BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SMA Negeri 1 Kendal merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kendal. SMA Negeri 1 Kendal atau yang biasa dikenal sebagai SMANIK, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas yang difavoritkan di Kabupaten Kendal. Sekolah
yang berlokasi di Jl. Soekarno-Hatta, Desa Purwokerto, Kecamatan Patebon ini, merupakan salah satu dari tiga SMA di Kabupaten Kendal yang pernah mendapat status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional bersama SMA Negeri 1 Boja dan SMA Pondok Modern Selamat, sebelum akhirnya status itu dicabut sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi beberapa waktu yang lalu. SMA juga memiliki sebutan Ganesha International Highschool berkaitan dengan logo sekolah yang bergambarkan Dewa Ganesha ini, telah berhasil mencetak lulusan terbaiknya untuk diterima di perguruan tinggi negeri atau pun swasta favorit di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti UGM, ITB, IPB, Undip, ITS, Unnes, dan sebagainya. Mantan Bupati Kendal Dra. Hj. Siti Nurmarkesi juga pernah mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1 Kendal.
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian meningkatkan self efficacy yang rendah di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kendal melalui layanan konseling kelompok behavioral dengan subjek penelitian sebanyak 11 menghasilkan data sebagai berikut.
4.1.1 Jenis Kelamin
2
1
9.1 Total 11 100.0
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah dengan anak urutan ke-1 sebanyak 5 anak = 45,5 %.
4.1.3 Jumlah Anak
Tabel 4.3 Frekuensi Jumlah Anak dalam Keluarga Responden
Frequency Percent Valid
8
18.2
72.7
3
1
9.1
5
2
5
2
Tabel 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.1.2 Urutan Anak
Frequency Percent Valid Laki-Laki
3
27.3 Perempuan
8
72.7 Total 11 100.0
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah dengan jenis kelamin perempuan = 72,7 %. Berarti perempuan dalam penelitian ini mempunyai andil terbesar dibanding laki-laki.
Tabel 4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan Anak
3
Frequency Percent Valid
1
5
45.5
2
3
27.3
18.2 Frequency Percent Valid
2
9.1 Polri
3
18.2 PNS
2
45.5 Pedagang
5
IRT
Pekerjaan Ibu
Frequency Percent ValidTabel 4.5 Frekuensi Pekerjaan Ibu Responden
4.1.5 Pekerjaan Ibu
Sebagian besar pekerjaan ayah responden berwiraswasta sebanyak 6 anak = 54,5 %.
54.5 Total 11 100.0
6
9.1 Wiraswasta
1
1
8
18.2 Total 11 100.0
72.7
3
1
9.1
5
2
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah jumlah anak dua sebanyak 8 anak = 72,7 %. Hal tersebut program pemerintah mencanangkan keluarga berencana dua anak cukup laki-laki maupun perempuan sama saja sudah terwujud sesuai dengan penelitian ini.
18.2 PNS
4.1.4 Pekerjaan Ayah
Tabel 4.4 Frekuensi Pekerjaan Ayah Responden
Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Guru1
9.1 Pedagang
2
27.3 Swasta
1
9.1 Total 11 100.0
Sebagian besar ibu responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 5 anak = 45,5 %.
4.1.6 Jarak Belajar
Jarak Belajar (Km)
18.2
Peneliti menggunakan analisis deskripsi persentase untuk mengetahui gambaran tingkat self efficacy pada siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan konseling kelompok. Berdasarkan data sebelum dan sesudah perlakuan konseling kelompok
4.2 Hasil Analisis Deskriptif Pelaksanaan
Konseling Kelompok Behavioralefficacy siswa dimungkinkan siswa diantar orang tua sehingga tidak menjadikan self efficacy siswa rendah.
