Tampilan HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI 0 – 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDASTANA KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI 0 – 12
BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDASTANA KECAMATAN
MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA
TAHUN 2015
SRI NORLINA, S.ST., MM
AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN
ABSTRAK
Based on data from the District Health Office Barito Kuala in 2014 obtained Mandastana Health
Center immunization coverage levels are still high, namely lack of accessories for DPT / HB 1-3 (8.47%),
BCG / Measles (2.54%) and Polio (13.60 ). The low efficacy of immunization in infants in the Work Area
Health Center District Barito Kuala Mandastana 2015 that is caused by various factors, namely lack of
awareness and lack of immunization requirements and access to immunization services are not accurate.
Knowing the purpose of this study was motivated by the relationship of immunization in the working area of
the District Health Center Mandastana Barito Kuala in 2015.
This research uses analytic survey with cross sectional approach. The population was all mothers baby
immunization in 0-12 months in the work area health center district mandastana barito kuala. Sample some of
polupasi who meet inclusion and exclusion criteria with purposive sampling numbered 73 people. Sampling
by using a questionnaire interview. Statistical tests used were chi square test and Fisher's Exact test
alternatives to the value of significance (α) = 0.1.The study of 73 mother mothers motivation for immunization are well motivated as many as 37 people
(50.7%) is very good motivation 4 people (5.4%) and the motivation is not good 32 people (43.8%) and the
motivation is not either no (0%). There is a relationship of motivation to immunization in infants obtained p-
value = 0.000 α = 0.1.
The health activities provided to increase the motivation of immunization through education, counseling can
be performed by health care workers and informal education obtained from the mass media or electronic
media. Key words : Motivation, Provision of immunization, BabyLATAR BELAKANG
dicegah dengan imunisasi (Wikipedia, 2012). Indonesia sehat 2015 mendukung
Imunisasi biasanya lebih fokus kegiatan pencegahan penyakit, termasuk diberikan kepada anak-anak karena imunisasi. Imunisasi pada orang dewasa sistem kekebalan tubuh mereka masih perlu digalakan untuk upaya pencegahan belum sebaik orang dewasa, sehingga penyakit tetanus toksoid pada ibu dan rentan terhadap serangan penyakit anak. Fakta dunia saat ini khususnya di berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya negara sedang berkembang setiap 14,5 dilakukan satu kali, tetapi harus juta anak balita meninggal karena dilakukan secara bertahap dan lengkap berbagai penyakit yang dapat dicegah, terhadap berbagai penyakit yang sangat kurang gizi, dehidrasi karena muntaber membahayakan kesehatan dan hidup dan setiap tahunnya 3,5 juta anak balita anak. Tujuan dari diberikannya suatu meninggal karena penyakit yang dapat mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, cacar air, TBC (tubercolosis), dan lain sebagainya (Localhost, 2012).
Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh dan Mila, 2006).
Dampak anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal. Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman- kuman tersebut ke adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.
Di Indonesia, saat ini, dalam setahun diperkirakan ada 1,7 juta kematian pada anak atau 5 persen pada anak balita adalah akibat Penyakit yang dapat dicegah degan imunisasi (PD3I), yaitu campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, dan tuberculosis (Julianto, 2012).
Pada tahun 1995-2005, tidak ditemukan kasus poliomyelitis. Namun sejak Maret 2005 terjadi ledakan
(outbreak) infeksi virus polio liar dari
mancanegara di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dalam waktu beberapa bulan, virus tersebut menyebar ke beberapa provinsi sehingga mengakibatkan 307 anak lumpuh cacat seumur hidup (Hadinegoro, 2011).
Menurut laporan dari beberapa rumah sakit di Indonesia, kematian penderita difteri cukup tinggi, yaitu berkisar 32,5% - 37,14%, umumnya karena tidak mendapat imunisasi difteri dengan benar. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus kejadian
pertusis terjadi dan 297.000 kasus berdampak pada kematian di dunia.
Untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus diberikan vaksinasi DPT (Hadinegoro, 2011).
Bila orang tua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi adalah motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan ( Ayubi, 2009).
