USAT Liberty Tulamben Ancaman Lingkungan

COVER

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

VARUNA

Jurnal Arkeologi Bawah Air

Diterbitkan oleh:

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Penanggung Jawab

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman

Redaktur

Sri Patmiarsi

Penyunting

Desse Yussubrasta

Sekretariat

Pahadi Archangela Yudi Aprianingrum Rohilfa Riza

Perwajahan

Sukasno

Alamat Redaksi

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kompleks Kemdikbud, Gd. E, Lantai 11 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp dan Fax (021) 5725531 Email: ekstasi.pcbm@yahoo.co.id

Salam Redaksi

P ini merupakan terbitan reguler mengenai Cagar Budaya Bawah

embaca yang terhormat, kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, kami dapat menerbitkan Varuna Volume 7/2013 ini. Jurnal

Air. Pada kesempatan ini, Jurnal Varuna menyajikan beberapa

artikel yang terkait dengan pelestarian cagar budaya bawah air yang dipandang dari sisi potensi, pemanfaatan, dan bentuk pelestariannya. Pembahasan dimulai dengan metode pengumpulan dan perekaman data, potensi warisan budaya bawah air dengan contoh Situs Pulau Panjang Banten, Situs Belitung, Tulamben. Selanjutnya juga disajikan mengenai bentuk-bentuk pelestarian, salah satunya dalam bentuk museum bawah air.

Perhatian terhadap cagar budaya bawah air di Indonesia terus meningkat, namun hal ini juga seiring dengan ancaman yang terus terjadi sehingga membahayakan kelangsungan situs-situs bawah air tersebut. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya penanganan pelestarian yang tepat.

Semoga melalui artikel-artikel di dalam Varuna Volume 7/2013 ini dapat menambah wawasan kita mengenai cagar budaya bawah air, secara khusus mengenai pelestariannya.

Selamat membaca…

Sambutan

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam sejahtera bagi kita semua.

ertama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penerbitan VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Volume 7/2013 ini sebagai bagian dari publikasi arkeologi bawah air kepada masyarakat.

Arkeologi bawah air merupakan salah satu bagian dari ilmu arkeologi yang memerlukan penanganan khusus, mulai dari pengumpulan data, konservasi, pengembangan, dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, diperlukan banyak referensi tulisan mengenai arkeologi bawah air, khususnya yang berada di wilayah perairan Indonesia.

Publikasi mengenai pelestarian cagar budaya bawah air belum banyak dilakukan, sehingga diperlukan suatu publikasi yang terbit secara berkala untuk dapat menampung gagasan-gagasan mengenai pelestarian cagar budaya bawah air dan menyebarluasannya kepada masyarakat.

Besar harapan kami bahwa Jurnal Varuna ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu arkeologi, dan pelestarian cagar budaya bawah air pada khususnya.

Akhirnya, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penerbitan jurnal ini dan juga kepada seluruh pemangku kepentingan yang telah berjasa dalam pelestarian cagar budaya bawah air.

Selamat membaca. Wassalamu’allaikum, Warohmatullahi Wabarokatuh,

Harry Widianto

Direktur Pelestarian Cagar Budaya Dan Permuseuman

TOPIK UTAMA

USAT LIBERTY TULAMBEN:

Ancaman Lingkungan, Manusia, dan Rekomendasi Upaya Pelestariannya

Nia Naelul Hasanah Ridwan, Semeidi Husrin, Gunardi Kusumah, Zainab Tahir

Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Jl. Raya Padang – Painan Km. 16, Bungus, Padang, Sumatra Barat email: niahasanah79@gmail.com

PENDAHULUAN

memberlakukan hukum tradisional lokal mereka berupa Awig-awig. Hal-

H pengelolaan bangkai kapal karam (2005), Rini Supriyatun (2007), Sofwan

ingga saat ini, telah banyak hal tersebut telah dibahas dengan sangat sekali tulisan publikasi lengkap dan jelas pada tulisan Laode mengenai pemanfaatan dan Kamaludin (2002), Made Kusumajaya

USAT Liberty di Tulamben, Kabupaten Noerwidi (2007), Rochtri Agung Karang Asem sebagai lokasi wisata Bawono (2008), Ridwan (2011) serta penyelaman kapal karam yang paling ratusan ribu tulisan mengenai kapal dikenal di seluruh Indonesia bahkan karam ini yang dapat kita temukan dunia. Publikasi yang dapat ditemukan di internet. Studi Pengembangan juga banyak yang membahas Wilayah Pesisir Tulamben sebagai mengenai tingginya kepedulian dan Kawasan Ekowisata di Kabupaten apresiasi dari masyarakat setempat Karang Asem juga telah dilakukan terhadap keberadaan kapal karam oleh Universitas Udayana (Suardana, tersebut dan berupaya melindunginya 2012). Akan tetapi sejauh ini, belum serta

melestarikannya dengan banyak kalangan ilmiah, pemerintah,

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

LSM, maupun pihak terkait lainnya USAT Liberty maupun ekosistemnya. yang membahas mengenai tingkat Mereka menginformasikan pula bahwa kerentanan, kerusakan, dan faktor- pada saat ini sudah banyak spesies faktor yang mengancam kelestarian ikan yang tidak lagi muncul di lokasi situs kapal karam itu pada saat ini tersebut dan juga banyaknya terumbu dan masa yang akan datang baik dari karang yang rusak dan hancur akibat faktor lingkungan alam maupun faktor keteledoran dan ketidakhati-hatian manusia.

