KRITIK TERHADAP EMANSIPASI WANITA DAN HA
KRITIK TERHADAP EMANSIPASI WANITA DAN HAK ASASI
MANUSIA YANG HILANG AKIBAT KEKUASAAN DALAM NASKAH
DRAMA” MANUSIA BARU” KARYA SANUSI PANE
Oleh : Azizah Putri Purwasari ( 121411133023 )
Abstrak
Pembedahan atau penelitian salah satu karya sastra pujangga dan sastrawan ternama
Indonesia yaitu Sanusi Pane, dalam bentuk naskah drama yang berjudul “Manusia
Baru”untuk mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dalam naskah yang masih
ambivalen dengan kehidupan saat ini seperti contoh emansipasi wanita dan hak asasi
manusia yang ada didalam karya sastra tersebut.Berlatar belakangi Sanusi Pane sebagai
salah satu tokoh pendiri Angkatan Pujangga Baru dengan membawa perubahan mencolok
serta gebrakan baru setiap karya sastranya.Setiap membuat drama sanusi tidak hanya
menggambarkan keadaan saat itu tetapi juga berkaitan pada masa-masa mendatang.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan mendeskripsikan
setiap karakter yang ada dalam naskah manusia baru yang memiliki peran membangun
cerita tersendiri .Penelitian ini mengacu pada pentingnya mengetahui lebih mendetail
mengenai emansipasi dan hak asasi yang menyimpang sehingga dapat di jadikan sebuah
kritik .Oleh sebab itu, salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan pembedahan
atau penelitian ini ada berfokus pada karakter setiap tokohnya untuk membangun
cerita.Manfaat Penelitian ini adalah senantiasa berfungsi sebagai salah satu factor
pendukung pemahaman terhadap emansipasi dan hak asasi.
Kata Kunci : Emansipasi Wanita , Hak Asasi Manusia ,Manusia Baru
Pendahuluan
Karya sastra memiliki signifikansi dan urgensi yang mendasar sebagai mediasi yang tepat
untuk proses pembelajaran.karya sastra merupakan sarana penyampaian misi yang efektif.
Jika dalam ilmu sosial pengarang tidak bebas melakukan kritik terhadap penguasa yang
sewenang-wenang, misalnya, dalam karya sastra pengarang dapat “bersembunyi” dari
tekanan kekuasaan yang represif. Hal demikian disebabkan oleh alasan bahwa karya sastra
memiliki "dunianya tersendiri".Dibandingkan dengan ilmu eksakta dan ilmu sosial lainnya,
karya sastra merupakan kreativitas yang mengutamakan dimensi-dimensi totalitas.Karya
sastra termasuk genre yang paling lengkap melukiskan gejala-gejala kehidupan.Konstruksi
bahasa metaforis dan konotatif mampu menjangkau kehidupan sosial pada tingkat yang
paling asasi. Karya sastra berhasil melukiskan secara mendalam dan mendetail emosi-emosi
manusia, suatu bentuk penjelajahan yang tidak mungkin dilakukan oleh ilmu eksakta atau
ilmu sosial lain. Wilayah karya sastra adalah wilayah pribadi, yaitu wilayah kehidupan
manusia yang telah dihuni oleh dimensidimensi sosio-psikologis, bukan fisik atau
biologis.Karya sastra selalu berusaha menemukan dimensi-dimensi tersembunyi dalam
kehidupan manusia, dimensi-dimensi yang tidak terjangkau oleh kualitas evidensi empirik
bahkan oleh instrumen laboratorium. Oleh karena itu, ia selalu merupakan bagian yang
esensial dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya karya sastra berfungsi untuk lebih
memahami dunia ini (Culler, 1977:238).
Naskah Drama Manusia baru adalah naskah karya Sanusi Pane.Beliau adalah seniman dan
sastrawan Indonesia sejati dan cukup terkenal pada eranya. Sanusi Pane adalah seorang yang
tidak hanya memiliki pandangan tentang agama yang luas tetapi budaya juga.Dari dalam
kehidupannya pun meskipun dia dilahirkan dengan latar keluarga Islam namun semenjak ia
menginjakkan kaki di negara yang di jadikan salah satu pusat peradaban dunia yaitu
India.Sanusi Pane mempelajari budaya dan agama hindu pada negara tersebut,disitu dia
menemukan arti yang sesungguhnya dalam hidupnya.Menjadikan Ia menjadi karakter yang di
bentuk karena lingkungan serta budaya sehingga Ia memiliki karakter budi pekerti yang
tinggi serta social dari hasil belajarnya dengan alam. Sanusi Pane tidak dapat dipisahkan
dengan alam.Sanusi Pane memiliki kerendahatian yang amat tinggi dan pemikiran yang
cemerlang.Terbukti pada naskah drama ini permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata
dapat di ketahui.Naskah ini merupakan bentuk kritik halus yang tersirat mengenai tentang
perampasan hak asasi manusia dan emansipasi wanita.Meskipun cerita berlatar belakang pada
daerah India namun tidak berlaku untuk masyarakat Indonesia.Namun justru sebaliknya
naskah ini di peruntukkan bagi masyarakat Indonesia yang pada saat itu masih terlena ke
dalam kejayaan dan kemegahan pada masa silam.Dan kurang memahami keadaan saat ini
yang mengakibatkan masyarakat sekitar menjadi malas bekerja dan hanya menginginkan
sesuatu yang instan meskipun mustahil.Masyarakat menjadi melakukan hal-hal yang diluar
kesadaran.
Seperti mereka tidak memperlakukan manusia layaknya sebagai manusia.Tergambar dalam
naskah pada saat tokoh Wadia seorang pemilik pabrik tenun yang memperkerjakan karyawan/
buruh tanpa berhenti setiap hari,namun upah yang di berikan tidak sama dengan kerja keras
mereka.Wadia merampas hak mereka untuk menerima upah yang semestinya padahal buruhburuh itu telah melakukan kewajibannya dengan baik.Tidak sampai disitu dia juga merampas
kehidupan dan kebahagiaan putri semata wayangnya yaitu Saraswati untuk hidup bahagia
tanpa adanya keterkunkungan adat.Sehingga Saraswati melakukan pemberontakan.Begitu
juga yang di lakukan oleh para buruh pabriknya.Tetapi dengan akal bulus dan tipu
muslihatnya,dia bersama dengan Calon menantunya yaitu Sastri melakukan persekongkolan
untuk menyalahkan buruh dengan alasan bahan dasar naik jika upah naik maka perusahaan
akan bangkrut.Dengan di bantu kelicikan yang di miliki oleh Sastri,perusahan tetap tidak
akan menaikkan upah para buruh.Cerita antara Wadia,Sastri,Saraswati dan tokoh-tokoh
lainnya cukup menarik untuk di bahas.Berbagai permasalahan yang ada di dalam naskah ini
merupakan keadaan social masyarakat pada saat ini juga.Meskipun naskah tersebut di tulis
pada saat era kapitalis Berjaya namun sampai saat ini kapitalisme belum juga apat di hentikan
malah semakin menjadi-jadi.
