Peningkatan Keterampilan Demonstrasi Materi Luqhata pada Mata Pelajaran Fiqih melalui Metode Modeling the Way Siswa Kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo

  



Volume 07, Nomor 02, Desember 2016

                 

Peningkatan Keterampilan Demonstrasi Materi Luqhata pada Mata

Pelajaran Fiqih melalui Metode Modeling the Way Siswa Kelas VI-B

  

MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo

   

  

Abstrak: Pembelajaran Fiqih MI merupakan mata pelajaran yang

mempelajari pembiasaan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil

wawancara diperoleh data bahwa dari 29 siswa hampir 80 % tidak dapat

mendemonstrasikan materi luqatha. Kondisi ini disebabkan model

pembelajaran dengan metode ceramah dan drill soal dari LKS.

  

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah peningkatan

keterampilan demonstrasi materi luqhata pada mata pelajaran Fiqh

melalui metode Modeling the Way. Pemilihan metode Modeling the Way

karena metode ini dianggap cocok dan sesuai dengan karakteristik siswa

yang rata-rata memiliki gaya belajar kinestetik. Penelitian ini dilakukan

sebanyak dua siklus. Sasarannya siswa kelas VI-B MI At-Taqwa

Kebonagung Sukodono Sidoarjo. Instrumen yang digunakan yaitu non

tes dan tes. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa

keterampilan demonstrasi materi luqatha pada mata pelajaran Fiqh

mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Sebanyak 64 %

siswa memiliki kemampuan mendemonstrasikan materi luqatha pada

siklus I dan 87 % siswa memiliki kemampuan mendemonstrasikan

materi luqatha pada siklus II. Dengan demikian, penerapan metode

Modeling the Way dianggap mampu meningkatkan keterampilan siswa

dalam mendemonstrasikan materi luqatha.

  : Keterampilan Demonstrasi, Pembelajaran Fiqh materi Kata Kunci Luqatha, Metode Modelling the Way

  PENDAHULUAN

  Menurut Heruman (2007: 1) dalam Permenag No. 2 Tahun 2008 di jelaskan bahwa standar kompetensi lulusan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah siswa mampu mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan Asman - Nurul Kurniawati

  dengan rukun Islam, mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, qurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

  Pembelajaran Fiqih memuat hukum Islam yang di dalamnya terdapat sub bahasan luqhata/barang temuan. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa proses pembelajaran fikih materi luqhata/barang temuan di kelas VI-B MI At-taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo masih memiliki banyak kelemahan yaitu siswa merasa jenuh saat proses pembelajaran berlangsung, siswa yang duduk di belakang kurang mendapat pengawasan dari guru, masih ada siswa yang tidur pada saat pembelajaran berlangsung, dan beberapa siswa membuat gaduh dengan temannya, bahkan suara anak-anak yang hiperaktif melebihi suara guru yang sedang menjelaskan di depan. Salah satu faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi adalah model pembelajaran guru yang monoton, yang hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan atau drill dengan menggunakan buku lembar kerja siswa (LKS) fiqih.

  Hasil analisis peneliti terhadap nilai evaluasi hasil belajar pada mata pembelajaran Fiqih kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo pada semester genap menunjukkan belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Berdasarkan hasil wawancara dari guru kelas VI-B, sebagian besar siswa tidak memahami pelajaran yang disampaikan guru tentang

  

luqhata / barang temuan. hal tersebut terlihat dari data evaluasi hasil belajar, dimana

  sebanyak 80 % siswa belum mencapai nilai KKM, dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80, dan perolehan rata-rata kelas 6,25.

  Dari paparan kondisi di atas, peneliti mencoba meningkatkan keterampilan demonstrasi fiqih materi luqhata pada siswa kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo dengan menggunakan metode modeling the way. Alasan menggunakan metode modeling the way karena metode ini dianggap cocok dengan karakteristik siswa kelas VI-B yang memiliki gaya belajar kinestetik. Dari latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Keterampilan Demonstrasi Materi Luqatha pada Mata Pelajaran Fiqih melalui Metode Modeling the

Way Siswa Kelas VI-B MI At- Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo”

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana penerapan metode Modeling the Way dalam meningkatkan keterampilan demonstrasi materi luqatha pada mata pelajaran Fiqih di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo, 2) bagaimana peningkatan keterampilan demonstrasi materi luqatha pada mata pelajaran Fiqih melalui metode Modeling the Way di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui penerapan metode Modeling the Way dalam meningkatkan keterampilan demonstrasi materi luqatha pada mata pelajaran Fiqih di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo, 2) untuk mengetahui peningkatan keterampilan

  Pembelajaran PAI dengan Metode Modeling the Way

  demonstrasi materi luqatha pada mata pelajaran Fiqih melalui metode Modeling the di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo.