para penyelam (Pickell & Wally, 2010). Pemanfaatan yang berlebihan

Upaya-upaya perlindungan dan terhadap keberadaan kapal karam pelestarian yang bersifat urgen, nyata, tersebut yang ditunjukkan dengan dan perlu segera dipertimbangkan banyaknya jumlah penyelam yang dan dilakukan untuk mencegah mencapai 100-150 orang per hari kerusakan kapal tersebut lebih lanjut dan dampaknya terhadap kelestarian juga belum dibahas oleh instansi- kapal dan lingkungannya juga belum instansi terkait yang berwenang dan dicermati oleh pihak-pihak terkait. kajian serta penelitian yang dilakukan Kita perlu menyadari bahwa jumlah baru pada tahap pemetaan dan penyelam yang terlalu banyak yang pendokumentasian saja. Oleh karena melakukan aktivitas bawah air tersebut itu, tulisan ini akan membahas dan telah memberikan tekanan yang sangat mendiskusikan mengenai kerentanan berat terhadap USAT Liberty dan USAT Liberty saat ini berdasarkan ekosistem di lokasi tersebut. Isu-isu dan hasil identifikasi terhadap sejumlah kekhawatiran akan semakin rusaknya faktor yang menjadi ancaman bagi bangkai kapal USAT Liberty ini justru kelestarian kapal karam tersebut dan muncul dari masyarakat pemerhati ekosistemnya berupa faktor lingkungan industri selam di Bali serta para dive dan faktor manusia. Tulisan ini juga guide lokal akhir-akhir ini dikarenakan akan membahas upaya-upaya apa saja hampir setiap hari mereka melakukan yang perlu dipertimbangkan dan dapat aktivitas penyelaman bersama para segera dilakukan untuk mencegah tamunya dan mereka memperhatikan tingkat kerusakan lebih lanjut yang telah terjadi banyak kerusakan pada dapat menyebabkan musnahnya Upaya-upaya perlindungan dan terhadap keberadaan kapal karam pelestarian yang bersifat urgen, nyata, tersebut yang ditunjukkan dengan dan perlu segera dipertimbangkan banyaknya jumlah penyelam yang dan dilakukan untuk mencegah mencapai 100-150 orang per hari kerusakan kapal tersebut lebih lanjut dan dampaknya terhadap kelestarian juga belum dibahas oleh instansi- kapal dan lingkungannya juga belum instansi terkait yang berwenang dan dicermati oleh pihak-pihak terkait. kajian serta penelitian yang dilakukan Kita perlu menyadari bahwa jumlah baru pada tahap pemetaan dan penyelam yang terlalu banyak yang pendokumentasian saja. Oleh karena melakukan aktivitas bawah air tersebut itu, tulisan ini akan membahas dan telah memberikan tekanan yang sangat mendiskusikan mengenai kerentanan berat terhadap USAT Liberty dan USAT Liberty saat ini berdasarkan ekosistem di lokasi tersebut. Isu-isu dan hasil identifikasi terhadap sejumlah kekhawatiran akan semakin rusaknya faktor yang menjadi ancaman bagi bangkai kapal USAT Liberty ini justru kelestarian kapal karam tersebut dan muncul dari masyarakat pemerhati ekosistemnya berupa faktor lingkungan industri selam di Bali serta para dive dan faktor manusia. Tulisan ini juga guide lokal akhir-akhir ini dikarenakan akan membahas upaya-upaya apa saja hampir setiap hari mereka melakukan yang perlu dipertimbangkan dan dapat aktivitas penyelaman bersama para segera dilakukan untuk mencegah tamunya dan mereka memperhatikan tingkat kerusakan lebih lanjut yang telah terjadi banyak kerusakan pada dapat menyebabkan musnahnya

situasi, peta lokasi, peta keletakan, Situs ini juga penting bukan gambar, perekaman foto dan video. hanya bagi masyarakat Desa Tulamben Pendokumentasian berupa gambar, saja melainkan masyarakat dari Bali foto, video, peta lokasi, dan peta Selatan, Pemuteran, Lovina, Serangan, situasi kapal tersebut perlu dilakukan dan lain-lain dimana hampir di setiap mengingat kapal tersebut berada dive operator di Bali pasti menawarkan di dalam air laut dan dalam kurun dive trip ke Liberty Wreck. Akan waktu yang cukup lama maka bagian- tetapi, melihat perkembangannya bagian kapal dari besi tersebut akan pada saat ini dan dengan semakin mengalami kerusakan yang semakin banyaknya jumlah penyelam yang parah bahkan menjadi hancur sehingga menyelam di lokasi ini serta tidak menyebabkan kita akan kehilangan adanya sumberdaya manusia khusus data dan bukti sejarah yang penting untuk melakukan pemantauan dan (Tenaya, dkk, 2011: 2). pengawasan secara langsung dan

Akan tetapi, mempertimbangkan berkala di lokasi penyelaman, maka bahwa keberadaan bangkai kapal kerusakan situs dan ekosistem semakin karam USAT Liberty ini sangat terkait erat meningkat.

dengan penghidupan perekonomian Pada tahun 2011, Balai masyarakat setempat dan masyarakat Pelestarian Cagar Budaya Gianyar Bali pada umumnya yang menjadikan (BPCB Gianyar) atau yang sebelumnya bangkai kapal karam ini bernilai dikenal sebagai Balai Pelestarian sangat penting, maka preserved by Purbakala Gianyar, melakukan records yang kita lakukan tidaklah Kegiatan Pemetaan dan Penggambaran cukup dan harus ditindaklanjuti Situs/Kapal Karam USAT Liberty. dengan program-program selanjutnya Disebutkan bahwa kegiatan tersebut yang berupa long-term preservation.

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Gambar 1. Lokasi Titik Kapal Karam USAT Liberty (Dok. Nia Naelul Hasanah Ridwan, Juli 2013)

Mendokumentasikan peninggalan maka pelestarian USAT Liberty dengan arkeologi bawah air memang adalah menerapkan hukum awig-awig tugas dan tanggung jawab pemerintah, yang dilakukan oleh masyarakat dan namun selain itu, terdapat tanggung penempatan juru pelihara oleh BPCB jawab moral pemerintah terhadap Bali pada saat ini menjadi tidak cukup masyarakat dimana sebenarnya upaya- dan perlu diperkuat dengan upaya- upaya pelestarian yang lebih dari upaya perlindungan dan pelestarian sekedar preserved by record dapat nyata yang lain untuk mencegah dilakukan. Kita harus melakukan semakin tingginya tingkat kerusakan tindakan yang nyata untuk melindungi yang dialami bangkai kapal beserta bangkai kapal karam tersebut dari lingkungan situsnya. kerusakan yang semakin parah dengan

melakukan upaya-upaya perlindungan Latar Historis USAT Liberty dan dan pelestarian baik secara fisik Kondisi Terkini

mekanik, kimiawi, maupun hukum. Menurut NavSource Naval Melihat semakin meningkatnya History, US Navy, USAT Liberty adalah tekanan yang dialami USAT Liberty, freighter atau kapal kargo Amerika mekanik, kimiawi, maupun hukum. Menurut NavSource Naval Melihat semakin meningkatnya History, US Navy, USAT Liberty adalah tekanan yang dialami USAT Liberty, freighter atau kapal kargo Amerika

Submarine I-166 pada Januari 1942 di Pada Oktober 1918, kapal ini Selat Lombok dan kemudian terdampar kemudian digunakan oleh US Navy di Pantai Tulamben. Menurut arsip dan diberi nama USS Liberty (ID 3461). di atas, kapal ini mengangkut rel Kemudian US Army pada tahun kereta api, karet, dan logistik untuk 1939/1940 menggunakannya dan pasukan sekutu. Penduduk Tulamben

Gambar 2. USAT Liberty tahun 1918 dan 1941 (Sumber: US Army Signal Corps Photo SC 131484, US National Archives)

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

mengatakan bahwa kapal ini juga menjadi rentan terhadap berbagai mengangkut minyak kayu putih dalam kerusakan fisik dan mekanik dan juga tong-tong besar dan juga biji lada hitam. kerusakan kimiawi berupa korosi yang Penduduk mengatakan ketika kapal ini diakibatkan oleh perubahan iklim. terdampar di Pantai Tulamben, hampir

Lokasi situs USAT Liberty yang seluruh pantai tertutup oleh biji lada terletak di pesisir timur Bali dan hitam. Sementara itu, mereka juga merupakan bagian dari Selat Lombok banyak mengambil tong-tong yang merupakan lokasi yang terpengaruh berisi minyak kayu putih untuk dibawa kuat oleh tingginya dinamika perairan ke rumah mereka.

