Pengelolaan Lembaga Keuangan dalam Siste

Pengelolaan Lembaga Keuangan dalam Sistem Keuangan Islam (SKI)
Oleh : Herianti (01.12.3110)
Ekonomi Syariah (STAIN Watampone)
PROLOG
Lembaga Keuangan secara umum mempunyai peranan penting dalam hal
menunjang keberhasilan perekonomian suatu negara. Berdasarkan realita yang
tampak saat ini bahwa peranan lembaga keuangan baik yang berupa perbankan
maupun non-bank mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan
ekonomi di indonesia, Oleh karena itu kehadiran lembaga keuangan ditengahtengah masyarakat menjadi suatu yang sangat vital dalam mendukung segala
aktivitas mereka terutama mengenai pengelolaan dana yang mereka miliki. Di
indonesia lembaga keuangan terbagi atas dua yaitu lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana,
dan bursa efek).1
Secara umum Lembaga keuangan yang berbasis konvensional hadir
dengan sistem operasional yang berdasarkan pada prinsip bunga, yang bahkan
sampai saat ini masih eksis dan sebagian besar masih dipercaya oleh masyarakat
luas sebagai suatu lembaga intermediasi dalam pengelolaan keuangan mereka.
Sebagaimana yang diuangkapkan Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Buchory mengatakan, Market share lembaga
keuangan syariah berada dikisaran 5% dari seluruh total aset bank secara
nasional dengan jumlah nasabah dibawah 10 juta orang, dan selebihnya sekitar

95% masih dikuasai oleh lembaga keuangan perbankan konvensional”.2
Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga
konvensional mempunyai pangsa pasar yang yang cukup besar dibandingkan
lembaga keuangan yang berbasis syariah, akan tetapi disisi lain hal yang tak dapat
pula di abaikan bahwa beberapa tahun terkhir ini perkembangan lembaga
keuangan syariah cukup pesat. hal ini disebabkan adanya perkembangan pola pikir
1 Wikipedia, "Lembaga Keuangan ", The Free Encyclopedia, Dikutip dari http//:www.
wikipedia.co.id, Diakses Tanggal 07 Juni 2015.
2 Sindo News, ”OJK : Market Share Bank Syariah 5%” Edisi Jumat, 13 Februari 2015,
Dikutip dari http://www.SindoNews.com, Diakses Tanggal 07 Juni 2015.

1

manusia sehingga mulai menyadari segala dampak dan konsekuensi moral yang
harus dihadapi jika masih bergantung pada lembaga keuangan yang berbasis
konvensional, dan pada akhirnya, muncullah sebuah Lembaga keuangan dengan
inovasi baru yaitu lembaga keuangan yang berdasar pada asas-asas islam dimana
dalam sistem operasionalnya memberikan pelayanan yang bernuansa islami serta
sistem bagi hasil yang khusunya menjadi ciri utama dalam lembaga keuangan
islam ini. Hal tersebut disambut baik oleh kalangan masyarakat muslim, dimana

lembaga keuangan berbasis syariah bertujuan untuk menjadi solusi alternatif dari
segala permasalahan yang terjadi dalam konteks sitem pengelolaan lembaga
keuangan dimasa kini.
Dengan prospek dan sistem operasional yang jelas lagi manusiawi, maka
hal ini menjadi bukti bahwa dalam beberapa tahun ini, pertumbuhan lembaga
keuangan syariah semakin meningkat, meskipun masih belum bisa menandingi
market share atau pangsa pasar lembaga keuangan konvensioanal, hal ini
dikarenakan perkembagan lembaga keuangan ini sudah bertahun-tahun, namun
demikian dengan melihat realita dan kebutuhan masayarkat akan lembaga
keuangan yang berbasis syariah maka ada prospek kemajuan lembaga keuangan
syariah dimasa yang akan datang.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh, “Pimpinan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) diwakili Ali Subianto dalam Roadshow Seminar Nasional Asuransi Syariah
menjelaskan, perusahaan yang bergerak di berbagai bidang kegiatan berdasarkan
Syariah, termasuk Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah sudah marak dan
maju pesat. Dia mencontohkan, asset IKNB syariah saja di seluruh Indonesia telah
mencapai 46 triliun lebih.3 Oleh karena itu dalam konteks tersebut ini,
pengelolaan lembaga keuangan dalam sistem keuangan islam menjadi suatu hala
yang menarik untuk dibahas, hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang lebih kepada masyarakat akan peran lembaga keuangan dalam islam.