Menurut data dari Riskesdes 2007, cakupan Imunisasi Dasar, Provinsi Kalimantan Selatan yaitu BCG (90,4%), Polio 1-4 (75,1%), DPT 1-3 (71,8%), HB 0-3 (67,1%), Campak (81,7%). Menduduki peringkat 12 dari 33 provinsi, adapun peringkat 1 diduduki oleh Provinsi DI Yogyakarta, BCG (100,0%), Polio 1-4 (96,1%), DPT 1-3 (89,8%), HB 0-3 (69,0%), Campak (99,2%) dan yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Barat BCG (73,2%), Polio 1-4 (47,9%), DPT 1-3 (47,9%), HB 0-3 (42,4%) dan Campak (78,5%) (Soendoro, 2008). Data dari Riskesdes 2007, menyebutkan Presentase Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kalimantan yaitu : Kalimantan Selatan BCG (90,4%), Polio 1-4 (75,1%), DPT 1-3 (71,8%), HB 0-3 (67,1%), Campak (81,7%). Kalimantan Barat, BCG (79,3%), Polio 1-4 (65,5%), DPT 1-3 (62,0%), HB 0-3 (58,1%), Campak (77,0%) dan Kalimantan Tengah, BCG (82,1%), Polio 1-4 (66,8%), DPT 1-3 (64,6%), HB 0-3 (60,3%), Campak (77,3%) (Soendoro, 2008).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala tahun 2014, target yang dicapai sebesar 90% untuk Puskesmas Mandastana, HB 0 (72,86%), BCG (92,94%), polio1 (92,94%), polio2 (87,73%), polio3 (83,64%), polio4 (80,30%), DPT-HB 1 (87,73%), DPT HB2 (84,39%), DPT HB3 (80,30%), Campak (85,50%), dengan ketidak lengkapan (dropout) yaitu : DPT/HB 1-3 (8,47%), BCG/Campak (2,54%) dan Polio (13,60).
Kecamatan Mandastana sebanyak 269 orang. sampel diambil dengan metode
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberian imunisasi. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni tahun 2015.
non random (non probability) sampling, dengan teknik purposive sampling.
HASIL PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik, Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Pada penelitian ini populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi (usia 0-12 bulan) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
METODE
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 ibu mengenai Hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015. Maka data diperoleh, diolah kemudian di analisis secara Univariat dan Bivariat dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut : a.
Data dari Puskesmas Mandastana Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2014, menyebutkan bahwa angka terendah cakupan imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandastana yaitu Di Desa Puntik Luar, BCG (87,5%), polio1 (87,5%), polio2 (75,0%), polio3 (75,0%), polio4 (75,0%), DPT-HB 1 (75,0%), DPT HB2 (75,0%), DPT HB3 (75,0%) dan Campak (83,3%)
Motivasi Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandastana
Kecamatan Mandastana Tahun 2015 Motivasi n % Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik
4
37
32 5,5
50,6
44 Jumlah 73 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang terbanyak motivasi ibu adalah motivasi baik
Motivasi Ibu Dari data yang diperoleh menggambarkan bahwa motivasi ibu tentang pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel Distribusi Berdasarkan paling sedikit motivasi sangat baik 4 Dari tabel tersebut diatas dapat orang (5,5%) dan motivasi sangat dilihat bahwa ibu yang memiliki motivasi tidak baik tidak ada (0%). sangat baik semua pemberian imunisasi b. yang lengkap yaitu sebanyak 4 orang
Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dari data yang diperoleh dari (100%), ibu dengan motivasi baik hasil wawancara, dilihat bahwa sebagian besar pemberian imunisasinya pemberian imunisasi pada 73 orang lengkap 32 orang (86,5%), adapun ibu dapat dilihat pada tabel dibawah ini : dengan motivasi tidak baik semuanya
Tabel Distribusi Berdasarkan (100%) pemberian imunisasinya tidak Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di lengkap. Wilayah Kerja Puskesmas Analisis statistik dengan Mandastana Kecamatan Mandastana menggunakan uji Chi Square tidak bisa Tahun 2015 dilaksanakan karena tidak memenuhi
Pemberian
syarat yang ditentukan. Karena terdapat
n % Imunisasi
sel dengan nilai harapan yang kurang dari
Lengkap 36 49,3
5 sebesar 20%, sehingga variabel
Tidak Lengkap 37 50,7
motivasi dengan 3 kategori digabung atau
Jumlah 73 100
dikotomi menjadi 2 kategori yaitu sangat
Berdasarkan tabel diatas
baik digabung dengan baik, kemudian dapat dilihat bahwa bayi yang dilakukan analisis dengan uji Fisher mendapatkan imunisasi lengkap dari
Exact diperoleh nilai p=0,000, maka p<
73 bayi sebanyak 36 bayi (50,75%) 0,1, sehingga dapat dikatakan bahwa ada dan 37 bayi (49,3%) tidak lengkap hubungan yang signifikan antara motivasi mendapatkan imunisasi. dengan pemberian imunisasi pada bayi. 1)
Analisis Bivariat a.
Hubungan Motivasi Dengan
PEMBAHASAN
Pemberian Imunisasi Hubungan Motivasi 1.
Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi
Motivasi yang berarti dapat dilihat pada tabel di dorongan dari dalam diri manusia bawah ini : untuk bertindak dan berperilaku. Tabel Hubungan Motivasi Dengan
Oleh karena itu dalam mempelajari Pemberian Imunisasi Pada motivasi akan berhubungan dengan Bayi di Wilayah Kerja hasrat, keinginan, dorongan dan Puskesmas Kecamatan tujuan (Notoatmodjo, 2010).