  Way

  Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mendemonstrasikan materi luqhata pada mata pelajaran Fiqih, khususnya siswa kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono serta dapat meningkatkan pemahaman serta wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah. Secara spesifik, bagi sekolah dapat memberikan kontribusi dalam hal meningkatkan mutu tenaga pendidik dan peserta didik. Bagi guru, dapat memberikan kontribusi dalam hal inovasi atau variasi metode di dalam proses pembelajaran serta dapat memberikan masukan kepada tenaga pendidik untuk melakukan penelitian tindakan kelas sehingga guru terbiasa melakukan tindakan solutif dalam memecahkan persoalan yang ada di kelas. Bagi peserta didik, dapat meningkatkan motivasi dan semangat untuk mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

  KERANGKA KONSEPTUAL Keterampilan Demonstrasi

  Keterampilan Demonstrasi adalah suatu upaya pembelajaran atau proses belajar dengan cara praktik menggunakan peraga yang bertujuan agar siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktikkan apa yang telah diperoleh. Keterampilan Demonstrasi merupakan keterampilan yang sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran karena membantu peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang mereka temukan dari materi pelajaran berdasarkan fakta yang benar.

  Dalam praktiknya, keterampilan demonstrasi akan diperagakan oleh siswa berdasarkan permasalahan dan pengalaman di lingkungan sekitar mereka yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mempersiapkan alat yang digunakan dalam demonstrasi dan memberikan instruksi yang tepat kepada siswa terkait langkah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.

  Karakteristik Mata Pelajaran Fiqh Hakikat Pembelajaran Fiqih

  Menurut Susanto (2013:19) Pembelajaran merupakan keterpaduan dari dua aktivitas; belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis dapat dikatakan lebih dominan pada peserta didik, sedangkan mengajar secara metodologis dapat dikatakan instruksional yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru pada lingkungan belajar yang menggunakan sumber belajar. Asman - Nurul Kurniawati

  Fiqih, secara etimologi (bahasa) adalah paham. Fiqih merupakan bidang ilmu yang membahas mengenai hukum-hukum Islam (amaliyah Musthanbatha) praktis yang diambil dari dalil-dalilnya secara terinci. Musthanbatha diambil dengan jalan ijtihad dan perenungan yang mendalam mengenai dalil. Maksudnya dalil-dalil terperinci adalah apa yang ada dalam al-

Qur’an dan as-Sunnah baik berupa ayat ataupun hadist secara khusus tentang hukum

  Salah satu materi yang menjadi topik bahasan pada mata pelajaran Fiqih kelas

  VI adalah luqatha/barang temuan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah memahami ketentuan tentang barang titipan dan temuan. Luqatha/ barang temuan adalah barang-barang yang diperoleh (ditemukan) dari tempat yang tidak kita ketahui pemiliknya. Hukum menemukan luqatha ada 3 yaitu; wajib, apabila dalam dugaan yang kita temukan tidak mengambilnya maka barang tersebut akan jatuh pada orang- orang yang salah. Sunnah, apabila orang yang mengambil barang tersebut percaya pada dirinya bahwa dirinya sanggup untuk mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemeliharaan barang tersebut, dan haram apabila orang yang mengambilnya tidak percaya terhadap dirinya dan ia menyadari bahwa ada sifat ketamakan terhadap harta dalam dirinya.

  Modeling the Way Metode

  Menurut Binham (2012: 45), metode Modeling the Way adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan skenario tentang satu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan skill dan profesionalisme. Menurut Rusman (2012: 322) metode Modeling the Way termasuk model pembelajaran yang berbasis PAKEM. PAKEM merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang partisipsif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

  Dalam perkembangannya, model-model pembelajaran PAKEM banyak berkembang. Menurut Saud (2005:7) terdapat tiga model pembelajaran yang mendukung model PAKEM diantaranya sebagai berikut: 1) pembelajaran quantum

  2) pembelajaran berbasis kompetisi, 3) pembelajaran kontekstual. Metode

  teaching,

  termasuk model PAKEM yang yang di breakdown dari metode

  Modeling the Way quantum teaching .