DIALOG
3 Harianhaluan,”Perusahaan Berdasarkan Syariah
Http://Www.Harianhaluan.Com, Diakses Tanggal 06 Juni 2015.

2

Maju

Pesat”

Dikutip

Dari

Pengertian Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya berbentuk aset
keuangan atau tagihan (seperti: saham, obligasi, dll.). Lembaga keuangan terdiri
dari beraneka ragam lembaga yg bergerak di sektor financial.4
Adapun pengertian lembaga keuangan menurut beberapa ahli yaitu

menurut Dahlan Siamat, lembaga keuangan adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan dibandingkan
dengan aset nonfinansial atau aset riil. Lembaga keuangan memberikan
pembiayaan/kredit kepada nasabah dan menanamkan dananya dalam surat-surat
berharga. Di samping itu, lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jasa
keuangan antara lain menawarkan berbagai jenis tabungan, proteksi, asuransi,
program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.
Menurut Ahmad Rodoni Lembaga keuangan (financial institution)
merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam
bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau
asset riil. Kasmir mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau
kedua-duanya, artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu
berkaitan dengan bidang keuangan, apakah kegiatannya hanya menghimpun dana
atau hanya menyalurkan dana atau bahkan kedua-duanya yakni menghimpun dan
menyalurkan dana. Lembaga keuangan merupakan lembaga yang kegiatan
utamanya melakukan kegiatan ekonomi finansial. Dalam kaitan dengan dikotomi
perekonomian, unit ekonomi hanya dibedakan menjadi dua macam, tetapi tidak
dapat dipisahkan yaitu : unit ekonomi nyata (real economic units) dan unit
ekonomi finansial (financial economic units). Unit ekonomi nyata melakukan

kegiatan ekonomi nyata (real economic activities). Kegiatan ekonomi nyata
menghasilkan barang atau jasa non finansial. Unit ekonomi finansial melakukan
kegiatan ekonomi finansial (financial economic activity).

4 Rifa’i, Veithzal. Veithzal, Permata, Andria, Bank and Financial Institution Management
( Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 15

3

Secara umum kegiatan ekonomi finansial menghasilkan jasa finansal
(financial service), yaitu jasa yang berkaitan dengan uang.5 Menurut UU No.
14/1967 pasal 1 lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatankegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam
masyarakat.6
Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bidang usahanya
bergerak di bidang keuangan.

Lembaga keuangan dibagi menjadi dua yaitu

lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan
bank adalah Bank sentral, Bank Umum, dan BPR, sedangkan lembaga keuangan

bukan bank yaitu asuransi, leasing anjak piutang (factoring), modal ventura,
pegadaian, dana pensiun, pasar modal, reksa dana, kartu kredit, dan lembaga
pembiayaan konsumen.7
Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga
keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya berbentuk aset keuangan atau
tagihan (seperti: saham, obligasi, dll.). Lembaga keuangan terdiri dari beraneka
ragam lembaga yg bergerak di sektor financial, dimana kegiatan usaha lembaga
keuangan dapat berupa menghimpun dana dengan berbagai skema atau melakukan
kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, yang diperuntukkan
investasi perusahaan, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi barang dan jasa.
Berikut adalah skema dari klasifikasi lembaga keuangan :
Kas Negara

5 Ibid, h. 17
6 Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2007 ), h. 1
7 Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2011), h. 7

4


Fungsi Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam
ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa keuangan. sistem
keuangan pada dasarnya merupakan suatu jaringan pasar keuangan (financial
market), institusi, sektor usaha, rumah tangga dan lembaga pemerintah yang
merupakan peserta dan juga sekaligus memiliki wewenang dalam mengatur
operasi sistem keuangan tersebut.
Pada dasarnya fungsi pokok lembaga keuangan adalah sebagai perantara
(intermediasi) yaitu perpindahan / mengalihkan dana dari pihak yang mengalami
kelebihan dana dari penabung (surplus unit) kepada peminjam (deficit unit).8
Secara umum, dua fungsi lembaga keuangan adalah (1) Transmission role
yaitu berkaitan dengan peran lembaga keuangan dalam mekanisme pembayaran
antara agen-agen ekonomi sebagai akibat adanya transaksi di antara mereka. (2)
Intermediate role berkaitan dengan peran lembaga keuangan dalam memberikan
fasilitas atau kemudahan untuk menyalurkan dana dari mereka yang kelebihan
dana (lenders) kepada mereka yang kekurangan dana (borrower).9
Metode pengalihan dana dari unit surplus ke unit defisit dapat dilakukan
dengan tiga metode , yaitu : (1) Metode pembiayaan langsung yaitu suatu cara
pemberian pinjaman di mana surplus unit bertemu langsung dengan defisit unit