di wilayah tersebut. Kondisi oseanografi di wilayah tersebut cukup kompleks

Faktor Ancaman Lingkungan Alam dan berdinamika tinggi. Pertemuan Nicholas Flemming (2011) arus antara Samudera Pasifik dan mengatakan bahwa secara global, situs Samudera Hindia di wilayah perairan arkeologi bawah air sangatlah rentan tersebut menyebabkan kondisi arus terhadapberbagai kerusakan oleh di wilayah tersebut cukup kuat pada alam maupun manusia. Sejumlah situs waktu-waktu tertentu. mengalami kehancuran dikarenakan

Dasar laut berpasir vulkanik oleh gelombang dan proses erosi. di sekeliling kapal karam dan adanya Oleh karena itu kebijakan pro-aktif arus yang cukup kuat sewaktu-waktu mengenai monitoring dan manajemen dapat menyebabkan penggerusan sangat diperlukan. Ancaman terhadap (scouring) di area kapal karam yang situs kapal karam yang terkait secara konstan dan terus menerus akan dengan faktor perubahan lingkungan menyebabkan badan kapal terekspos dikarenakan tingginya dinamika atau malah menjadi tertutup sama perairan di wilayah tersebut. Dengan sekali oleh timbunan pasir apabila kondisi arus yang cukup kuat dan di lokasi tersebut terdapat sediment faktor angin yang memacu gelombang transport . Kondisi badan kapal tinggi dapat menyebabkan terjadinya yang sebagian berada di lokasi yang erosi, pergeseran, dan sedimentasi dangkal dan dekat dengan permukaan sehingga membuat situs kapal karam laut dapat terekspos dan terpengaruh

Gambar 3. Peta Lokasi USAT Liberty Bali (Dimodifikasi oleh Loka Penelitian Sumberdaya Laut dan Pesisir)

oleh segala macam kondisi cuaca yang oleh angin dan arus di permukaan terkadang cukup ekstrim dan terdapat pantai Tulamben kadang-kadang gelombang mengayun (large swell) cukup ekstrim dan hal ini ini memberi yang dapat “mengayun-ayun” badan tekanan yang cukup kuat untuk kapal di bagian-bagian yang tidak membuat bagian kapal yang berada di terlalu kuat atau yang telah rapuh.

area yang dangkal tersebut mengalami Lokasi bagian kapal karam kerusakan fisik mekanik yaitu menjadi USAT Liberty yang paling dangkal pada rapuh dan goyah yang kemudian bagian atas yaitu mulai dari kedalaman akhirnya menjadi runtuh dan jatuh 5-10 meter masih mendapatkan ke dasar atau menimpa bagian yang pengaruh signifikan dari kekuatan di bawahnya sehingga kehjadian gelombang, arus, dan angin di bagian beruntun tersebut akan menimbulkan permukaan. Gelombang yang dipacu kerusakan yang lebih banyak lagi.

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Pada kondisi cuaca ekstrim Bali selama 4 hari, terdapat 4 bagian dengan adanya badai dan gelombang kapal USAT Liberty yang rubuh yaitu 1 tinggi, bagian-bagian kapal yang telah titik di bagian buritan kapal, 1 titik di rapuh dapat menjadi lepas dari bagian bagian tengah, dan 2 titik yang rubuh superstruktur-nya dan kemudian berada di bagian haluan kapal. Bagian- rubuh. Hal tersebut terjadi pada bagian kapal yang rubuh ini juga Bulan Juli 2013 ketika tim penelitian telah mengalami korosi yang cukup Loka Penelitian Sumberdaya dan signifikan sebelumnya sehingga dapat Kerentanan Pesisir berada di lokasi diduga kuat bahwa tingkat korosi yang USAT Liberty Tulamben. Beberapa hari tinggi di bagian-bagian tersebut sejak pasca kejadian badai dan gelombang awal sudah melemahkan bagian kapal tinggi yang melanda pantai Timur tersebut, dan kemudian ditambah

Gambar 4. Kondisi Gelombang Tinggi di Pantai Tulamben pada Juli 2013 (Dok. Nia Naelul Hasanah Ridwan, 2011) Gambar 4. Kondisi Gelombang Tinggi di Pantai Tulamben pada Juli 2013 (Dok. Nia Naelul Hasanah Ridwan, 2011)

Pantai Kubu dan Pantai Baturinggit, Arus dan gelombang yang dan Pantai Tulamben yang juga cukup kuat di Pantai Tulamben merupakan kawasan lindung geologi menyebabkan adanya proses erosi/ dan kawasan rawan bencana geologi. abrasi yang tinggi. Di dalam Lampiran

Selain arus permukaan, lokasi

VII Rencana Tata Ruang Wilayah kapal karam USAT Liberty adalah Kab. Karang Asem tahun 2012-2032 wilayah yang terpengaruh oleh tentang Sebaran Kawasan Lindung di ocean internal wave (Susanto, 2005). Kabupaten Karang Asem, disebutkan Dampak dan bahaya fenomena ocean

Gambar 5 & 6. Bagian di Haluan Kapal yang Mengalami Korosi Berat dan Kemudian Rubuh Pasca Kejadian Gelombang Tinggi

Bulan Juli 2013 (Dok. Nia Naelul Hasanah Ridwan, Juli 2013)

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Gambar 7. Bagian Kapal yang Rubuh Pasca Badai dan Gelombang Tinggi Juli 2013

(Dok. Loka Penelitian Sumberdaya Laut dan Pesisir)

internal wave terhadap “kelangsungan Berdasarkan hasil penelitian tim hidup” USAT Liberty ini masih dikaji LPSDKP, proses yang menyebabkan oleh Loka Penelitian Sumberdaya dan USAT Liberty berada di tempatnya Kerentanan Pesisir. Dasar laut tempat yang sekarang adalah dikarenakan kedudukan USAT Liberty sekarang proses erosi pantai yang kuat yang yang berupa slope dengan kemiringan terjadi sangat signifikan dan secara 60% lebih juga merupakan satu terus menerus sehingga menyebabkan ancaman untuk keberadaan kapal ini USAT Liberty yang asalnya terdampar ke depan. Kemungkinan terjadinya di pantai menjadi semakin jatuh ke pergeseran badan kapal USAT Liberty kedalaman dikarenakan dudukan yang diakibatkan oleh erosi atau pasir di bawah badan kapal USAT penggerusan dasar laut dengan tenaga Liberty habis tersapu erosi oleh arus penggerak berupa arus dan gravitasi dan gelombang. Hingga saat ini, serta ocean internal wave di lokasi semua tulisan dan publikasi yang tersebut dapat menyebabkan bangkai ada menyebutkan bahwa tremor kapal ini tergeser dan jatuh lebih jauh dari kejadian letusan Gunung Agung lagi ke kedalaman.

tahun 1963 adalah penyebab utama

Gambar 8. Dasar Laut Dudukan USAT Liberty Berupa Slope dengan Kemiringan Signifikan (Dok. Nia Naelul Hasanah Ridwan, Agustus 2013)