Karya sastra yang berupa naskah ini dipandang sebagai motivator ke arah aksi sosial yang
lebih bermakna dan pencari nilai-nilai kebenaran yang dapat mengangkat dan memperbaiki
situasi dan kondisi alam semesta. Hal ini selaras dengan filosofi Aristoteles yang mengatakan
bahwa seni (termasuk sastra) mengangkat jiwa manusia melalui proses katarsis karena seni
membebaskan manusia dari nafsu yang rendah (Ratna, 2003:5). Pentingnya kehadiran sastra
dalam pembelajaran juga dijelaskan oleh Rosenblatt (Rudy, 2005:81) sebagai berikut: (a)
sastra mendorong kebutuhan atas imajinasi dalam demokrasi; (b) sastra mengalihkan
imajinasi dan perilaku, sikap emosi, dan ukuran nilai sosial serta pribadi; (c) sastra
menyajikan kemungkinan perbedaan pandangan hidup, pola hubungan, dan filsafat; (d) sastra
membantu pemilihan imajinasi yang berbeda melalui pengalaman mengkaji karya sastra; (e)
pengalaman sastra memungkinkan pembaca memandang kepribadiannya sendiri dan
masalah-masalahnya secara objektif dan memecahkannya dengan lebih baik; (f) sastra
memberikan kenyataan kepada orang dewasa sistem nilai yang berbeda sehingga mereka
terbebas dari rasa takut, bersalah, dan tidak pasti. Sepakat dengan rincian Rosenblatt di atas,
aspek kecerdasan, kebajikan, moral, dan kebijaksanaan dapat ditingkatkan melalui
sastra.Kecerdasan emosional peserta didik dapat diberdayakan dengan mengaktifkan
penafsiran terhadap karya sastra secara bebas, tajam, kontekstual, dan bermakna.
Pembahasan
Gambaran sekilas tentang naskah
Drama Sanusi Pane yang terakhir berjudul Manusia Baru.Drama itu dibuat pertama kali
dalam majalah Poedjangga Baroe, tahun VIII, No. 5, November 1940.Tujuh tahun setelah
dramanya yang berjudul Sandhyakala Ning Majapahit, Sanusi Pane kembali menulis drama
Manusia Baru.Masa tujuh tahun itu sudah cukup bagi Sanusi Pane untuk menghasilkan ide
baru yang berbeda dengan ide yang dituangkannya dalam puisi dan drama sebelumnya.Dalam
kurun waktu itu pula dia berhasil mengungkapkan konsep manusia baru, manusia yang dapat
mencapai kebahagiaan lahir batin, kebahagiaan dunia akhirat atau insan kamil.Manusia
semacam itu, menurut Sanusi Pane, tidak hanya mementingkan hal-hal yang bersifat rohani
belaka.Dunia tidak lagi dianggap “jahat” yang perlu dijauhi dan dihindari sebab menghindari
dunia, hidup tidak bisa dipertahankan.Manusia hidup pada zaman modern harus bekerja keras
dan mau menaklukkan dunia, seperti tokoh Faust ciptaan Gothe.Akan tetapi, manusia modern
harus tetap memiliki budi yang luhur, religius, dan cinta sesama manusia sebagaimana
dimiliki oleh Arjuna ciptaan Empu Kanwa.Jika manusia belum dapat memadukan dua pribadi
itu dalam dirinya, dia bukan manusia modern yang diidealkan Sanusi Pane.
a. Kritik terhadap Emansipasi Wanita
Dalam masyarakat keberadaan seorang perempuan memberi cintra tersendiri. Pandangan
rendah terhadap kaum perempuan sampai sekarang pun tidak pernah hilang dalam kehidupan
masyarakat, meskipun dalam agama juga menegaskan bahwa martabat manusia itu sama atau
sejajar. Fenomena mengenai penindasan terhadap kaum perempuan pun masih ada sampai
sekarang. Bisa dilihat dari berbagai media massa. Fenomena saat ini yang ada dalam
masyarakat yaitu adanya perlakuan yang tidak adil dan sewenang-wenang kepada kaum
perempuan.perempuan dianggap rendah dan laki-laki ditinggikan, perempuan harus menurut
pada laki-laki
Perempuan di benak masyarakat merupakan sosok yang cantik, lembut,
lemah, manja, penurut. Bagi masyarakat pada umumnya.Konsep tersebut dianggap sesuatu
yang kodrati bagi perempuan.sedangkan konsep bahwa seorang laki-laki harus rasional, kuat,
dan tegar. Dan hal itu semua merupakan hasil bentukan konstruksi yang berlaku dalam
masyarakat yang diyakini sampai saat ini.Sehingga perempuan harus menurut meskipun
harus merelakan kebahagiannya.Seperti pada naskah drama ini
Konsep bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa itu
adalah salah. Perempuan akan bertindak tidak masuk akal dan menakutkan jika ia sudah
merasa bahwa dirinya telah dideskriminasi tampak pada akhir ceritanya. Tokoh Saraswati
atau Saraswati Wadia, anak ketua Perkumpulan Industri Tenun Madras, bangkit dari
kungkungan adat lama.Adat lama mengatur bahwa anak gadis harus ditunangkan sejak kecil.
Demikian juga Saraswati, dia ditunangkan sejak masih balita, sejak masih berumur empat
tahun, peristiwa yang sama sekali tidak dikehendaki oleh Saraswati. Dia tidak mau hidup
bagaikan dalam sangkar, sebentar dilepaskan, kemudian dimasukkan kembali.Dia
memberontak semua itu.Pertemuan antara Saraswati dan seorang penganjur pemogokan
kaum buruh, Surendranath Das, menyadarkan jiwanya untuk ikut bangkit sebagai manusia
baru.Saraswati mengagumi watak dan pemikiran Surendranath Das.Bahkan, dia mencintai
Das dan harus meninggalkan tunangan lamanya.Sudah barang tentu keluarganya tidak
menyetujui hubungan itu.Karena dalam peristiwa pemogokan kaum buruh itu Das adalah
musuh keluarga Saraswati. Ketika Das akan pergi meninggalkan Madras, Sarswati bertekat
akan tetap mengikuti Das pergi. Dia meningalkan adat lama; dia meninggalkan keluanga. Dia
lakukan semua itu demi cintanya kepada Das, demi kemajuan bangsanya, dan demi kemajuan
manusia,
Sepanjang sejarah manusia, perempuan selalu ditempatkan pada posisi yang tidak adil dalam
hubungannya dengan laki-laki. Perbedaan gender sebenarnya tidak bermasalah selama tidak
menimbulkan ketidakadilan. Namun pada kenyataanya adalah lain, perbedaan gender yang
disebabkan
oleh
perbedaan
sex
ternyata
menimbulkan
ketidakadilan
bagi
perempuan.Saraswati merasa dirinya tidak di berlakukan adil oleh ayahnya sendiri yaitu
Wadia dimana ia dipaksa di jodohkan sedari kecil tanpa mengenal lebih dahulu bagaimana
sosok Sastri yang menjadi tunangannya itu.Baik buruk sifat Sastri tidak di ketahui oleh
Saraswati sehingga Saraswati mengetahui dengan sendirinya sifat dan karakter Sastri.
