Teologi Trinitas dalam Perjanjian Baru

Teologi Trinitas dalam Perjanjian Baru

Pembaptisan dan Trinitas
Misteri Trinitas dalam Perjanjian Baru, secara tidak langsung telah diungkapkan
dalam kisah pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Disana Yesus Kristus dibaptis Yohanes dan
setelah itu Roh Allah seperti burung merpati turun atas Yesus. Selain itu terdengarlah dari
suara dari dari sorga yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak yang dikasihi oleh-Nya
(Mat 3: 16-17). Dalam kisah tersebut, Matius mengisahkan keberadaan Allah Bapa dan Roh
Kudus yang menyertai Yesus. Pada peristiwa pembaptisan itu, Allah menyingkapkan diri-Nya
sebagai Allah Bapa dan Yesus adalah anak dikasihi Bapa serta Roh Kudus yang menyertai
Yesus. Penyataan diri Allah Trinitas dalam kisah pembaptisan Yesus, akhirnya dikisahkan
pula oleh Matius dalam perutusan para rasul. Pada Mat 28:16-20 dikisahkan sebagai berikut:
16
Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan
Yesus kepada mereka.
17
Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang raguragu.
18
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi.
19

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman."
Pada kisah perutusan itu secara eksplisit Matius menyebut keberadaan Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus. Dari kedua perikop injil Matius dapat dilihat bahwa penyataan Trinitas
erat dengan pembaptisan. Tetapi penyataan akan misteri Trinitas ini oleh Matius dilihat
sebagai pewartaan oleh Yesus sendiri. Yesus sendirilah yang menyatakan misteri Allah Bapa,
Anak dan Roh Kudus. Penyebutan Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus akhirnya tidak dapat
dilepaskan dari tugas para rasul dalam membaptis semua bangsa. Mereka mendapat tugas
untuk mewartakan misteri itu seperti Yesus sendiri, salah satunya lewat baptisan.
Hermeneutik atas tugas pembaptisan
Dalam tugas perutusan yang diberikan oleh Yesus kepada para murid (Mat 28:16-20),
para penafsir melihat bahwa hal itu merupakan ringkasan dari 3 tema pewartaan injil Matius.
Tiga tema itu antara lain: 1) kewibawaan Yesus yang universal 2) para murid harus
membagikan kemuridan pada semua bangsa dan meneruskan pengajaran Yesus 3)Janji Yesus
untuk melanjutkan kehadiran-Nya.1 Dari ketiga tema pewartaan Matius, pembaptisan
merupakan bagian dari tema kedua. Pembaptisan dilihat sebagai tugas untuk menjadikan

semua bangsa sebagai murid Yesus Kristus. Sama seperti Yesus telah menjadikan mereka
sebagai murid, begitu juga mereka memiliki tugas untuk menjadikan bangsa-bangsa menjadi
murid Yesus. Murid itu dimateraikan oleh nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus dalam
pembaptisan. Materai inilah yang memasukkan para bangsa menjadi satu kawanan dengan
para murid Yesus.
Penyebutan Trinitas dalam pembaptisan menurut Harrington merupakan formula
baptisan yang digunakan oleh jemaat pada saat itu.2 Stefan Leks juga mendukung gagasan ini,
selain itu ia juga menjelaskan bahwa dalam rumusan itu ada satu hal yang penting. Dalam
1 Dianne Bergant CSA dan Robert J Karris OFM (eds), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,
Yogyakarta: Kanisius, 2010, hlm. 77.

1

rumusan pembaptisan itu diawali dengan kata-kata Yunani yaitu eis to omona (dalam nama).3
Disini pembaptisan dilakukan satu nama (onoma: bentuk tunggal dari kata Yunani yang
berarti nama). Dengan kata lain pembaptisan yang diberikan tidak atas tiga nama melainkan
satu.4 Dalam penggunaan satu nama dalam pembaptisan menunjuk pada satu wewenang atau
kuasa yang satu. Dengan begitu dapat dimengerti bahwa Yesus yang mengutus para murid ini,
memiliki kuasa yang satu dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Dengan begitu, gagasan kuasa
Yesus yang universal itu dapat dimengerti, karena kuasa itu berasal dari Allah Bapa sendiri.

