Untuk memenuhi kebutuhan guru yang ada d (1)

Untuk memenuhi kebutuhan guru yang ada di daerah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) memberikan layanan Lima program Afirmasi. Program tersebut dilakukan untuk
mengatasi permasalahan kekurangan guru, terutama pada daerah yang tergolong terdepan, terluar,
dam tertinggal (3T).
“Penyediaan guru di daerah, khususnya di daerah 3T menjadi perhatian pemerintah untuk
meningkatkan layanan pendidikan,” demikian disampaikan Plt. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan, Hamid Muhammad, di kantor Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (25/11/2017).
Program Afirmasi tersebut adalah 1) Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM3T); 2) Program
Guru Garis Depan (GGD), dan Guru yang bertugas di daerah khusus; 3) Program Sertifikasi Keahlian
dan Sertifikasi Pendidik bagi Guru SMA/SMK (Program Keahlian Ganda); 4) Program Pemberian
Subsidi Bantuan Pendidikan Konversi GTK PAUD dan DIKMAS; 5) Program Diklat Berjenjang bagi
Pendidik PAUD.
Program SM3T adalah program pengabdian sarjana pendidikan untuk berpartisipasi dalam
percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T selama satu tahun. Program tersebut dilakukan
sebagai penyiapan pendidik professional yang akan dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi
Guru.
Selanjutnya Program GGD dilakukan sebagai upaya untuk memeratakan akses pendidikan dengan
meningkatkan ketersediaan tenaga pendidik di daerah 3T. Program GGD angkatan pertama telah
mengirimkan 798 guru profesional ke 28 kabupaten di daerah 3T yang tersebar di empat provinsi.
Keempat provinsi tujuan program GGD tersebut yaitu Provinsi Aceh, Nusa Tenggara Timur, Papua,
dan Papua Barat.

“Kemendikbud akan merekrut 17.000 guru garis depan atau GGD untuk ditempatkan di 15.000 desa,
daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Guru tersebut akan menyandang status calon pegawai
negeri sipil (CPNS) setelah lulus program GGD. Program tersebut dicanangkan akan bergulir hingga
tahun depan,” tutur Plt. Dirjen GTK.
Tahun ini, Kemendikbud merekrut 6.296 guru hasil dari seleksi program GGD 2016. dan program GGD
2018 akan melibatkan guru honorer bergelar sarjana yang sudah mengabdi di sekolah-sekolah 3T.
Dengan rencana merekrut 17.000 GGD itu sedang dibahas intensif dengan kementerian dan lembaga
terkait, yaitu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Badan
Kepegawaian Negara. Program GGD mendapat dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah.
dimana gaji untuk para GGD berasal dari APBD masing-masing kabupaten.
Guru honorer yang ikut program GGD juga harus lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dan ikut seleksi
GGD, mereka harus PPG. Penempatan GGD juga bisa di luar daerah 3T. ada beberapa desa di Pulau
Jawa pun masih banyak yang berada jauh dari pusat pemerintah kabupaten. Kendati demikian,
penempatan di daerah 3T jadi prioritas.
Selanjutnya, Program Keahlian Ganda diinisiasi karena kurangnya guru produktif di SMK. Berdasarkan
data per tahun 2016, Indonesia memiliki kekurangan guru SMK produktif sebanyak 91.861 guru.

Program Keahlian Ganda tahap pertama lalu berhasil menyeleksi 12.741 guru, dan akan bertambah
15.000 di tahap kedua pada tahun ini. Untuk Program Keahlian Ganda tahap II, ada 53 bidang
keahlian yang bisa dipilih calon peserta Program Keahlian Ganda.

