14 Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)

1

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)

Decision Making (Part-2)
Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan
dari dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata
karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk
mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih
melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses
yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena
terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai
sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang
lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang
tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan

mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan
tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988)
hendaknya

menjadi

acuan

dari

setiap

pengambilan

keputusan.


A. Pandangan Pengambilan Keputusan
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
1) Optimasi.
Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

2

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-alternatif,
memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah
itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang
telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan
prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya
telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan
ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon

(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded
rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang
membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran
manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang
tertumpuk.
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau
informasi itu tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang
mengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi,
terutama informasi dan teknologi.
B. Unsur Prosedur Keputusan
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan,
memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya
didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya
fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges,
1971).

C. Alternatif dan Konsekuensi Keputusan


Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

3

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau
alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti,
menurut Simon, sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari
konsekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif
itu harus dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek
paling penting dalam keputusan.
D. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic
decisions, (2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual
uncertainty decisions.
1) Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat
sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.

2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba
untuk mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi
tersebut perlu dipelajari.
3) Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasiinformasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan
sebelum keputusan diambil.
4) Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap
informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang
lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.
E. Klasifikasi Keputusan
1) Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan
pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi.
Biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si


4

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
langkah dan prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman,
yang biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Pengambilan
keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar
dipenuhi :
a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan
yang kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu
terhadap kondisi yang selalu berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat,
termasuk

tuntutan

operasional


yang

harus

dipenuhi.

Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang
dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau
yang sudah baku, mencakup keputusan operasional dan keputusan pada
tingkat menengah dari Morgan dan Cerello, keputusan operasinal dan taktis
dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan
terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;
2) Keputusan yang tidak Terprogram.
Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum
pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur,
dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan
demikian, para ahli belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti
efektif di masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu maupun karena sukar untuk
mendefinisikan hakikatnya secara tepat. Keputusan yang tidak Terprogram tidak
menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut kebijaksanaan

organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.;
1993), Keputusan Terprogram
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat
sebagai respon dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat
didefinisikan secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan
strategik, meliputi keputusan strategik dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

5

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal) Sutherland, serta keputusan tidak
terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe.
Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita,
tujuan, menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah
adalah keputusan operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali
makin ke bawah tingkat keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.

F. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :
1) Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup
banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut.
Keputusan ini banyak menggunakan model-model matematik seperti operation
research, cost-benefit analysis dan simulasi.
2) Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang
jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3) Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi
tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
4) Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat
tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
G. Proses Pengambilan Keputusan :
1) Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan
tidak sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta
dapat digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas
yang sama. Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan
dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.

2) Proses yang sistematis.
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

6

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
atau sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil (pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan
menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang
keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik).
3) Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar
secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang
Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar
tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan,
dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat.

4) Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif,
tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan
keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan
atau kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu keputusan.
5) Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan
berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering
mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat
mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.
H. Teknik Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan
pengumpulan fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik
tradisional dan teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik
pengambilan keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins,
1978) dan teknik pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik
matematik biasa diberi nama multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis
berdimensi ganda).

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

7

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain
sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
I. Pendekatan terhadap Pengambil Keputusan
Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan
oleh para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :
1) Model Brinckloe (1977)
Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan
mengumpulkan semua fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah kemungkinan
keputusan akan lahir dengan sendirinya; (ii) Pengalaman, seseorang yang sudah
memiliki pengalaman tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada seorang
yang sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa namun perlu diperhatikan
bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan pada saat ini;
(iii) Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi dikarenakan
kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada
beberapa fakta; (iv) Logika, pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu
studi yang rasional terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan
keputusan; (v) Analisis Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang banyak
orang untuk mengambil keputusan secara kuantitatif.
2) Model McGrew (1985)
McGrew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan
rasional, model proses organisasional dan model tawar-menawar politik (political
bargaining model) yaitu (i) Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional
memberi perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran
dari pengambilan keputusan; (ii) Model proses organisasional menangani masalah
yang jelas tampak perbedaannya antara pengambil keputusan individu dan organisasi;
(iii) Model tawar-menawar politik melihat kedua pendekatan itu mengatakan bahwa
pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan melalui tawar-menawar
namun hasil akhir keputusan itu sesungguhnya tergantung pada proses memberi dan
menerima di antara individu dalam kelompok tersebut.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

8

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
J. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).
1) Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic
yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka
mengadakan diskusi dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta
memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang
dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang
cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi.
Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :
a) Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b) Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas
pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c) Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat
atau gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat
atau gagasan anggota kelompok lainnya.
d) Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan
yang telah dikemukakan oleh orang lain.
e) Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga
kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam
bentuk keputusan.
2) Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi.
Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan.
Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak
para peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh.
Kemudian masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya
tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi
memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan
masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan
emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

9

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan
dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
3) Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat,
batasan dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang
teknik dan model yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila
beberapa orang memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang
dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang
diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok
biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh pada skala
yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4) Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang
diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok
pengambil

keputusan

yang

tidak

berada

di

satu

tempat.

Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu
situasi peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut
ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi
atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing
anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang
tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang
sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban
yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal
yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat
seseorang ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap
jawaban diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan
jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar
pertanyaan dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan
tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

10

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
5) Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah
lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang
boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu
permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat.
Apabila pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah dipahami oleh semua
anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh orang yang lain untuk
kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan didiskusikan sampai ditemukan
cara yang dipandang paling tepat.
6) Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk
dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada
jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang
dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua
kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap
berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan
pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
7) Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu
masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang
dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data,
informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam
proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan
data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak
mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan. Tetapi
sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan
timbulnya masalah yang lebih besar.
K. Metode Pengambil Keputusan
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode.
Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

11

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
pengambilan keputusan organisasional.
Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah
metode klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang
dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan
terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.
Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara
lain teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan
peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecisionmaking model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah
menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih
tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam
dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali
keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.
L. Teori-Teori Pengambilan Keputusan
Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :
1) Aliran Birokratik (Bureaucratic School)
Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam
struktur organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi
informasi, menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya.
Dengan segala pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat
keputusan setelah mempelajari semua informasi.
2) Aliran

Manajemen

Saintifik

(Scientific

Management

School)

Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke
dalam elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara
manajemen sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan
suatu masalah.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

12

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
3) Aliran
Hubungan
Kemanusiaan

(Human

Relations

School)

Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak
perhatian yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang
menimbulkan

kepuasan

kerja, peran

serta dalam

pengambilan

keputusan,

memberlakukan organisasi sebagai suatu kelompok social yang mempunyai tujuan.
Selain itu kebutuhan dan keinginan anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat
keputusan.
4) Aliran

Rasionalitas

Ekonomi

(Economic

Rasionality

School)

Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang
mengkonversikan masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus
dilakukan dengan cara yang paling efisien. Menurut aliran ini suatu langkah
kebijakan akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai nilai yang lebih tinggi
daripada biayanya.
5) Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin
bahwa para manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat
keputusan yang rasional.
6) Aliran Analisis Sistem
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari
berbagai

sub

sistem

yang

keseluruhannya

merupakan

satu

kesatuan.

M. Pengambilan Keputusan Birokratik
Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang
berulang-ulang dibuat. Disebut keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan prosedur
sebagai dasar untuk membuat keputusan telah dilembagakan. Peraturan dan prosedur
semacam ini banyak dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan bahwa
sesungguhnya keputusan-keputusan dikalangan birokrasi telah dirutinkan sehingga dapat
dikatakan bahwa keputusan rutin sama dengan keputusan birokratik (Inbar, 1979).
Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga
tidak responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam
banyak hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan keputusan

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

13

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
birokratik ialah tekanan politik dan pengaruh elit.
N. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan
Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan. Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit dibedakan karena keduanya menggunakan
langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada hasilnya.
Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa
penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan performance yang
menjadi kenyataan. Sering juga disebut perbedaan antara das sollen dan das sein. Dalam
istilah Downs (Nutt, 1989), perbedaan antara kenyataan yang ada dan kenyataan yang
diinginkan disebut kesenjangan kinerja (performance gap).
Lain halnya dengan pengambilan keputusan karena dalam hal ini pengambilan keputusan
adalah pemikiran yang menghasilkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sebaliknya,
pilihan itu terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu
masalah, setiap langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan.
O. Ciri-ciri Keputusan Strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi ; 1997) :
1) Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas
sesuatu organisasi.
Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan
memusatkan perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki
aneka macam bidang aktifitas?”
2) Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktifitas-aktifitas
organisasi dengan lingkungan di mana ia beroperasi.
Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan lingkungan yang
dapat mempengaruhi sesuatu organisasi.
3) Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitasaktifitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya.
Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan memanfaatkan
peluang karena lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan upaya menyesuaikan
sumber-sumber daya keorganisasian dengan ancaman dan peluang tersebut..

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si

14

Sistem Pengendalian Manajemen (Pert.5)
4) Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi serius
terhadap sumber daya sesuatu organisasi.
Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan tenaga robot
agar mereka tetap dapat bertahan dalam persaingan mobil.
5) Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusankeputusan operasional.
6) strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan harapan-harapan pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi
yang bersangkutan.
7) Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang
suatu organisasi.
8) Keputusan-keputusan

strategik

sering

kali

bersifat

kompleks.

Kompleksitas itu terjadi karena adanya :
a. Keputusan-keputusan strategik biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi.
Mungkin di dalamnya termasuk keputusan tentang landasan pandanganpandangan sehubungan dengan masa yang akan datang yang tak mungkin
diketahui secara pasti oleh manajer.
b. Keputusan-keputusan strategik, kirannya menuntut adanya suatu pendekatan yang
terintegrasi guna memanajemen organisasi yang bersangkutan.
c. Keputusan-keputusan strategik, biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa
perubahan besar pada organisasi-organisasi.

Kamis / 20 Oktober 2011

Yuanita Levany, SE., Ak., M.Si