Sebagian besar subjek penelitian ini adalah jarak dari rumah ke tempat belajar sebanyak 3 siswa = 27,3 %. Faktor jarak tidak menjadikan faktor self
9.1 Total 11 100.0
1
15
9.1
1
14
9.1
1
13
2
Km
8
Tabel 4.6 Frekuensi Jarak Rumah Responden Ke Sekolah
1 dapat diketahui peningkatan self efficacy pada siswa XI IPS SMA Negeri 1 Kendal.
7
9.1
1
5
9.1
1
4
27.3
3
2
Frequency Percent Valid
9.1
Berdasarkan data pretes inventori self efficacy diadaptasi dari inventori milik Albert Bandura dianalisis menggunakan komputer program SPSS versi 16 sebagai berikut.
Tabel 4.7
Data Pretes Inventori Self Efficacy Konseling Kelompok
N Valid11 Missing Mean 1.7964 Minimum
1760.00 Maximum 1840.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Berdasarkan data statistik penelitian inventori self efficacy berdasarkan pretes jumlah subjek penelitian 11, memperoleh skor tertinggi 1.840 dan skor terendah 1.760. Rata-rata skor inventori 1.796,4. Adapun interval yang digunakan range (skor tertinggi dikurangi skor terendah) dibagi 5 kategori, sehingga dapat disusun tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.8 Kategori Self Efficacy Responden Sebelum Treatment
Kategori Interval Frekuensi Persentase Sangat tinggi 4.401 0,0 %
- – 5.500 Tinggi 3.301 0,0 %
- – 4.400 Cukup 2.201 0,0 %
- – 3.300 Rendah 1.101 - 2.200
11 100,0 % Sangat rendah 0.000 0,0 %
- – 1.100 Jumlah
11 100 %
Berdasarkan tabel 4.8 self efficacy siswa SMA Negeri 1 Kendal berada pada kategori Rendah 100,0 %. Setelah mendapat layanan konseling kelompok menghasilkan data statistik sebagai berikut.
Tabel 4.9
Data Postes Inventori Self Efficacy Konseling Kelompok
N Valid11 Missing Mean 3953.4545 Minimum
3720.00 Maximum 4141.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Berdasarkan data statistik penelitian inventori self efficacy berdasarkan postes jumlah subjek penelitian 11, memperoleh skor tertinggi 4.141 dan skor terendah 3.720. Rata-rata skor inventori 3.953,45. Adapun interval yang digunakan range (skor tertinggi dikurangi skor terendah) dibagi 5 kategori, sehingga dapat disusun tabel frekuensi sebagai berikut.
Tabel 4.10 Kategori Self Efficacy Responden Setelah Treatment
Kategori Interval Frekuensi Persentase Sangat tinggi 4.401
0,0 % Tinggi 3.301
- – 5.500
- – 4.400 11 100,0 %
Cukup 2.201
0,0 % Rendah 1.101 - 2.200 0,0 % Sangat rendah 0.000
- – 3.300
0,0 % Jumlah 11 100 %
- – 1.100
4.3 Analisis Perbedaan
4.3.1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Syarat untuk menggunakan t tes diperlukan uji normalitas sebagai data variabel yang diteliti. Untuk mengetahui kenormalan data distribusi self
efficacy sebelum dan sesudah diuji dengan Kolmogorov-Smirnov.
4.3.1.1 Uji Sebelum Konseling Kelompok
Uji sebelum konseling kelompok untuk mendapatkan data normalitas data terpenuhi. Adapun setelah diadakan uji normalitas data mendapatkan tampilan output data dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Normalitas Distribusi Pretes Konseling Kelompok
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretes Konseling Kelompok N11 Normal Parameters a Mean 1796.3636 Std. Deviation 26.18119
Most Extreme Differences Absolute .141
Positive .141Negative -.089 Kolmogorov-Smirnov Z .469 Asymp. Sig. (2-tailed) .980 a. Test distribution is Normal. Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai Kol-Smirnov sebesar 0.469 dan Asymp. Sig tidak signifikan yaitu sebesar 0.980 (> 0.05), sehingga dapat disimpulkan sebaran data berdistribusi normal yang nampak pada histogram di bawah ini.
