EVOLUSI REZIM KEUANGAN GLOBAL terhadap

Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

EVOLUSI REZIM KEUANGAN GLOBAL
Dalam sistem moneter internasional, rezim moneter diartikan sebagai seperangkat
prinsip, aturan, dan konvensi yang mengatur dan mengharmonisasi kebijakan ekonomi negaranegara anggota.1 Rezim tersebut dikaitkan dengan arus barang internasional, yaitu ketika
sekelompok kepala negara berkomitmen untuk menjalankan seperangkat aturan moneter
internasional, maka pergerakan arus barang, jasa, dan modal negara-negara tersebut dapat terjadi
secara lintas batas dengan negara-negara anggota yang lain tanpa adanya hambatan dalam mata
uang. Pemberlakuan rezim moneter dalam sistem moneter internasional ini dilakukan untuk
mendapat keuntungan secara bersama dan mengupayakan adanya efisiensi teknis dalam
perdagangan.2
Perlu diketahui bahwa pada dasarnya terdapat perdebatan seputar bagaimana sistem
moneter internasional tersebut bisa berjalan stabil. Pertama, teori stabilitas hegemonic yang
menekankan keberadaan suatu negara dengan kekuatan ekonomi yang dominan, yaitu hegemon,
dalam memberikan arahan untuk mengkoordinasi aktivitas di dalam menjalankan peraturan.
Logikanya cukup sederhana, yaitu bahwa negara yang bisa mengambil keuntungan terbesar
melalui sistem tersebut akan berusaha menjaga agar sistem tetap berjalan stabil. Kedua, teori
fungsional dalam rezim internasional, menyatakan bahwa dengan ketiadaan negara hegemon,
negara-negara akan cenderung membentuk institusi internasional untuk menjamin

keberlangsungan kerja sama. Keberadaan institusi tersebut dapat menghemat biaya informasi dan
komunikasi. Ketiga, teori domestic-international “virtuous circle”. Teori ini mengemukakan
bahwa dalam level internasional maupun domestik, suatu rezim yang stabil akan memberikan
efek dinamis melalui adanya “virtuous circle” yang mendukung keberlangsungan sistem. Untuk
level internasional dapat dilihat bahwa ketika keberadaan rezim mendorong terjadinya
peningkatan perdagangan dan investasi negara-negara anggotanya, maka negara-negara lain akan
termotivasi untuk bergabung ke dalam rezim dengan tujuan mencapai kemakmuran ekonomi
nasional. Sedangkan dalam level domestik, para kelompok kepentingan akan mendorong
pemerintah untuk bergabung dengan rezim demi kepentingan bisnis mereka.3
Menurut sejarahwan perekonomian dunia, perkembangan sistem moneter internasional
dapat dirunut mulai tahun 1870an karena mulai sekitar tahun tersebut dijumpai adanya jaringan
keuangan antar negara yang sedemikian luas cakupannya dan sedemikian efektif bekerjanya.
Rezim moneter yang berlaku saat itu adalah standar emas, yang kemudian beralih menjadi sistem
Bretton Woods pada tahun 1944.

1 J. Lawrence Broz. “The Domestic Politics of International Monetary Order: The Gold Standard”, dalam David
Skidmore. 1997. Contested Social Orders and International Politics. Vanderbit University Press. hlm.53
2 Ibid
3 Ibid


Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

 Rezim Standar Emas 
Latar Belakang
Pada masa abad ke-19, belum ada kesepakatan resmi atas sistem moneter internasional.
Sistem moneter internasional pada saat itu memberlakukan rezim moneter standar emas, yang
merupakan turunan dari standar uang yang berbasis logam mulia (specie money). Dalam specie
money, perdagangan lokal dilakukan dengan melakukan barter logam berkualitas rendah, yaitu
tembaga, sedangkan perdagangan internasional menggunakan emas dan perak. 4 Negara yang
mempunyai emas dan perak dalam jumlah yang besar dianggap memiliki hak istimewa dalam
perdagangan internasional. Era ini berlaku sebelum akhirnya muncul rezim standar emas.
Meskipun rezim standar emas mempunyai legalitas dasar dalam sistem moneter saat itu, namun
di dalamnya tidak terdapat struktur yang resmi. Terbentuknya sistem keuangan berstandar emas
yang terjadi atas inisiasi Inggris pada tahun 1870 dan kemudian diikuti oleh negara-negara lain,
menandai salah satu kejadian penting dalam sejarah pasar mata uang dunia. Inggris pada saat itu
menentukan nilai 1 GBP setara dengan 7,32 gram emas. Ide dasar di balik standar emas adalah
pemerintah masing-masing negara menjamin pertukaran mata uang ke jumlah tertentu dalam
hitungan emas (fixed weight) dan sebaliknya (konvertibilitas). Dengan kata lain, mata uang akan

