type 2 Diabetes. Australian Journal of Advanced Nursing. 26 (2). Retrieved from http://ajan.com.au/Vol26/26-2_Atak.pdf

  Saran dari penelitian ini agar hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan bagi kepala rumah sakit secara umum dan kepala dari setiap divisi terutama divisi keperawatan secara khusus agar discharge planning dapat digunakan dalam memberikan perawatan kepada pasien secara umum.

  SARAN

  terhadap peningkatan self care behaviour pasien Diabetes mellitus tipe II dibandingkan dengan pasien yang tidak diberikan penerapan discharge planning dalam perawatan.

  planning memberikan pengaruh yang signifikan

  Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa penerapan discharge

  meningkatkan pengetahuan diabetesi dan keluarganya tentang DM dan pengelolaannya serta meningkatkan status psikososial diabetesi dan keluarganya berkaitan dengan kepercayaan dan sikap terhadap program pengobatannya dan mekanisme koping. Diabetesi yang diberikan pendidikan dan pedoman dalam perawatan mandiri akan meningkatkan pola hidupnya yang dapat mengontrol kadar glukosa darah dengan baik.

  PEMBAHASAN

  discharge planning sangat bermanfaat dalam

  Menurut Norris (2002) intervensi

  kontrol, walaupun lebih rendah dari pada kelompok perlakuan kemungkinan disebabkan kelompok kontrol juga mendapatkan pendidikan kesehatan melalui discharge planning seperti yang biasa dilakukan di ruangan. Hal ini sesuai pendapat Ellis di dalam Atak (2010) yang menyatakan bahwa pasien yang diberikan informasi tentang penyakit dan bagaimana perawatannya akan menunjukkan hasil yang positif dalam pengelolaan penyakitnya. Pendidikan kesehatan yang rendah akan berdampak terhadap kemampuan pengelolaan DM secara mandiri (self care behavior) oleh pasien dan keluarga sehingga dapat mengakibatkan tingginya angka rawat ulang dan komplikasi yang dialami oleh pasien. Peningkatan self care behavior pada kelompok perlakuan menjadi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, karena selama masa perawatan di RS pasien mendapatkan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya secara lebih terstruktur, yaitu melalui penerapan discharge planning.

  self care behavior yang terjadi pada kelompok

  perlakuan dan kelompok control. Peningkatan

  care behavior yang signifikan antara kelompok

  Hasil uji t tidak berpasangan antara kelompok perlakuan dan kontrol dapat diketahui nilai t sebesar 12,149 dengan p 0,0001 < 0,05 artinya terdapat perbedaan self

  Berdasarkan Hasil uji t berpasangan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t - 16,718 dan p 0,0001 < 0,05, artinya terdapat perbedaan self care behavior sebelum dan setelah penerapan discharge planning. Sedangkan hasil uji t test dependen pada kelompok kontrol didapatkan nilai t hitung - 5,406 dan p 0,0001 < 0,05 (α), artinya walaupun pada kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi, namun terdapat perbedaan self care behavior pada saat pre test dan post test. Nilai negatif pada t menunjukkan bahwa nilai pre test lebih rendah dari pada nilai post test. Walaupun terjadi peningkatan self care behavior pada kedua kelompok, berdasarkan hasil uji t berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol menunjukan peningkatan yang terjadi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

  Norris, S.L. et al. (2002). Increasing Diabetes Self – Management Education in Community Settings : A Systematic American Journal of Preventive Medicine.

  Review.

  3(9):39-53 Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11985934 PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Retrieved from http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf. PERKENI. (2010). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Retrieved from http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf. th Edition. , Missouri : Mosby Inc.

  Perry, A.G and Potter P.A. (2006). Clinical Nursing Skills and Technique. 6 381

Dokumen yang terkait

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN DAN MINAT KEMBALI UNTUK MEMANFAATKAN PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR TAHUN 2017

0 3 5

PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK ANAK USIA 25-60 BULAN PADA YAYASAN AN-NUR KALLA KOTA MAKASSAR

0 0 6

View of PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS TAHUN 2017

0 0 6

PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG CEDERA OLARGA, INTENSITAS LATIHAN DAN POLA TIDUR PADA ATLET KLUB BOLA VOLI UNHAS MAKASSAR

0 0 6

View of ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM TIPE II DI RSUD DAYA MAKASSAR TAHUN 2017

0 0 6

PENGARUH BIMBINGAN TEKHNIK MENYUSUI DAN PEMBERIAN MINUMAN LOKAL TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR TAHUN 2017

0 0 5

View of ANALISIS PERILAKU MEROKOK SEDANG DAN MEROKOK BERAT MAHASISWA D-III KEPERAWATAN PPNI KENDARI DI SULAWESI TENGGARA

0 0 6

View of PENGARUH DIABETES SELF MANAGEMENT EDUCATION (DSME) TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES TYPE II DI BALAI BESAR LABORATORIUM KESEHATAN MAKASSAR

0 0 7

View of FAKTOR RISIKO TERJADINYA MUAL MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

0 0 5

View of FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DI PUSKESMAS MINASA UPA KOTA MAKASSAR

0 1 6