Penggambaran tentang cerita di atas seringkali terjadi pada anggota masyarakat saat ini
dimana anak gadis selalu di jadikan sebagai alat politik untuk mempererat dengan relasi kerja
dan menyatukan perusahaan mereka.Padahal tidak selamanya demikian mereka seringkali
menggunakan anak gadisnya sebagai alih-alih untuk menguasai perusahaan pihak
lawan.Banyak orang beranggapan bahwa anak gadis tidak bisa mengelola perusahaan dengan
baik dan benar makan dari itu mereka membutuhkan laki-laki yang sederajat dengan mereka
untuk membantu memajukan prusahaan mereka.Mereka berpendapat jika anak gadisnya
mendapatkan lelaki yang sederajat maka harta warisannya akan terjaga dan tidak akan
berpindah tangan sebab mereka sudah memiliki kekayaan masing-masing.Padahal tidak
selalu demikian banyak yang menjadi serakah dalam hal ini.Dan pihak perempuan selalu
banyak berkorban dan di rugikan.Seperti pada tokoh Saraswati pada cerita di atas meskipun
pada akhirnya dia memberontak tetapi tetap saja hal tersebut seringkali terjadi pada
kehidupan nyata dan berlaku hingga sekarang dan merampas kebahagiaan mereka.Melalui
naskah ini kita dapat menelaah dan mengritik bahwa budaya dan gaya hidup yang demikian
adalah salah adanya.Seorang laki-laki baik keluarga,kerabat,teman dan masyarakat lainnya
tidak
berhak
mengorbankan
kebahagiaan
seseorang
untuk
kepentingan
pribadi
mereka.Karena itu sama saja merampas hak asasi mereka untuk hidup lebih nyaman dan
bebas dari tekanan apapun.Baik untuk kepentingan apapun yang seringkali erat kaitannya
menyinggung tentang politik egosentrisme dimana hanya demi sebuah materi rela bentindak
sewenang-wenang dengan keluarganya sendiri
Memang sulit di era NeoGlobalisasi ini zaman dimana lebih kejam daripada kapitalisme.Akal
sehat manusia tidak lagi digunakan secara rasional namun di gunakan layaknya seperti
binatang.Sebagai efek perkembangan zaman sehingga meicu sikap dari masyarakat untuk
melakukan
berbagai
cara
demi
memenuhi
kpentingan
pribadinya,bahkan
tanpa
mempertimbangkan sisi negativnya dan berpikir secara rasional.
b.Kritik terhadap Hak Asasi Manusia
Dalam hal ini begitu banyak kritik mengenai perampasan hak asasi manusia.Mesipun dalam
naskah Manusia Baru Sanusi Pane tidak lagi tenggelam ke dalam kejayaan dan kemegahan
pada masa silam. Dia tidak lagi mengagungkan apa yang telah dicapai oleh nenek moyang,
sementara dirinya tidak berprestasi. Hal itu bukan berarti mengabaikan dan tidak mencintai
karya agung warisan leluhur.Yang lama tetap agung dan berharga. Akan tetapi, manusia
sekarang harus hidup pada masa sekarang serta mampu memandang kehidupan jauh ke
depan. Dari yang lama manusia sekarang dapat mengambil manfaatnya selama dapat
dimanfaatkan.Manusia sekarang harus pandai menyaring pengaruh dari warisan lama,
termasuk budaya dari asing.Itulah “manusia baru” yang diidealkan oleh Sanusi Pane dalam
dramanya yang berjudul Manusia Baru.Tokoh Rama atau Rama Rao adalah simbol seniman
pada umumnya yang masih terpesona keagungan masa silam. Dia berhasil disadarkan oleh
Das atau Surendranath Das untuk bangkit sebagai manusia baru, seniman baru yang harus
hidup penuh semangat memandang jauh ke masa depan. Seniman yang masih terikat oleh
masa silam akan menghasilkan karya yang layu, beku, kabur, mati, dan tidak berjiwa
Sebelum sampai pada pembahasan inti yaitu tentang manusia baru,perlu kita ketahui bahwa
banyak sekali sindiran-sindiran halus tentang modernisme yang kebarat-baratan malah justru
memperdaya dan memperbodoh kita dalam memahami suatu peristiwa.Modernisme yang
seharusnya bertujuan untuk mempermudah segala hal dan memperbaiki semuanya malah
justru membuat kehancuran secara perlahan.Tokoh Wadia dalam drama ini di gambarkan
sebagai seorang pimpinan pabrik yang tidak bertanggung jawab kepada buruh,karyawan dan
bahkan putri semata wayangnya sendiri.Tokoh Wadia dalam naskah tersebut yang
digambarkan memiliki egosentrisme yang amat tinggi di gambarkan ketika para buruh
pabriknya meminta upah yang layak sebagai hasil kerja keras mereka namun di tolak.Padahal
mereka telah memberikah seluruh waktunya dari pagi hingga malam untuk bekerja pada
perusahaan tersebut.Mereka hanya meminta kenaikan gaji 10 persen saja untuk membayar
hasil keringat merek selama ini.Namun tokoh Wadia dalam naskah ini menolak untuk
mengabulkan segala tuntutan para buruh perusahaan mereka.Wadia berpendapat bahwa
pengeluaran perusahaan akan sangat besar seandainya menaikkan gaji para buruh atau
karyawan pada perusahaan indrustri tenun miliknya,karena bahan baku kain yang terus
meningkat dan mahal.Wadia tidak mau rugi untuk sepeserpun padahal kalau di kalkulasikan
menurut pendapat Surendranath Das kenaikan gaji tersebut tidak akan merugikan perusahaan
karena keuntungan perusahaan yang terus meningkat.Keuntungan perusahaanpun bertambah
berkali-kali lipat namun gaji buruh dan karyawan mereka masih tetap sama.
Surendanath Das dan Aiyer yang merupakan pendukung dan pemimpin gerakan pemogokan
kerja dan demontrasi para buruh mencoba berdamai dengan bapak Wadia dan Sastri yang
notabennya adalah calon menantunya.Tetapi Wadia dan Sastri bersekongkol untuk
menjatuhkan Das dan memutar balikkan fakta.Sastri menyewa dan membayar seorang
wartawan yaitu Coomarasmawi untuk membuat liputan mengenai Das dengan citra
buruk.Alhasil di lingkungan masyarakat sekitar Das mendapatkan citra yang negative
meskipun tidak semua orang berpendapat demikian.Das yang sebenarnya memiliki hati yang
mulia dan kecerdasan yang menawan menjadi mendapatkan citra yang tidak baik di
masyarakat.
Dari segi struktur cuplikan cerita di atas naskah ini menyajikan dua latar dalam satu
panggung secara bersamaan .Maka secara tidak langsung naskah ini mempresentasikan ke
universalannya tentang kritk mengenai keadaan pada masa pembuatan naskah namun juga
relevan pada saat ini.Naskah ini seperti layaknya seorang para normal yang dapat
menerawang apa yang terjadi sekarang, dulu dan masa depan memiliki kesamaan dalam
permasalahan dan pemecahan persoalan kehidupan.Telah tersirat bahwa naskah ini secara
tidak langsung membahas tentang kapitalisme yang merajalela.Kapitalisme tidak lagi hanya
berlaku pada wilayah Eropa dan Amerika namun telah menyebar sampai keseluruh
dunia.Tidak terkecuali di wilayah Asia.Kapitalisme yang di ciptakan oleh bangsa barat ini
menyebabkan seseorang kehilangan beberapa haknya sekaligus.Hak untuk hidup nyaman,hak
untuk mendapat perlakuan yang menyenangkan bukan seperti boneka dan budak.Kebayakan
buruh
pabrik-pabrik
besar
akan
menjadi
budak
dan
boneka
perusahaan
untuk
selamanya.Tidak peduli mereka sehat atau sakit keluarga mereka sehat ataupun tidak yang
penting bagi kaum kapitalis adalah mereka merupakan asset yang berharga untuk menjadi
mesin pencetak uang bagi mereka.