tanpa melalui lembaga keuangan. Misalnya apabila kita meminjam dana dari
seorang sahabat dan memberikan dia sebuah surat utang tanda kita telah
meminjam dana sahabat tersebut. Metode ini merupakan metode yang paling
sederhana untuk dilakukan, namun masih memiliki beberapa kelemahan, antara
lain : dibutuhkan adanya kesamaan keinginan antara kedua pihak mengenai
jumlah dana, tingkat bunga, dan juga jangka waktu peminjaman, resiko yang
dihadapi cukup tinggi, karena ini dilakukan tanpa ada yang menjamin
keterlambatan maupun kegagalan dalam pembayaran, kedua pihak harus saling
bertemu langsung, dimana hal ini membutuhkan waktu khusus dan dana khusus.

8 Mohammad Yasin dan Sri Ethicawati, Ekonomi (Jakarta : Ganeca Exact, 2007) , h. 7
9 Abdul Ghofur Anshori… , h 7

5

(2) Metode Pembiayaan Semi Langsung (Semidirect Finance) yaitu proses
pertukaran dana sangat tergantung pada intervensi dari pihak ketiga untuk
menyelesaikan transaksi pinjaman dana. Proses transfer dana yang sangat
bergantung pada peran dan intervensi pihak ketiga, yaitu broker dan dealer.
Keterlibatan pihak ketiga ini dapat mengurangi biaya transaksi dan biaya

informasi yang biasanya muncul dalam pembiayaan langsung (3) Metode
pembiayaan tidak langsung yaitu surplus unit menyimpan uangnya dalam bentuk
sekuritas sekunder (giro, tabungan, deposito, polis asuransi, dll). Sementara defisit
unit mengajukan atau menerbitkan sekuritas primer (pembiayaan, obligasi, saham,
surat2 berharga lainnya, dll.) Metode ini lebih disukai oleh masyarakat baik pihak
surplus maupun pihak defisit, karena tingkat resiko yang dihadapi bisa dikatakan
cukup kecil, dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak yang
bersangkutan cukup rendah dibanding kedua metode sebelumnya.10
Sejarah Lembaga Keuangan dalam Islam
Al-Qur’an tidak menyebut konsep lembaga keuangan secara eksplisit,
namun jika yang dimaksud lembaga itu adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur
seperti struktur, manajemen, fungsi serta hak dan kewajiban, maka semua
lembaga itu disebut secara jelas dalam Al’Quran yaitu lembaga disebutkan
sebagai struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban. Dalam sistem politik
misalnya dijumpai istilah qaum untuk menunjukkan adanya kelompok sosial yang
berinteraksi dengan yang lain, ummat, muluk (pemerintahan) untuk menunjukkan
pentingnya sebuah pengaturan hubungan antar anggota masyarakat, balad
(negeri) untuk menunjukkan adanya struktur sosial masyarakat dan, Suq misalnya
menunjukkan tentang betapa aspek pasar (market) harus menjadi fokus bisnis
yang penting. Demikian juga konsep-konsep yang merujuk kepada ekonomi,

seperti zakat, shadaqah, maal dan sebagainya memiliki konotasi fungsi yang
dilaksanakan oleh peran tertentu. Pembagian ghonimah, misalnya menunjukkan
adanya mekanisme distribusi yang merata dan adil.11
10 Riva’i, Veithzal, Andria Permata Veithzal…, h.19
11 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarka: UPP AMP YKPN, 2003) h. 53