Gambar 4.1 Histogram Sebaran Data self efficacy Pretes4.3.1.2 Uji Setelah Konseling Kelompok
Tabel 4.12 Normalitas Distribusi Postes Konseling Kelompok
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Postes Konseling Kelompok N a11 Normal Parameters Mean 3953.4545 Std. 144.59693 Deviation
Most Extreme Differences Absolute .172
Positive .121 Negative -.172 Kolmogorov-Smirnov Z.569 Asymp. Sig. (2-tailed) .902 a. Test distribution is Normal. Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai Kol-Smirnov sebesar 0.569 dan Asymp. Sig tidak signifikan yaitu sebesar 0.902 (> 0.05), sehingga dapat disimpulkan sebaran data berdistribusi normal yang nampak pada histogram di bawah ini.
Gambar 4.2 Histogram Sebaran Data self efficacy PostesBerdasarkan uji normalitas data menunjukkan nilai Kol-Smirnov dan Asymp. Sig signifikan > 0.05 dan grafik histogram, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
4.3.2 Uji T-test
Berdasarkan data inventori self efficacy sebelum dan sesudah perlakuan layanan konseling kelompok behavioral diuji menggunakan t sampel berpasangan. Hasil uji t sampel berpasangan menghasil data sebelum dan sesudah layanan konseling kelompok.
Tabel 4.13
Self efficacy Sebelum dan Sesudah Konseling
Kelompok
Paired Samples Statistics
Std.Mean N Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretes Konkel 1.796,40 11 26.18119 7.89392 Postes KonKel 3.953,45 11 144.59693 43.59762
Pelaksanaan layanan konseling kelompok behavioral diikuti sebanyak 11 siswa penelitian dengan skor rata-rata self efficacy sebelum layanan konseling kelompok berjumlah 1.796,40 dan sesudah konseling kelompok 3.953,45. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 tentang Self efficacy Sebelum dan Sesudah Konseling Kelompok.
Tabel 4.14 Nilai t Hitung Self efficacy Sebelum dan Sesudah
Konseling Kelompok
Paired Samples Test
Paired Differences 95% ConfidenceInterval of the Std. Sig.
Difference Std. Error (2- Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed) Pair Pretes
1 KonKel 2.157 120.24180 36.25427 2076.31137 2237.87045 59.499 10 s.000
- Postes Konkel
Koefisien t tes = 59,499, Sig = 0.000 < 0,05 sehingga ada perbedaan yang signifikan pre dan posttes.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan data tes awal mean pretes dengan skor 1.796,40 sedangkan skor mean postes sebesar 3.953,45 sehingga ada peningkatan sef
efficacy. Hal tersebut dikarenakan adanya perlakuan
konseling kelompok sehingga mean mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi subjek penelitian bahwa siswa yang mengikuti penelitian ini mempunyai urutan nomor satu yang hidup dalam lingkungan keluarga dengan ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa siswa tampak kurang keyakinan diri, meragukan kemampuan akademiknya, tidak berusaha mencapai nilai tinggi, menghindari tugas-tugas sulit, dan usaha kurang optimal. Pada awal perlakuan siswa kurang berani mengemukakan pendapat permasahan diri sendiri maupun menanggapi permasalah teman lain. Sikap siswa masih ragu- ragu takut salah melakukan tindakan masih terlihat ketika disuruh berpendapat diperlukan waktu agak lama menunggu dan bersuara pelan. Siswa kurang berani mengambil sikap sehingga apabila ada lemparan untuk menanggapi sesuatu tidak cepat mengambil sikap dan tidak tegas. Siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan konseling sehingga masih terkesan kurang lancar karena siswa tidak aktif terkesan saling lempar tanggung jawab apabila diberi tugas. Siswa belum percaya kepada orang lain sehingga ada keragu-raguan takut salah atau sesuatu pendapatnya tidak diterima teman lain. Hal tersebut sesuai pendapat (Humeira, 2014: 3) bahwa siswa yang memiliki efikasi diri lemah terlihat minder diantara siswa yang pintar dan berprestasi dan tidak percaya diri akan kemampuan mencapai prestasi.
