Sedikit islam tentang Kepemimpinan dalam

Nama

: Ulfah Gianina Malinda

NIM

: E42010041

No. Absen

: 40

Mata Kuliah : Kepemimpinan
Kelas

: A Nindya

Soal
Jelaskan hubungan antara
1. Kepemimpinan dan komunikasi
2. Kepemimpinan dan motivasi

3. Kepemimpinan dan konflik
4. Kepemimpinan dan kinerja
5. Kepemimpinan dan pelayanan
6. Kepemimpinan dan disiplin
7. Kepemimpinan dan pemberdayaan
8. Kepemimpinan dan wirausaha
9. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan
10. Kepemimpinan dan pembinaan
Jawaban
1. Hubungan antara kepemimpinan dan komunikasi.
Menurut Kartono (2010), sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi
organisasi (perusahaan, kesatuan, jawatan dan lain-lain) pemimpin harus selalu
berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun yang
informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh
kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara
horisontal maupun secara vertikal, ke atas dan ke bawah.
Keberhasilan kepemimpinan itu bergantung pada kemampuan pemimpin
menjabarkan kebijakan/policy organisasi dan ide-ide sendiri ke dalam pengertianpengertian praktis, yang bisa dipahami dan dapat dilaksanakan oleh para pengikut

atau bawahannya. Maka komunikasi yang efektif dan terbuka akan memudahkan

penjabaran kebijakan tersebut, sekaligus juga memberikan fasilitas kelancaran kerja.
Komunikasi ini juga menjadi sarana primer untuk mengubah tingkah laku, dengan
jalan mempengaruhi dan meyakinkan para pengikut. Maka ada dua bentuk
komunikasi dalam kepemimpinan organisasi, yaitu komunikasi satu arah atau one
way communication, dan komunikasi dua arah atau two way communication.
Keuntungan dari komunikasi searah antara lain ialah sebagai berikut :
 Dapat berlangsung cepat dan efisien, berlangsung top-down;
 Dapat melindungi pemimpin, sehingga orang atau para pengikut tidak dapat




melihat dan menilai kesalahan-kesalahan dan kelemahan pemimpin.
Sedangkan kelemahan pada komunikasi satu arah ialah :
Kepemimpinannya bersifat otoriter;
Dapat menimbulkan ketidakjelasan, salah paham, penafsiran yang keliru,
sentimen dan banyak ketegangan.
Selanjutnya, keuntungan dan kerugian dari komunikasi dua arah dapat

disebutkan di bawah ini.

Keuntungan komunikasi dua arah ialah :


Semua perintah dapat diterima dengan lebih akurat-tepat, karena dapat
ditanyakan dan didiskusikan apabila pesan-pesan yang diberikan kurang dapat






dimengerti.
Bisa dikurangi salah paham dan salah interpretasi.
Suasananya lebih demokratis.
Sebaliknya, beberapa segi kelemahan dari komunikasi dua arah ialah :
Komunikasi dan kepatuhan berlangsung lebih lambat.
Kemungkinan besar muncul sikap “menyerang” pada pengikut/anak buah, dan
terdapat sikap bertahan pada diri pemimpin.




Setiap saat bisa timbul masalah-masalah baru yang tidak terduga-duga dengan
adanya dialog terbuka. Artinya, dapat muncul satu seri permasalahan

kepemimpinan(manajemen) baru, yang bisa menyulitkan posisi pemimpin.
2. Hubungan antara kepemimpinan dan motivasi
Martin Handoko, 1992, seperti tercantum dalam buku berjudul Pemahaman
Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, yang ditulis oleh Ir. Ahmad Tohardi,
M.M., secara jelas memberikan definisi motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor
yang terdapat di dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah laku. Sementara motif adalah suatu alasan (dorongan)
yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (melakukan) tindakan (sikap)
tertentu. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan
adanya dorongan-dorongan yang muncul dari dalam seorang individu, yang
akhirnya menggerakkan atau mengarahkan perilaku individu yang bersangkutan.
Kartini Kartono, dalam bukunya berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan,
menyatakan bahwa pemimpin yang baik itu wajib memahami kebutuhan-kebutuhan
baik kebutuhan pribadi sendiri maupun kebutuhan orang lain, anak buah yang
dipimpin dan atasan, serta kolega-kolega sederajat, sehingga dia bisa bersikap
bijaksana. Dengan demikian dia akan mampu memuaskan semua pihak dan berhasil

