ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP AKSES
PAPER
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP AKSES INTERNET
GRATIS PADA RUANG TERBUKA UMUM DI KOTA SURABAYA
Oleh :
Rizky Arif Nugroho
Dosen :
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg
PROGRAM STUDI PASCASARJANA ARSITEKTUR
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
SATISFACTORY ANALYSIS ABOUT FREE INTERNET ACCESS IN
PUBLIC SPACE IN SURABAYA
Rizky Arif Nugroho1 dan Eko Budi Santoso2
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
2)
Dosen Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
Email : [email protected]
1)
ABSTRACT
Smart City is a concept about how to use resources efficiently by creating service in order to
increase living quality (Dalghan, 2016). Surabaya now recognized as one of smart city among
global smart cities (Silas, 2016). Number of awards won by Surabaya and also appointed as UN
Habitat event host city (Radar Surabaya, 2016). One of the award was in Smart Living Category
which was associated with provision of free internet access in public space. Surabaya city
government built information and communication technology supporting infrastructure namely 300
Hot Spot Broadband Citizen in public space (GetBisnis.com, 2015). Taman Bungkul is one of
public space receiving free internet access. The quality of free internet access in public space could
be measured by using consumer satisfactory index. Furthermore, success rate of the program could
be measured as well. This research use quantitative descriptive approach. The paradigm used is
rationalistic which means perceive social reality based on theories then connected with empirical
data. The outcome of this research is consumer satisfactory index to measure success rate of the
program.
Keywords : smart city, free internet access, public space, satisfactory
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP AKSES INTERNET
GRATIS PADA RUANG TERBUKA UMUM DI KOTA SURABAYA
Rizky Arif Nugroho1 dan Eko Budi Santoso2
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
2)
Dosen Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
Email : [email protected]
1)
ABSTRAK
Konsep smart city merupakan sebuah konsep tentang menggunakan sumber daya secara efisisen
serta menciptakan layanan demi peningkatan kualitas hidup (Dalghan, 2016). Kota Surabaya saat
ini sudah mampu menjadi salah satu smart city di dunia (Silas, 2016). Hal ini dapat terlihat dari
beberapa penghargaan yang diterima oleh Kota Surabaya, bahkan terpilih menjadi tuan rumah
dalam ajang UN Habitat (Radar Surabaya, 2016). Salah satu penghargaan yang diterima adalah
dalam kategori Smart Living dimana Kota Surabaya memberikan akses internet secara gratis di
ruang publik. Pemerintah Kota Surabaya membangun infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi penunjang berupa 300 Hot Spot Broadband Citizen di ruang publik (GetBisnis.com,
2015). Salah satu ruang publik yang diberi akses internet gratis di Kota Surabaya adalah Taman
Bungkul (Detik, 2013). Kualitas dari layanan internet gratis pada ruang publik dapat diukur melalui
tingkat kepuasan terhadap layanan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui keberhasilan dari
program ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Paradigma yang digunakan adalah rasionalistik dimana rasionalistik memandang bahwa sebuah
realitas sosial itu didasarkan kepada teori-teori yang ada yang kemudian dihubungkan dengan datadata empirik di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah berupa indeks kepuasan konsumen yang
dapat menjadi ukuran keberhasil program ini.
Kata Kunci : smart city, akses internet gratis, ruang publik, kepuasan.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Surabaya saat ini sudah diakui sebagai salah satu smart city di Indonesia (Silas,
2016). Beberapa penghargaan sudah dapat diraih oleh Kota Surabaya bahkan terpilih
menjadi tuan rumah dalam ajang yang diselenggarakan oleh UN Habitat (Radar Surabaya,
2016). Kota Surabaya terpilih sebagai tuan rumah karena dianggap sebagai yang terbaik
jika dilihat dari Indeks Kota Cerdas di Indonesia. Beberapa penghargaan yang diraih oleh
Kota Surabaya adalah dalam kategori Smart City Award, Smart Governance, Smart
Environment, dan Smart Living (GetBisnis.com, 2015).
