PENGARUH KADAR PVP K - 3 0 PADA GRANULATUM LAKTOSI TERHADAP MUTU FISIK TABLET PARASETAMOL YANG DIBUAT SECARA CETAK LANGSUNG
S K R I P S I „ AyXP**
NUKITA EKORIN1 RUSTINI PENGARUH KADAR PVP K -3 0 PADA GRANULATUM LAKTOSI TERHADAP MUTU FISIK TABLET PARASETAMOL YANG DIBUAT SECARA CETAK LANGSUNG m
i l i r.
P ER fU bi Ah-AAi* UNIVfcKSlTAS A lR L A N G G A ’
S U R A B A Y A n - I v
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AlRLANGGA
PENGARUH KADAR PVP K-3 0 PADA GRANULATUM LAKTOSI
TERHADAP MUTU FISIK TABLET PARASETAMOL YANG
DIBUAT SECARA CETAK LANGSUNG
S K R I P S I
Ditaat Untuk Memenuhi Syamt-*y*r*t
Meocapai Gdar Sarjin* Farmasi
JPada FaknUu Farmasi Unimsitas Airlangga
1991
Q l l H ;
NUKITA EKORINI RUSTINI
0 ( 8 4 1 0 6 0 7
Disetajn PmUmUos
Drc. ACHM AO RADJARAM. Apt.KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah, atas berkat dan rahmat-Nya telah tersusun skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi di Universitas Airlangga.
Bagi saya skripsi ini merupakan pengalaman belajar dalam merencanakan, mengerjakan serta menyusun karya ilmiah, sehingga banyak sekali memerlukan bantuan dari pihak lain yang telah berpengalaman.
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
Bapak Drs. I .I .Panigoro,A p t ., bapak Drs.Achmad Radjaram, Apt. dan bapak Drs. Bambang Widjaja,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan serta saran-saran dan dorongan semangat selama saya mengerjakan sampai dengan selesainya penyusunan naskah skripsi ini, juga kesempatan dalam menggunakan fasilitas Laboratorium Teknologi Farmasi. Staf pengajar, rekan-rekan mahasiswa dan para karyawan
Laboratorium Teknologi Farmasi yang telah membantu memberikan dorongan semangat dan tenaga pada saya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. skripsi ini.
Semoga bantuan dari berbagai pihak di atas mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu kefarmasian di masa mendatang.
Surabaya, Agustus 1991
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR......... ......, . . .................. ii DAFTAR ISI......................................... iv DAFTAR TABEL....................................... vi DAFTAR GAMBAR...................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................... ix BAB I PENDAHULUAN...............................
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................
5 1. Tinjauan tentang metode cetak langsung.
5 2. Tinjauan tentang granul...............
8 2.1. Tujuan pembuatan granul..........
8 2.2. Sifat-sifat granul...............
8
3. Tinjauan tentang bahan yang akan dita- bletasi................................
10 3.1. Parasetamol.......................
10 3.2. Laktosa...........................
11 3.3. Amilum............................
11 3.4. Bahan pengikat...................
13 BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELIT1AN........
17 1. Bahan..................................
17 2. Alat................................. . .
17 3. Metode penelitian......................
18 3.1. Pemeriksaan bahan baku...........
18
3.2. Pembuatan granulatum laktosi yang dimodifikasi......................
20
3.3. Pemeriksaan sifat fisik granulatum laktosi yang dimodifikasi........
20
3.6. Analisis data.....................
29 BAB IV HASIL PENELITIAN..........................
30 1. Pemeriksaan bahan baku................
30 2. Pemeriksaan granulat dasar............
35
3. Pemeriksaan mutu fisik massa tablet pa- rasetamol..............................
37
4. Pemeriksaan mutu fisik tablet paraseta m ol....................................
38 BAB V PEMBAHASAN................................
48 BAB VI KESIMPULAN................................
51 BAB VII SARAN.....................................
52 BAB VIII RINGKASAN.................................
53 DAFTAR PUSTAKA ....................................
54 LAMPIRAN...........................................
58
DAFTAR TABEL TABEL Halaman II. 1. Metode Pembuatan tablet.... ...............
6
11.2. Hubungan indeks kompresibilitas dengan sifat alir.......................................
9
11.3. Bahan pengikat yang telah diuji penggunaan- n y a ........................................
14 111.1. Formula granulat dasar.....................
20 111.2. Tablet parasetamol.........................