Kapitalisme ini membuat mereka tidak mempunyai hati nurani dan melakukan segala hal
untuk pemuasan batin mereka sendiri.Mereka tidak peduli apakah di antara mereka ada yang
merasa keberatan segala peraturan yang ada atau tidak.Tentu saja ini sama saja merampas hak
merasa aman mereka sebagai wujud dari hak asasi yang mereka miliki.Orang kapitalis dapat
melakukan segala hal termasuk dengan melakukan hal yang tidak masuk akal sekaligus untuk
memenangkah hati masyarakat sebagai tender terbesar bagi mereka.Karena kepercayaan
masyarakat bagi mereka nomer satu disamping kepercayaan para pemimpin perusahaan
lainnya untuk menaruh saham terbesar di tempat-tempat mereka
.Pada era globalisasi kapitalis yang semakin menjadi-jadi ini,Tuhan dan kepercayaan tidak
lagi berkuasa namun untuk yang menjadi prioritas dimana-mana.Entah halal atau tidak yang
terpenting bagi mereka adalah hidup ini seperti hukum rimba siapa yang kuat pasti bisa
mendapatkan semuanya,membunuh atau di bunuh.Dengan adanya motto yang demikian
menyebabkan mereka saling merampas hak orang lain untuk memenuhi skala prioritas hidup
mereka.Kemiskinan yang terjadi dimana-mana dan pelayanan kesehatan yang tidak layak
akibat keserakan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.Bahkan seorang wartawan dapat
melanggar kode etik sebagai seorang jurnalis demi untuk mendapatkan iming-iming sejumlah
uang yang kemungkinan besar belum pernah ia dapatkan sebelumnya.Seperti halnya yang
terjadi pada Coomarasmawi alih-alih iming-iming sejumlah uang yang di berikan oleh
Sastri,Coomasmawi menuruti perintah Sastri untuk menjatuhkan harga diri dan martabat Das
di depan umum.Agar masyarakat lebih berpihak pada perusahaan mereka di bandingkan
berpihak pada Das.Meskipun pada akhirnya mereka semua berpaling an berpindah kepada
kubu Das.Yan terkenal solit dan saling membantu sesame yang membutuhkan bantuan Das
untuk menyelesakan himpitan ekonomi yang mereka alami.Meskipun itu tidaklah mudah
namun dengan kegigihan Das dan Aiyer serta buruh lainnya Das mendapatkan songkongan
dana yang besar dari perusahaan yang besar lainnya
yang simpatik dengan nasib
mereka.Tentu saja ini membuat Wadia marah dan menjadi alasan penyebab Das tidak di restui
hubungannya Putri semata wayangnya Saraswati Wadia dengan Das.Karena selain Saraswati
sudah di jodohkan dengan Sastri tetapi agar juga Saraswati tidak membangkan kepada Wadia
meskipun pada akhirnya Saraswati membangkan kepada perintah ayahnya dan memilih kabur
bersama Das untuk melanjutkan hidupnya.
Tentu Fenomena ini bukan hal yang asing lagi yang terjadi di masyarakat.Seseorang yang
berkuasa melakukan segala cara untuk memenuhi hasratnya.Sosok Wadia dalam naskah
drama manusia baru ini di gambarkan sebagai seseorang yang sudah tenggelam terlalu jauh
dalam kondisi globalisasi kapitalisme.Kita tahu pasti bukan bahwa kapitalisme membuat
seseorang tidak mempunyai hati nurani dan cenderung merusak dunia ini.Dengan tidak
adanya ketidakpedulian kepada orang lain.
Tokoh Rama Rao juga tenggelam dalam suasana modernisme yang cenderung lebih primitive
dari zamannya.Tokoh Rama yang di gambarkan sosok seniman modern yang tidak hanya
pintar tetapi berwawasan luas memandang dunia.Tetapi sosok Rama Rao terlalu berpegang
teguh pada kungkungan dan budaya adat lama sehingga pemikiran modernismenya menjadi
cenderung terbatasi oleh norma dan nilai yang berlaku pada keadaan tersebut.Sehingga Rama
Rao yang seharusnya bisa mengapresiasikan dan mengekspresikan haknya dalam
menciptakan sebuah karya yang lebih kreatif dan ekspresif menjadi terbatasi.Dan ini
merupakan perampasan hak yang tidak disadari selama ini oleh masyarakat sekitar.Bahwa
pemikiran tentang modernisme barat akan merusak semuanya.Zaman modern yang
seharusnya menjadi titik awal manusia untuk lebih kreatif menjadikan masih keterikatan
norma dan nilai yang berlaku sehingga membatasi segala hal.Meskipun bukan berarti kita
tidak boleh serta merta melupakan nilai yang berlaku tetapi kita semestinya menyaring itu
semua untuk hal-hal yang lebih baik dan lebih maju lagi dan tidak merampas hak kita untuk
berkreasi.
Kesimpulan
Dalam naskah manusia baru ini terdapat banyak sekali kritik-kritik yang tertuang di dalam
naskah.Mulai dari kritik emansipasi yang di tunjukkan oleh tokoh Saraswati Wadia yang bisa
terlepas dari kungkungan adat dan kekangan oleh ayahnya sendiri Wadia.Sehingga Saraswati
tidak bisa memilih apa yang ia inginkan dan tujuan hidup yang mana yang akan ia
capai.Berkat tokoh Das dalam naskah tersebut Saraswati menjadi sosok yang tidak lagi
berpikiran picik untuk menjalani hidupnya.
Tetapi sosok Rama Rao terlalu berpegang teguh pada kungkungan dan budaya adat lama
sehingga pemikiran modernismenya menjadi cenderung terbatasi oleh norma dan nilai yang
berlaku pada keadaan tersebut.Sehingga Rama Rao yang seharusnya bisa mengapresiasikan
dan mengekspresikan haknya dalam menciptakan sebuah karya yang lebih kreatif dan
ekspresif menjadi terbatasi.Dan ini merupakan perampasan hak yang tidak disadari selama ini
oleh masyarakat sekitar.Bahwa pemikiran tentang modernisme barat akan merusak
semuanya.Zaman modern yang seharusnya menjadi titik awal manusia untuk lebih kreatif
menjadikan masih keterikatan norma dan nilai yang berlaku sehingga membatasi segala
hal.Meskipun bukan berarti kita tidak boleh serta merta melupakan nilai yang berlaku tetapi
kita semestinya menyaring itu semua untuk hal-hal yang lebih baik dan lebih maju lagi dan
tidak merampas hak kita untuk berkreasi.
Referensi
(http://eprints.unsri.ac.id/3955/2/Isi.pdf diakses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 19.00)
(http://wikipedia.com/sanusipane di akses pada tanggal 30 Juni 2015,Pukul 19.00)
(https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=drama+manusia+baru+karya+sanusi+pane di
akses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 19.00)
Banna, nana. 1974. Manusia Baru. Jakarta: Pustaka Jaya.