Komitmen Kota Surabaya dalam mengembangkan konsep smart city salah satunya
adalah dengan diraihnya penghargaan dalam kategori Smart Living. Dalam kategori ini,
Kota Surabaya memfasilitasi adanya fasilitas internet gratis di ruang publik, sistem
pendaftaran sekolah dan SIM secara online, pemasangan CCTV pada area lalu lintas, serta
portal informasi yang mendukung sektor pariwisata. Infrastruktur penunjang yang telad
disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk mendukung hal tersebut antara lain 4.000
titik Wi-Fi Telkom, 12 Broadband Learning Center, 300 Hotspot Broadband Citizen di
ruang publik, melakukan penataan taman kota berbasis teknologi informasi dengan konsep
all-in-one entertainment park. Semua infrastruktur tersebut didukung oleh aplikasi dan
situs layanan warga. Bahkan Pemerintah Kota Surabaya merencanakan akses internet gratis
masuk hingga perkampungan di masa mendatang (Bisnis.com, 2016).
Dengan banyaknya akses internet gratis tersebut tentunya kualitas pelayanan yang
diberikan haruslah maksimal agar tidak hanya sekedar menjadi simbol saja. Kualitas dari
layanan internet gratis pada ruang publik dapat diukur melalui tingkat kepuasan terhadap
layanan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui keberhasilan dari program ini.
2. Pengertian Smart City
Smart city memiliki pengertian sebuah kota cerdas memanfaatkan teknologi baru
dan wawasan untuk mengubah sistem, operasi, dan pelayanan (IBM, 2008 dalam Pratiwi,
2015). Selain pengertian yang diutarakan IBM, Nijkamp et al (2009) dalam Pratiwi (2015)
berpendapat bahwa konsep smart city merupakan sebuah konsep dimana kota harus cerdas
dalam menginvestasikan modal manusia dan sosialnya; infrastruktur modern maupun
tradisional yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kualitas
hidup yang tinggi, dengan manajemen sumber daya alam yang baik melalui pemerintahan
yang partisipatif. Sedangkan Dalghan (2015) berpendapat bahwa sesungguhnya konsep
smart city tidak selalu berarti teknologi, intinya adalah tentang menggunakan sumber daya
secara lebih efisien dan menjadi ramah lingkungan, serta yang paling penting adalah
menciptakan layanan demi peningkatan kualitas hidup. Hal-hal yang berhubungan dengan
teknologi hanyalah sebuah inisiatif konkret dan mampu memecahkan permasalahan yang
kompleks.
3. Dimensi Smart City
Giffinger et al (2007) membagi smart city menjadi enam dimensi yaitu smart
governance, smart environment, smart people, smart economy, smart living, dan smart
mobility. Smart governance memiliki faktor-faktor yang ada pada pemerintahan cerdas
antara lain partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelayanan umum dan sosial,
pemerintahan yang transparan, serta strategi politik dan perspektifnya.
Smart environment memiliki faktor-faktor yang ada pada lingkungan cerdas yaitu
seperti yang telah disebutkan sebagai gambaran deskripsi antara lain daya tarik kondisi
alamnya, polusi, perlindungan lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan.
Smart people memiliki faktor-faktor yang disebutkan dalam masyarakat cerdas
antara lain tingkat kualifikasi, daya tarik untuk belajar sepanjang hayat, etnis sosial dan
pluralitas, fleksibilitas, kreativitas, keterbukaan pikiran/pendapat, serta partisipasi dalam
kehidupan publik.
Smart economy memiliki faktor-faktor dari ekonomi cerdas antara lain semangat
berinovasi, kewirausahaan, citra ekonomi dan merek dagang, produktivitas, fleksibilitas
dari pasar tenaga kerja, serta kemampuan untuk melakukan perubahan.
Smart living memiliki faktor-faktor antara lain fasilitas budaya, kondisi kesehatan,
keselamatan individu, kualitas perumahan, fasilitas pendidikan, daya tarik wisata, dan
keterpaduan sosial.
Smart mobility memiliki faktor-faktor yang terdapat pada mobilitas cerdas antara
lain aksesibilitas lokal dan internasional, ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi, serta sistem transportasi yang berkelanjutan, inovatif, dan aman.
METODE PENELITIAN
Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode Importance-Performance
Analysis untuk menentukan tingkat kesesuaian antara kepentingan dan performa mutu
pelayanan yang diterima pengguna akses internet gratis di Kota Surabaya.