24 III. 3. Persyaratan keseragaman bobot.............
26 IV..1. Pemeriksaan kualitatif parasetamol........
30 IV.2. Distribusi ukuran parasetamol.............
31 IV.3. Pemeriksaan kualitatif polivinilpirolidon ..
32 IV.4. Pemeriksaan kualitatif laktosa............
33 IV.5. Pemeriksaan kualitatif amilum manihot......
34 IV.6. Pemeriksaan kualitatif magnesium stearat ...
35 IV.7. Hasil pemeriksaan granulat dasar........ .
36 IV.8. Hasil pemeriksaan mutu fisik massa tablet parasetamol................................
37 IV.9. Hasil pemeriksaan mutu fisik tablet parase tamol ......................................
38 IV.10. Keseragaman bobot tablet..................
39 IV.10*. Analisis Statistik bobot tablet secara RCBD
40 IV.11. Kekerasan tablet parasetamol...............
40 IV.11*. Analisis Statistik kekerasan tablet secara RCBD........................................
41 IV.llb . Uji HSD kekerasan tablet...................
42 IV. 12. Kerapuhan tablet parasetamol.... ...........
42 IV.12*. Analisis Statistik kerapuhan tablet secara
IV.12b . Uj i HSD kerapuhan tablet................... ....44
IV.13. Waktu hancur tablet parasetamol............ ....45
IV.13*. Analisis Statistik waktu hancur tablet seca ra RCBD .................................. .. .
45 IV.13b . Uji HSD waktu hancur tablet................ ....46
IV. 14. Keseragaman kadar tablet................... ....47
IV. 14*. Analisis Statistik kad-ar parasetamol dalam tablet secara RCBD ......................... ....47
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman 11.1. Rumus bangun parasetamol...................
10 11.2. Rumus bangun polivinilpirolidon............
15 III.l. Pemasangan dan ukuran alat untuk mengukur sifat alir serbuk...........................
23 IV.1. Diagram balok dari distribusi ukuran kristal parasetamol.................................
31 IV.2. Foto mikroskopi parasetamol.................
32 IV.3. Foto mikroskopi laktosa......................
33 IV.4. Foto mikroskopi amilum manihot..............
34 IV.5. Foto mikroskopi granulat dasar..............
36 IV.6. Foto mikroskopi massa tablet...... ..........
38
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman 1. Hasil pemeriksaan mutu fisik granulat dasar ...
58 1*. Kecepatan alir.................................
58 lb . Sudut diam.....................................
58 lc . Berat jenis nyata..............................
59 ld . Berat jenis mampat.............................
59 1®. Kompresibilitas................................
60 lf . Kadar air......................................
60 2. Hasil pemeriksaan mutu fisik massa tablet......
61 2*. Kecepatan alir.................................
61
61 2b . Sudut diam.................. - .................
2C . Berat jenis nyata..............................
62 2d . Berat jenis mampat.............................
62 2*. Kompresibilitas............................ \...
63 2f . Kadar air................... ..................
63
3. Hasil pemeriksaan mutu fisik tablet parasetamol
64 3*. Keseragaman bobot..............................
64 3b . Hasil pemeriksaan kekerasan tablet............
65 3e . Hasil pemeriksaan keseragaman ukuran tablet....
66 3d . Hasil pemeriksaan kerapuhan tablet............
66 3®. Hasil pemeriksaan waktu hancur................
67
4. Hasil pemeriksaan kadar parasetamol dalam ta blet... ........................................
68 4*. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum pa rasetamol dalam NaOH 0,1 N ....................
68 4b . Kurva serapan terhadap panjang gelombang dari parasetamol....................................
69
beberapa kadar parasetamol ...................
70 Kurva baku parasetamol ........................
71 Hasil pemeriksaan keseragaman kadar parasetamol dalam tablet ....... ..........................
72 Rancangan analisis statistik secara RCBD (Ran domized Complite Block Design) ...............
73 Rancangan analisis RCBD .......... ............
73 Anova RCBD ....................................
74 Analisis statistika keseragaman tablet .......
75 Tabel Distribusi F ............................
77 Tabel K ........ i..............................
78 Sertifikat analisa polivinilpirolidon ........
79 Sertifikat analisa parasetamol ...............
80 Sertifikat analisa laktosa monohidrat ........
82 Sertifikat analisa amilum manihot ............
83
I M I L I K. PERPUSTAK.AAN
I BAB I 1 -uNlVtKilTAS AlRLAK
, " S? A; B A V " PENDAHULUAN
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak digunakan dan dikenal masyarakat saat ini, karena tablet mempunyai banyak keuntungan antara lain, ketahanan sifat fisika, ketepatan pembagian takaran, dan kemudahan peng- angkutannya. Oleh karena itu penelitian tentang tablet banyak dilakukan, baik terhadap bahan penyusun maupun teknik pembuatannya, untuk mendapatkan tablet yang baik C1, 2!) .