6

Lembaga keuangan pada masa Rasulullah yaitu (1) Baitul Maal, lembaga
Baitul Maal (rumah dana), merupakan lembaga bisnis dan sosial yang pertama
dibangun oleh nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Apa
yang dilaksanakan oleh rasul merupakan proses penerimaan pendapatan (revenue
collection) dan pembelanjaan (expenditure) secara transparan dan bertujuan
seperti apa yang disebut sekarang sebagai welfare oriented.12
Para ahli ekonomi Islam dan sarjana ekonomi Islam sendiri memiliki
perbedaan dalam menafsirkan Baitul Maal ini. Sebagian berpendapat, bahwa
Baitul Maal itu semacam bank sentral, seperti yang ada saat ini. Sebagian lagi
berpendapat, bahwa baitul maal itu semacam menteri keuangan atau bendahara
negara. Hal ini mengingat fungsinya untuk menyeimbangakn antara pendapatan
dan pembelanjaan negara. Namun kehadiran lembaga ini membawa pembaruan

yang besar. Dana-dana umat, baik yang bersumber dari dana sosial dan tidak
wajib seperti sedekah, denda (dam), dan juga dana-dana yang wajib seperti zakat,
jizyah dll, dikumpulkan melalui lembaga Baitul Maal dan disalurkan untuk
kepentingan umat.13
(2) Wilayatul Hisbah, Wilayatul Hisbah merupakan framework bagi
aktifitas-aktifitas ekonomi dan muamalah. Pada masa nabi fungsi lembaga kontrol
ini dipegang langsung oleh beliau dengan maksud untuk mengawasi aktivitas
ekonomi masyarakat agar tidak terjadi tindakan-tindakan ekonomi yang
merugikan pihak lain.
(3) Pembangunan etika bisnis, Rasulullah tidak saja meletakkan dasar
tradisi penciptaan suatu lembaga, tetapi juga membangun sumber daya manusia
dan akhlak, lembaga sebagai pendukung dan prasyarat dari lembaga itu sendiri.
Adapun berbagai bentuk pembangunan etika tersebut yaitu penghapusan riba Ini
dilakukan karena praktek riba adalah tindakan ekonomi yang secara tegas dilarang
oleh Allah, padahal praktek riba di Madinah saat itu sudah menjadi tradisi yang
sudah mendarah daging, Penciptaan keadilan, dalam setiap kebijakan ekonomi
Rasulullah selalu mementingkan keadilan, bukan hanya untuk kaum muslimin
12 Ibid., h. 23.
13 Ibid., h. 66.

7

tetapi juga untuk kaum-kaum lainnya, Penghapusan Monopoli dimana monopoli
merupakan tindakan ekonomi yang sangat merugikan orang lain, serta
membangun etika disnis dengan sifat-sifat terpuji lainnya.
Berikut adalah karakteristik bisnis yang dimiliki rasulullah, diantaranya
adalah Honest (jujur), Forward Looking (berpikiran maju), Competent
(kompeten/mampu), Inspiring (memberi inspirasi), Intelligent (cerdas), Fairminded (adil), Broad-minded (berwawasan luas), Supportive (mendukung),
Straight Forward (berterus terang), Dependable (bisa diandalkan), Cooperative
(dapat bekerjasama), Determined (tegas), Imaginative (berdaya-imajinasi) 14.
Ambitious (berambisi) 15. Courageous (mendorong/berani), Caring (peduli),
Mature (matang/dewasa), Loyal (setia), Self-controlled (menguasai diri),
Independent (mandiri). Diantara beberapa karakter yang rasulullah tanamkan
dalam perjalanan bisnisnya diatas, hal ini tetap tidak bisa terpisahkan dari sifat
utama yang beliau miliki sebagai rasul, antara lain (shiddiq, amanah, fathanah
dan tabligh).14
Lembaga Keuangan Pada Masa Sahabat dimana tradisi yang dibangun
Rasulullah diteruskan dan dikembangkan pd masa sahabat, mekanisme pasar amat
diperhatikan, baitul maal sebagai instrumen dalam kebijakan fiskal. Misalnya
dimulai dengan memilih Abu Bakar Shidiq sebagai khalifah pertama. Baitul Maal
semakin mapan bentuknya pada zaman khalifah Umar bin Khatab. Pada masanya
sistem administrasi dan pembentukan dewan-dewan dilakukan untuk ketertiban
administrasi. Umar juga meluaskan basis zakat dan sumber pendapatan lainnya.
Kebijakan Umar diteruskan oleh Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Para
khalifah itu amat serius dalam memikirkan kesejahteraan rakyat dengan
memfungsikan secara maksimal pendapatan dan penerimaan dalam Baitul Maal.
Fungsi Baitul Maal sebagai instrumen dalam kebijakan fiskal ini tentu hanya
dapat terlaksana dengan sosok para khalifah yang adil dan jujur serta amanah.
Pada Masa Dinasti kegiatan ekonomi semakin meluas, penciptaan
standar uang bagi umat Islam, dan Baitul Maal berfungsi sebagai instrumen dalam
kebijakan fiskal dan moneter. Lembaga keuangan syariah modern, pada masa ini
14 Malahayati, Rahasia Bisnis Rasulullah, (Yogyakarta: Great! Publisher, 2010), h. 28.