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kepentingan dengan skor
performa/pelaksanaan, maka rumus yang digunakan :
Tki=
xi
×100 %
yi
Dimana :
Tki = Tingkat kesesuaian
xi = Skor penilaian performa pelayanan yang diterima
yi = Skor penilaian kepentingan pelayanan yang diberikan
Selanjutnya sumbu mendatar (x) akan diisi oleh skor tingkat performa, sedangkan
sumbu tegak (y) diisi oleh tingkat kepentingan, maka rumus untuk setiap faktor yang
mempengaruhi harapan pelanggan :
∑ xi ´y = ∑ yi
´x = n
n
Dimana :
´x = Skor rata-rata tingkat performa
´y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Kuadran A menunjukkan faktor-faktor yang dianggap sangat penting, namun belum
sesuai keinginan/harapan. Kuadran B menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting
telah berhasil dilaksanakan sesuai keinginan/harapan dan sangat memuaskan sehingga
wajib dipertahankan. Kuadran C menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting,
pelaksanaannya dijalankan secara cukup atau biasa-biasa saja. Kuadran D menunjukkan
faktor yang kurang penting, tetapi pelaksanaannya berlebihan/sangat memuaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada pendapat Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006), ukuran sampel
lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Dalam artikel
ini maka sampel yang diambil berjumlah 52 responden dengan pengambilan sampel
melalui teknik insidental. Teknik sampel insidental adalah pengambilan sampel secara
sembarang asal responden memenuhi syarat, yang dalam penelitian ini adalah pengguna
jaringan internet gratis di tempat umum.
Hasil skor jawaban dari masing-masing butir pertanyaan yang digunakan dalam
mencari nilai kepentingan dan performa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rerata Kepentingan dan Performa Internet Gratis
No
Butir Pertanyaan
.
1
Kemudahan sambungan koneksi
Internet
Kepentinga
Perform
n
a
162
127
2
Kecepatan koneksi jaringan internet
164
130
3
Stabilitas koneksi jaringan internet
167
114
4
Cakupan sinyal jaringan internet
163
122
5
Keamanan jaringan internet
162
130
Kesesuaia
´x
´y
2,
3,
n
77,4%
4
2,
1
3,
80,6%
5
2,
1
3,
68,8%
2
2,
2
3,
77,4%
4
2,
1
3,
80,6%
5
1
Rata-rata dari nilai kepentingan dan performa yang telah diketahui digunakan untuk
menentukan posisi butir pertanyaan pada kuadran diagram kartesius. Berikut penempatan
masing-masing butir pertanyaan pada diagram kartesius :
Gambar 1. Diagram Kartesius Rerata Kepentingan dan Performa
Adapun interpretasi dari diagram kartesius tersebut adalah :
a. Kuadran A
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang perlu diprioritaskan dalam menyediakan
layanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Sebab hal ini dinilai sangat
penting namun performanya masih belum sesuai harapan. Berdasarkan diagram
kartesius tersebut maka stabilitas koneksi jaringan internet gratis yang perlu
ditingkatkan.
b. Kuadran B
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang perlu dipertahankan dalam menyediakan
layanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Sebab telah ada kesesuaian
antara tingkat kepentingan dan performa yang ditunjukkan. Berdasarkan diagram
kartesius tersebut maka kecepatan koneksi internet harus dipertahankan.
c. Kuadran C
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang dianggap tidak penting dan
pelaksanaannya juga termasuk biasa-biasa saja dalam menyediakan layanan
jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Berdasarkan diagram kartesius tersebut
maka kemudahan sambungan koneksi internet dan keamanan jaringan internet
dianggap kurang penting dan kinerjanya biasa saja.
d. Kuadran D
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang dinilai berlebihan dalam menyediakan
layanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Berdasarkan diagram kartesius
tersebut maka cakupan sinyal dianggap berlebihan oleh pengguna jaringan
internet gratis.
KESIMPULAN
Secara umum kualitas pelayanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya telah
cukup baik pelaksanaannya. Hal ini ditunjukkan dengan angka kesesuaian setiap butir
pertanyaan yang cukup tinggi. Namun dalam pelaksanaanya tetap diperlukan peningkatan
berdasarkan prioritas. Berdasarkan diagram kartesius dapat dilihat jika stabilitas koneksi
jaringan internet merupakan sektor yang perlu ditingkatkan.
REFERENSI
Giffinger, R., et al. (2007), Smart Cities : Ranking of European Medium-sized Cities,
Centre of Regional Science, Vienna.
IBM. (2008), Smarter Planet.
Pratiwi, A. (2015), Tingkat Kesiapan Kota Surakarta Terhadap Dimensi Mobilitas Cerdas
(Smart Mobility) Sebagai Bagian Dari Konsep Kota Cerdas (Smart City), Universitas
Sebelas Maret, Solo.
Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP AKSES INTERNET
GRATIS PADA RUANG TERBUKA UMUM DI KOTA SURABAYA
Oleh :
Rizky Arif Nugroho
Dosen :
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg
PROGRAM STUDI PASCASARJANA ARSITEKTUR
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
SATISFACTORY ANALYSIS ABOUT FREE INTERNET ACCESS IN
PUBLIC SPACE IN SURABAYA
Rizky Arif Nugroho1 dan Eko Budi Santoso2
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
2)
Dosen Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
Email : [email protected]
1)
ABSTRACT
Smart City is a concept about how to use resources efficiently by creating service in order to
increase living quality (Dalghan, 2016). Surabaya now recognized as one of smart city among
global smart cities (Silas, 2016). Number of awards won by Surabaya and also appointed as UN
Habitat event host city (Radar Surabaya, 2016). One of the award was in Smart Living Category
which was associated with provision of free internet access in public space. Surabaya city
government built information and communication technology supporting infrastructure namely 300
Hot Spot Broadband Citizen in public space (GetBisnis.com, 2015). Taman Bungkul is one of
public space receiving free internet access. The quality of free internet access in public space could
be measured by using consumer satisfactory index. Furthermore, success rate of the program could
be measured as well. This research use quantitative descriptive approach. The paradigm used is
rationalistic which means perceive social reality based on theories then connected with empirical
data. The outcome of this research is consumer satisfactory index to measure success rate of the
program.
Keywords : smart city, free internet access, public space, satisfactory
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP AKSES INTERNET
GRATIS PADA RUANG TERBUKA UMUM DI KOTA SURABAYA
Rizky Arif Nugroho1 dan Eko Budi Santoso2
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
2)
Dosen Pascasarjana Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya
Email : [email protected]
1)
ABSTRAK
Konsep smart city merupakan sebuah konsep tentang menggunakan sumber daya secara efisisen
serta menciptakan layanan demi peningkatan kualitas hidup (Dalghan, 2016). Kota Surabaya saat
ini sudah mampu menjadi salah satu smart city di dunia (Silas, 2016). Hal ini dapat terlihat dari
beberapa penghargaan yang diterima oleh Kota Surabaya, bahkan terpilih menjadi tuan rumah
dalam ajang UN Habitat (Radar Surabaya, 2016). Salah satu penghargaan yang diterima adalah
dalam kategori Smart Living dimana Kota Surabaya memberikan akses internet secara gratis di
ruang publik. Pemerintah Kota Surabaya membangun infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi penunjang berupa 300 Hot Spot Broadband Citizen di ruang publik (GetBisnis.com,
2015). Salah satu ruang publik yang diberi akses internet gratis di Kota Surabaya adalah Taman
Bungkul (Detik, 2013). Kualitas dari layanan internet gratis pada ruang publik dapat diukur melalui
tingkat kepuasan terhadap layanan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui keberhasilan dari
program ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Paradigma yang digunakan adalah rasionalistik dimana rasionalistik memandang bahwa sebuah
realitas sosial itu didasarkan kepada teori-teori yang ada yang kemudian dihubungkan dengan datadata empirik di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah berupa indeks kepuasan konsumen yang
dapat menjadi ukuran keberhasil program ini.
Kata Kunci : smart city, akses internet gratis, ruang publik, kepuasan.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Surabaya saat ini sudah diakui sebagai salah satu smart city di Indonesia (Silas,
2016). Beberapa penghargaan sudah dapat diraih oleh Kota Surabaya bahkan terpilih
menjadi tuan rumah dalam ajang yang diselenggarakan oleh UN Habitat (Radar Surabaya,
2016). Kota Surabaya terpilih sebagai tuan rumah karena dianggap sebagai yang terbaik
jika dilihat dari Indeks Kota Cerdas di Indonesia. Beberapa penghargaan yang diraih oleh
Kota Surabaya adalah dalam kategori Smart City Award, Smart Governance, Smart
Environment, dan Smart Living (GetBisnis.com, 2015).
Komitmen Kota Surabaya dalam mengembangkan konsep smart city salah satunya
adalah dengan diraihnya penghargaan dalam kategori Smart Living. Dalam kategori ini,
Kota Surabaya memfasilitasi adanya fasilitas internet gratis di ruang publik, sistem
pendaftaran sekolah dan SIM secara online, pemasangan CCTV pada area lalu lintas, serta
portal informasi yang mendukung sektor pariwisata. Infrastruktur penunjang yang telad
disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk mendukung hal tersebut antara lain 4.000
titik Wi-Fi Telkom, 12 Broadband Learning Center, 300 Hotspot Broadband Citizen di
ruang publik, melakukan penataan taman kota berbasis teknologi informasi dengan konsep
all-in-one entertainment park. Semua infrastruktur tersebut didukung oleh aplikasi dan
situs layanan warga. Bahkan Pemerintah Kota Surabaya merencanakan akses internet gratis
masuk hingga perkampungan di masa mendatang (Bisnis.com, 2016).