Mandastana Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian
Batola Tahun 2015 dari 73 ibu paling banyak memiliki motivasi baik yaitu sebanyak 37
Pemberian Imunisasi
orang (50,6%), ibu yang motivasi
Jumlah Lengkap Tidak Motivasi
sangat baik sebanyak 4 orang
lengkap
(5,4%), dan motivasi tidak baik
n % n % n
% sebanyak 32 orang (44%) sedangkan
Sangat Baik *
100
4 100
4 Baik *
motivasi sangat tidak baik tidak ada
32 86,5 5 13,5
37
100
Tidak baik
(0%). Mereka yang motivasinya baik
32 100
32
100 ataupun sangat baik ini sebagian
Jumlah 36 49,3 37 50,7 73 100 Keterangan : * kategori yang digabungkan atau besar dipengaruhi oleh karena dikotomi dicapai dan minat atau keinginan seorang ibu. Adanya dorongan positif dari keluarga.
Adapun ibu yang motivasinya tidak baik terutama disebabkan oleh kurang dorongan dari suami ataupun orangtua dan pengaruh lingkungan misalnya orang-orang disekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupu memberikan informasi pada ibu tentang kegiatan positif misalnya tentang kesehatan, jarak rumah dari tempat kesehatan dan imbalan.
Motivasi itu sendiri sebenarnya lebih dipengaruhi oleh anggota keluarga ataupun oleh lingkungan sekitarnya. Apabila didalam keluarga tidak ada yang mendukung atau menyarankan untuk melakukan sesuatu atau kegiatan maka seorang ibu tidak bisa langsung melakukan apa yang diinginkan atau yang diharapkan dapat dicapai.
Pemberian Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008 ). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 ibu yang diteliti sebagian besar pemberian imunisasinya tidak lengkap yaitu sebanyak 37 bayi (50,7%) dan 36 bayi (49,3%) pemberian imunisasinya lengkap.
Rata
Imunisasi seperti juga obat tidak terlepas dari epek samping yang telah diketahui sebelum vaksin beredar. Epek samping yang timbul umumnya tidak berbahaya, walaupun demikian efek imunisasi juga di pantau oleh badan independen KOMNAS PP KIPI (Komite Nasional Penaggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Kejadian ikutan pasca imunisasi). Kejadian ikutan pasca imunisasi umumnya ringan dan dapat diatasi dengan cara sederhana di rumah seperti demam pengobatannya dikompres, banyak minum, dan diberikan obat penurun panas. Reaksi vaksin yang berat jarang sekali terjadi.
2. Pemberian Imunisasi Pada Bayi
Untuk merubah perilaku atau anggapan yang telah ada harus diawali dengan peningkatan pengetahuan ibu atau orang tau bayi tentang pemberian imunisasi terutama mengenai keuntungan dan kerugian pemberian imunisasi dengan cara lebih banyak mengikuti penyuluhan-penyuluhan dari petugas kesehatan atau bisa melalui informasi dari media massa atau media elektronik.
3. Hubungan Motivasi dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi
- – rata ibu yang mempunyai bayi yang ada diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana tidak mau membawa anaknya ke posyandu alasannya takut pada efek samping imunisasi dan dilarang oleh suaminya karena suaminya beranggapan imunisasi menyebabkan anaknya panas atau sakit. Tetapi ada juga ibu yang tidak pergi ke posyandu di karenakan jarak rumah dengan posyandu sangatlah jauh dan alat transportasinya kurang memadai.
Menurut Taufik (2007) secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar- benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Localhost, 2012).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ibu yang memiliki motivasi sangat baik semua pemberian imunisasi yang lengkap yaitu sebanyak 4 orang (100%), ibu dengan motivasi baik sebagian besar pemberian imunisasinya lengkap yaitu sebanyak 32 orang (86,5%), adapun ibu dengan motivasi tidak baik semuanya (100%) pemberian imunisasinya tidak lengkap.
Dari hasil diatas dapat dismpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan pemberian imunisasi, bila motivasi ibu baik pemberian imunisasinya lengkap dan jika motivasi ibu tidak baik pemberian imunisasinya tidak lengkap. Pemberian imunisasi pada bayi sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Tetapi pemberian imunisasi yang dapat menyebabkan demam tinggi membuat orang tuanya enggan atau takut untuk mengajak anaknya ke posyandu untuk diberikan imunisasi. Dukungan yang kurang dari anggota keluarga juga menyebabkan ibu tidak mau mengimunisasikan anaknya.
Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang motivasinya tidak baik pemberian imunisasi terhadap bayinya tidak lengkap, sedangkan motivasinya baik pemberian imunisasinya lengkap. Hal tersebut bisa disebabkan karena motivasi atau dorongan dari keluarga masih kurang.