lah kepemimpinannya.
Erat kaitannya dengan kebutuhan ialah: motivasi. Motif atau motivasi ialah:
1) Gambaran penyebab yang akan menimbulkan tingkah laku, menuju pada satu
sasaran tertentu;
2) Landasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat;
3) Ide pokok yang sementara berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia,
biasanya merupakan satu peristiwa masa lampau, ingatan, gambaran fantasi,
dan perasaan-perasaan tertentu.

Maka motivasi kerja dan motivasi untuk menjadi pemimpin itu bermacammacam. Ada orang yang didorong oleh motivasi-motivasi yang rendah dan egoistis,
misalnya meraih prestise, status sosial untuk menonjolkan kelebihan dan
keakuannya, untuk pamer atau bersifat ekshibisionistis untuk mendapatkan
kekayaan dengan cara apapun juga, untuk memuaskan kesombongan diri (narsistis),
dan lain-lain.
Sebaliknya, ada orang yang muncul menjadi pemimpin karena ia didorong
oleh motivasi-motivasi luhur atau nobel, misalnya oleh rasa-rasa patriotik,
pengabdian, pengorbanan, kebaikan kecintaan pada rakyat, tidak mementingkan
diri sendiri, tetapi demi kepentingan dan kesejahteraan umum, dan lain-lain. Motifmotif yang jelas, tegas dan kuat, akan mendorong kuat kemauan orang, dan
memberanikan dirinya untuk berbuat sesuatu. Dengan kata lain, barangsiapa
memiliki kemauan yang kuat, harus memiliki motivasi-motivasi yang jelas-tegas,

sehingga mendorong dengan kuat berlangsungnya kemauan. Karena itulah maka
pendidikan kemauan sebagian besar berupa pemupukan motivasi-motivasi yang
baik, jelas dan kuat.
Dengan demikian pemimpin harus mampu memberikan motivasi yang baik
kepada anak buahnya. Berilah kepada anggota-anggota kelompok atau bawahan
satu motivasi atau satu kompleks motif-motif tertentu, maka mereka pasti bersedia
melakukan perbuatan-perbuatan besar, atau perbuatan kepahlawanan lainnya.
Adapun motivasi yang diberikan oleh pemimpin pada umumnya bermaksud untuk :
1. Meningkatkan asosiasi dan integrasi kelompok serta menjamin keterpaduan.
2. Menjamin efektivitas dan efisiensi kerja semua anggota kelompok,

3. Meningkatkan partisipasi aktif dan tanggung jawab sosial semua anggota.
4. Meningkatkan produktivitas semua sektor dan anggota kelompok. Dan
memberikan kesempatan untuk melakukan ekspresi bebas.
5. Menjamin terlaksananya realisasi-diri dan pengembangan diri pada setiap
anggota kelompok. Dan memberikan kesempatan untuk melakukan ekspresi
bebas.
Menurut Tohardi (2002), motivasi merupakan hal yang sangat penting
dalam meningkatkan kegairahan atau semangat kerja (work satisfaction) bawahan
yang akhirnya bermuara kepada peningkatan produktivitas individu dan tentunya