Dengan banyaknya akses internet gratis tersebut tentunya kualitas pelayanan yang
diberikan haruslah maksimal agar tidak hanya sekedar menjadi simbol saja. Kualitas dari
layanan internet gratis pada ruang publik dapat diukur melalui tingkat kepuasan terhadap
layanan tersebut. Dengan demikian dapat diketahui keberhasilan dari program ini.
2. Pengertian Smart City
Smart city memiliki pengertian sebuah kota cerdas memanfaatkan teknologi baru
dan wawasan untuk mengubah sistem, operasi, dan pelayanan (IBM, 2008 dalam Pratiwi,
2015). Selain pengertian yang diutarakan IBM, Nijkamp et al (2009) dalam Pratiwi (2015)
berpendapat bahwa konsep smart city merupakan sebuah konsep dimana kota harus cerdas
dalam menginvestasikan modal manusia dan sosialnya; infrastruktur modern maupun
tradisional yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kualitas
hidup yang tinggi, dengan manajemen sumber daya alam yang baik melalui pemerintahan
yang partisipatif. Sedangkan Dalghan (2015) berpendapat bahwa sesungguhnya konsep
smart city tidak selalu berarti teknologi, intinya adalah tentang menggunakan sumber daya
secara lebih efisien dan menjadi ramah lingkungan, serta yang paling penting adalah
menciptakan layanan demi peningkatan kualitas hidup. Hal-hal yang berhubungan dengan
teknologi hanyalah sebuah inisiatif konkret dan mampu memecahkan permasalahan yang
kompleks.
3. Dimensi Smart City
Giffinger et al (2007) membagi smart city menjadi enam dimensi yaitu smart
governance, smart environment, smart people, smart economy, smart living, dan smart
mobility. Smart governance memiliki faktor-faktor yang ada pada pemerintahan cerdas
antara lain partisipasi dalam pengambilan keputusan, pelayanan umum dan sosial,
pemerintahan yang transparan, serta strategi politik dan perspektifnya.
Smart environment memiliki faktor-faktor yang ada pada lingkungan cerdas yaitu
seperti yang telah disebutkan sebagai gambaran deskripsi antara lain daya tarik kondisi
alamnya, polusi, perlindungan lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan.
Smart people memiliki faktor-faktor yang disebutkan dalam masyarakat cerdas
antara lain tingkat kualifikasi, daya tarik untuk belajar sepanjang hayat, etnis sosial dan
pluralitas, fleksibilitas, kreativitas, keterbukaan pikiran/pendapat, serta partisipasi dalam
kehidupan publik.
Smart economy memiliki faktor-faktor dari ekonomi cerdas antara lain semangat
berinovasi, kewirausahaan, citra ekonomi dan merek dagang, produktivitas, fleksibilitas
dari pasar tenaga kerja, serta kemampuan untuk melakukan perubahan.
Smart living memiliki faktor-faktor antara lain fasilitas budaya, kondisi kesehatan,
keselamatan individu, kualitas perumahan, fasilitas pendidikan, daya tarik wisata, dan
keterpaduan sosial.
Smart mobility memiliki faktor-faktor yang terdapat pada mobilitas cerdas antara
lain aksesibilitas lokal dan internasional, ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi, serta sistem transportasi yang berkelanjutan, inovatif, dan aman.
METODE PENELITIAN
Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode Importance-Performance
Analysis untuk menentukan tingkat kesesuaian antara kepentingan dan performa mutu
pelayanan yang diterima pengguna akses internet gratis di Kota Surabaya.