Hasil analisis statistik dengan uji fisher exact diperoleh p=0,000 maka p<0,1 berarti ada hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi DiWilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2012. Ibu dengan motivasi yang baik kebanyakan pemberian imunisasi pada bayi nya lengkap, sedangkan ibu yang motivasinya kurang baik pemberian imunisasi pada bayinya tidak lengkap. Hal ini berarti motivasi ibu sangat berperan terhadap pemberian imunisasi pada bayi.
Hasil ini sama dengan pendapat Budioro (2002) yaitu bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi adalah motivasi. Dalam hal ini motivasi diartikan sebagai dorongan secara sadar dan tidak sadar membuat orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai kebutuhannya dan diharapkan dengan motivasi yang besar untuk melengkapi imunisasi dasar bagi bayinya, segala penyakit dapat dicegah sedini mungkin dan kesehatan bayi dapat terpenuhi.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Motivasi ibu terhadap pemberian imunisasi yang terbanyak adalah motivasi baik yaitu sebanyak 37 orang (50,7%), motivasi sangat baik 4 orang (5,4%), motivasi tidak baik sebanyak 32 orang (43,8%) dan motivasi sangat tidak baik tidak ada (0%).
2. Sebanyak 73 ibu yang disurvei didapat bahwa yang mempunyai presentasi terbesar adalah yang pemberian imunisasinya tidak lengkap yaitu 37 orang (50,7%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Batola Tahun 2015 (p=0,000).
SARAN 1.
Untuk Ibu Diharapkan untuk selalu mengikuti kegiatan-kegiatan kesehatan yang berkaitan dengan pemberian imunisasi atau posyandu yang diselenggarakan oleh Puskesmas agar lebih meningkatkan motivasi atau keinginan ibu untuk membawa bayinya berimunisasi. Untuk meningkatkan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi hendaknya menyempatkan waktu untuk mengikuti penyuluhan kesehatan bisa juga dengan melalui informasi dari media massa atau media elektronik.
Bagi Puskesmas agar lebih memberikan informasi tentang pemberian imunisasi di masyarakat dengan materi, seperti menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan imunisasi, bagaimana keuntungannya, efek samping.
Penyuluhan bisa dilakukan di Puskesmas atau Posyandu, mempersiapkan brosur-brosur atau leaflet yang isinya membahas tentang imunisasi, khusunya tentang efek samping Imunisasi, keuntungan Imunisasi, dan waktu pemberian imunisasi yang tepat.
3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan menjadi salah satu jembatan untuk memberikan teori serta skill atau keterampilan yang lebih optimalkan sebagai salah satu upaya kesiapan mahasiswa dalam menjalankan tugasnya nanti sebagai seorang bidan.
4. Untuk peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dan mengetahui lebih jauh tentang faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada bayi, yaitu motivasi, pengetahuan dan sikap.
2. Bagi Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi
Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Ayubi. 2009. Faktor yang Mempengaruhi
Keperawatan . Jakarta: Salemba Pemberian Imunisasi
Medika Diakses
pada 27 Mei 2015
Ranuh. 2008. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia . Jakarta : IDAI
Depkes, RI. 2010. Pembangunan
Kesehatan Indonesia Sehat 2015
Ranuh, Mila. 2006. Pedoman Imunisasi Diakses
Indonesia
pada 28 Mei 2015
Diakses pada 27 Mei 2015
Dinas Kesehatan Batola. 2012. Cakupan
Imunisasi Dasar . Marabahan :
Soendoro. 2008. Riset Kesehatan Dasar Kesehatan Ibu dan Anak
Indonesia
Diakses pada 04 Mei 2015
Djamarah. 2002. Jenis-Jenis Imunisasi
Diakses Taufik. 2007. Jenis-jenis Motivasi . pada 28 Mei 2015
(m.Antara News.com) Diakses pada
03 Mei 2015 Hadinegoro, S. 2011. Panduan Imunisasi
Anak . Jakarta : IDAI
Wawan, A. dan M, Dewi. 2010. Teori
dan Pengukuran Pengetahuan,
Julianto.go.id. 2012. Dampak Imunisasi Sikap, dan Perilaku Manusia.
Anak
Yogyakarta : Nuha Medika Diakses pada 04 Mei 2015
Wikipedia.Org. 2015. Indonesia Sehat Locallhost.go.id. 2012. Imunisasi Dasar 2015 .
Diakses Diakses tanggal 27 Mei 2015 pada 27 Mei 2015
Nelson, Mila. 2006. Sikap, Perilaku dan
Kebutuhan Manusia
Diakses pada 27 Mei 2015 Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi . Jakarta:
Penelitian Kesehatan
Rineka Cipta