juga berbasis kepada peningkatan produktivitas organisasi. Dalam mengelola
organisasi, seorang pimpinan mestinya mampu melakukan fungsi penggerakan
(actuating) terhadap bawahan dengan baik agar mereka (bawahan) dapat bekerja
sama dengan baik dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Untuk dapat melakukan penggerakan (actuating) bawahan dengan baik
maka dibutuhkan cara memotivasi bawahan dengan baik pula, karena secara radikal
pengertian motivasi (menggerakkan) sama dengan pengertian actuating itu sendiri.
3. Kepemimpinan dan konflik
Kartono (2010) menyatakan pada masa sekarang ini orang meyakini adanya
relasi antara konflik yang konstruktif dengan suksesnya organisasi. Tanpa konflik,
tidak akan banyak kita dapati tantangan, dan tidak terdapat kemajuan. Juga tidak ada
dorongan untuk mawas kembali. Tidak ada koreksi; selanjutnya organisasi akan
mengalami stagnasi total. Sebaliknya, konflik pada batas-batas yang wajar itu
mencerminkan

adanya

demokrasi,

kebinekaan,


perbedaan,

keragaman,

perkembangan, pertumbuhan, progres, aktualisasi-diri dan transendensi-diri. Karena

itu konflik menjadi benih vital bagi pertumbuhan dan suksesnya lembaga serta
organisasi.
Konflik merupakan unsur yang dibutuhkan untuk mengembangkan
organisasi, jika organisasi ingin terus hidup dan tumbuh. Maka seni dari manajemen
konflik atau seni memimpin dalam situasi dan kondisi konflik merupakan tugas
paling berat dan paling sukar bagi pemimpin. Khususnya pemimpin di puncak
hierarki, lebih banyak sebagai wasit atau pemutus pertentangan/konflik dalam
organisasi. Jadi melihat sebagai otoritas yang mampu mengurangi ketegangan yang
ditimbulkan oleh macam-macam konflik.
Para pemimpin yang gagal, selalu bersikeras menolak berlangsungnya
perubahan-perubahan. Pada hakikatnya mereka itu adalah pemimpin yang enggan
menghadapi tantangan konflik-konflik. Mereka merasa lebih aman dengan
menghindari konflik-konflik yang dianggap mengandung resiko dan bahaya. Sebab

untuk menanggapi perubahan dan kemajuan, diperlukan jiwa yang dinamis, agar
orang berani menghadapi tantangan dan konflik-konflik demi kemajuan organisasi.
Sehubungan dengan itu konflik harus dilihat sebagai unsur yang positif.
Konflik itu mempunyai segi-segi positifnya, jika pemimpin mampu menjinakkan
dan mengelolanya. Menurut kaum interaksionis, oposisi dan konflik itu tidak hanya
diinginkan saja, akan tetapi juga sebagai hal yang mutlak perlu untuk menjamin
kehidupan dan kemajuan organisasi
4. Kepemimpinan dan kinerja
Kinerja antara satu orang karyawan dengan yang lainnya dapat saja berbeda,
karena faktor – faktor pendorong yang berbeda. Kinerja karyawan sangat penting
oleh karena kinerja seorang karyawan dalam sebuah instansi akan menentukan
efektif tidaknya kinerja instansi tersebut. Apabila kinerja karyawan tidak baik, maka

kinerja instansipun menjadi tidak baik. Begitu juga sebaliknya apabila kinerja
karyawan baik maka kinerja instansipun menjadi baik. Dan dapat dinyatakan bahwa
kinerja adalah tingkat kerja yang dicapai oleh seseorang dengan syarat – syarat yang
telah ditentukan. Kinerja dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :
1) Faktor individual yang terdiri dari : kemampuan, dan faktor demografi ;
2) Faktor psikologis yang terdiri dari : sikap, motivasi, persepsi, personality
3) faktor organisasi yang terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,

struktur, dan job design.
Hubungan
diungkapkan

antara

pada

hasil

kepemimpinan
penelitian

dengan

para

ahli

kinerja

terhadap

karyawan

yang

kepemimpinan

transformasional dalam Suryanto (2006) adalah sebagai berikut:
a. Walumbwa, et.al. (2004), kepemimpinan transformasional berhubungan positif
dengan komitmen, kinerja dan kepuasan kerja.
b. Ozaralli (2003), kepemimpinan transformasional berkontribusi terhadap
prediksi

adanya

pemberdayaan

pada

bawahan.