8

merupakan masa kebangakitan kembali umat Islam setelah mengalami masa
kemunduran. Berbagai gerakan kebangkitan ekonomi Islam ini tampak pada
munculnya berbagai institusi ekonomi dan keuangan Islam, diantaranya: Local
Saving Bank di Mit Ghamir, Mesir oleh Abdul Hamid an-Naggar 1969, IDB 1975,
Bank Islam dan Lembaga Keuangan Islam Non-Bank berkembang di Eropa, Asia,
Afrika dan Amerika.15
Sistem Lembaga keuangan ada dua yaitu (1) non deposit taking, non
deposit taking adalah lembaga keuangan selain bank yang dalam kegiatannya
tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam
bentuk simpanan yang terdiri dari pasar uang, pasar modal, asuransi, dana
pensiun, modal ventura, leasing anjak piutang, pegadaian, kartu plastik. (2)
deposit taking, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak yaitu dewan moneter dalam hal ini bank sentral dan otoritas
jasa keuangan terdiri dari BPR dan Bank Umum konvensional maupun syariah.
Pengelolaan Bank Syariah
Sebelumnya perlu diketahui bahwa Perbankan Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dimana
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank umum
syariah, adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.16 Pada bank umum syariah terdapat 2 pembagain utama
15 Syafaruddin, Materi Power Point Ekonomi Moneter Islam, Pada Hari Minggu
Tanggal 07 Juni 2015 Jam 14.24 Wita. di Watampone.
16 Wikipedia, "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 ", The Free
Encyclopedia, Dikutip dari http//:www. wikipedia.co.id, Diakses Tanggal 07 Juni 2015.

9

terkait jenis banknya, yaitu (1) Unit usaha syariah, yaitu yang selanjutnya disebut
UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu
Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah. (2) Channeling syariah yaitu melayani transaksitransaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki
UUS atau unit usaha syariah.
Adapun perkembangan jumlah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
mulai tahun 2011-2013 adalah:
Kelompok Bank
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Kantor
BPRS
- Jumlah Kantor
Jumlah Account (DPK)
Jumlah Pekerja

2011
11

2012
11

2013
11

24

24

23

1737
155
364
8,2
27.660

2262
158
401
10,8
31.578

2526
160
399
12,3
42.062

Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2014

Data di atas menggambarkan bahwa UUS pada tahun 2013 mengalami
pengurangan, hal ini dikarenakan adanya restrukturisasi HSBC Amanah. BUS dan
UUS pada tahun 2013 bertambah 264 kantor, dan jumlah account (DPK) yang
dikelola pada tahun 2013 mencapai Rp 12,3 juta atau meningkat 13,9% pada
tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah terus mengalami
pertumbuhan.
Bank Syariah memiliki beberapa karakteristik diantaranya berdasarkan
prinsip syariah, implementasi prinsip ekonomi Islam dengan ciri: pelarangan riba
dalam berbagai bentuknya, tidak mengenal konsep “time-value of money”, Uang
sebagai alat tukar bukan komoditi yang diperdagangkan, beroperasi atas dasar
bagi hasil, jual-beli, dan sewa, kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas

10

jasa, tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan,
azas utamanya yaitu kemitraan, keadilan, transparansi dan universal, tidak
membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil dimana dapat melakukan
dua transaksi sektor riil.
Berikut adalah skema dari fungsi bank syariah :

Sedangkan dari sisi produk dan jasa yang di tawarkan oleh bank syariah,
berikut adalah skemanya :

Aplikasi produk bank syariah terdiri dari produk penghimpunan dana,
produk penyaluran dana, produk jasa perbankan, produk sewa dan produk lain.
Produk penghimpunan dana terdiri dari giro berdasarkan prinsip wadi’ah yad
dhamanah, tabungan prinsip wadi’ah yad dhamanah dan mudharabah mutlaqah
(investasi tidak terikat), deposito prinsip mudharabah mutlaqah (investasi tidak
terikat) investasi khusus prinsip mudharabah muqayyadah (investasi terikat).
11