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

USAT Liberty terdorong ke laut. Akan semakin lama semakin habis tererosi tetapi hasil penelitian kami dan oleh gelombang dan akhirnya muncul hasil wawancara dengan sesepuh hamparan batu yang sebelumnya ada Desa Tulamben mengatakan bahwa di lapisan di bawah pasir. Hal tersebut proses alam yang secara signifikan dikonfirmasi oleh para sesepuh Desa “menjatuhkan” USAT Liberty dari yang mengatakan bahwa mereka tidak dudukannya di pantai Tulamben ke tahu dari mana batu-batu itu muncul. tempat yang lebih dalam adalah proses Bahkan disebutkan bahwa batu-batu erosi yang terjadi secara terus menerus. tersebut muncul karena “keajaiban Dengan demikian, bukan kapalnya Tuhan”. Akan tetapi hal tersebut dapat yang terdorong dan bergeser semakin dijelaskan secara ilmiah terkait dengan ke tengah laut yang lebih dalam akan proses erosi pantai yang cukup tetapi kapalnya semakin jatuh ke dramatis. Dikarenakan proses erosi bawah di lokasi yang tetap. Tremor ini telah berhasil “menjatuhkan” USAT Gunung Agung juga mungkin ikut Liberty ke kedalaman laut mulai dari berpengaruh akan tetapi erosi adalah tahun 1942, maka ada kemungkinan proses dinamika pantai dan laut yang besar proses alam ini akan menjatuhkan paling dominan di lokasi tersebut. Liberty lagi ke tempat yang semakin Sesepuh Desa Tulamben menyebutkan dalam yang sudah tidak dapat diakses bahwa pantai Tulamben dulunya lagi secara aman oleh penyelam. adalah sejarak kurang lebih 100 meter Hal ini harus diwaspadai dan perlu ke arah laut dari pantai yang sekarang. dilakukan kajian yang mendalam Dengan demikian, dapat diduga bahwa serta kita perlu bersiap-siap untuk telah terjadi pergeseran garis pantai mencegah “hilangnya” USAT Liberty yang disebabkan oleh erosi. Batu-batu tersebut selamanya. vulkanik yang berada di sepanjang

pantai Tulamben merupakan batu Faktor Ancaman Manusia

vulkanik dari Gunung Agung dari Akses yang mudah terhadap kejadian letusan sebelum tahun 1963. situs kapal karam bagi turis yang ingin Batu-batu tersebut dulunya tertutup menyelam sesungguhnya memiliki oleh pasir, dan kemudian pasir itu potensi ancaman dan juga sekaligus vulkanik dari Gunung Agung dari Akses yang mudah terhadap kejadian letusan sebelum tahun 1963. situs kapal karam bagi turis yang ingin Batu-batu tersebut dulunya tertutup menyelam sesungguhnya memiliki oleh pasir, dan kemudian pasir itu potensi ancaman dan juga sekaligus

Gambar 9.

Hipotesa Sejarah Erosi di Pantai Tulamben Menunjukkan Kronologi Jatuhnya USAT Liberty ke Tempat Kedudukannya Sekarang

(Dok. Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir)

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

kapal karam yang diakibatkan oleh dan penyelam memang tidak secara manusia tidak sedramatis kerusakan sengaja melakukan aksi-aksi perusakan yang disebabkan oleh alam, akan seperti yang dicantumkan dalam awig- tetapi kerusakan yang ditimbulkan awig, namun dapat dipastikan bahwa bersifat kumulatif namun signifikan banyak penyelam yang merusak situs (Viduka, 2006, 62).

dan bangkai kapal karam USAT Liberty Supriyatun (2007), Noerwidi secara tidak sengaja. Kemampuan (2007), serta Rochtri Bawono Agung menyelam setiap turis yang (2008) menyatakan bahwa dikarenakan mengunjungi USAT Liberty tidak sama USAT Liberty merupakan objek wisata dan terbagi dalam berbagai macam yang menghasilkan devisa dan kategori yaitu tingkat pemula, tingkat keuntungan bagi masyarakat, maka advance , dan profesional. Bahkan masyarakat setempat merasa perlu banyak sekali di antara turis tersebut melestarikan kawasan Tulamben yang belum mempunyai kemampuan ini dengan menciptakan peraturan selam sama sekali dan mereka baru Awig-awig yang mencakup larangan akan mengambil sertifikasi selam di memancing dalam radius 100 m dari lokasi ini. Kita dapat membayangkan lokasi kapal, larangan merusak kapal para penyelam pemula yang belum dan terumbu karang, dan lain-lain. dapat menguasai teknik buoyancy Aturan-aturan tersebut sepertinya serta para penyelam yang ceroboh dan memang ditaati dan tidak ada orang tidak hati-hati dapat dengan sangat yang berani secara sengaja melanggar mudah menimbulkan kerusakan pada aturan-aturan tersebut. Hal ini telah badan kapal dan juga kehidupan biota dikonfirmasikan juga kepada para laut di area tersebut. Kepakan fin yang sesepuh Tulamben melalui kegiatan tidak terkontrol, penetrasi semaunya wawancara secara langsung dengan ke dalam badan kapal, tangan-tangan Bapak Nyoman Karyasa dan Bapak yang menyentuh dan memegang Degeng yang merupakan Kelian Adat langsung bagian-bagian kapal dan Kelian Banjar Dinas Tulamben.

dapat menimbulkan kerusakan fisik Akan tetapi, hal yang perlu mekanik pada USAT Liberty. Selain itu, dicermati adalah bahwa para turis kebiasaan sebagian penyelam untuk dapat menimbulkan kerusakan fisik Akan tetapi, hal yang perlu mekanik pada USAT Liberty. Selain itu, dicermati adalah bahwa para turis kebiasaan sebagian penyelam untuk

Semakin banyaknya jumlah 2010).

penyelam di USAT Liberty memang Selain kerusakan fisik mekanik, memberi keuntungan yang signifikan kerusakan kimiawi yang di”derita” bagi peningkatan pariwisata, oleh USAT Liberty akibat konsentrasi meskipun di sisi lain menimbulkan oksigen yang berasal dari udara yang masalah penyebab rusaknya dikeluarkan para penyelam akan lingkungan permukaan dasar laut. terperangkap dan menjadi kantung- Jumlah penyelam yang banyak di kantung udara (air pocket) pada satu titik selam dapat menyebabkan badan kapal dan akan mempercepat terbongkarnya permukaan dasar laut proses oksidasi yang menyebabkan dikarenakan dasar laut di USAT Liberty meningkatnya tingkat korosi pada adalah pasir. Permukaan dasar laut USAT Liberty yang merupakan kapal yang sering teraduk karena kepakan berbahan besi dan baja. Sementara fin dan kaki para penyelam dapat itu, kita juga telah mengetahui dengan beresiko membunuh hewan unik sangat baik bahwa korosi adalah salah yang ada dan juga merusak sejumlah satu kerusakan kimiawi yang paling terumbu karang yang sensitif. mengancam benda-benda arkeologis

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Gambar 10 & 11. Banyaknya Jumlah Penyelam di Lokasi USAT Liberty (Dok. Nia Naelul Hasanah Ridwan, Agustus 2013)