Menurut Porter (2005:5) quantum teaching merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksud dari “energi menjadi cahaya” adalah

  mengubah semua hambatan-hambatan dalam proses belajar dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dan menjadikan sistem komunikasi sebagai guru yang paling efektif, dengan menganut prinsip-prinsip partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

  Langkah-langkah metode Modeling the Way dideskripsikan dalam scenario pembelajaran berikut: 1) guru mengaitkan materi luqatha/barang temuan dengan pengalaman yang dimiliki siswa yang ada di sekitar, 2) guru menjelaskan bahwa

  Pembelajaran PAI dengan Metode Modeling the Way

  metode yang digunakan adalah metode Modeling the Way, 3) siswa mengamati contoh- contoh yang diilustrasikan oleh guru, 4) siswa bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami, 5) siswa dibagi menjadi empat kelompok dengan jumlah 5-6 orang dalam satu kelompok, 6) Setiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk membuat skenario tentang luqatha dan ketentuan-ketentuannya, 7) masing-masing kelompok mendemonstrasikan skenario yang dibuat di depan kelas, 8) guru memberikan penguatan tentang materi Luqatha/barang temuan, 9) guru memberikan materi tambahan tentang materi luqatha/barang temuan.

  Kelebihan dari metode Modeling the Way adalah 1) mendidik siswa menyelesai- kan sendiri problematika yang mereka hadapi dari materi yang dipelajari, 2) memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa, 3) mendidik siswa berbahasa dengan jelas dan tepat, 4) mau menerima dan menghargai pendapat orang lain, 5) memupuk perkembangan kreativitas anak. Disamping kelebihan tersebut, metode ini memiliki sisi kelemahan, diantaranya: 1) pemecahan problematika yang disampaikan belum tentu cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat, 2) alokasi waktu pembelajaran yang terbatas menyebabkan kesempatan siswa untuk berperan secara maksimal kurang terpenuhi, 3) jika siswa malu atau takut dalam bermain peran, maka hasil yang diharapkan kurang maksimal.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk melakukan perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati dan meneliti kendala- kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran. Dalam praktiknya, peneliti menggunakan bentuk kolaboratif dengan menempatkan guru sebagai mitra kerja peneliti. Supardi (2009: 9) menambahkan bahwa penelitian tindakan kelas pada hakikatnya terdiri dari 3 kata, yaitu: 1) penelitian adalah menunjukkan kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk mendaptkan data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu bidang yang diminati, 2) tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik, 3) kelas merupakan setting tempat yang tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

  Setting Penelitian

  Setting Penelitian berada di Madrasah Ibtidaiyah (MI) At-Taqwa Kebonagung Sukodono, Sidoarjo di kelas VI-B. Waktu pelaksanaannya pada awal semester genap tahun akademik 2014/2015, pada tanggal 11 April 2015. Asman - Nurul Kurniawati Subjek Penelitian

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono, Sidoarjo. Jumlah siswa di kelas tersebut adalah 29 siswa; siswa laki-laki berjumlah 13 dan siswa perempuan berjumlah 16. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan kompetensi dasar (KD)

  “menjelaskan ketentuan barang titipan dan temuan”. Objek yang diteliti adalah proses dan hasil belajar siswa kelas VI-B MI At- Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo, dengan indikasi awal, nilai siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk memeroleh nilai dengan standar KKM, peneliti menggunakan metode Modeling the Way. Adapun variabel yang diteliti adalah penerapan metode Modeling the Way untuk meningkatkan hasil belajar materi luqatha pada mata pelajaran Fiqih di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono, Sidoarjo.

  Pada penelitian tersebut terdapat beberapa variabel sebagai berikut: 1) variabel input, siswa kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono, Sidoarjo, 2) variabel proses, penerapan metode Modeling the Way, 3) variabel output, keteramapilan demontrasi materi luqhata/ barang temuan pada mata pelajaran Fiqih.

  Desain Penelitian

  Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan atau observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

  

Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin

  Pembelajaran PAI dengan Metode Modeling the Way

  Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana pembelajaran mengenai materi luqatha/ barang temuan dengan menggunakan metode Modeling the Way, mempersiapkan instrumen untuk penilaian, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa, serta menganalisis proses dan hasil tindakan, mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan metode Modeling the Way dengan materi luqatha/barang temuan seperti yang tertuang dalam Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP).