Adanya

pemimpin

transformasional mengakibatkan anggota tim mengalami pemberdayaan.
Semakin mereka mengalami pemberdayaan, semakin efektif pula tim itu.
c. Boehnke & Bontis (2003), walau penerapan prinsip kepemimpinan
transformasional perlu adaptasi untuk berbagai negara, secara universal gaya
kepemimpinan transformasional membantu pemimpin memimpin karyawan
lebih efektif dan menghasilkan kinerja terbaik.
d. Langbert & Friedman (2003), pemimpin

transformasional

memiliki

kemampuan motivasi bawahan dan memungkinkan mereka mempertahankan
prestasi dan mencapai perubahan yang revolusioner.
e. Sparks & Schenk (2001), kepemimpinan transformasional sungguh-sungguh
dapat mentransformasi pengikut dengan mendorong mereka melihat tujuan

yang lebih tinggi pada dunia kerja dan mendorong pencapaian kinerja yang
terbaik.
5. Kepemimpinan dan pelayanan
Pratama, Priya Prayogha dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis
Dinas-Pelatihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Sumatera Utara) menyatakan
bahwa pada dasarnya pelayanan merupakan usaha apa saja yang dapat
mempertinggi kepuasan pelanggan. Dukungan kepada pelanggan dapat bermakna
sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi pelanggannya,
selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa
diingat oleh pelanggannya.
Menurut Soetopo (Napitupulu, 2007:164), pelayanan adalah suatu usaha
untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Boediono
(2003:60), menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses bantuan dengan caracara tertentu yang memerlukan kepekaan hubungan interpersonal agar terciptanya
kepuasan dan keberhasilan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi yang ditujukan
kepada masyarakat yang dapat berbentuk barang atau jasa yang memberikan
kepuasan bagi yang menerimanya.
Dimensi kepemimpinan telah lama menjadi kajian yang menarik terutama
terhadap keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi. Kompetensi
kepemimpinan

dapat

diketahui

dari

keberhasilan

seseorang

dalam

kepemimpinannya bagi pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin aparatur
dituntut harus mampu membawa organisasi publik yang dipimpinnya memberikan
pelayanan yang berkualitas. Hudges (1992) mengatakan bahwa ”government

organization are created by the public, for the public, and need to be accountable to
it.” Organisasi publik dibuat oleh publik, untuk publik, dan karenanya harus
bertanggung jawab kepada publik. Bertumpu pada pendapat ini, pemimpin
organisasi

publik

diwajibkan

berakuntabilitas

atas

kinerja

yang

dicapai

organisasinya. Tujuan utama organisasi publik adalah memberikan pelayanan dan
mencapai tingkat kepuasan masyarakat seoptimal mungkin.
Karakteristik manajemen pelayanan pada sektor publik sebagai suatu
keseluruhan kegiatan pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah,
memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya, memiliki kelompok
kepentingan yang luas termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani (wide
stakeholders), memiliki tujuan sosial serta akuntabel pada publik. Sejalan dengan
perkembangan manajemen penyelenggaraan negara, dan dalam upaya mewujudkan
pelayanan prima, paradigma pelayanan publik berkembang dengan fokus
pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer-driven
government) yang dicirikan dengan lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan,
pemberdayaan masyarakat, serta menerapkan sistem kompetisi dan pencapaian
target yang didasarkan pada visi, misi, tujuan dan sasaran.
6. Kepemimpinan dan disiplin
Menurut Alex Nitisemito (1992) dalam buku berjudul Pemahaman Praktis
Manajemen Sumber Daya Manusia, yang ditulis oleh Ir. Ahmad Tohardi, M.M, yang
dimaksud disiplin adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Tohardi (2002) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang dapt kita lakukan
dalam menegakkan disiplin, diantaranya adalah :
1) Punishment dan Reward