Perlunya Upaya Perlindungan dan berpengaruh sangat besar terhadap

Pelestarian Nyata

kestabilan fisik situs kapal karam USAT Sebagaimana kita ketahui Liberty. Kegiatan pelestarian terhadap bahwa kapal karam adalah sumberdaya situs bawah air seyogyanya dilakukan arkeologi dan sumberdaya pesisir yang melalui berbagai aktivitas seperti tidak dapat pulih. Oleh karena itu, perlindungan dan pelestarian situs kegiatan-kegiatan perlindungan dan dengan legislasi, penegakan hukum pelestariannya harus terus diupayakan sejalan dengan aturan perlindungan untuk mencegahnya dari kerusakan hukum, stabilisasi situs secara fisik, lebih lanjut dan kemusnahan. Program perencanaan managemen konservasi, preservasi berkelanjutan perlu segera serta konservasi situs dan artefak. dipertimbangkan serta memerlukan

Aksa (2007) menyebutkan kajian menyeluruh terhadap situs bahwa upaya pelestarian dan dan kondisi lingkungan di sekitarnya. pemanfaatan peninggalan bawah air Hal tersebut penting dikarenakan perlu lebih ditingkatkan dan dikelola lingkungan yang terdegradasi dan baik sehingga akan menjadi aset selalu mengalami perubahan saat kebudayaan dan pariwisata yang ini dikarenakan oleh berbagai sebab memberikan nilai tambah ekonomi bagi termasuk perubahan iklim akan masyarakat. Disebutkan pula bahwa Aksa (2007) menyebutkan kajian menyeluruh terhadap situs bahwa upaya pelestarian dan dan kondisi lingkungan di sekitarnya. pemanfaatan peninggalan bawah air Hal tersebut penting dikarenakan perlu lebih ditingkatkan dan dikelola lingkungan yang terdegradasi dan baik sehingga akan menjadi aset selalu mengalami perubahan saat kebudayaan dan pariwisata yang ini dikarenakan oleh berbagai sebab memberikan nilai tambah ekonomi bagi termasuk perubahan iklim akan masyarakat. Disebutkan pula bahwa

jumlah penyelam di titik ini setiap BPCB Bali menyadari bahwa hari. Hal ini mungkin tidak mudah USAT Liberty yang merupakan salah untuk dilakukan dan akan ada satu titik kapal karam yang telah pihak-pihak yang belum tentu setuju teridentifikasi keberadaannya di antara dengan kebijakan pembatasan jumlah sekian banyak kapal karam, saat ini penyelam di Tulamben karena sudah terancam musnah dalam kurun waktu dipastikan akan mengurangi tingkat yang tidak dapat dipastikan sehingga pendapatan daerah dan pemasukan instansi ini kemudian melakukan bagi masyarakat desa. Menurut Dinas kegiatan pendokumentasian. BPCB Bali Pariwisata dan Budaya Karang Asem, juga menyarankan untuk melakukan pada tahun 2012, PAD Kabupaten upaya pelestarian lebih lanjut dan Karang Asem yang dikenal dengan mendukung untuk mempertahankan sebutan "Pearl from East Bali", dari hukum lokal masyarakat Tulamben Sektor Pariwisata adalah Rp. 12,24 yang dikatakan secara nyata telah miliar dan sebagian besar adalah wisata mendukung pemerintah (Tenaya, dkk, selam dan wisata pantai. Pada tahun 2011:7).

2011, terdapat 416.363 wisatawan Dalam hal ini, perlu yang 73,54% di antaranya merupakan ditambahkan bahwa hukum adat atau wisatawan asing. Jumlah ini meningkat hukum awig-awig yang telah dipunyai terus menerus setiap tahunnya. Oleh masyarakat Tulamben dan ditaati karena itu, apabila kita menerapkan

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

aturan mengenai pembatasan jumlah telah menerapkannya secara ketat. turis yang menyelam di USAT Liberty, Para operator wisata dari luar kota kemungkinan nantinya akan terdapat Bitung yang baru mengetahui hal ini pro dan kontra, akan tetapi hal tersebut juga diharapkan dapat memahaminya harus mulai dipikirkan dari sekarang. dan tidak masuk di titik-titik selam

Di SS Yongala di Great Barrier yang sudah ada 1-2 perahu di atasnya Reef Marine Park Australia, jumlah atau minimal 12 penyelam (Lontoh, penyelam dibatasi hanya maksimum 2013). 7.000 per tahun. Di Indonesia

Selain itu, upaya pemasangan kebijakan mengenai pembatasan sejumlah apartemen ikan di dekat lokasi jumlah penyelam ini baru diterapkan kapal karam dan upaya penenggelaman oleh pemerintah Kota Bitung terhitung kapal lain di lokasi sekitar Tulamben mulai Januari 2013. Kesepakatan dapat juga dilakukan sebagai salah bersama secara resmi dan tertulis satu alternatif untuk menjadikannya telah dibuat di antara semua operator sebagai artificial reef dan lokasi wisata se-kota Bitung (total ada 13 wisata selam kapal karam yang baru operator) dengan Dinas Pariwisata dan dengan tujuan untuk mengurangi Kebudayaan Kota Bitung. Kesepakatan tekanan dan jumlah penyelam di USAT bersama ini kemudian menjadi Liberty . Dengan demikian, jumlah turis salah satu dasar pencantumannya yang diizinkan menyelam di lokasi sebagai salah satu Bab penting dalam kapal karam dapat diatur. Upaya Rancangan Peraturan Daerah Kota penenggelaman kapal sebenarnya Bitung tentang Perlindungan dan telah dilakukan oleh Menteri Kelautan Pengelolaan Kawasan Wisata Kota Perikanan pada tahun 2012 dengan Bitung Tahun 2013. Jika ranperda Pemda setempat. Akan tetapi, ternyata ini disahkan dalam waktu dekat upaya penenggelaman kapal tersebut maka pelanggaran terhadapnya tidak didahului dengan studi mengenai akan memberi konsekuensi hukum karakteristik lingkungan laut di bagi yang melanggar. Dalam lokasi kapal tersebut ditenggelamkan pelaksanaannya di lapangan, semua yang pada akhirnya kapal tersebut resort operator wisata Kota Bitung mengalami pergeseran dan semakin Selain itu, upaya pemasangan kebijakan mengenai pembatasan sejumlah apartemen ikan di dekat lokasi jumlah penyelam ini baru diterapkan kapal karam dan upaya penenggelaman oleh pemerintah Kota Bitung terhitung kapal lain di lokasi sekitar Tulamben mulai Januari 2013. Kesepakatan dapat juga dilakukan sebagai salah bersama secara resmi dan tertulis satu alternatif untuk menjadikannya telah dibuat di antara semua operator sebagai artificial reef dan lokasi wisata se-kota Bitung (total ada 13 wisata selam kapal karam yang baru operator) dengan Dinas Pariwisata dan dengan tujuan untuk mengurangi Kebudayaan Kota Bitung. Kesepakatan tekanan dan jumlah penyelam di USAT bersama ini kemudian menjadi Liberty . Dengan demikian, jumlah turis salah satu dasar pencantumannya yang diizinkan menyelam di lokasi sebagai salah satu Bab penting dalam kapal karam dapat diatur. Upaya Rancangan Peraturan Daerah Kota penenggelaman kapal sebenarnya Bitung tentang Perlindungan dan telah dilakukan oleh Menteri Kelautan Pengelolaan Kawasan Wisata Kota Perikanan pada tahun 2012 dengan Bitung Tahun 2013. Jika ranperda Pemda setempat. Akan tetapi, ternyata ini disahkan dalam waktu dekat upaya penenggelaman kapal tersebut maka pelanggaran terhadapnya tidak didahului dengan studi mengenai akan memberi konsekuensi hukum karakteristik lingkungan laut di bagi yang melanggar. Dalam lokasi kapal tersebut ditenggelamkan pelaksanaannya di lapangan, semua yang pada akhirnya kapal tersebut resort operator wisata Kota Bitung mengalami pergeseran dan semakin