  Pada tahap pengamatan, peneliti melakukan pengamatan terkait hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap refleksi, peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus I, untuk menentukan apakah siklus penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya atau cukup satu siklus.

  Teknik Pengumpulan Data

  Untuk memeroleh data yang valid dalam penelitian ini, digunakan teknik observasi, wawancara, dan tes. Menurut Anas (2001: 76), observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan mengamati kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas serta hal-hal lain yang perlu diobservasi terkait proses pembelajaran Fiqih kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo.

  Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara sebanyak 2 kali. Wawancara yang pertama dilakukan sebelum siklus 1 berlangsung (pra penelitian) untuk memeroleh informasi atau masalah internal yang terjadi di dalam kelas.

  Sedangkan pada wawancara kedua bertujuan untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru maupun siswi setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Modeling the Way pada pembelajaran Fiqih kelas VI-B Kebonagung Sukodono Sidoarjo. Yang ketiga, peneliti menggunakan tes. Tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat tingkat keberhasilan hasil belajar seperti perilaku yang memengaruhi hasil belajar. Tujuan dari tes adalah mengukur pemahaman materi luqhata/barang temuan pada mata pelajaran Fiqih kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo setelah diterapkan metode Modeling the Way.

  Kriteria Keberhasilan Tindakan

  Setelah adanya penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan tingkat keberhasilan siswa kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo dalam memahami materi luqhata pada mata pelajaran Fiqih meningkat dari rata-rata 40-50 menjadi ≥75 dengan jumlah prosentase ketuntasan minimal sebesar 80%. Asman - Nurul Kurniawati Teknik Analisis Data

  Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu dengan menghitung prosentase ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) siswa dengan rumus sebagai berikut:

  ∑

  Persentase = × 100%

  ∑ Hasil Analisis Data Siklus 1 Tahap Perencanaan

  Pada tahap perencanan peneliti menyusun rencana pembelajaran mengenai barang temuan dengan mengunakan metode Modeling the Way, mempersiap-

  luqhata/

  kan instrumen untuk penilaian serta menganalisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, dan mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan.

  Tahap Pelaksanaan

  Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi /barang temuan dengan menerapkan metode Modeling the Way. Kegiatan

  luqhata

  pelaksanaan pembelajaran dideskripsikan sebagai berikut: 1) pada kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siap mengikuti materi yang disampaikan guru. Kemudian, guru melakukan apersepsi dengan menghubung- kan materi yang diajarkan dengan materi sebelumnya dan menghubungkan dengan pengalaman siswa. 2) kegiatan inti pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi, siswa mengamati contoh-contoh benda yang diilustrasikan oleh guru, kemudian siswa menghubungkan materi luqhata/barang temuan dengan pengalaman yang dimiliki siswa. Setelah itu guru memperkenalkan kepada siswa mengenai strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yakni metode Modeling the Way. Kemudian siswa bertanya jawab terkait materi yang belum dipahami. Pada sesi ini, beberapa siswa bertanya kepada guru tentang hukum menemukan barang luqatha. Kegiatan selanjutnya adalah elaborasi; siswa dibagi menjadi empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima orang dengan pembagian, kelompok 1 membuat skenario tentang benda-benda yang tahan lama, kelompok 2 membuat skenario tentang benda-benda yang tidak tahan lama, kelompok 3 membuat skenario tentang benda-benda yang memerlukan perawatan, kelompok 4 membuat skenario tentang binatang yang lemah. Seluruh kelompok mengerjakan tugas mereka dengan baik. Untuk membuat scenario, masing-masing kelompok menyelesaikan tugasnya selama 10 menit, kemudian mereka berlatih memperagakan skenario yang mereka buat. Setelah semua kelompok berlatih di