Secara umura komposisi bahan-bahan dalam suatu tablet terdiri dari bahan obat dan bahan pembantu, baik sebagai pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir < 3 3 .
Tablet dapat dibuat dengan metode cetak langsung, metode granulasi basah dan metode granulasi kering C4, 5). Metode cetak langsung, merupakan metode yang relatif efisien dibandingkan dengan metode yang lain. Keuntungan yang lain, adalah stabilitas fisika dan kimia
2
at aktif terhadap pengaruh perlakuan selama proses pembuatan lebih terjamin, sebab tidak melalui proses yang panjang, dimana pada metode cetak langsung bahan obat dan bahan pembawa dicampur, kemudian dicetak.
Pada pelaksanaan metode cetak langsung, dibutuhkan bahan pembawa yang mempunyai sifat alir yang baik dan mudah dicetak C6, 7). Ada beberapa bahan pembawa untuk cetak langsung yang sering digunakan pada pembuatan tablet, antara lain adalah avicel, “emcompress", laktosa sembur kering (spray dried lactose), kalsium fosfat dihidrat, manitol, C 6, 7, 8, 9 } . Meskipun demikian pengembangan bahan pembawa untuk cetak langsung masih diteliti secara luas, mengingat setiap bahan pembawa tersebut mempunyai sifat teknologis yang tidak dapat mencakup seluruh perbaikan mutu tablet yang dikehendaki; oleh karena itu dalam berbagai formulasi tablet cetak langsung seringkali dibuat kombinasi bahan pembawa untuk mendapatkan mutu tablet yang baik.
Syarat utama bahan pembawa untuk cetak langsung adalah mudah mengalir dan mudah dicetak. Oleh karena itu bahan pembawa tablet cetak langsung yang paling baik adalah yang mempunyai bentuk yang mendekati bulat dan deformasi partikelnya plastis. Sifat ini dapat dicapai lebih baik bila bahan pembawa terlebih dahulu dibuat granulat dasar, karena granul yang dihasilkan akan mengalir dengan baik dan lebih kompresibel.
Pada penelitian sebelumnya terbukti bahwa granulatum laktosi ( laktosa : amilum = 80 : 20 dengan pengikat solutio gelatinae 5 X ) sebagai bahan pembawa cetak langsung, menunjukkan hasil yang cukup efektif C8, 10} . Meskipun demikian, pemakaian gelatin sebagai bahan pengikat sebaiknya dihindari, karena bahan tersebut mudah pertumbuhan mikroba tersebut, pada penelitian ini diguna kan bahan polimer sintetik seperti polivinilpirilidon ( PVP K-30 ). Polivinilpirolidon sudah dikenal dan lazim digunakan sebagai bahan pembawa dalam sediaan oral maupun parenteral C 11
Dalam penelitian ini parasetamol dipilih sebagai bahan obat yang diteliti, dengan pertimbangan bahwa tablet parasetamol, umumnya diproses secara granulasi basah. Hal ini disebabkan karena kristal parasetamol mempunyai sifat elastisitas yang cukup tinggi, sehingga kompresibilitasnya jelek. Untuk dapat dibuat tablet parasetamol dengan cara cetak langsung, perlu dikembangkan bahan pembawa yang mempunyai daya ikat yang tinggi, sehingga massa parasetamol dapat dikompakkan, tanpa timbul relaksasi yang berlebihan, karena pengikatan antar partikel dapat terpertahankan. Untuk maksud tersebut, dipilih komposisi granulatum laktosi yang dimodifikasi bahan pengikat PVP K-30 dengan berbagai kadar, diharapkan dapat diperoleh jumlah bahan pengikat yang memadai untuk digunakan dalam proses tabletasi cetak langsung dari kristal parasetamol tersebut.