MANUSIA YANG HILANG AKIBAT KEKUASAAN DALAM NASKAH
DRAMA” MANUSIA BARU” KARYA SANUSI PANE
Oleh : Azizah Putri Purwasari ( 121411133023 )
Abstrak
Pembedahan atau penelitian salah satu karya sastra pujangga dan sastrawan ternama
Indonesia yaitu Sanusi Pane, dalam bentuk naskah drama yang berjudul “Manusia
Baru”untuk mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dalam naskah yang masih
ambivalen dengan kehidupan saat ini seperti contoh emansipasi wanita dan hak asasi
manusia yang ada didalam karya sastra tersebut.Berlatar belakangi Sanusi Pane sebagai
salah satu tokoh pendiri Angkatan Pujangga Baru dengan membawa perubahan mencolok
serta gebrakan baru setiap karya sastranya.Setiap membuat drama sanusi tidak hanya
menggambarkan keadaan saat itu tetapi juga berkaitan pada masa-masa mendatang.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan mendeskripsikan
setiap karakter yang ada dalam naskah manusia baru yang memiliki peran membangun
cerita tersendiri .Penelitian ini mengacu pada pentingnya mengetahui lebih mendetail
mengenai emansipasi dan hak asasi yang menyimpang sehingga dapat di jadikan sebuah
kritik .Oleh sebab itu, salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan pembedahan
atau penelitian ini ada berfokus pada karakter setiap tokohnya untuk membangun
cerita.Manfaat Penelitian ini adalah senantiasa berfungsi sebagai salah satu factor
pendukung pemahaman terhadap emansipasi dan hak asasi.
Kata Kunci : Emansipasi Wanita , Hak Asasi Manusia ,Manusia Baru
Pendahuluan
Karya sastra memiliki signifikansi dan urgensi yang mendasar sebagai mediasi yang tepat
untuk proses pembelajaran.karya sastra merupakan sarana penyampaian misi yang efektif.
Jika dalam ilmu sosial pengarang tidak bebas melakukan kritik terhadap penguasa yang
sewenang-wenang, misalnya, dalam karya sastra pengarang dapat “bersembunyi” dari
tekanan kekuasaan yang represif. Hal demikian disebabkan oleh alasan bahwa karya sastra
memiliki "dunianya tersendiri".Dibandingkan dengan ilmu eksakta dan ilmu sosial lainnya,
karya sastra merupakan kreativitas yang mengutamakan dimensi-dimensi totalitas.Karya
sastra termasuk genre yang paling lengkap melukiskan gejala-gejala kehidupan.Konstruksi
bahasa metaforis dan konotatif mampu menjangkau kehidupan sosial pada tingkat yang
paling asasi. Karya sastra berhasil melukiskan secara mendalam dan mendetail emosi-emosi
manusia, suatu bentuk penjelajahan yang tidak mungkin dilakukan oleh ilmu eksakta atau
ilmu sosial lain. Wilayah karya sastra adalah wilayah pribadi, yaitu wilayah kehidupan
manusia yang telah dihuni oleh dimensidimensi sosio-psikologis, bukan fisik atau
biologis.Karya sastra selalu berusaha menemukan dimensi-dimensi tersembunyi dalam
kehidupan manusia, dimensi-dimensi yang tidak terjangkau oleh kualitas evidensi empirik
bahkan oleh instrumen laboratorium. Oleh karena itu, ia selalu merupakan bagian yang
esensial dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya karya sastra berfungsi untuk lebih
memahami dunia ini (Culler, 1977:238).
Naskah Drama Manusia baru adalah naskah karya Sanusi Pane.Beliau adalah seniman dan
sastrawan Indonesia sejati dan cukup terkenal pada eranya. Sanusi Pane adalah seorang yang
tidak hanya memiliki pandangan tentang agama yang luas tetapi budaya juga.Dari dalam
kehidupannya pun meskipun dia dilahirkan dengan latar keluarga Islam namun semenjak ia
menginjakkan kaki di negara yang di jadikan salah satu pusat peradaban dunia yaitu
India.Sanusi Pane mempelajari budaya dan agama hindu pada negara tersebut,disitu dia
menemukan arti yang sesungguhnya dalam hidupnya.Menjadikan Ia menjadi karakter yang di
bentuk karena lingkungan serta budaya sehingga Ia memiliki karakter budi pekerti yang
tinggi serta social dari hasil belajarnya dengan alam. Sanusi Pane tidak dapat dipisahkan
dengan alam.Sanusi Pane memiliki kerendahatian yang amat tinggi dan pemikiran yang
cemerlang.Terbukti pada naskah drama ini permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata
dapat di ketahui.Naskah ini merupakan bentuk kritik halus yang tersirat mengenai tentang
perampasan hak asasi manusia dan emansipasi wanita.Meskipun cerita berlatar belakang pada
daerah India namun tidak berlaku untuk masyarakat Indonesia.Namun justru sebaliknya
naskah ini di peruntukkan bagi masyarakat Indonesia yang pada saat itu masih terlena ke
dalam kejayaan dan kemegahan pada masa silam.Dan kurang memahami keadaan saat ini
yang mengakibatkan masyarakat sekitar menjadi malas bekerja dan hanya menginginkan
sesuatu yang instan meskipun mustahil.Masyarakat menjadi melakukan hal-hal yang diluar
kesadaran.
Seperti mereka tidak memperlakukan manusia layaknya sebagai manusia.Tergambar dalam
naskah pada saat tokoh Wadia seorang pemilik pabrik tenun yang memperkerjakan karyawan/
buruh tanpa berhenti setiap hari,namun upah yang di berikan tidak sama dengan kerja keras
mereka.Wadia merampas hak mereka untuk menerima upah yang semestinya padahal buruhburuh itu telah melakukan kewajibannya dengan baik.Tidak sampai disitu dia juga merampas
kehidupan dan kebahagiaan putri semata wayangnya yaitu Saraswati untuk hidup bahagia
tanpa adanya keterkunkungan adat.Sehingga Saraswati melakukan pemberontakan.Begitu
juga yang di lakukan oleh para buruh pabriknya.Tetapi dengan akal bulus dan tipu
muslihatnya,dia bersama dengan Calon menantunya yaitu Sastri melakukan persekongkolan
untuk menyalahkan buruh dengan alasan bahan dasar naik jika upah naik maka perusahaan
akan bangkrut.Dengan di bantu kelicikan yang di miliki oleh Sastri,perusahan tetap tidak
akan menaikkan upah para buruh.Cerita antara Wadia,Sastri,Saraswati dan tokoh-tokoh
lainnya cukup menarik untuk di bahas.Berbagai permasalahan yang ada di dalam naskah ini
merupakan keadaan social masyarakat pada saat ini juga.Meskipun naskah tersebut di tulis
pada saat era kapitalis Berjaya namun sampai saat ini kapitalisme belum juga apat di hentikan
malah semakin menjadi-jadi.