  Pembelajaran PAI dengan Metode Modeling the Way

  kelompoknya masing-masing, kelompok tersebut mendemonstrasikan skenario yang mereka buat di depan kelas. Guru kemudian membagikan LK 1.2 dengan judul pengalamanku. Laporan hasil diskusi dikumpulkan untuk dilakukan penilaian oleh guru. Pada tahap konfirmasi, guru melakukan masukan terhadap skenario yang di presentasikan di depan kelas sekaligus memberikan penguatan. Guru memberikan materi tambahan tentang luqhata/barang temuan, kemudian memberikan post-test kepada peserta didik. 3) kegiatan penutup diakhiri dengan melakukan refleksi bersama-sama tentang apa yang sudah di dapatkan dalam proses pembelajaran. Untuk bahan latihan, siswa diberikan tugas rumah berupa lembar evaluasi individu (LK 1.2). Guru dan siswa mengakhiri materi dengan membaca hamdalah secara bersama-sama, kemudian diakhiri dengan salam

  Tahap Pengamatan Berdasarkan catatan lembar observasi, diperoleh data tentang aktivitas siswa.

  Seluruh siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan instruksi dari guru. Pada lembar pengamatan guru diperoleh informasi bahwa masih ada beberapa langkah kegiatan yang tidak dilakukan oleh guru.

  Tahap Refleksi

  Pelaksanaan belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan, sehingga perlu langkah-langkah perbaikan (revisi) pada siklus berikutnya.Untuk mengantisipasi agar hal-hal yang menjadi kendala pada siklus I tidak terulang pada siklus II, beberapa hal berikut menjadi masukan: dalam mengelola pembelajaran, guru harus memiliki modal dasar yaitu keterampilan dalam mengomunikasikan dan keterampilan dalam mendesain program kepada peserta didik. Guru harus menyusun RPP dengan matang dan menghitung alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan metode ini.

  Berdasarkan hasil post-test, diperoleh nilai sebagai berikut:

  

Tabel 1: Frekuensi Pemerolehan Skor

Keterampilan Demonstrasi Materi Luqhata Siklus I

  Nilai Frekuensi

  50

  3

  60

  5

  70

  7

  80

  8

  90

  6

  64

  29 Asman - Nurul Kurniawati

  Tabel tersebut berisi perolehan skor siswa dalam mendemonstrasikan materi luqatha dengan rincian 73% siswa memeroleh nilai >75. Hasil tersebut menunjuk- kan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena prosentase minimal yang diharapkan dalam KKM adalah 80%. Oleh karena itu, siklus ini dilanjutkan pada siklus II.

  Siklus II Tahap Perencanaan

  Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran yang telah direvisi, Lembar Kegiatan (LK 1.2) dan alat-alat/ media yang digunakan dalam pembelajaran.

  Perencanaan pembelajaran pada siklus II direncanakan satu kali pertemuan yang dilaksanakan dalam waktu 2x35 menit. Data yang diambil adalah data dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerja sama selama proses belajar mengajar serta keberanian dan kemampuan siswa dalam bentuk unjuk kerja.

  Tahap Pelaksanaan

  Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015 di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo, dengan jumlah siswa 29 anak. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan proses belajar mengajar mengacu rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memerhatikan perbaikan siklus I, sehingga kesalahan maupun kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

  Langkah tindakan pada siklus II dimulai dengan membagi peserta didik menjadi empat kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima orang. Kelompok pertama membuat skenario tentang benda-benda yang tahan lama, kelompok kedua membuat skenario tentang benda-benda yang tidak tahan lama, kelompok tiga membuat skenario tentang benda-benda yang memerlukan perawatan, kelompok empat membuat skenario tentang binatang yang lemah. Seluruh siswa mampu membuat scenario yang menjadi tugas mereka.

  Setiap kelompok diberi waktu sepuluh menit untuk membuat skenario dan berlatih, masing-masing kelompok mendemonstrasikan di depan kelas dengan skenario yang telah di buat, siswa diberikan LK 1.2 pengalaman, laporan hasil diskusi dikumpulkan untuk dilakukan penilaian guru. Siswadiberikan penguatan oleh guru.

  Tahap Refleksi

  Pada tahap ini dikaji hal-hal yang sudah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode Modeling

  

the Way . Dari data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1) selama proses

  Pembelajaran PAI dengan Metode Modeling the Way

  belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, 2) berdasarkan hasil pengamatan, siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, 3)selama pembelajaran berlangsung, siswa antusias, serempak dan kompak dalam menjawab pertanyaan atau umpan balik yang diberikan oleh guru, 4) meskipun selama proses pembelajaran suara peserta didik lebih keras daripada guru, tetapi masih bisa dikondisikan dengan baik 5) kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah diperbaiki sehingga tindakan yang dilakukan pada siklus II mampu meningkatkan hasil belajar.