Disamping itu, parasetamol merupakan salah satu bahan obat analgesik-antipiretik yang banyak digunakan di Indonesia C 12 ) dan dimasukkan dalam Daftar Obat Essen tial Nasional C 13
4 Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
karakteristik teknologik dari bahan cetak langsung massa granul dari granulatum laktosi yang telah dimodifikasi dengan berbagai kadar bahan pengikat PVP K-30, sehingga dapat dioptimasi berapa jumlah bahan pengikat PVP K-30 yang dapat memberikan mutu fisik tablet parasetamol yang baik secara cetak langsung.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pembuatan tablet cetak langsung parasetamol dengan granulat dasar modifikasi, dimana solutio gelatinae diganti dengan polivinilpirolidon ( PVP K-30 ) dalam berbagai kadar ; 2,5
% , 5 % dan 7,5 % dari bobot granul. Dari hasil penelitian
ini, diharapkan ,dapat diperoleh jumlah PVP K-30 yang menunjukkan sifat fisik tablet parasetamol yang baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang metode cetak langsung
Tablet dapat dibuat dengan tiga metode pembuatan yaitu : metode granulasi basah, metode granulasi kering dan metode cetak langsung C 6, 7, 9 3. Metode granulasi merupakan cara yang sudah lama digunakan. Tujuan utama dari granulasi adalah untuk menghasilkan campuran obat dan bahan pembawa dalam bentuk granul yang dapat mengalir dengan baik dan mudah dicetak C 6 ).
Pembuatan tablet dengan cara granulasi ini dikembangkan menjadi cara yang lebih sederhana yaitu cara cetak langsung. Cetak langsung ialah proses pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung campuran serbuk dari bahan obat dan bahan pembawa ( termasuk bahan pelincir ) yang dapat mengalir secara seragam ke dalam ruang cetak untuk pembuatan tablet C 6 3. Tahap pembuatan tablet dengan ketiga cara di atas, dapat dilihat pada tabel IX.1. C 2, 6, 7 3.
6 Ta.be
1.Mencampur bahan obat dan bahan pembawa 2 .Mencetak campu- ran menjadi ta blet keras un - tuk membuat
2.Pencetakan ta blet.
1.Mencampur semua komponen untuk tablet (terma- suk bahan obat)
5.Pencetakan ta - blet.
4.Mencampur dengan bahan pelincir- dan disinte grator
3.Pengayakan (me- reduksi "slug" )
"slug"
8.Pencetakan ta blet .
I II. i. Metode Pembuatan Tablet GRANULASI BASAH GRANULASI KERING CETAK LANGSUNG
7.Mencampur gra nul kering yang yang sudah di- ayak dengan ba han pelincir dan disintegrator
6.Mengayak granul kering dengan ukuran tertentu
5. Mengeringkan granul yang basah
4.Mengayak masa yang basah de ngan ukuran tertentu
3.Mencampur nomor 1 dengan larutan pengikat
2.Membuat larutan pengikat
1.Mencampur bahan obat dan bahan pembawa
Keuntungan dari hasil proses cetak langsung ialah waktu hancur dan kecepatan melarut tablet lebih mudah karena partikel bahan aktif akan dibebaskan dari masa tablet dalam bentuk partikel bebas yang dapat segera larut, sedangkan pada proses granulasl basah dengan adanya bahan pengikat seperti gelatin atau pati akan menyebabkan partikel obat terikat menjadi aglomerat yang lebih besar, sehingga proses disolusi obat akan lebih lambat C 6 3.
Pertimbangan lain untuk memilih cara cetak langsung, karena cara ini dapat mengurangi biaya produksi dengan penghematan ruangan, membutuhkan peralatan yang lebih sedikit jumlahnya (alat pencampur dan mesin pencetak tablet) penghematan tenaga kerja karena prosesnya cepat dan juga penghematan waktu C6, 7). Pemilihan bahan pembawa yang tepat merupakan faktor penentu untuk menyusun formulasi tablet, yang akan diproses secara cetak langsung, Bahan pembawa untuk proses cetak langsung harus menunjukkan dua sifat penting yaitu mudah dicetak dan mempunyai sifat alir yang baik. Bahan pembawa cetak langsung yang banyak dipasarkan adalah selulosa mikrokristal, emcompress, lactosa sembur kering (spray dried lactose) dan laktosa anhidrat C 2, 6, 7, 8 D .
Pengembangan bahan pembawa cetak langsung ini kemungkinan terus berlanjut, karena sifat bahan pembawa satu sama lain saling melengkapi untuk menghasilkan mutu tablet yang baik.
Dengan memodifikasi granulatum laktosi dengan bahan pengikat PVP K-30 diharapkan dapat memberi mutu fisik tablet yang lebih baik.
8
2.2 Tinjauan tentang granul
Granul merupakan aglomerat yang asimetris dari partikel-parikel serbuk C 6 2.2*1 Tujuan pembuatan granul C 2, 6, 14 3
a. Granul mempunyai ukuran yang lebih besar diban- dingkan dengan serbuk. Hal ini menyebabkan bobot jenis bertambah besar, sehingga lebih mudah mengalir ke dalam ruang cetak tablet dan menghasilkan bobot jenis yang lebih konstan.
b. Granul dapat menghindari terbentuknya debu yang terjadi pada pencampuran karena granul lebih berat dari pada serbuk, sehingga pada pencampuran tidak terdapat debu- yang berterbangan.
c. Adanya pengikat menyebabkan partikel yang satu dengan yang lain saling mengikat, sehingga lebih kompak dan lebih mudah dicetak menjadi tablet.