Produk penyaluran dana, terdiri dari pembiayaan modal kerja dengan
prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah, Pembiayaan proyek menggunakan
prinsip mudharabah, musyarakah, Pengadaan barang investasi (jual beli barang)
menggunakan prinsip Murabahah, Produksi agribisnis / sejenis berdasarkan
prinsip salam dan salam paralel, Manufaktur kontruksi prinsip istishna dan
istishna paralel, Penyertaan prinsip musyarakah, Leter of Credit-Ekspor
(pembiayaan ekspor) dengan prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah (AlBa’i), LC–Impor prinsip murabahah, salam/istishna dan murabahah, mudharabah,
Surat berharga (Obligasi) berdasarkan prinsip mudharabah, ijarah.
Produk Sewa yaitu sewa beli berdasarkan prinsip syariah ijarah muntahiya
bittamlik (Ijarah Wa Igtina), sewa dengan opsi pemindahan hak berdasarkan
prinsip ijarah muntahiya bittamlik. Produk Lain, Sertifikat Investasi Mudharabah
Antar Bank (SIMA), berdasarkan prinsip mudharabah , Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia berdasarkan prinsip wadiah.
Berdasarkan pada uraian diatas, berikut ini adalah perbedaan mendasar
antara bank syariah dan bank konvensional, yaitu :

Secara umum, berdasar pada tabel diatas maka akan lebih mudah
menggambarkan perbedaan diantara bank syariah dan bank konvensional yang
ditinjau dari berbagai persfektif.
Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah Non Bank (LKSNB)
Lembaga keuangan syariah non bank terdiri dari atas beberapa,
diantaranya adalah :
12

a. Baitul Maal Wattamwil (BMT)
Baitul Maal Wattamwil adalah Lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip syariah untuk mensejahterakan fakir miskin.
Modal awalnya adalah swadaya dari tokoh-tokoh masyarakat setempat
dengan berlandaskan pada sistem ekonomi islam. BMT memiliki dua
kegiatan yaitu kegiatan ekonomi dan sosial. Kegiatan ekonomi yaitu
mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif dengan mendorong
kegiatan menabung dn pembiayaan kegiatan usaha ekonomi anggota dan
masyarakat lingkungannya. Kegiatan sosial yaitu dengan menggalang
titipan dana sosial untuk kepentingan masyarakat, sep: dana zakat, infaq,
sadaqah dn mendistribusikannya dengan prinsip pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan peraturan dan amanahnya.17
Peran BMT yaitu sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial
masyarakat banyak, ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah,
penghubung antara kaum kaya dan kaum miskin, sarana pendidikan
informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah. Selain itu BMT
juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan
pengelola menjadi lebih professional, salam, dan amanah sehingga semakin
utuh dan tangguh dlm berjuang dan berusaha menghadapi tantangan global,
mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh
masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan luar organisasi
untuk kepentingan rakyat banyak, mengembangkan kesempatan kerja,
mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk
anggota, memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga
ekonomi dan sosial rakyat banyak.

b. Asuransi Syariah.

17 Jaka Sriyana,“Peran BMT Dalam Mengatasi Kemiskinan di Kabupaten Bantul “,
Inferensi, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, h.33.

13

Asuransi syariah dikenal juga dengan nama takaful yang secara
etimologi berarti menjamin atau saling menanggung, sedangkan dalam
pengertian muamalah berarti saling memikul risiko diantara sesama orang
sehingga antara satu orang dengan orang lainnya menjadi penanggung dari
atas penaggung yang lain.18 Asuransi syariah memiliki karakteristik
diantaranya : prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong
menolong (ta’awuni) dan saling menanggung (takafuli) antara sesama
peserta asuransi, akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad
tabarru’ dan akad tijari. akad tabarru’ digunakan diantara para peserta,
sedangkan akad tijari digunakan antara peserta dengan entitas asuransi
syariah, pembayaran dari peserta dapat meliputi kontribusi atau kontribusi
dan investasi, dana tabarru’ dibentuk dari akumulasi dari surplus
underwriting dana tabarru’ yang merupakan milik peserta secara kolektif
yang dikelola oleh entitas asuransi syariah, pembayaran manfaat
asuransi/klaim berasal dari dana peserta kolektif (dana tabarru’) dimana
risiko ditanggung secara bersama antara peserta asuransi.
Produk asuransi syariah yaitu produk takaful terbagi atas (1) Takaful
keluarga (asuransi jiwa) yaitu takaful individu dan takaful grup atau
kumpulan, (2) Takaful umum (asuransi umum).
c. Pegadaian Syariah.
Pegadaian syariah adalah salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya, Sedangkan Pegadaian Syariah
menurut fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 adalah pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang. Barang yang ditahan oleh
bank syariah harus memiliki nilai ekonomis.19