Kuasa itulah yang juga membawa para murid untuk tugas yang universal yaitu untuk
membaptis dan mewartakan injil.5
Rumusan trinitaris dalam pembaptisan juga menunjukkan suatu kenyataan relasi
antara kehidupan dan karya Yesus dengan Bapa-Nya dalam Roh Kudus.6 Relasi kedekatan
antara Mereka, nyata dalam hidup Yesus yang senantiasa mewartakan Allah dan menyebutNya sebagai Bapa yang berbelas kasih (Mat 7:21). Relasi yang akrab itu juga dapat dilihat
antara Yesus dan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang diturunkan atas Maria (Mat 1:20) dan Roh
itulah yang menuntun perjalanan Yesus ke padang gurun (Mat 4:1).
Teologi Trinitas
Penyebutan Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dalam injil Matius menurut
beberapa teolog bukanlah sesuatu ajaran yang baku tentang mengenai Trinitas. Lohse
berpendapat bahwa gereja purba belum memahami arti Trinitas yang mendalam. Iapun
berpendapat bahwa dalam perintah baptis yang telah diterima oleh merekapun belum mereka
pahami artinya. Penyebutan Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus dalam peristiwa
pembatisan, belum dapat dikatakan sebagai Trinitas dalam arti ketat. Hal itu karena nama
Mereka hanya dideretkan saja, tanpa merefleksikan keesaan Allah lebih lanjut. Hal ini juga
seperti apa yang terdapat dalam 2 Kor 13: 14, dimana Paulus juga menempatkan Yesus
Kristus, Allah dan Roh Kudus secara berdampingan. Dalam surat itupun tidak dijelaskan
hubungan antara ketiga pribadi dengan keesaan Allah. Hal ini berbeda dengan suratnya
kepada jemaat di Efesus, Paulus menjelaskan iman akan satu Allah. Disini ia menekan Allah
yang “satu” namun bukan dalam arti kesatuan Trinitas.7

Anne Hunt melihat hal yang sama dengan apa yang telah diungkapkan oleh Lohse.
Anne juga berpendapat bahwa dalam Perjanjian Baru tidak terdapat doktrin yang secara per
se mengenai Trinitas. Penyebutan Trinitas dalam komunitas kristiani pada saat itu lebih
berkaitan dengan liturgi dan juga praktik sakramental. Dengan kata lain penyebutan Trinitas
bukan dalam arti sebuah pernyataan iman atau kredo yang dipegangan oleh umat. 8 Iman umat
Kristen perdana tidak lain adalah iman akan Allah Yang Esa dan hal itulah yang ditampakkan
dalam Perjanjian Baru. Allah yang Esa dan juga yang berbelas kasih menjadi pewartaan
Yesus sendiri. Yesus mewartakan Allah itu sebagai Bapa yang sangat dekat dengan umat-Nya.
Bapa tahu kebutuhan umat-Nya, sehingga Yesus mengajak umat untuk berdoa dan memohon
kepada Allah sambil menyebut-Nya sebagai Bapa. 9 Allah Yang Esa ini berbeda dari

2 Bdk. Daniel J Harrington SJ, The Gospel of Matthew, Collegeville: The Liturgical Press,
1991, hlm.235.
3 Bdk. Stefan Leks, Tafsir Injil Matius, Yogyakarta: Kanisius, 2007, hlm. 705.
4 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Teologi Sistematika I, Yogyakarta: Kanisius, 2008, hlm.
129.
5 Bdk. Inter Varsity Press, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1996, hlm. 122.
6 Bdk. Stefan Leks, Loc. Cit.
7 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Op.Cit., hlm. 129-130.