Dengan adanya Program Keahlian Ganda, guru normatif bisa mendapatkan sertifikat keahlian sebagai
guru produktif. Mereka akan mengikuti pelatihan yang dibagi menjadi lima tahap, sebelum
mendapatkan sertifikat keahlian. Sertifikat tersebut dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
yang telah mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
“Perlu adanya peran pemerintah daerah untuk ikut serta melakukan redistribusi guru, meningkatkan
kompetensi, dan memenuhi kesejahteraan guru yang masih di bawah standar minimum. Kadisdik
tolong lakukan redistribusi guru, sehingga sekolah yang kekurangan guru dapat cepat tertangani,”
pesan Hamid.
Terkait dengan Program Pemberian Subsidi Bantuan Pendidikan Konversi GTK PAUD dan DIKMAS,
tahun 2017 pemerintah memberi dana bantuan Pendidikan melalui Konversi kepada 1.819 orang
yang tersebar di 36 Perguruan Tinggi seluruh Indonesia dengan jurusan yang sesuai dengan bidang
PAUD dan Dikmas yaitu Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Luar Sekolah (PLS),
dan Bimbingan Konseling (BK).
Terakhir, untuk Program Diklat Berjenjang bagi Pendidik PAUD, tahun 2017 pemerintah
menyelenggarkan program Diklat dasar yang dilakukan oleh PKG sebagai Organisasi Mitra dan
Pelatihan Calon Pelatih (PCP) Dasar yang dilakukan oleh HIMPAUDI dan IGTKI tingkat Provinsi. Kedua
program tersebut di bawah pembinaan Kemendikbud.
Sasaran Diklat tersebut berjenjang tingkat dasar adalah Guru PAUD non formal yang berkualifikasi
SLTA dan SLTP dan belum mendapatkan kesempatan mengikuti Diklat berjenjang dan yang sejenis.
Untuk memenuhi kebutuhan pelatih dalam program tersebut, pemerintah memiliki program

Pelatihan Calon Pelatih (PCP) yang dilakukan oleh 40 organisasi mitra diseluruh Indonesia dengan
jumlah peserta sebanyak 2000 orang.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/11/kemendikbud-siapkan-lima-program-afirmasiuntuk-pemenuhan-guru-di-daerah

Ketika melihat kembali gedung SD dulu, kemudian membandingkannya dengan keadaan sekarang,
lapangan bermain yang kita kira seluas lapangan bola kaki ternyata kecil belaka. Apa yang kita
pikirkan mungkin sama dengan orang lain yang juga sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun
menamatkan sekolah dasar (SD) yakni perubahan.

Ya, perubahan kecil, besar, ke arah yang lebih baik atau lebih buruk atau bahkan hanya perubahan
persepsi. Namun, konsistensi pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkan

mutu 147.503 sekolah dasar negeri dan swasta (Data Kemendikbud) di seluruh Indonesia patut
diapresiasi.

Todaro (1997: 20) mengungkapkan bahwa di banyak negara berkembang, pendidikan formal adalah
industri dan konsumen terbesar adalah anggaran pemerintah yang besarannya termaktub dalam
UUD pasal 31 ayat (4). Maka sebagai pembuat kebijakan, pengatur sistem pendidikan sekaligus
konsumen terbesar, usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa (Pembukaan UUD
1945 alinea 4) ini sudah sepatutnya mengharapkan lulusan yang bemutu dan berdaya saing.


Pemerintah Daerah Dalam Perannya Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar

Pemerintahan Daerah di Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945 terdiri dari kepala daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibantu oleh Perangkat Daerah untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bagi kebanyakan orang awam, peran pemerintah daerah dalam pengingkatan mutu sekolah dasar ini
mungkin hanya diartikan sebagai pihak yang berwenang dalam menyalurkan dan memberikan
kucuran dana dan hal-hal yang bersifat birokratif lainnya. Padahal peran pemerintah daerah bisa
lebih ditingkatkan lagi, mengingat sistem otonomi memberikan lebih banyak keleluasaan dalam
mengembangkan potensi daerah termasuk di dalamnya pendidikan di sekolah dasar.

Sebelum menghadirkan peran pemerintah dalam semua aspek peningkatan mutu sekolah dasar,
perlu adanya komitmen yang kuat untuk memberantas korupsi dan pungutan liar oleh seluruh pihak
terkait. Jika tidak, semua solusi dan upaya untuk meningkatkan dan memajukan mutu pendidikan
sekolah dasar tidak akan pernah berjalan dengan maksimal.


Pemerintah daerah pula perlu memahami fungsi pendidikan sekolah dasar itu sendiri dan landasan
hukum yang menaunginya sehingga kebijakan yang diambil tidak menyalahi aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan tidak merugikan pihak-pihak terkait lainnya.

Undang-Undang Tentang Pendidikan

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 17 ayat 1 dan 2,
Mohammad Ali (2009: 33) menguraikan fungsi pendidikan dasar sebagai pembekalan kemampuan
dasar yang terkait dengan kemampuan berpikir kritis, membaca, menulis, berhitung, penguasaan
dasar-dasar untuk mempelajari sainstek, dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan tuntutan
kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua, pendidikan dasar memberikan dasar untuk
mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Selain UU tersebut yang disusun berdasarkan pada UUD 1945 Pasal 28C, 31 dan 32, Undang-undang
Hak Asasi Manusia (UU No. 39 Tahun 1999) pada bagian hak anak, Konvensi Hak Anak (Keputusan
Presiden No. 36 Tahun 1990) dilengkapi dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar maka setidaknya ada lima aspek yang
dapat dibenahi pemerintah daerah.