didukung oleh emas (backed by gold). Akibatnya pemerintah membutuhkan cadangan emas yang
cukup untuk memenuhi permintaan pertukaran mata uang. Negara dengan jumlah cadangan emas
yang besar akan dipandang sebagai negara kaya. Pada akhir abad 19, seluruh negara ekonomi
utama telah menentukan nilai mata uangnya dalam ons emas, termasuk juga AS. Perbedaan nilai
ons emas antara dua mata uang menjadi nilai tukar bagi dua mata uang tersebut. Hal ini menjadi
alat standardisasi pertama mata uang dalam sejarah. Namun, masalah utama dalam penggunaan
emas ini adalah nilainya yg dipengaruhi oleh external supply and demand. Sebagai contoh,
penemuan tambang emas baru di tempat lain akan membuat harga emas global cenderung
menurun.
Aturan Main
Terdapat dua prinsip yang mendasari pemberlakuan standar emas dalam tatanan moneter
internasional pada saat itu.5 Pertama, suatu negara harus berkomitmen dengan kebijakan
moneternya untuk mempertukarkan mata uang domestik terhadap emas dengan nilai tukar yang
tetap tanpa adanya batasan atau persyaratan. Kedua, adanya kebebasan bagi siapapun yang ingin
mengimpor maupun mengeskpor emas sebanyak apapun yang mereka kehendaki. Negara yang
menggunakan sistem standar emas menentukan sendiri mata uangnya dalam nilai emas tertentu,
dan kemudian bank sentral diperbolehkan membeli atau menjual emas secara bebas sesuai
dengan kurs yang telah ditetapkan. Penetapan tersebut dengan catatan bahwa negara terkait
memiliki stok emas yang cukup dengan mata uang yang dicetaknya. Contohnya, apabila Amerika
4 Robert Gilpin. 1987. “International Money Matters”, dalam The Political Economy of International Relations.

Princeton: Princeton University Press.
5 J. Lawrence Broz, Op. Cit.

Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

menetapkan bahwa US$ 4 = 0,5 gram emas, dan Inggris menetapkan bahwa £ 1 = 0,5 gram emas
maka kurs antara dollar dan poundsterling adalah £1 = US$ 4. Kurs ini akan stabil selama syaratsyarat tersebut di atas dipenuhi dan lalu lintas emas dapat terjadi secara bebas.
Unsur Politik
Rezim standar emas merefleksikan sebuah era tanpa adanya intervensi pemerintah. Oleh
karena itu, sistem moneter internasional di bawah rezim standar emas ini dipandang sebagai
salah satu bentuk pengaruh ideologi liberalisme yang dibawa oleh Inggris, yaitu penerapan
Laissez-Faire secara ideal di mana pasar benar-benar dilepas untuk berjalan dengan
mekanismenya sendiri, yaitu dengan menerapkan prinsip sistem ekonomi self-regulated atau
pasar bebas, yang dilakukan sepenuhnya dengan harapan barang dan jasa akan bergerak dengan
sendirinya.6 Suatu negara yang menggunakan standar emas sebenarnya dapat dikatakan tidak
memiliki perjanjian formal khusus antar negara dalam kaitannya dengan sistem pembayaran
internasional. Sehingga dalam kegiatan perdagangan internasional pada masa itu yang digunakan
adalah aturan yang tidak tertulis (hukum pasar) di mana bank-bank dan bank sentral yang