8 Bdk. Anne Hunt, Trinity, New York: Orbis Book, 2005, hlm. 10-11.
9Bdk. Ibid., hlm. 7.

2

pandangan bangsa Yahudi, dimana mereka melihat bahwa Allah itu jauh dan sangat
dihormati.10
Dalam seluruh Kitab Suci, Allah Yang Esa memang menjadi topik pewartaan. Tetapi
disisi lain tidak dapat dipungkiri keberadaan Yesus yang masuk dalam perjalanan sejarah
manusia, menyatakan sebuah misteri tersendiri. Dengan kebangkitan-Nya dari kematian,
iman akan Yesus dan iman akan Allah Yang Esa itu bertumbuh dalam diri umat kristiani.
Dengan kebangkitan Yesus, umat kristiani dibawa masuk dalam sebuah iman bahwa apa yang
diajarkan oleh Yesus adalah sebuah kebenaran. Pewartaan Yesus yang mengenal Allah Bapa
secara dekat mendapat sebuah keteguhan. Pada akhirnya penyataan diri Yesus sebagai Anak
Allah juga merupakan sebuah kebenaran yang tidak dapat dipungkiri. 11 Yesus adalah Anak
Allah yang berasal dari Bapa, dimana Bapa dan Anak adalah satu. Anak mewartakan kepada
dunia apa yang Ia lihat dan dengar dari Bapa. Pada akhirnya Anak kembali kepada Bapa dan
duduk disisi kanan Allah Bapa sendiri.12
Dalam terang kebangkitan Yesus, kedatangan Roh Kudus atas para murid merupakan
sebuah penggenapan akan apa yang dijanjikan Yesus sendiri. Para murid sendiri akhirnya

mengalami sendiri akan kehadiran Roh Kudus yang senantiasa membimbing mereka. Roh
Kudus menggantikan Yesus sebagai parakletus lain. Roh Kudus itulah yang memuliakan
Putra dalam segala ajaran-Nya, seperti juga Putra yang telah memuliakan Bapa. 13 Dengan
demikian kebangkitan Yesus, Yesus menunjukkan keberadaan antara Allah Bapa, Putra dan
Roh Kudus.
Kesimpulan
Perjanjian Baru tidak menjelaskan ajaran mengenai Trinitas, tetapi dalam Perjanjian
Baru memperlihatkan bagaimana relasi yang akrab antara Allah Bapa dan Putra dan Roh
Kudus. Penyebutan Trinitas dalam pembaptisan hanyalah mengindikasikan keberadaan
Mereka. Permasalahan bagaimana Allah itu satu dengan tiga pribadi yang berbeda, masih
belum direfleksikan secara mendalam. Selain itu belum direfleksikan bagaimana kedudukan
Mereka masing-masing dalam keberadaan Mereka.

Daftar pustaka
Bergant, Dianne CSA. Karris, Robert J OFM (eds). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Dister,Nico Syukur OFM. Teologi Sistematika I. Yogyakarta: Kanisius. 2008.
Harrington, Daniel J SJ. The Gospel of Matthew. Collegeville: The Liturgical Press. 1991.
Hunt, Anne. Trinity. New York: Orbis Book. 2005.
Inter Varsity Press. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.

1996.
Leks, Stefan. Tafsir Injil Matius, Yogyakarta: Kanisius. 2007.
Marshall ,I.H. Millard, A. R (eds). New Bible Dictionary. Illinois: Inter Varsity Press. 2004.
Moris, Leon. Teologi Perjanjian Baru (terj: Dr. H Pidyarto O.Carm. Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas. 1996.
10 Bdk. Leon Moris, Teologi Perjanjian Baru (terj: Dr. H Pidyarto O.Carm), Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1996, hlm. 163.
11 Bdk. Nico Syukur Dister OFM, Op.Cit., hlm. 127.
12 Bdk. I.H Marshall dan A. R Millard (eds), New Bible Dictionary, Illinois, Inter Varsity
Press, 2004, hlm. 1209.
13 Ibid., hlm. 1210.

3