1.Tenaga Pendidik


a.Pendistibusian Guru

Adanya wacana mengenai PNS guru yang akan dijadikan PNS nasional ditanggapi beragam terutama
dari kalangan guru itu sendiri. Namun, sebelum wacana tersebut direalisasikan, pemerintah provinsi
bisa lebih dulu mendata jumah guru di provinsi masing-masing kemudian mendistribusikan guru
sehingga kelebihan dan kekurangan guru di satu SD, satu daerah dengan SD dan daerah lainnya bisa
saling menutupi.

b.Perekrutan Guru Honorer

Untuk daerah yang kekurangan guru dan tidak bisa lagi ditutupi oleh daerah lainnya, pemerintah
daerah dapat mengambil alih perekrutan guru honorer atau kontrak dengan besaran honornya
diambil dari dana BOS dan disesuaikan dengan pendapatan daerah masing-masing.

Langkah ini diambil agar sekolah tidak dengan mudah menerima guru honorer dan memaksa
pemerintah pusat untuk bertanggungjawab dengan mengangkat mereka menjadi PNS di kemudian
hari dan sebagai antisipasi praktek nepotisme terutama di sekolah-sekolah dasar negeri. Besaran
honor pun diharapkan dapat mengurangi kesenjangan kesejahteraan antara guru PNS dan guru
honorer dengan besaran yang lebih layak.


c.Kualitas Guru

Kualitas guru memegang peran utama dalam peningkatan mutu pendidikan SD. Dengan adanya
perekrutan guru honorer melalui serangkaian tes yang diberikan, harapannya adalah mereka yang
lulus mempunyai latar belakang pendidikan yang linear dan kecakapan dalam mengajar di sekolah
dasar.

Bagi mereka yang sudah menjadi guru PNS terlebih lagi bagi guru yang sudah bersertifikasi sudah
semestinya memberikan sumbangsih berupa karya baik karya tulis, inovasi pengajaran, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan pendidikan SD.

Sedangkan guru yang sudah sulit melaksanakan tugas pokoknya dikarenakan sakit, lemah tapi belum
pensiun, lalai dalam mengajar, dan lain sebagainya, pihak sekolah dapat mengajukan sanksi pada
pemerintah daerah berupa pemotongan gaji, dinonaktifkan status kepegawaiannya selama kurun
waktu tertentu hingga sanksi dipensiunkan dini.

2.Kurikulum

Pada dasarnya pembuatan kurikulum yang disajikan oleh pemerintah pusat mengacu ke seluruh

sekolah dasar yang ada di Indonesia sekaligus disiapkan untuk menghadapi persaingan global.
Sayangnya, kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum tersebut dan daya serap anak
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Beratnya muatan kurikulum menjadi beban tidak hanya bagi guru terlebih lagi bagi anak didik. Hal ini
pula bisa jadi salah satu faktor tingginya angka putus sekolah usia sekolah dasar.

Maka dari itu pemerintah daerah dapat menginstrusikan untuk:

a. Menyederhanaan Kurikulum

Langkah ini dapat disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan guru dengan mengambil pokok-pokok
materi yang mesti dikuasai dalam setiap tingkatan kelas tanpa mengabaikan kemampuan anak didik.

Pemerintah daerah juga dapat menginstruksikan untuk mengurangi pemberian pekerjaan rumah
(PR).

Bagi anak-anak yang mengalami ketertinggalan dalam belajar, dapat diberikan pelajaran tambahan
sebagai ganti dari sekolah dengan sistem full day. Guru-guru yang memberikan tambahan mengajar
juga diberikan intensif.


b.Memasukkan Unsur-Unsur Budaya

Ketidakpedulian pada pelestarian adat, budaya daerah dan norma sosial bukanlah sepenuhnya
kesalahan anak karena mereka sendiri adalah objek, yang hanya menerima pelajaran yang kurang
bahkan tidak diajari untuk mencintai budaya bangsa sendiri.

Pihak yang berwenang dalam hal ini pemerintah daerah sudah semestinya mengarahkan dan
mengambil inisiatif sehingga keluhan masyarakat bahwa anak-anak zaman ini tidak menghargai
kebudayaan daerah dan nasional dapat diminimalisir.

Memasukkan unsur-unsur budaya ini misalnya dapat diaplikasikan melalui instruksi pemerintah
daerah dalam penggunaan alat peraga untuk mengajar dengan penekanan penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa utama.