beroperasi dimiliki oleh swasta maupun semiprivat. Sistem tersebut dimulai pada tahun akhir
abad ke-18, dan tidak lahir atas prakarsa seseorang atau satu negara atau satu institusi tertentu,
melainkan atas hasil evolusi praktik pelaksanaan transaksi ekonomi internasional pada
umumnya, dan transaksi pembayaran antar negara pada khususnya.
Pada rezim standar emas ini, kita bisa melihat bagaimana Inggris menjadi negara
hegemon dalam sistem moneter internasional tersebut ketika nilai emas ditetapkan ke dalam
Poundsterling, mata uang Inggris. Sistem moneter internasional dibawah standar emas ini tidak
beroperasi secara impersonal. Sistem ini dirancang dan diatur oleh Inggris melalui posisi
hegemoninya dalam komoditi, uang, dan modal di dunia, yang memaksa pemberlakuan adanya
aturan main dalam perekonomian dunia. Integrasi dari sistem moneter nasional dengan pasar
finansial London menganugerahkan Inggris kemampuan untuk mengontrol sampai ke tingkatan
tertentu mengenai suplai uang dunia. Dengan menurunkan dan menaikkan discount ratenya, Bank of England memanipulasi aliran emas secara internasional sehingga dapat
mempengaruhi kebijakan moneter dunia. Sistem moneter di bawah standar emas merupakan
sistem yang hirearkis, didominasi oleh Inggris dan pada tingkat di bawahnya, oleh pusat finansial
yang sedang tumbuh di Eropa Barat.
 Rezim Bretton Woods 
Latar Belakang
Pasca Perang Dunia I, standar emas mengalami kegoyahan akibat perekonomian Inggris
yang merosot karena habis digunakan untuk membiayai perang dan pembangunan. Setelah
Perang Dunia I usai, kegiatan perekonomian global diarahkan kembali pada rekonstruksi sarana

dan prasarana masing-masing negara, serta pembenahan kembali lembaga-lembaga ekonomi,
6 Robert Gilpin. Op. Cit.

Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

baik yang bersifat swasta, semi swasta, maupun nasional, baik domestik maupun internasional.
Beberapa negara Eropa bahkan berusaha mengembalikan kejayaan standar emas seperti semula,
antara lain seperti Inggris, Perancis, dan lain-lain meski tidak mencapai hasil yang maksimal
seperti masa-masa sebelum perang. Perubahan lain tampak di mana pusat keuangan dunia yang
tadinya ada di London, Inggris kemudian beralih ke New York, AS secara perlahan-lahan.
Inggris yang pada masa sebelum perang dunia adalah hegemon, kemudian menjadi berhutang
banyak terhadap AS. AS lalu menjadi kekuatan finansial terbesar saat itu dan menjadi kreditor
dunia, terutama atas negara-negara Eropa yang porak poranda akibat perang dunia. Masalah
timbul ketika AS yang dengan status baru itu menolak sebagai “international lender of last
resort” dan menaikkan hambatan perdagangan akibat Great Depression yang menimpa AS.
Kondisi perekonomian negara-negara Eropa yang telah hancur akibat Perang Dunia I
diperburuk dengan terjadinya Great Depression 1929-1939 di AS yang berimbas ke
perekonomian negara-negara Eropa.7 Adanya Great Depression menyebabkan kerugian bagi