18 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah : Keberadaan & Kelebihannya di Tengah Asuransi
Konvensional, (Jakarta: PT. Alex Media Kamputindo, 2006), h. 20
19 Ikit, SE., M.Si., Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah, (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 116.

14

Akad dalam pegadaian syariah menggunakan akad qardhul hasan
(menggadaikan barang hanya untuk keperluan konsumtif, rahin memberikan
fee kepada murtahin), akad mudharabah (menggadaikan barang untuk
pembiayaan investasi dan modal kerja dengan prinsip bagi hasil), dan akad
Al-muqayyadah (menggadaikan barang untuk keperluan produktif yang
menginginkan barang).
d. Pasar Uang Syariah
Pasar uang syariah (PUAS) ialah pasar yang memperdagangkan
surat berharga jangka pendek untuk memobilisasi sumber dana jangka
pendek dan mengatur likuiditas secara efisien, dan dapat memberikan
keuntungan serta sesuai dgn syariah. PUAS diperlukan karena bank syari'ah
dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan jangka
waktu antara penerimaan dan penanaman dana atau kelebihan likuiditas
yang dapat terjadi karena dana yang terhimpun belum dapat disalurkan
kepada pihak yang memerlukan, serta dalam rangka peningkatan efisiensi
pengelolaan dana, bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah memerlukan adanya PUAS. Adpun Instrumen yang digunakan
dalam pasar uang syariah yaitu IMA (Sertifikat Investasi Mudharabah
Antarbank Syariah), SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) Syariah, dan SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) Syariah.
e. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah secara singkat dapat diartikan sebagai pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip islam. Oleh karena itu instrumen
yang diperdagangkan tidak boleh terkait dengan kegiatan bisnis yang
diharamkan seperti perjudian, riba, spekulasi, dll.20 sedangkan Berdasarkan
Undang-undang No.8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran uang, dan perdagangan efek, perusahaan
20 Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta:
VisiMedia, 2010), h. 351

15

publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal Syariah terdiri dari :
(1) Saham syariah, saham syariah merupakan bukti kepemilikan
atas suatu perusahaan bersifat musyarakah (kemitraan) jika ditawarkan
secara terbatas, bersifat mudharabah (bagi hasil) bila ditawarkan kepada
publik, semua saham mempunyai kualitas sama sehingga tidak dikenal
saham prefensi atau golden shares.. Pedoman saham syariah yaitu saham
dapat diperjualbelikan dalam rangka investasi bukan spekulasi, juga
mewakili kepemilikan atas aset suatu bisnis., transaksi saham dilakukan
sesuai dengan prinsip syariah, transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah yaitu short selling, melalui KKN (riswah), lingkup dan jenis
kegiatan usaha emiten tidak bertentangan dengan prinsip syariah, misalnya
perjudian, bank berbasis bunga, leasing berbasis bunga, jual beli resiko yang
mengandung unsur ketidakpastian (gharar) misalnya asuransi konvensional.
Lingkup dan jenis kegiatan usaha yaitu memproduksi, mendistribusikan,
memperdagangkan dan atau menyediakan barang-barang seperti : barang
yang haram lidzaatihi, haram li ghairhi), dan lain sebagainya.
(2) Sukuk (Obligasi Syariah), adalah surat berharga yang berisi
kontrak (akad) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Fatwa DSN No.
32/DSN-MUI/XI/2002, Sukuk merupakan suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan emiten kepada
pemegang sukuk yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil atau margin atau fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.21
(3) Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun

dana

dari

masyarakat

pemodal

untuk

selanjutnya

diinvestasikan kembali dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Reksadana syariah adalah Reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan
21 Ibid, h. 354