Karya sastra yang berupa naskah ini dipandang sebagai motivator ke arah aksi sosial yang
lebih bermakna dan pencari nilai-nilai kebenaran yang dapat mengangkat dan memperbaiki
situasi dan kondisi alam semesta. Hal ini selaras dengan filosofi Aristoteles yang mengatakan
bahwa seni (termasuk sastra) mengangkat jiwa manusia melalui proses katarsis karena seni
membebaskan manusia dari nafsu yang rendah (Ratna, 2003:5). Pentingnya kehadiran sastra
dalam pembelajaran juga dijelaskan oleh Rosenblatt (Rudy, 2005:81) sebagai berikut: (a)
sastra mendorong kebutuhan atas imajinasi dalam demokrasi; (b) sastra mengalihkan
imajinasi dan perilaku, sikap emosi, dan ukuran nilai sosial serta pribadi; (c) sastra
menyajikan kemungkinan perbedaan pandangan hidup, pola hubungan, dan filsafat; (d) sastra
membantu pemilihan imajinasi yang berbeda melalui pengalaman mengkaji karya sastra; (e)
pengalaman sastra memungkinkan pembaca memandang kepribadiannya sendiri dan
masalah-masalahnya secara objektif dan memecahkannya dengan lebih baik; (f) sastra
memberikan kenyataan kepada orang dewasa sistem nilai yang berbeda sehingga mereka
terbebas dari rasa takut, bersalah, dan tidak pasti. Sepakat dengan rincian Rosenblatt di atas,
aspek kecerdasan, kebajikan, moral, dan kebijaksanaan dapat ditingkatkan melalui
sastra.Kecerdasan emosional peserta didik dapat diberdayakan dengan mengaktifkan
penafsiran terhadap karya sastra secara bebas, tajam, kontekstual, dan bermakna.
Pembahasan
Gambaran sekilas tentang naskah
Drama Sanusi Pane yang terakhir berjudul Manusia Baru.Drama itu dibuat pertama kali
dalam majalah Poedjangga Baroe, tahun VIII, No. 5, November 1940.Tujuh tahun setelah
dramanya yang berjudul Sandhyakala Ning Majapahit, Sanusi Pane kembali menulis drama
Manusia Baru.Masa tujuh tahun itu sudah cukup bagi Sanusi Pane untuk menghasilkan ide
baru yang berbeda dengan ide yang dituangkannya dalam puisi dan drama sebelumnya.Dalam
kurun waktu itu pula dia berhasil mengungkapkan konsep manusia baru, manusia yang dapat
mencapai kebahagiaan lahir batin, kebahagiaan dunia akhirat atau insan kamil.Manusia
semacam itu, menurut Sanusi Pane, tidak hanya mementingkan hal-hal yang bersifat rohani
belaka.Dunia tidak lagi dianggap “jahat” yang perlu dijauhi dan dihindari sebab menghindari
dunia, hidup tidak bisa dipertahankan.Manusia hidup pada zaman modern harus bekerja keras
dan mau menaklukkan dunia, seperti tokoh Faust ciptaan Gothe.Akan tetapi, manusia modern
harus tetap memiliki budi yang luhur, religius, dan cinta sesama manusia sebagaimana
dimiliki oleh Arjuna ciptaan Empu Kanwa.Jika manusia belum dapat memadukan dua pribadi
itu dalam dirinya, dia bukan manusia modern yang diidealkan Sanusi Pane.
a. Kritik terhadap Emansipasi Wanita
Dalam masyarakat keberadaan seorang perempuan memberi cintra tersendiri. Pandangan
rendah terhadap kaum perempuan sampai sekarang pun tidak pernah hilang dalam kehidupan
masyarakat, meskipun dalam agama juga menegaskan bahwa martabat manusia itu sama atau
sejajar. Fenomena mengenai penindasan terhadap kaum perempuan pun masih ada sampai
sekarang. Bisa dilihat dari berbagai media massa. Fenomena saat ini yang ada dalam
masyarakat yaitu adanya perlakuan yang tidak adil dan sewenang-wenang kepada kaum
perempuan.perempuan dianggap rendah dan laki-laki ditinggikan, perempuan harus menurut
pada laki-laki
Perempuan di benak masyarakat merupakan sosok yang cantik, lembut,
lemah, manja, penurut. Bagi masyarakat pada umumnya.Konsep tersebut dianggap sesuatu
yang kodrati bagi perempuan.sedangkan konsep bahwa seorang laki-laki harus rasional, kuat,
dan tegar. Dan hal itu semua merupakan hasil bentukan konstruksi yang berlaku dalam
masyarakat yang diyakini sampai saat ini.Sehingga perempuan harus menurut meskipun
harus merelakan kebahagiannya.Seperti pada naskah drama ini
Konsep bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa itu
adalah salah. Perempuan akan bertindak tidak masuk akal dan menakutkan jika ia sudah
merasa bahwa dirinya telah dideskriminasi tampak pada akhir ceritanya. Tokoh Saraswati
atau Saraswati Wadia, anak ketua Perkumpulan Industri Tenun Madras, bangkit dari
kungkungan adat lama.Adat lama mengatur bahwa anak gadis harus ditunangkan sejak kecil.
Demikian juga Saraswati, dia ditunangkan sejak masih balita, sejak masih berumur empat
tahun, peristiwa yang sama sekali tidak dikehendaki oleh Saraswati. Dia tidak mau hidup
bagaikan dalam sangkar, sebentar dilepaskan, kemudian dimasukkan kembali.Dia
memberontak semua itu.Pertemuan antara Saraswati dan seorang penganjur pemogokan
kaum buruh, Surendranath Das, menyadarkan jiwanya untuk ikut bangkit sebagai manusia
baru.Saraswati mengagumi watak dan pemikiran Surendranath Das.Bahkan, dia mencintai
Das dan harus meninggalkan tunangan lamanya.Sudah barang tentu keluarganya tidak
menyetujui hubungan itu.Karena dalam peristiwa pemogokan kaum buruh itu Das adalah
musuh keluarga Saraswati. Ketika Das akan pergi meninggalkan Madras, Sarswati bertekat
akan tetap mengikuti Das pergi. Dia meningalkan adat lama; dia meninggalkan keluanga. Dia
lakukan semua itu demi cintanya kepada Das, demi kemajuan bangsanya, dan demi kemajuan
manusia,
Sepanjang sejarah manusia, perempuan selalu ditempatkan pada posisi yang tidak adil dalam
hubungannya dengan laki-laki. Perbedaan gender sebenarnya tidak bermasalah selama tidak
menimbulkan ketidakadilan. Namun pada kenyataanya adalah lain, perbedaan gender yang
disebabkan
oleh
perbedaan
sex
ternyata
menimbulkan
ketidakadilan
bagi
perempuan.Saraswati merasa dirinya tidak di berlakukan adil oleh ayahnya sendiri yaitu
Wadia dimana ia dipaksa di jodohkan sedari kecil tanpa mengenal lebih dahulu bagaimana
sosok Sastri yang menjadi tunangannya itu.Baik buruk sifat Sastri tidak di ketahui oleh
Saraswati sehingga Saraswati mengetahui dengan sendirinya sifat dan karakter Sastri.