Punishment (hukuman) dan Reward (hadiah) dapat digunakan sebagai strategi
dalam menegakkan kedisiplinan seorang pekerja, pegawai atau buruh di
organisasi atau di perusahaan. Namun yang paling penting diperhatikan adalah
bagaimana hukuman dan hadiah tersebut benar-benar ditegakkan. Bila hukuman
dan hadiah tersebut hanya peraturan saja, terlebih lagi hanya slogan belaka,
maka hal tersebut tidak akan mampu berbuat banyak dalam menegakkan
kedisiplinan.
2) Adil dan Tegas
Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja yang harus dilakukan secara tegas
dan untuk hukuman harus diterapkan secara adil untuk semua orang yang ada di
organisasi atau perusahaan.
3) Motivasi
Pihak yang berkompeten di organisasi atau perusahaan itu harus memberikan
penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh, oleh karyawan yang bersangkutan
dan apa yang akan diperoleh oleh organisasi atau perusahaan bila seseorang
disiplin dalam bekerja.
4) Keteladanan Pimpinan
Dari sejumlah sumber kewibawaan seorang pimpinan, maka yang paling besar
pengaruhnya dalam kewibawaan seorang pemimpin adalah keteladanan
(referent power).

Dengan kata lain, pemimpin yang dapat memberikan

keteladanan yang baik, akan menambah wibawa sehingga segala sikap dan
perilaku pimpinan selalu menjadi rujukan atau panutan bawahan.
5) Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan sosial tempat bekerja harus kondusif, bila mengharapkan orangorang yang bekerja disana berdisiplin tinggi. Dengan kata lain lingkungan sosial
tempat kerja juga dapat menjadi acuanseseorang dalam berdisiplin.
6) Ergonomis

Lingkungan fisik yang aman dan nyaman (ergonomis) turut mempengaruhi
kedisiplinan kerja seseorang. Lingkungan kerja yang ergonomis perlu
diciptakan oleh organisasi atau perusahaan dalam upaya mendukung program
peningkatan kesiplinan karyawan.
Beranjak dari kesimpulan diatas, maka kedisiplinan juga dapat merujuk
kepada pimpinan, sehingga bila pemimpin disiplin maka bawahan juga akan ikut
disiplin, demikian sebaliknya bila pimpinan tidak disiplin, maka bawahan juga ikut
tidak disiplin. Jika di sebuah organisasi atau perusahaan ingin mendapatkan
bawahan yang berdisiplin tinggi, maka pimpinan juga harus ditata menjadi seorang
yang berdisiplin tinggi, karena pimpinan selalu menjadi bahan rujukan atau panutan
bawahan.
7. Kepemimpinan dan pemberdayaan
Suryana (2003) menegaskan istilah pemberdayaan (empowerment) banyak
dipakai dalam bisnis, pemerintahan, politik dan pendidikan. Pemberdayaan disini
berarti penyerahan otoritas pengambilan kekuasaan dan tanggung jawab dari
manajer kepada anggota kelompok. Banyak orang menganggap pemberdayaan
adalah kekuatan yang positif karena ini berarti bahwa pemimpin dan manajer
berbagi keuasaan dengan orang yang otoritasnya tak terlalu formal. Pemimpin yang
memberdayakan paling tidak bersifat partisipatif dan cenderung longgar dalam
menjalankan kekuasaannya.
Pemberdayaan adalah bagian penting dari kepemimpinan dan manjemen
sehingga aspek ini banyak diteliti. Bagian penting lainnya dari sifat pemberdayaan

merupakan sebuah paradoks. Dengan memberi kekuasaan, pemimpin biasanya
mendapatkan kekuasaan dalam jangka panjang. Kemampuan dan motivasi adalah
faktor penting untuk pemberdayaan.
8. Kepemimpinan dan wirausaha
Suryana (2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.
Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis dan
penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi
(berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani
tampil berbeda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu
suka akan tantangan).
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol.
Dengan menggunakan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan
jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di
pasar.
9. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) merupakan hal yang sangat
penting yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengelola atau
mengemudikan organisasi. Untuk itu Sondang P. Siagian dalam buku berjudul
Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, yang ditulis oleh Ir. Ahmad