Proses konseling kelompok behavioral mulai terlihat perubahan kepercayaan diri siswa sudah berani mengemukakan pendapat permasalahan pada diri sendiri maupun menanggapi permasalahan teman lain pada pertemuan ketiga. Sikap siswa tidak ragu-ragu takut salah melakukan tindakan dan ketika disuruh berpendapat tidak lagi diperlukan waktu yang lama dan mampu menanggapi dengan suara jelas. Siswa sudah berani mengambil sikap sehingga apabila ada lemparan menanggapi mampu mengambil sikap dan bisa diterima teman. Siswa sudah aktif dalam mengikuti kegiatan konseling sehingga konseling sudah lancar sehingga pertemuan seperti berbincang-bincang sesama teman yang akrab. Siswa sudah percaya kepada teman lain sehingga terkesan dalam diskusi diselinggi bersenda gurau mengungkapkan permasalahan pribadi yang meminta teman lain menanggapi. Peserta konseling kelompok sudah terjadi kepercayaan diri karena dimulai oleh konselor dengan keakrapan yang dibangun sebelum dan selama proses konseling kelompok.
Layanan konseling kelompok behavioral mampu meningkatkan self efficacy siswa tidak luput dari manajemen pendidikan mulai proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Slameto, 2009:16). Layanan konseling kelompok behavioral melakukan kerjasama antara guru bimbingan konseling, kepala sekolah, kurikulum sekolah, ketatausahaan, siswa, dan pihak-pihak lain sehingga mampu meningkatkan
self efficacy siswa sesuai harapan / tujuan yang
diinginkan. Setiap belajar diperoleh melalui percontohan sosial (social modeling) seperti meniru pengamatan (imitation of observation) (Bandura, 1997).
Berdasarkan hasil analisis t tes-2 sampel berpasangan (paired sampel) menghasilkan t hitung sebesar 59,499, df 10, dan sig (2-tailed) 0,000. Maka Ha diterima bahwa layanan konseling kelompok behavioral meningkatkan terhadap self
efficacy siswa SMA Negeri 1 Kendal. Hal tersebut
sesuai dengan hasil penelitian (1) Wahid (2013) bahwa konseling kelompok dengan teknik metafora berbentuk healing stories efektif meningkatkan self
efficacy akademik siswa SMA pada mata pelajaran
matematika. (2) Hasil penelitian Udin (2012) menunjukkan bahwa konseling karir secara signifikan meningkatkan self efficacy pengambilan keputusan studi lanjut pada siswa SMA. Ada perbedaan signifikan self efficacy pengambilan keputusan studi lanjut antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (t=5,049; p<0,01). (3) Hasil penelitian Humeira (2014) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan self efficacy dalam belajar. (4) Hasil penelitian Fathiyah (2012) menyatakan bahwa adanya kecenderungan peningkatan self efficacy siswa yang diberi konseling sebaya. (5) Novariandhini (2012) menyatakan bahwa hasil penelitian menemukan hubungan yang signifikan positif antara self efficacy dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Hasil penelitian yang tidak sesuai dengan penelitian ini adalah hasil penelitian Leufeto (2012) meneliti Self efficacy (self-efficacy) dan Motivasi Belajar Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SMP Negeri 1 So’e Kelas VIII, menyatakan bahwa berdasarkan uji hipotesis dengan analisis regresi berganda diperoleh hasil self
efficacy dan motivasi belajar secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Hasil penelitian bahwa setelah layanan konseling kelompok behavioral terjadi peningkatan keyakinan diri siswa rendah menjadi tinggi. Implikasi pada pembelajaran di kelas siswa lebih berani berbicara atau bertanya apabila mengalami kesulitan dalam belajar. Berarti layanan bimbingan dan konseling meniscayakan manajemen agar tercapai efisiensi dan efektivitas serta tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Tohirin, 2013: 256).