Upaya pelestarian pada kapal Kita juga dapat menjadikan berbahan metal dapat dilakukan situs USAT Liberty ini sebagai lokasi dengan menggunakan metode selam yang eksklusif seperti SS Cathodic Protection (CP). Pada saat Yongala sehingga selain kita dapat di lapangan, Tim LPSDKP telah mengawasi dan membatasi jumlah mencoba melakukan pengukuran penyelam kita juga tetap mendapatkan corrosion rate di 3 (tiga) titik lokasi pemasukan yang tinggi bagi daerah USAT Liberty . Hasil pengukuran ini dan masyarakat dengan meninggikan diharapkan nantinya dapat digunakan tarif masuk (entrance fee). Untuk oleh instansi-instansi terkait sebagai menetapkan kebijakan pembatasan dasar untuk upaya pelestarian in-situ. jumlah penyelam, maka pemetaan Metode ini menggunakan sacrificial suatu destinasi wisata menurut tipenya anode yang dipasang pada sejumlah menjadi sangat penting. Tulamben titik di bagian-bagian kapal untuk perlu dikaji lagi apakah merupakan mengurangi laju korosi sehingga destinasi yang dipetakan menjadi dapat memperpanjang “umur’ kapal. mass-tourism, limited tourism, atau Metode CP ini diterapkan pada kapal- eco-tourism . Pemetaan ini menjadi kapal modern saat ini dan dipasang di penting untuk pengembangan kawasan bagian-bagian yang mudah berkarat tersebut kedepannya. Selain itu, yang atau rawan korosi. penting untuk penetapan pembatasan

Kita semua menyadari ini ialah dilarang mengorbankan bahwa peran serta masyarakat masyarakat dan harus berorientasi Tulamben dalam melestarikan dan pada bisnis berkelanjutan di wilayah mengelola USAT Liberty ini sangat tersebut.

membantu pemerintah dalam upaya Perlindungan hukum yang pelestariannya. Akan tetapi, saat ini,

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Gambar 12 & 13. Kegiatan Pengukuran Tingkat Korosi pada Badan Kapal USAT Liberty

(Dok. Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir)

justru pemerintahlah yang seharusnya Liberty dan kapal-kapal karam lain di segera mengambil tindakan dan peran Indonesia, selain para ahli arkeologi, aktif dalam melindungi, mengelola kita juga dapat melibatkan para ahli dan melestarikan bangkai kapal karam hukum, diplomat, aparat penegak USAT Liberty ini. Akan tetapi tanggung hukum, konservator, ahli arkeologi jawab juga tidak dapat sepenuhnya maritim, insinyur, ahli biologi laut, ahli dibebankan kepada masyarakat sekitar kimia, dan para pelaku industri wisata karena selain terdapat keterbatasan- selam, akademisi dan pihak-pihak keterbatasan dalam melakukan lainnya untuk terus berpartisipasi. upaya pelestarian, terdapat juga hal-

Untuk dapat melakukan upaya- hal yang harus diputuskan dalam upaya perlindungan dan pelestarian hal pengelolaannya, selain itu terhadap USAT Liberty, kita dapat diperlukan juga perhatian serius dari belajar dari manajemen SS Yongala. pemerintah daerah dan pusat untuk Pengelolaan situs SS Yongala yang menjaga keberlangsungannya. Dalam berada di bawah wewenang Museum pengelolaan dan penanggulangan of Tropical Queensland menunjukkan berbagai ancaman kerentanan USAT pendekatan yang holistik dalam Untuk dapat melakukan upaya- hal yang harus diputuskan dalam upaya perlindungan dan pelestarian hal pengelolaannya, selain itu terhadap USAT Liberty, kita dapat diperlukan juga perhatian serius dari belajar dari manajemen SS Yongala. pemerintah daerah dan pusat untuk Pengelolaan situs SS Yongala yang menjaga keberlangsungannya. Dalam berada di bawah wewenang Museum pengelolaan dan penanggulangan of Tropical Queensland menunjukkan berbagai ancaman kerentanan USAT pendekatan yang holistik dalam

artificial seagrass dan Salway di Pembuatan protected area di South Australia serta Sydney Cove di Tulamben juga sangat dianjurkan Tasmania menggunakan sand bag misalnya dengan mencanangkannya (Anderson, 2006, 146). Sementara itu, sebagai situs cagar budaya atau South Australia, Norfolk Island dan sebagai kawasan konservasi maritim Western Australia telah menggunakan yang dalam proses pencanangan in-situ catodic protection pada situs tersebut memerlukan feasibility study bangkai kapal karam dan artefak- terlebih dahulu. Di Great Barrier Reef artefak berbahan metal seperti meriam Marine Park , permanen mooring dan jangkar. Sementara itu Victoria, harus ditempatkan untuk mengontrol Western Australia, South Australia, berbagai kerusakan atau gangguan NSW, dan Queensland telah melakukan yang disebabkan oleh aktivitas menaruh pilot studies terhadap kapal besi dan dan menarik jangkar perahu-perahu kapal uap. Western Australia Maritime yang digunakan oleh para penyelam Museum khususnya telah sangat dan juga untuk mempromosikan akses dikenal dalam keahliannya mengenai yang aman dan berkelanjutan terhadap konservasi tentang predisturbance protected zone area seperti SS Yongala survey mengenai aspek kimiawi dan dan SS Lady Darling. Protected zone biologis lingkungan situs; konservasi tersebut dideklarasikan terkait dengan artefak maritim; serta metal corrosion. signifikansi historis dan keterbatasan Stabilisasi situs secara in-situ terus daya tahan (site’s fragility) serta dan dilakukan oleh Heritage Victoria perlindungan terhadap ancaman dari dan Queensland Museum, serta terus gangguan jangkar perahu.