16

dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik harta (sahib al-mal/dengan manajer investasi sebagai wakil shahib
al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan
pengguna investasi.22
EPILOG
lembaga keuangan umumnya dikenal masyarakat sebagai lembaga
intermediasi dalam artian lembaga yang berfungsi mengalihkan dana dari surplus
unit kepada defisit unit. Secara umum lembaga keuangan dalam sistem keuangan
islam dibagi atas lembaga keuangan bank syariah (LKBS) dan lembaga keuangan
syariah non bank (LKSNB), dimana lembaga keuangan bank syariah moyoritas
masyarakat menyebutnya dengan istilah bank syariah, yaitu bank yang
menjalankan kegiatan usahanya dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah.
Secara umum bank syariah terdiri bank umum syariah dan bank pembiayaan
rakyat syariah (BPRS).
Secara historis, lembaga keuangan pun sudah ada sejak zaman dulu, misal
dizaman rasulullah saw. Dikenal dengan nama baitul mal yang berfungsi sebgai
bank sentral, dan seterusnya dimasa sahabat, menjadikan baitul maal sebagai
instrumen kebijakan fiskal, serta dimasa dinasti pengelolaan lembaga keuangan
amat sangat diperhatikan dengan menjadikan baitul tidak hanya sebagai instrumen
kebijakan fiskal namun juga sebagai kebijakan moneter, sehingga seiring
berkembanganya zaman dan pola pikir manusia maka perkembangan lembaga
keuangan juga semakin pesat di era modern saat ini.
Sedangkan dalam konteks perkembangan lembaga keuangan syariah non
bank, maka ini tidak terlepas dari peranan penting lembaga-lembaga penunjang
diantaranya adalah (1) Baitul Maal wat Tamwil, yang bergerak sebagai lembaga
keuangan mikro, focus sasarannya adalah mensejahterahkan fakir miskin dan
dalam sistem opersisonalnya tetap berlandaskan pada prinsip syariah, (2) Asuransi
Syariah, dimana prinsip dasar operasionalnya adalah takaful (saling menanggung)
22 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah : Life And General : Konsep Dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 382.

17

dan ta’awun (tolong-menolong) antara sesama pesertanya. (3) Pegadaian Syariah,
secara etimologisnya diartikan sebagai pinjaman yang memberikan barang
sebagai jaminan utanganya, (4) Pasar uanga syariah, yaitu pasar yang
memperdagangkan surat berharga yang sifatnya jangka pendek, dan yang reakhir
adalah (5) Pasar modal syariah : tempat ditransaksikannya instrumen keuangan /
modal dan tetap berlandaskan pada prinsip syariah, biasanya mayoritas terdiri dari
saham syariah, sukuk, dan reksadana syariah).
REFERENSI
Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah : Keberadaan & Kelebihannya di Tengah
Asuransi Konvensional, Jakarta: PT. Alex Media Kamputindo, 2006.
Ghofur Anshori, Abdul, Gadai Syariah Di Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2011.
Harianhaluan,”Perusahaan Berdasarkan Syariah Maju Pesat” Dikutip Dari
Http://Www.Harianhaluan.Com, Diakses Tanggal 06 Juni 2015
Hariyani, Iswi dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta:
VisiMedia, 2010.
Malahayati, Rahasia Bisnis Rasulullah, Yogyakarta: Great! Publisher, 2010.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, .Yogyakarka: UPP AMP YKPN, 2003.
Rifa’i, Veithzal. Veithzal, Permata, Andria, Bank and Financial Institution
Management, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007
Sriyana, Jaka, “Peran BMT Dalam Mengatasi Kemiskinan di Kabupaten Bantul “,
Inferensi, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 2, Desember
2014, h.33.
Suyatno, Thomas dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2007 .
Syafaruddin, Materi Power Point Ekonomi Moneter Islam, Pada Hari Minggu
Tanggal 07 Juni 2015 Jam 14.24 Wita. di Watampone.
Syakir Sula, Muhammad, Asuransi Syariah : Life And General : Konsep Dan
Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Wikipedia, "Bank", The Free Encyclopedia, Dikutip
wikipedia.co.id, Diakses Tanggal 07 Juni 2015.

dari

http//:www.

, "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 ", The
Free Encyclopedia, Dikutip dari http//:www. wikipedia.co.id, Diakses
Tanggal 07 Juni 2015.
Yasin, Mohammad dan Sri Ethicawati, Ekonomi, Jakarta : Ganeca Exact, 2007.

18

19