Penggambaran tentang cerita di atas seringkali terjadi pada anggota masyarakat saat ini
dimana anak gadis selalu di jadikan sebagai alat politik untuk mempererat dengan relasi kerja
dan menyatukan perusahaan mereka.Padahal tidak selamanya demikian mereka seringkali
menggunakan anak gadisnya sebagai alih-alih untuk menguasai perusahaan pihak
lawan.Banyak orang beranggapan bahwa anak gadis tidak bisa mengelola perusahaan dengan
baik dan benar makan dari itu mereka membutuhkan laki-laki yang sederajat dengan mereka
untuk membantu memajukan prusahaan mereka.Mereka berpendapat jika anak gadisnya
mendapatkan lelaki yang sederajat maka harta warisannya akan terjaga dan tidak akan
berpindah tangan sebab mereka sudah memiliki kekayaan masing-masing.Padahal tidak
selalu demikian banyak yang menjadi serakah dalam hal ini.Dan pihak perempuan selalu
banyak berkorban dan di rugikan.Seperti pada tokoh Saraswati pada cerita di atas meskipun
pada akhirnya dia memberontak tetapi tetap saja hal tersebut seringkali terjadi pada
kehidupan nyata dan berlaku hingga sekarang dan merampas kebahagiaan mereka.Melalui
naskah ini kita dapat menelaah dan mengritik bahwa budaya dan gaya hidup yang demikian
adalah salah adanya.Seorang laki-laki baik keluarga,kerabat,teman dan masyarakat lainnya
tidak
berhak
mengorbankan
kebahagiaan
seseorang
untuk
kepentingan
pribadi
mereka.Karena itu sama saja merampas hak asasi mereka untuk hidup lebih nyaman dan
bebas dari tekanan apapun.Baik untuk kepentingan apapun yang seringkali erat kaitannya
menyinggung tentang politik egosentrisme dimana hanya demi sebuah materi rela bentindak
sewenang-wenang dengan keluarganya sendiri
Memang sulit di era NeoGlobalisasi ini zaman dimana lebih kejam daripada kapitalisme.Akal
sehat manusia tidak lagi digunakan secara rasional namun di gunakan layaknya seperti
binatang.Sebagai efek perkembangan zaman sehingga meicu sikap dari masyarakat untuk
melakukan
berbagai
cara
demi
memenuhi
kpentingan
pribadinya,bahkan
tanpa
mempertimbangkan sisi negativnya dan berpikir secara rasional.
b.Kritik terhadap Hak Asasi Manusia
Dalam hal ini begitu banyak kritik mengenai perampasan hak asasi manusia.Mesipun dalam
naskah Manusia Baru Sanusi Pane tidak lagi tenggelam ke dalam kejayaan dan kemegahan
pada masa silam. Dia tidak lagi mengagungkan apa yang telah dicapai oleh nenek moyang,
sementara dirinya tidak berprestasi. Hal itu bukan berarti mengabaikan dan tidak mencintai
karya agung warisan leluhur.Yang lama tetap agung dan berharga. Akan tetapi, manusia
sekarang harus hidup pada masa sekarang serta mampu memandang kehidupan jauh ke
depan. Dari yang lama manusia sekarang dapat mengambil manfaatnya selama dapat
dimanfaatkan.Manusia sekarang harus pandai menyaring pengaruh dari warisan lama,
termasuk budaya dari asing.Itulah “manusia baru” yang diidealkan oleh Sanusi Pane dalam
dramanya yang berjudul Manusia Baru.Tokoh Rama atau Rama Rao adalah simbol seniman
pada umumnya yang masih terpesona keagungan masa silam. Dia berhasil disadarkan oleh
Das atau Surendranath Das untuk bangkit sebagai manusia baru, seniman baru yang harus
hidup penuh semangat memandang jauh ke masa depan. Seniman yang masih terikat oleh
masa silam akan menghasilkan karya yang layu, beku, kabur, mati, dan tidak berjiwa
Sebelum sampai pada pembahasan inti yaitu tentang manusia baru,perlu kita ketahui bahwa
banyak sekali sindiran-sindiran halus tentang modernisme yang kebarat-baratan malah justru
memperdaya dan memperbodoh kita dalam memahami suatu peristiwa.Modernisme yang
seharusnya bertujuan untuk mempermudah segala hal dan memperbaiki semuanya malah
justru membuat kehancuran secara perlahan.Tokoh Wadia dalam drama ini di gambarkan
sebagai seorang pimpinan pabrik yang tidak bertanggung jawab kepada buruh,karyawan dan
bahkan putri semata wayangnya sendiri.Tokoh Wadia dalam naskah tersebut yang
digambarkan memiliki egosentrisme yang amat tinggi di gambarkan ketika para buruh
pabriknya meminta upah yang layak sebagai hasil kerja keras mereka namun di tolak.Padahal
mereka telah memberikah seluruh waktunya dari pagi hingga malam untuk bekerja pada
perusahaan tersebut.Mereka hanya meminta kenaikan gaji 10 persen saja untuk membayar
hasil keringat merek selama ini.Namun tokoh Wadia dalam naskah ini menolak untuk
mengabulkan segala tuntutan para buruh perusahaan mereka.Wadia berpendapat bahwa
pengeluaran perusahaan akan sangat besar seandainya menaikkan gaji para buruh atau
karyawan pada perusahaan indrustri tenun miliknya,karena bahan baku kain yang terus
meningkat dan mahal.Wadia tidak mau rugi untuk sepeserpun padahal kalau di kalkulasikan
menurut pendapat Surendranath Das kenaikan gaji tersebut tidak akan merugikan perusahaan
karena keuntungan perusahaan yang terus meningkat.Keuntungan perusahaanpun bertambah
berkali-kali lipat namun gaji buruh dan karyawan mereka masih tetap sama.
Surendanath Das dan Aiyer yang merupakan pendukung dan pemimpin gerakan pemogokan
kerja dan demontrasi para buruh mencoba berdamai dengan bapak Wadia dan Sastri yang
notabennya adalah calon menantunya.Tetapi Wadia dan Sastri bersekongkol untuk
menjatuhkan Das dan memutar balikkan fakta.Sastri menyewa dan membayar seorang
wartawan yaitu Coomarasmawi untuk membuat liputan mengenai Das dengan citra
buruk.Alhasil di lingkungan masyarakat sekitar Das mendapatkan citra yang negative
meskipun tidak semua orang berpendapat demikian.Das yang sebenarnya memiliki hati yang
mulia dan kecerdasan yang menawan menjadi mendapatkan citra yang tidak baik di
masyarakat.
Dari segi struktur cuplikan cerita di atas naskah ini menyajikan dua latar dalam satu
panggung secara bersamaan .Maka secara tidak langsung naskah ini mempresentasikan ke
universalannya tentang kritk mengenai keadaan pada masa pembuatan naskah namun juga
relevan pada saat ini.Naskah ini seperti layaknya seorang para normal yang dapat
menerawang apa yang terjadi sekarang, dulu dan masa depan memiliki kesamaan dalam
permasalahan dan pemecahan persoalan kehidupan.Telah tersirat bahwa naskah ini secara
tidak langsung membahas tentang kapitalisme yang merajalela.Kapitalisme tidak lagi hanya
berlaku pada wilayah Eropa dan Amerika namun telah menyebar sampai keseluruh
dunia.Tidak terkecuali di wilayah Asia.Kapitalisme yang di ciptakan oleh bangsa barat ini
menyebabkan seseorang kehilangan beberapa haknya sekaligus.Hak untuk hidup nyaman,hak
untuk mendapat perlakuan yang menyenangkan bukan seperti boneka dan budak.Kebayakan
buruh
pabrik-pabrik
besar
akan
menjadi
budak
dan
boneka
perusahaan
untuk
selamanya.Tidak peduli mereka sehat atau sakit keluarga mereka sehat ataupun tidak yang
penting bagi kaum kapitalis adalah mereka merupakan asset yang berharga untuk menjadi
mesin pencetak uang bagi mereka.