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

menerus mendukung para staf ahli yang koheren di tempatnya dan konservasi dan meningkatkan fasilitas menghindarkan duplikasi dan overlap pendukung untuk pelaksanaan program yang tidak perlu di kalangan konservasi arkeologi maritim.

instansi pemerintah. Memperkuat

Proses peradilan juga telah hubungan kerja dan berbagi informasi dilakukan untuk mengeksekusi serta meningkatkan terus level proteksi tindakan-tindakan yang merusak dan manajemen yang terkoordinasi situs. South Australia, Queensland di lokasi-lokasi kapal karam sangat dan Victoria telah mengadili berbagai diperlukan. kasus perusakan situs bawah air dalam

Conservation Management beberapa tahun ini mulai dari kasus Plan (CMP) adalah standar praktis melanggar aturan seperti penetrasi untuk panduan proteksi situs secara terhadap badan kapal di SS Yongala umum yang sangat diperlukan. Shipwreck , hingga aktitas melabuhkan Kebanyakan protected zone dan situs- jangkar, dan memasuki area protected situs yang terancam kelestariannya zone di Zanoni dan SS City of harus mempunyai manajemen plan Launceston (Anderson, 2006: 147). yang benar-benar dipersiapkan. NSW mempunyai program “Wreck Pihak atau balai pelestarian terkait Spotters Program” dimana para anggota perlu melakukan assessment terhadap masyarakat yang peduli terhadap situs eksisting bukti fisik, signifikansi, terus menerus memantau kondisi situs ancaman-ancaman, dan kepentingan- dan melaporkan aktivitas ilegal atau kepentingan stakeholder untuk perkembangan situs terhadap NSW memformulasikan rencana untuk Heritage Office .

pelestarian situs dan proteksinya di

Hubungan kerjasama inter- masa mendatang. CMP ini sangat governmental juga sangat penting fundamental dalam memandu untuk mengintegrasikan keberadaan pekerjaan-pekerjaan stabilisasi, situs kapal karam di dalam perencanaan program monitoring, penelitian, program pemerintah dan perencanaan ekskavasi, pekerjaan konservasi, publik lingkungan infrastruktur untuk akses, interpretasi dan rekomendasi menempatkan prosedur manajemen manajemen.

Ucapan Terima Kasih

kegiatan pengukuran korosi USAT Terima kasih penulis haturkan Liberty ; Teman-teman di Balai pada Drs. Wayan Tenaya (BPCB Bali) Penelitian Observasi Laut; dan Bapak yang telah membantu dan mendukung Cipto Aji Gunawan yang telah banyak riset kami tentang kerentanan USAT berdiskusi dan memberikan ide-ide Liberty ; Bapak Abilawa Setyadi mengenai perlunya pembatasan jumlah dan Mas Made Subrata yang telah penyelam dan perlunya memilih antara membantu menjaga kami selama pendekatan mass tourism atau eco- kegiatan penyelaman dan dalam tourism di lokasi USAT Liberty.

REFERENSI

Aksa, Laode M., 2007, “Peningkatan Sosial, Budaya, dan Ekonomi: Manfaat dan Nilai Tambah

Studi Kasus Situs USS Liberty Peninggalan Bawah Air di

Tulamben, Bali”, Varuna Jurnal Kabupaten Belitung”, dalam

Arkeologi Bawah Air, Vol. Varuna Jurnal Arkeologi Bawah

II/2008 , Direktorat Peninggalan Air Vol. I/2007, ISSN1979-066X,

Bawah Air, Departemen Direktorat Peninggalan Bawah

Kebudayaan dan Pariwisata, Air, Jakarta, hal. 72-83.

Jakarta, hal.73-80. Anderson, Ross, Cassandra Philippou Delgado, James, 2011, “The Impact on

and Peter Harvey, 2006, and Opportunities arising from “Innovative Approaches in

Tourism to Submerged Sites”, Underwater Cultural Heritage

UNESCO Scientific Colloquium on Management, in Staniforth,

Factors Impacting the Underwater Mark & Michael Nash (Ed.),

Cultural Heritage, 10th Maritime Archaeology: Australian

Anniversary of the Convention on Approaches, The Plenum Series

the Protection of the Underwater in Underwater Archaeology , New

Cultural Heritage , Royal Library York, Springer, hal. 137-150.

of Belgium, Brussels, Belgium, Bawono, Rochtri Agung,

13-14 December 2011. 2008, “Pemanfaatan dan

Flemming, Nicholas, 2011, UNESCO Pengembangan Peninggalan

Scientific Colloquium on Factors Bawah Air dalam Perspektif

Impacting the Underwater

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Cultural Heritage, 10th http://www.visitlembeh. Anniversary of the Convention on

com/artikel16-kota-bitung- the Protection of the Underwater

menerapkan-maksimal-15- Cultural Heritage , Royal Library

penyelam-dalam-1-spot-dive.). of Belgium, Brussels, Belgium,

Diakses pada 3 Agustus 2013. 13-14 December 2011.

Noerwidi, Sofwan, 2007, Kamaluddin, Laode M., 2002,

“Pemberdayaan Masyarakat pada .Pariwisata Bahari dan

Pelestarian Situs bangkai Kapal Konservasi”,dalam Pembangunan

USS Liberty”, Tulamben Bali, Ekonomi Maritim di Indonesia,

http://arkeologika.wordpress. Gramedia Pustaka Utama,

com/2007/10/31/artikel-. Diakses Jakarta.

pada 5 April 2013. Kusumajaya, I Made, 2005, Konsep

Pickell, David & Wally Siagian, 2010, Pelestarian dan Pemanfaatan

Diving Bali: The Underwater Peninggalan Bawah Air

Jewel of Southeast Asia , Periplus, oleh Masyarakat Tulamben ,

Singapore.

Kabupaten Karang Asem, Ridwan, Nia Naelul Hasanah, 2011, Propinsi Bali, Balai Pelestarian

“The Importance of Empowering Peninggalan Purbakala Propinsi

Local Community in Preserving Bali-NTB-NTT, Denpasar.

Underwater Cultural Heritage Lontoh, Benny, 2013, “Kota Bitung

in Indonesia: Case Study in Menerapkan Maksimal 15

Tulamben, Bali and in Taka Penyelam dalam 1 Spot Dive”,

Kappala, Selayar-South Sulawesi”,

Proceeding on the Asia Pacific Susanto, R. Dwi, 2005, “Ocean Regional Conference on

Internal Wave Observed in Underwater Cultural Heritage,

Lombok Strait”, Oceanography Manila, 8-12 November 2011.

Vol. 18 No. 4, Dec 2005, The Suardana, I Wayan, I Putu

Oceanography Society, Rockville. Sudana,Ariani, Ni Made, 2012,

Tenaya, I. W. Gde Yadnya, dkk., “Studi Pengembangan Wilayah

2011, Laporan Pemetaan dan Pesisir Tulamben Sebagai

Penggambaran Situs/Kapal Kawasan Ekowisata di Kabupaten

Karam U.S.A.T liberti, Tulamben Karang Asem Provinsi Bali”,

Karang Asem , Balai Pelestarian Laporan Penelitian , Program

Peninggalan Purbakala Bali, Studi Pariwisata Universitas

Gianyar.

Udayana. Viduka, Andrew, 2006, “Managing Supriyatun, M.M. Rini, 2007, “Potensi

Threats to Underwater Cultural Obyek Wisata Warisan Budaya

Heritage Sites: The Yongala as Bawah Air di Tulamben”,

a Case Study”, in Underwater Kabupaten Karang Asem,

Cultural Heritage at Risk . Propinsi Bali, dalam Varuna, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.

Sumber Website

1/2007 , Direktorat Peninggalan Bawah Air, Departemen

http://www.karangasemkab.bps.go.id, Kebudayaan dan Pariwisata,

Diakses pada 10 Mei 2013. Jakarta.

http://www.navsource.org/index.html. Diakses pada 19 Maret 2013.