Tohardi, M.M. mengatakan bahwa konsekuensi dari tugas pokok pemimpin itu ialah
bahwa sebagian besar dari waktu setiap pemimpin harus dipergunakannya untuk
mengambil keputusan. Sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya seseorang
menjalankan perannya sebagai pemimpin akan sangat tergantung bukan kepada
keterampilan melakukan kegiatan-kegiatan operasional, akan tetapi dinilai terutama
dari kemampuannya dalam mengambil keputusan.
Untuk itu syarat kepemimpinan yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang
menduduki jabatan pemimpin ialah keberanian untuk mengambil keputusan yang
cepat, tepat, praktis dan rasional serta mampu memikul tanggungjawab atas akibat
dari resiko yang timbul sebagai konsekuensi dari kebijaksanaan yang diambilnya.
Menurut Sondang P. Siagian (1990) dalam Tohardi (2002), hakekat dari
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematik terhadap hakekat
suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Tohardi (2002) menyatakan bahwa sejalan dengan gaya kepemimpinan,
maka perilaku pengambilan keputusan juga mengikuti gaya kepemimpinan
seseorang. Sehingga jika seorang pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan
otoriter, maka perilaku dalam mengambil keputusan juga akan otoriter.
Dalam era globalisasi, dimana kondisi persaingan ekonomi yang semakin
ketat, para pemimpin organisasi atau perusahaan dihadapkan pada berbagai macam
keputusan yang semakin kompleks. Pada hakekatnya gaya kepemimpinan
merupakan norma yang digunakan sewaktu mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain. Oleh karena itu perilaku dasar seorang pemimpin merupakan tanggapan dari
pengikutnya. Kepemimpinan memegang peranan penting, karena pencapaian

keunggulan dalam usaha dan manajemen sangat tergantung kepada kemampuan
pemimpin untuk menyampaikan visi yang jelas atau pangannya, antusiasme dan rasa
memiliki tujuan kepada kelompoknya.
10. Kepemimpinan dan pembinaan
Dubrin (2009) menyatakan peran lain yang menarik dan konstruktif bagi
pemimpin adalah membina anggota, membantu mereka untuk tumbuh dan
berkembang. Pemimpin yang membina secara aktif membantu meningkatkan
pertumbuhan anggota kelompok dari segi keahlian, pengetahuan dan kesejahteraan
emosional. Membina atau mengasuh dapat diterjemahkan ke dalam praktik-praktik
spesifik, seperti :
1) Menunjukkan perhatian tulus kepada kesejateraan anggota kelompok.
2) Meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan problem kerja dari anggota
kelompok.
3) Meluangkan cukup waktu untuk mendengarkan problem pribadi anggota
kelompok.
4) Menunjukkan dengan kata-kata bahwa anda prihatin dengan kesulitan dan
kekecewaan anggota kelompok.
5) Memberikan selamat kepada anggota kelompok saat mereka menunjukkan
perkembangan dalam keahlian
6) Menggunakan kekuasaan anda

untuk

membantu

anggota

kelompok

memecahkan persoalan yang mengganggu.
7) Menjadi pelatih yang efektif dengan mengemukakan saran-saran yang berguna
untuk perbaikan dan memberi dorongan semangat.
8) Senang ketika anggota kelompok mengembangkan keahlian kompleks dengan
bantuan anda.
9) Memandang kesuksesan anda sebagian dari segi berapa banyak orang yang
telah Anda bantu untuk berkembang.

10) Bersedia menjadi mentor untuk anggota kelompok yang mencari bimbingan dan
ingin bersahabat dengan anda.

DAFTAR PUSTAKA
Dubrin. 2009. Leadership. Jakarta: Prenada
Kartono. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat
Tohardi. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Mandar Maju
Sanapiah, Dimensi Kepemimpinan Aparatur dalam Perspektif Pelayanan Publik:
[online], (http://www.stialan.ac.id, diakses tanggal 19 April 2013)