Penggunaan alat bantu dalam mengajar juga memudahkan guru menyampaikan pelajaran dan anak
dalam menyerap ilmu, mengingat daya nalar anak-anak SD masih rendah dalam memahami hal-hal
yang bersifat abstrak.

3.Posko Pengaduan


Meniru langkah POLRI dalam menanggapi keluhan masyarakat, pemerintah daerah melalui dinas
pendidikan dapat pula membuka posko pengaduan baik di media massa maupun media sosial
sehingga pengaduan masalah dan masukkan dari masyarakat luas yang berhubungan dengan
pendidikan dapat direspon dengan cepat.

Dalam hal pengaduan ini, masyarakat umum dapat mengusulkan peraturan tentang jam buka
internet (warnet) contohnya, mengadukan anak-anak yang melakukan tindakan pelanggaran
termasuk pula di dalamnya pengawasan penggunaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Penggunanan dana BOS ini mestinya tidak hanya disampaikan melalui laporan sekolah secara berkala
tapi juga publikasi transparansi tersebut ke masyarakat.

Jika terjadi kecurangan, maka pihak orangtua dan masyarakat luas bisa pula membuat laporan pada
komite sekolah atau dinas terkait. Begitu juga dengan penanganan kasus kekerasan yang terjadi di
sekolah sehingga tidak langsung berhadapan dengan pihak kepolisian .

4.Sarana dan Prasarana

a.Penampilan Fisik Sekolah


Pembangunan sarana dan prasarana sekolah berupa perpustakaan, toilet, laboratorium sudah
seharusnya dibarengi dengan pemeliharaan fisik sekolah itu sendiri. Dalam hal ini, sekolah yang
sudah memenuhi kriteria pencinta dan peduli lingkungan diganjar Piala Adiwiyata.

Sayangnya dinas pendidikan hanya menunjuk sekolah-sekolah tertentu yang dapat mengikuti lomba
tersebut sehingga sekolah yang tidak ditunjuk, tidak ikut berbenah khususnya sekolah-sekolah
negeri.

Sebagai tindakan responsif, pemerintah daerah dapat mengubah kategori sekolah menjadi sekolah
sehat, sedang, dan tidak sehat. Pengkategorian ini bukan lomba ataupun kategori akreditasi sekolah,
namun menjadi kekhususan sehingga adanya upaya pembenahan pentingnya kesadaran akan
kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah. Pengaketegorian penampilan fisik sekolah ini juga
meliputi pembatasan jajanan makan dan minuman instan.

b.Akses Transportasi dan Keamanan

Sumber: beritatrans.com

Apa yang ada di benak kita jika anak-anak yang berjuang untuk pergi ke sekolah itu dalam foto
tersebut adalah diri kita sendiri? Jembatan serupa deskripsi Jembatan Sirotol Mustaqim tersebut
tidak sedikit yang masih digunakan terutama di pelosok daerah di seluruh Indonesia.

Selain akses transportasi, keamanan menuju sekolah pun mesti dicarikan solusi yakni melalui
kerjasama dan keterlibatan antara pemerintah setempat, kepolisian dan masyarakat sekitar sehingga
tindakan kriminal -seperti pelecehan seksual, pembegalan, pemalakan dan tindakan lain yang
membahayakan anak usia SD ini- dapat diminimalisir.

Ketersediaan akses transportasi yang memadai dan jaminan keamanan mendorong kehadiran anak
secara teratur di sekolah dan penurunan tingkat putus sekolah Konvensi Hak Anak (Keputusan
Presiden No. 36 Tahun 1990) Pasal 28 Nomor 1d).

c.Pemanfaatan Fasilitas Milik Pemerintah Daerah

Dalam hal pemanfaatan fasilitas milik pemerintah daerah ini sebagai contoh adalah kota Palembang
sendiri yang saat ini bersama Ibu Kota DKI Jakarta ditunjuk untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan
Asian Games 2018.

Dalam perhelatan event ini, berbagai fasilitas olahraga yang sudah dan sedang dibangun mengikuti
standar internasional. Jangan sampai aset daerah seperti ini malah tidak bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat umum khususnya anak-anak SD dengan bakat dalam bidang olahraga.

Mereka perlu dibina untuk dijadikan bibit-bibit baru yang dapat mewakili daerah dan Indonesia di
berbagai cabang olahraga. Begitu juga daerah lain yang memiliki kekhasan fasilitas agar dapat
dimanfaatkan dalam mengembangkan bakat dan kreatifitas anak usia SD.

d.Pembangunan Ruang Ramah Anak

Seiring bertambahnya pembangunan terutama di kota-kota besar, pemerintah selayaknya
mengimbanginya dengan pembangunan ruang ramah anak baik indoor maupun outdoor yang dapat
melibatkan pihak swasta.