Kapitalisme ini membuat mereka tidak mempunyai hati nurani dan melakukan segala hal
untuk pemuasan batin mereka sendiri.Mereka tidak peduli apakah di antara mereka ada yang
merasa keberatan segala peraturan yang ada atau tidak.Tentu saja ini sama saja merampas hak
merasa aman mereka sebagai wujud dari hak asasi yang mereka miliki.Orang kapitalis dapat
melakukan segala hal termasuk dengan melakukan hal yang tidak masuk akal sekaligus untuk
memenangkah hati masyarakat sebagai tender terbesar bagi mereka.Karena kepercayaan
masyarakat bagi mereka nomer satu disamping kepercayaan para pemimpin perusahaan
lainnya untuk menaruh saham terbesar di tempat-tempat mereka
.Pada era globalisasi kapitalis yang semakin menjadi-jadi ini,Tuhan dan kepercayaan tidak
lagi berkuasa namun untuk yang menjadi prioritas dimana-mana.Entah halal atau tidak yang
terpenting bagi mereka adalah hidup ini seperti hukum rimba siapa yang kuat pasti bisa
mendapatkan semuanya,membunuh atau di bunuh.Dengan adanya motto yang demikian
menyebabkan mereka saling merampas hak orang lain untuk memenuhi skala prioritas hidup
mereka.Kemiskinan yang terjadi dimana-mana dan pelayanan kesehatan yang tidak layak
akibat keserakan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.Bahkan seorang wartawan dapat
melanggar kode etik sebagai seorang jurnalis demi untuk mendapatkan iming-iming sejumlah
uang yang kemungkinan besar belum pernah ia dapatkan sebelumnya.Seperti halnya yang
terjadi pada Coomarasmawi alih-alih iming-iming sejumlah uang yang di berikan oleh
Sastri,Coomasmawi menuruti perintah Sastri untuk menjatuhkan harga diri dan martabat Das
di depan umum.Agar masyarakat lebih berpihak pada perusahaan mereka di bandingkan
berpihak pada Das.Meskipun pada akhirnya mereka semua berpaling an berpindah kepada
kubu Das.Yan terkenal solit dan saling membantu sesame yang membutuhkan bantuan Das
untuk menyelesakan himpitan ekonomi yang mereka alami.Meskipun itu tidaklah mudah
namun dengan kegigihan Das dan Aiyer serta buruh lainnya Das mendapatkan songkongan
dana yang besar dari perusahaan yang besar lainnya
yang simpatik dengan nasib
mereka.Tentu saja ini membuat Wadia marah dan menjadi alasan penyebab Das tidak di restui
hubungannya Putri semata wayangnya Saraswati Wadia dengan Das.Karena selain Saraswati
sudah di jodohkan dengan Sastri tetapi agar juga Saraswati tidak membangkan kepada Wadia
meskipun pada akhirnya Saraswati membangkan kepada perintah ayahnya dan memilih kabur
bersama Das untuk melanjutkan hidupnya.
Tentu Fenomena ini bukan hal yang asing lagi yang terjadi di masyarakat.Seseorang yang
berkuasa melakukan segala cara untuk memenuhi hasratnya.Sosok Wadia dalam naskah
drama manusia baru ini di gambarkan sebagai seseorang yang sudah tenggelam terlalu jauh
dalam kondisi globalisasi kapitalisme.Kita tahu pasti bukan bahwa kapitalisme membuat
seseorang tidak mempunyai hati nurani dan cenderung merusak dunia ini.Dengan tidak
adanya ketidakpedulian kepada orang lain.
Tokoh Rama Rao juga tenggelam dalam suasana modernisme yang cenderung lebih primitive
dari zamannya.Tokoh Rama yang di gambarkan sosok seniman modern yang tidak hanya
pintar tetapi berwawasan luas memandang dunia.Tetapi sosok Rama Rao terlalu berpegang
teguh pada kungkungan dan budaya adat lama sehingga pemikiran modernismenya menjadi
cenderung terbatasi oleh norma dan nilai yang berlaku pada keadaan tersebut.Sehingga Rama
Rao yang seharusnya bisa mengapresiasikan dan mengekspresikan haknya dalam
menciptakan sebuah karya yang lebih kreatif dan ekspresif menjadi terbatasi.Dan ini
merupakan perampasan hak yang tidak disadari selama ini oleh masyarakat sekitar.Bahwa
pemikiran tentang modernisme barat akan merusak semuanya.Zaman modern yang
seharusnya menjadi titik awal manusia untuk lebih kreatif menjadikan masih keterikatan
norma dan nilai yang berlaku sehingga membatasi segala hal.Meskipun bukan berarti kita
tidak boleh serta merta melupakan nilai yang berlaku tetapi kita semestinya menyaring itu
semua untuk hal-hal yang lebih baik dan lebih maju lagi dan tidak merampas hak kita untuk
berkreasi.
Kesimpulan
Dalam naskah manusia baru ini terdapat banyak sekali kritik-kritik yang tertuang di dalam
naskah.Mulai dari kritik emansipasi yang di tunjukkan oleh tokoh Saraswati Wadia yang bisa
terlepas dari kungkungan adat dan kekangan oleh ayahnya sendiri Wadia.Sehingga Saraswati
tidak bisa memilih apa yang ia inginkan dan tujuan hidup yang mana yang akan ia
capai.Berkat tokoh Das dalam naskah tersebut Saraswati menjadi sosok yang tidak lagi
berpikiran picik untuk menjalani hidupnya.
Tetapi sosok Rama Rao terlalu berpegang teguh pada kungkungan dan budaya adat lama
sehingga pemikiran modernismenya menjadi cenderung terbatasi oleh norma dan nilai yang
berlaku pada keadaan tersebut.Sehingga Rama Rao yang seharusnya bisa mengapresiasikan
dan mengekspresikan haknya dalam menciptakan sebuah karya yang lebih kreatif dan
ekspresif menjadi terbatasi.Dan ini merupakan perampasan hak yang tidak disadari selama ini
oleh masyarakat sekitar.Bahwa pemikiran tentang modernisme barat akan merusak
semuanya.Zaman modern yang seharusnya menjadi titik awal manusia untuk lebih kreatif
menjadikan masih keterikatan norma dan nilai yang berlaku sehingga membatasi segala
hal.Meskipun bukan berarti kita tidak boleh serta merta melupakan nilai yang berlaku tetapi
kita semestinya menyaring itu semua untuk hal-hal yang lebih baik dan lebih maju lagi dan
tidak merampas hak kita untuk berkreasi.
Referensi
(http://eprints.unsri.ac.id/3955/2/Isi.pdf diakses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 19.00)
(http://wikipedia.com/sanusipane di akses pada tanggal 30 Juni 2015,Pukul 19.00)
(https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=drama+manusia+baru+karya+sanusi+pane di
akses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 19.00)
Banna, nana. 1974. Manusia Baru. Jakarta: Pustaka Jaya.