hampir seluruh pemegang saham. Di AS, total sebanyak 1345 bank kolaps, dan bank tidak bisa
lagi memberikan pinjaman kepada nasabah yang kemudian menurunkan daya beli masyarakat.
Produksi perusahaan terpaksa dihentikan dan menambah jumlah pengangguran. Salah satu upaya
AS dalam melindungi ekonomi domestiknya adalah dengan menerapkan kebijakan Beggar Thy
Neighbor (salah satu bentuk kebijakan proteksionisme), yaitu memiskinkan negara tetangga
demi mengambil keuntungan bagi negaranya sendiri, yang dalam hal ini dilakukan AS terhadap
negara Eropa. Kebijakan ini bisa berupa devaluasi mata uang, tarif, kuota, subisidi ekspor,
embargo, dan strategi lain yang melemahkan perdagangan negara tetangganya. Akibat dari
kebijakan ini adalah justru muncul kondisi di mana terjadi saling membalas devaluasi dan tarif
(peningkatan praktek beggar thy neighbor) yang semakin mengakibatkan kerugian
perekonomian semua negara. Era Great Depression saat itu tidak hanya diwarnai dengan
kompetisi kurs pertukaran mata uang dan bersaingnya moneter blok Barat, tetapi juga dengan
ketiadaan korporasi internasional yang berperan untuk memperbaiki keterpurukan ekonomi, serta
ketidakstabilan politik domestic pada saat itu. Kondisi ini mencerminkan bentuk ketidakstabilan
perekonomian internasional akibat ketiadaan peran hegemon.
Menanggapi kenyataan yang ada, AS kemudian merasa terpanggil untuk mengemban
tanggung jawab dalam mengatur kestabilan ekonomi internasional, mengingat bahwa kondisi
perekonomian AS lah yang lebih stabil dibandingkan negara-negara Eropa pada saat itu.
Bersama-sama dengan Inggris, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, mereka berinisiatif untuk
memperbaiki sistem keuangan global yang porak poranda akibat ditinggalkannya rezim standar

emas. Pada Juli 1944 di Bretton Woods, Hampshire, AS, keinginan tersebut tercapai. Lebih dari
700 perwakilan 44 negara menghadiri konferensi tersebut, dan menghasilkan sistem Bretton
Woods yang memiliki dua agenda utama. Pertama adalah mendorong pengurangan tarif dan
hambatan perdagangan internasional, dan kedua yaitu menciptakan kerangka ekonomi global
demi meminimalisir konflik ekonomi dan mencegah terulangnya perang dunia. Dalam rangka
7 Barry Eichengreen dan Peter Temin. 1997. The Gold Standard and the Great Depression. Cambridge

Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

mencapai tujuan tersebut, rezim Bretton Woods diciptakan dengan membatasi kerja sama ad hoc
dalam dua isu utama, yaitu dalam hal sistem pembayaran internasional dan dalam hal nilai
internasional atas medium pembayaran itu.
Unsur Politik
Inisiatif untuk memberlakukan rezim Bretton Woods mendapat sambutan yang hangat
dari banyak negara mengingat semakin kuatnya semangat liberalisme negara-negara dan juga
keprihatinan kondisi ekonomi pasca perang. Lahirnya rezim Bretton Woods merupakan
konsolidasi impian ekonom Inggris, J.M. Keynes, dan ekonom Amerika, Harry White. Kedua
ekonom ini yang merancang nilai-nilai Bretton Woods sedemikian rupa sehingga mampu

menjembatani antara prinsip ekonomi liberalisme dan prinsip ekonomi berorientasi domestik.
Usaha ini kemudian sering dikenal dengan terminologi “Embedded Liberalism”.8 Dari sinilah
yang kemudian memunculkan usulan bahwa diperlukan adanya intervensi negara dalam
mengatur perekonomian domestik. Harapannya adalah menciptakan tatanan ekonomi yang
sanggup mengakomodasi pencapaian nilai-nilai kedamaian antarbangsa agar dapat menghindari
perang sekaligus memerangi pengangguran di dalam negeri dan lebih memajukan perekonomian
domestik.
Untuk lebih jelasnya, poin-poin yang diusulkan oleh masing-masing ekonom adalah sebagai
berikut.
1. Amerika Serikat (Harry White)
 Biarkan pasar yang mengatur perekonomian internasional
 Lembaga moneter internasional tidak terlalu longgar tetapi juga tidak terlalu
sentral seperti bank sentral dunia
 Tetakan nilai tukar tetap : 1 ons emas = $35
2. Inggris (J.M. Keynes)
 Mengusulkan IMF untuk menstabilkan pembayaran
 Lembaga moneter internasional yang tidak tersentralisasi
 Menghasilkan :
o International Monetary Fund (IMF)
o International Bank for Reconstruction and Development (IBRD/World

Bank)
o General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)
 Awal dari perdagangan bebas di dunia
Aturan Main
Sistem nilai tukar tetap dalam rezim Bretton Woods menggunakan konsep nilai paritas
mata uang (nilai eksternal). Sesuai dengan ketentuan IMF, semua mata uang negara anggota
harus ditetapkan sesuai harga Dollar AS (US$) atau terhadap harga emas dengan ekuivalennya.
8 Eric Helleiner. 2008. “The Evolution of the International Monetary and Financial System”, dalam John Ravenhill.
Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press.

Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

Sementara US$ sendiri ditetapkan konvertibel terhadap harga emas sebesar 1 ons emas = US$
35. Nilai Dollar AS yang ditetapkan terhadap harga emas ini tidak boleh diubah, kecuali dalam
keadaan yang sangat mendesak. Atas dasar demikian, rezim Bretton Woods dikenal juga sebagai
“gold dollar standard system”.
Setelah nilai paritas mata uang suatu negara yang bersangkutan ditetapkan, maka tugas
pemerintah (bank sentral) negara anggota selanjutnya adalah melakukan intervensi untuk

menjaga agar kurs yang berlaku tidak menyimpang dari batasan-batasan yang ditetapkan (stabil),
yaitu tidak kurang dan tidak lebih dari nilai paritas plus-minus 1 persen. Bila mata uang satu
negara terlalu tinggi terhadap dolar, maka bank pemerintahnya harus menjual mata uangnya
dengan dolar agar menjaga nilai tukarnya. Sebaliknya, bila mata uangnya terlalu rendah, mereka
harus membeli mata uang mereka sendiri agar menaikkan kembali nilainya. Terkadang sistem ini
juga disebut sebagai sistem adjustable peg yang bertujuan untuk memastikan stabilitas nilai tukar
maksimum, namun dapat juga memfasilitasi perubahan-perubahan disaat terjadinya devaluasi
kompetitif. Sementara AS sendiri yang mata uangnya dijadikan sebagai patokan, bebas dari
kewajiban menjaga atau mengawasi nilai paritas mata uangnya terhadap mata uang asing. Meski
demikian, AS harus menjaga (serta menjamin) cadangan emas yang cukup dengan jumlah Dollar
ASyang dicetak atau beredar di negaranya dan di negara-negara asing.

Kesimpulan:
Jika melihat perkembangan sistem moneter internasional di bawah rezim standar emas
dan juga rezim Bretton Woods, maka kesimpulan yang bisa diambil penulis yaitu bahwa kedua
rezim tersebut mencerminkan relevansi pandangan teori stabilitas hegemoni dalam menjelaskan
kestabilan sistem moneter internasional. Untuk rezim standar emas, peran hegemon dipegang
oleh Inggris, di mana kehancuran perekonomian Inggris pada Perang Dunia I, diikuti dengan
runtuhnya rezim standar emas pada saat itu. Dan kemudian untuk rezim Bretton Woods, peran
hegemon dipegang oleh AS sebagai satu-satunya negara yang dinilai mampu menjaga kestabilan
ekonomi domestiknya selama Perang Dunia berlangsung, sehingga menjadikannya sebagai
superpower pada saat itu.

Referensi:
Anon. nd. International Monetary System (IMS) dan Krisis Finansial Global 2008. [Internet]. Terdapat
pada http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/133589-T%2027885-Kerjasama%20G-20-Literatur.pdf

(Diakses 10 November 2013)
Broz, J. Lawrence. “The Domestic Politics of International Monetary Order: The Gold Standard”, dalam
David Skidmore. 1997. Contested Social Orders and International Politics. Vanderbit University Press.

Rizki Rahmadini Nurika_352168

Paper Presentasi Ekonomi Politik Global

Eichengreen, Barry dan Peter Temin. 1997. The Gold Standard and the Great Depression.
Cambridge
Gilpin, Robert. 1987. “International Money Matters”, dalam The Political Economy of
International Relations. Princeton: Princeton University Press.
Helleiner, Eric. 2008. “The Evolution of the International Monetary and Financial System”, dalam John
Ravenhill. Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press.