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kepentingan dengan skor
performa/pelaksanaan, maka rumus yang digunakan :
Tki=
xi
×100 %
yi
Dimana :
Tki = Tingkat kesesuaian
xi = Skor penilaian performa pelayanan yang diterima
yi = Skor penilaian kepentingan pelayanan yang diberikan
Selanjutnya sumbu mendatar (x) akan diisi oleh skor tingkat performa, sedangkan
sumbu tegak (y) diisi oleh tingkat kepentingan, maka rumus untuk setiap faktor yang
mempengaruhi harapan pelanggan :
∑ xi ´y = ∑ yi
´x = n
n
Dimana :
´x = Skor rata-rata tingkat performa
´y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Kuadran A menunjukkan faktor-faktor yang dianggap sangat penting, namun belum
sesuai keinginan/harapan. Kuadran B menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting
telah berhasil dilaksanakan sesuai keinginan/harapan dan sangat memuaskan sehingga
wajib dipertahankan. Kuadran C menunjukkan faktor-faktor yang dianggap kurang penting,
pelaksanaannya dijalankan secara cukup atau biasa-biasa saja. Kuadran D menunjukkan
faktor yang kurang penting, tetapi pelaksanaannya berlebihan/sangat memuaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada pendapat Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006), ukuran sampel
lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Dalam artikel
ini maka sampel yang diambil berjumlah 52 responden dengan pengambilan sampel
melalui teknik insidental. Teknik sampel insidental adalah pengambilan sampel secara
sembarang asal responden memenuhi syarat, yang dalam penelitian ini adalah pengguna
jaringan internet gratis di tempat umum.
Hasil skor jawaban dari masing-masing butir pertanyaan yang digunakan dalam
mencari nilai kepentingan dan performa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rerata Kepentingan dan Performa Internet Gratis
No
Butir Pertanyaan
.
1
Kemudahan sambungan koneksi
Internet
Kepentinga
Perform
n
a
162
127
2
Kecepatan koneksi jaringan internet
164
130
3
Stabilitas koneksi jaringan internet
167
114
4
Cakupan sinyal jaringan internet
163
122
5
Keamanan jaringan internet
162
130
Kesesuaia
´x
´y
2,
3,
n
77,4%
4
2,
1
3,
80,6%
5
2,
1
3,
68,8%
2
2,
2
3,
77,4%
4
2,
1
3,
80,6%
5
1
Rata-rata dari nilai kepentingan dan performa yang telah diketahui digunakan untuk
menentukan posisi butir pertanyaan pada kuadran diagram kartesius. Berikut penempatan
masing-masing butir pertanyaan pada diagram kartesius :
Gambar 1. Diagram Kartesius Rerata Kepentingan dan Performa
Adapun interpretasi dari diagram kartesius tersebut adalah :
a. Kuadran A
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang perlu diprioritaskan dalam menyediakan
layanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Sebab hal ini dinilai sangat
penting namun performanya masih belum sesuai harapan. Berdasarkan diagram
kartesius tersebut maka stabilitas koneksi jaringan internet gratis yang perlu
ditingkatkan.
b. Kuadran B
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang perlu dipertahankan dalam menyediakan
layanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Sebab telah ada kesesuaian
antara tingkat kepentingan dan performa yang ditunjukkan. Berdasarkan diagram
kartesius tersebut maka kecepatan koneksi internet harus dipertahankan.
c. Kuadran C
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang dianggap tidak penting dan
pelaksanaannya juga termasuk biasa-biasa saja dalam menyediakan layanan
jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Berdasarkan diagram kartesius tersebut
maka kemudahan sambungan koneksi internet dan keamanan jaringan internet
dianggap kurang penting dan kinerjanya biasa saja.
d. Kuadran D
Dalam kuadran ini ditunjukkan hal yang dinilai berlebihan dalam menyediakan
layanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya. Berdasarkan diagram kartesius
tersebut maka cakupan sinyal dianggap berlebihan oleh pengguna jaringan
internet gratis.
KESIMPULAN
Secara umum kualitas pelayanan jaringan internet gratis di Kota Surabaya telah
cukup baik pelaksanaannya. Hal ini ditunjukkan dengan angka kesesuaian setiap butir
pertanyaan yang cukup tinggi. Namun dalam pelaksanaanya tetap diperlukan peningkatan
berdasarkan prioritas. Berdasarkan diagram kartesius dapat dilihat jika stabilitas koneksi
jaringan internet merupakan sektor yang perlu ditingkatkan.
REFERENSI
Giffinger, R., et al. (2007), Smart Cities : Ranking of European Medium-sized Cities,
Centre of Regional Science, Vienna.
IBM. (2008), Smarter Planet.
Pratiwi, A. (2015), Tingkat Kesiapan Kota Surakarta Terhadap Dimensi Mobilitas Cerdas
(Smart Mobility) Sebagai Bagian Dari Konsep Kota Cerdas (Smart City), Universitas
Sebelas Maret, Solo.
Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.