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

THE BELITUNG Shipwreck Site After

Commercial Salvage In 1998

Agus Sudaryadi

ABSTRACT

The Belitung Shipwreck Site, located at 17 meters (m) depth in Belitung waters, Indonesia, is a shipwreck site containing Tang Dynasty (AD 618-906) cargo that was lifted by private salvage companies, Limited Corporation/Perusahaan Terbatas (PT). Sulung Segara Jaya and Seabed

Exploration Company in 1998. The salvaging 1 process was done without involving Indonesian State archaeologists. The shipwreck is an Arab or Indian vessel that includes 60,000 artifacts from the Tang Dynasty. In 2005, the artifacts sold to Singapore Sentosa Leisure Group.

In 2010, the Office for Cultural Heritage Preservation of Jambi conducted the first underwater archaeological survey at Belitung Shipwreck site in order to find out the conditions of the site after the salvaging operation. The result shows that the site is extremely ravaged,

1 he term salvage is associated to random removal of ship parts or cargo for their reuse or sale; excavation is the term used for scientiic methodology in the removal of heritage objects 1 he term salvage is associated to random removal of ship parts or cargo for their reuse or sale; excavation is the term used for scientiic methodology in the removal of heritage objects

Keywords: Belitung, Tang cargo, Shipwreck site, Preservation

INTRODUCTION

PT. Sulung Segara Jaya and Seabed Exploration, a German company.

Riau water has stimulated businessmen T April 1999 (Flecker 2001 : 335). The

he Fantastic selling price of The company carried out excavation the cargo of De Geldermalsen work at the site in September and salvaged by Michael Hatcher in October 1998, and continued in

in Indonesia who want to try their process of salvage was done without luck to get treasure. It encouraged involving Archaeologist or Indonesian the government to form a National researcher. Committee, One of its responsibilities

The Belitung wreck is the first

is to manage licenses, salvage, and archaeological evidence for direct trade exploitation. One of the salvaged between the western Indian Ocean shipwrecks is Belitung Wreck or and China. A remarkable portion of the popularaly known as the Tang Cargo. ship’s hull survived. The hull planks The company which salvaged it was were stitched together, with no sign

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

of wooden dowels or iron fastening. are not known from which part of The keel is 15.3 m long, a keelson, the wreck, if at all, the may have stringers, ceiling planks, and thwart originated. Potentially, a propped- beams still in place. The majority up wood chunk is the mast-step. A of the surviving cargo consisted of long sand pit indicates the site of the

ceramics from the Changsha kilns 2 shipwreck where it was found by the of China. Primarily bowls and ewers, salvagers. What should be done with but also a smattering of figurines and the ruins? This shipwreck is the only jarlets. Other significant finds from the known ship from the 9 th century Anno wreck include white-ware from from Domini (AD) that has been found. It

the famous Ding Kilns, and Yue wares 3 needs preserving.

from Zhejiang Province, several rare

pieces of high-fired blue and white, BELITUNG WRECK NOW

lead ballasts, some pieces of resin which would come from Sumatra,

The location of Belitung Wreck pillow-shaped silver ingots, and a site is in the Western Belitung Island. number of gold vessels (Flecker 2001 Its geographical location includes Batu : 336-345).

Itam (Black Rock) village area, Sijuk How is the Belitung Wreck district, Belitung regency, Bangka now? only fragments of tile remain Belitung Archipelago province. To get and useless cuts of wood on the site. to the site, we can start from Batu Itam They are scattered about the seabed beach about 3 km (1.8 mile) or from in 17 m depth to the west of Belitung Nusantara port in Tanjung Pandan city, Island. The identified cuts of wood from which the distance is 8.8 km (5.4

mile). The visibility is quite good at

2 Changsha kilns located in Hunan Province where the ceramics produced

around 5-7 m.

3 a porcelain that the ancient Chinese likened to snow because of its delicacy

Figure 1. The Location of The Belitung Wreck (Google Earth)

The result of the survey done in November 2010 shows that the salvaging of the Belitung Wreck left broken jar and bowl ceramics. The scattered fragments of jars and bowls are in about 20 m 2 surrounding the wreck site. It seems that the fragments were lifted then thrown away again into the sea because of their broken conditon.

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

Figure 2. Fragment of Jars and Bowls in Seabed (Agus Sudaryadi/Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi)

Meanwhile, the ship itself can not be found again. There are only some small wood chunks left. The sinking of the ship in the seabed left

a trace in the form of 6 m wide and 15 m long hole with orientation South West – North East. In the hole, there are many small fragments of tile and a part of the ship which is identified as the mast-step (Manurung 2010 : 8).

Figure 3. A small wood fragment (Agus Sudaryadi/Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi)

Figure 4. The wood predicted as the mast-step (Agus Sudaryadi/Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi)

VARUNA, Jurnal Arkeologi Bawah Air Vol.7/2013

PRESERVATION EFFORTS

Committee for Salving and Exploiting Valuable Objects Retrieved from

The condition of Belitung Shipwreck (henceforth refered to as Wreck is unknown so far after salvaging the National Committee). The National in 1998. We have no data about its. Committee’s duty is to manage the As a consequence, there have not licensing of survey, salvage, and

been any preservation steps taken. exploition 4 . The laws which protected There are many factors that cause Indonesian culture heritage at that this, some of which are unavailable time was Monumenten Ordonnantie human resources and the preservation (Netherland Law) No. 19 of 1931 of underwater sites has never been (Staatblad 1931 No. 238) then changed done before in Indonesia. Due to that into Monumenten Ordonnantie No. 21 case, in my opinion, the preservation of 1934 (Staatblad 1934 No. 515). that can be done is legal protection,

From the salvaging of it becomes the collection of maritime Geldermalsen’ s cargo, Indonesia got museum and a site rehabilitation is nothing either financially either non needed.

financially. The result of the auction was not done clearly, meanwhile

Dokumen yang terkait

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP REPUTASI PT.TELKOM KANDATEL MALANG (Studi Pada Kelompok Tani di Desa Sisir-Batu tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Telkom Kandatel Malang)

3 44 50

E RB E DA AN P E RI L AKU S E KS UA L RE M AJA YA NG M E NGI KUT I DA N T I DA K M E NGI KUT I P USAT I NF ORM ASI DA N KO S E L I NG RE M AJA ( P I K R ) P AD A RE M AJA S M U DI KAB UP AT E N JE M B E R

0 21 18

Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Ipa Pada Konsep Kondisi Lingkungan Terhadap Kesehatan (Penelitian Quasi Eksperimen Di Sekolah Dasar Negeri Sirnagalih 04 Bogor)

1 45 279

Perbedaan Berpikir Kreatif Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran PBL dan STM Pada Konsep Perubahan Lingkungan dan Daur Ulang Limbah

1 30 322

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Pola Komunikasi Mahasiswa Asal Sumatera Utara Suku Batak Karo (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Mahasiswa Asal Sumatera Utara yang Melakukan Studi di Universitas Komputer Indonesia dalam Berinteraksi dengan Lingkungan Kampusnya)

0 17 77

Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Aplikasi Sakpa Pada Instansi Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Bandung

0 11 1

Gaya Hidup Wanita "Single Perent" Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya (Studi Deskriptif Mengenai Gaya Hidup Wanita Single Parent Dalam Lingkungan Kerjanya Di Kota Bandung)

1 25 105

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN AFEKTIF SISWA (Studi Komparatif pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan Siswa Kelas VII SMP PGRI 1 Band

4 59 95

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17