Tempat ini tidak hanya digunakan untuk kegiatan fisik tapi juga hal-hal yang menyangkut
pengembangan diri dan kreatifitas, pertunjukan seni budaya, percobaan ilmiah, dan lain sebagainya
yang disajikan oleh anak-anak usia sekolah dasar itu sendiri.

Selain aktivitas tersebut, tempat ini setidaknya dapat menjadi tempat tumbuhnya toleransi, sikap
saling menghargai dan mengurangi sikap diskriminasi dalam segala aspek kehidupan.

5.Sinergi Dengan Instansi Lainnya

Mungkin jika kita pernah menonton serial kartun Upin dan Ipin, di salah satu episodenya, sekolah
mereka dikunjungi oleh dokter gigi, di kesempatan lain dikunjungi petugas pemadam kebakaran.
Apakah pemerintah daerah tidak bisa melakukan hal yang sama pada sekolah-sekolah dasar? Sebagai
contoh kerjasama tersebut adalah:

a.Instansi Pemerintah dan Swasta

*Pihak Kepolisian

Kunjungan pihak kepolisian tidak hanya sebatas sosialisasi dalam penyalahgunaan narkoba tapi juga
dalam tata cara berlalu lintas yang benar, pelarangan penggunaan kendaraan bermotor, perlawanan
terhadap tindak kriminal berupa pelecehan seksual, penculikan dan bahaya melakukan tindak
kriminalitas termasuk di dalamnya aksi perundungan (bullying) seperti yang sedang marak terjadi di
kalangan anak SD.

*Satuan Pemerintah Daerah Lainnya

Pada perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke 71 yang lalu, salah satu kecamatan yang ada di
Palembang ini mengadakan pawai khusus anak-anak sekolah dasar.

Sumber: SDIT Darussalam Kec. Kalidoni Palembang
Sumber: SDIT Darussalam Kec. Kalidoni Palembang

Usaha kecamatan ini sudah menunjukkan kehadiran pemerintah daerah dalam mendukung
kreatifitas dan semangat positif dalam berkompetisi dan patut ditiru oleh kecamatan dan pemerintah
daerah lain di atasnya yang dapat pula menggandeng pihak swasta.

Melalui acara serupa, masyarakat secara tidak langsung dimotivasi pentingnya sekolah. Tidak
menutup kemungkinan pawai maupun festival seperti ini bisa menjadi objek wisata tersendiri bagi
daerah.

b. Pihak LSM, Komunitas dan Masyarakat Umum

Banyaknya perusahaan swasta, LSM dan komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan menjadi
dukungan tersendiri bagi pemerintah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.

Melalui kerjasama dengan pihak-pihak tersebut, pemerintah daerah dapat membuat programprogram bermanfaat seperti contoh gambar berikut ini.

img-20170917-153829-681-59be7517a32cdd362232cf23.jpg
img-20170917-153829-681-59be7517a32cdd362232cf23.jpg

Sumber: Komunitas Lentera Sekolah Palembang, Pengenalan Jenis Profesi

Pada akhirnya, tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan di negeri ini terutama pendidikan di sekolah
dasar masih bertumpu pada aspek kognitif sehingga mengabaikan kecerdasan lain. Kita pula abai
mengenalkan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk bermain dan belajar.

Mendidik anak-anak agar tumbuh dengan ceria dengan dibekali nilai-nilai positif, pendidikan karakter
serta pengembangan diri dan cara untuk bertahan hidup di lingkungan yang sehat dan aman akan
menjadikan mereka pribadi yang sehat jasmani dan rohani pula.

Kepada merekalah kita akan menyerahkan tongkat estafet masa depan negeri ini. Maka menjaga
konsistensi perbaikan mutu sekolah dasar adalah investasi terbesar yang dilakukan pemerintah.

Peningkatan mutu sekolah dasar bukan pula hanya menjadi tanggungjawab pemerintah yang
dibebankan pada guru dan terutama anak-anak sebagai objek utama, melainkan tanggungjawab
semua pihak yang membutuhkan dukungan, kerjasama, pengawasan dari instansi dan masyarakat
luas.
https://www.kompasiana.com/reraina/59b0b5aa43322f2984051003/dimana-peran-pemerintahdaerah-dalam-peningkatan-mutu-sekolah-dasar