  Berdasarkan hasil analisis pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:

  

Tabel 2: Frekuensi Pemerolehan Skor

Keterampilan Demonstrasi Materi Luqhata Siklus II

  Nilai Frekuensi

  70

  2

  80

  11

  90

  11 100

  5

  85

  29 Tabel tersebut berisi perolehan skor siswa dalam mendemonstrasikan materi

  luqatha dengan rincian: perolehan nilai rata-rata siswa adalah 85 dengan prosentase ketuntasan belajar mencapai 86 (26 dari 29 siswa sudah melampaui nilai yang diharapkan). Hasil ini menunjukkan bahwa siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa lebih termotivasi, dan penguasaan kelasnya sudah bagus dalam menyampaikan dalam pembelajaran. Dengan demikian, penelitian ini dianggap selesai pada siklus II.

  PEMBAHASAN

  Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) guru masih kebingungan dalam menerapkan metode

  

Modeling the Way karena belum menguasai kondisi kelas dengan baik, 2) siswa kurang

  antusias ketika mengikuti pembelajaran 3) alokasi waktu pembelajaran untuk menerapkan metode ini terbatas sehingga tidak semua siswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan demonstrasi. Hal ini disebabkan karena guru belum menguasai kelas, sehingga dalam penerapan metode Modeling the Way belum maksimal.

  Ditinjau dari segi hasil, ada peningkatan keterampilan demonstrasi yakni meningkat dari 64% pada siklus I sedangkan pada siklus II mencapai 87%. Pemerolehan skor keterampilan mendemonstrasikan dideskripsikan sebagai berikut: Asman - Nurul Kurniawati Tabel 3: Keterampilan Siswa dalam Mendemonstrasikan Materi Luqatha di Kelas VI-B Sukodono Sidoarjo

  

Pra Siklus Siklus 1 Siklus II

Kondisi siswa pada saat peneliti melakukan survey awal, ditemukan bahwa sebanyak 21 siswa belum bisa mendemonstrasikan materi luqatha dengan baik dan benar, 8 siswa sudah melampaui KKM.

  

Kondisi siswa pada siklus I

mengalami peningkatan sebanyak 14 siswa yang mendapat nilai sesuai dengan KKM nilai 50

sebanyak 3 orang, nilai 60

sebanyak 5 siswa, nilai 70

sebanyak 7 orang, nilai 80

sebanyak 8 orang dan nilai

90 sebanyak 6 orang.

  Kondisi siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 27 siswa memeroleh nilai sesuai dengan KKM. Siswa yang mendapat nilai 70, 2 orang, 80 sebanyak 11 siswa, nilai 90 sebanyak 11 siswa, nilai 100 sebanyak 5. Pembelajaran PAI dengan Metode Modeling the Way PENUTUP Kesimpulan

  Pemerolehan skor siswa pada aspek keterampilan mendemonstrasikan materi

luqataha/barang temuan pada mata pelajaran Fiqh mengalami peningkatan dari

  64% pada siklus I dan 87% pada siklus II. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 23%. Sampai pada siklus II, langkah tindakan yakni penerapan metode modeling the way, telah diterapakn dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah didesain.

  Saran

  Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di kelas VI-B MI At-Taqwa Kebonagung Sukodono Sidoarjo, beberapa hal yang menjadi masukan adalah sebagai berikut: 1) sebaiknya siswa didorong motivasinya untuk belajar sehingga tidak ada lagi siswa yang tidur ketika pembelajaran sedang berlangsung, 2) guru juga harus terus berinovasi dalam mengimplementasikan metode pembelajaran dengan memerhatikan karakteristik peserta didik, 3) berbagai metode pembelajaran dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran Fiqih, dengan memerhatikan karakteristik materi yang diajarkan. Asman - Nurul Kurniawati

DAFTAR PUSTAKA

Aip, B. 2010. Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran.

  Jakarta: Trans Info Media. Anas. S, 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press. Arianto. 1994. Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara. Jakarta: Depdikbud. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesioanlisme Guru.

  Jakarta: Rajawali Pers. Rido K, dkk,. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Surabaya: LAPIS PGMI.

Dokumen yang terkait

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Daun Gandarusa (Justicia gendarrusa Burm.f.) Asal Surabaya, Jember dan Mojokerto Menggunakan Metode Elektroforesis

0 61 6

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5