2.2.2 Sifat-sifat granul Dalam pembuatan tablet, kemampuan bahan-bahan untuk mengalir dari corong ke ruang cetak mempunyai peranan yang sangat penting, oleh karena itu granul harus dapat mengalir dengan baik supaya didapatkan tablet dengan mutu yang baik C 6, 15, 16 3.. Ada beberapa sifat yang dapat digunakan untuk menentukan mutu granul ialah sifat alir, sudut diam, bobot jenis dan indeks kompresibilitas C 6, 7, 16 >.
9 yang diperlukan oleh 100 g granul dapat mengalir tidak lebih dari 10 detik C 7). Kecepatan alir ini merupakan faktor yang penting khususnya untuk pembuatan tablet pada frekuensi yang tinggi.
Sudut diam merupakan parameter yang digunakan untuk mengevaluasi gaya tarik-menarik antar partikel. Sudut ini besar kalau granulnya bersifat kohesif. Cartensen et al C 17 5 telah meneliti hubungan antara kecepatan alir dan sudut diam, dimana granul yang mempunyai sudut diam 25°-40° akan memiliki
- sifat alir yang cukup baik.
Kriteria kemampuan alir apat ditunjukkan dengan mengukur indeks kompresibilitas granul (tabel II.2).
Tabel 11.2. Hxibungan inde-x kompT'esibili tas dongan si/atalir C 3 ) Index kompresibilitas
Kemampuan alir (dalam % ) 5 - 1 5 baik sekali
12 - 16 baik 18 - 21 cukup 23 - 35 jelek 3 5 - 4 3 sangat jelek
40 sangat jelek sekali
2.3 Tinjauan tentang bahan yang akan diiabletasi
2.3.1. Parasetamol C 11, 18, 19 3 Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang banyak digunakan di Indonesia dan dimasukkan dalam
Daftar Obat Essential Nasional C 13 3. Nama lainnya adalah Acetaminophenum, Asetaminofen, N - asetil - 4 -aminofenol, 4 - Hydroxyacetanilide.
Rumus molekul parasetamol adalah : C flH pN02 , dengan rumus bangun seperti terlihat pada gambar II.1.
OH NHCOCH
3 Gcumbar II. i. bangun parasetamol Parasetamol merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit; larut dalam 70 bagian air., dalam 7 bagian bagian etanol ( 25 % )P, larut dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian propileng- likol P, larut dalam larutan alkali hidroksida. Dosis untuk dewasa 0,5 g - 1 g tiap 4 jam maksimum 4 g/hari, untuk anak-anak umur 3 bulan - 1 tahun : 60 - 120 mg, untuk umur 1 tahun - 6 tahun : 120 - 250 mg dan untuk umur 7 tahun - 12 tahun : 250 - 500 mg diberikan 3 atau 4 kali tiap hari sesuai dengan kebutuhan.
2.3.2. Laktosa C 14 }
Laktosa adalah salah satu bahan pembawa yang paling banyak digunakan dalam formulas! tablet, yang berfungsi sebagai bahan pengisi, untuk menambah massa tablet yang digunakan.
Dalam perdagangan dikenal beberapa macam laktosa antara lain adalah laktosa monohidrat, laktosa sembur kering dan laktosa anhidrat. Laktosa monohidrat Laktosa monohidrat berbentuk serbuk kristal dan granul. Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan pengisi untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah Laktosa sembur kering ( spray dried laotose > Laktosa sembur kering diperoleh dengan cara pengeringan sembur. Jenis ini sangat baik digunakan sebagai bahan pembawa tablet cetak langsung, karena mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik .
Laktosa anhidrat Laktosa anhidrat berbentuk serbuk yang sangat halus yang diperoleh dengan cara " Roller drying ", yang kemudian dihaluskan dan diayak. Bahan pembawa ini mempunyai sifat kompresibilitas yang baik.
Pada penelitian ini digunakan laktosa monohidrat. 2. 3. 3. Amilum
Amilum adalah suatu senyawa karbohidrat yang lazim organ persediaan tertentu. Organ persediaan ini bermacam-macam tergantung dari tanaman antara lain : akar, batang, buah dan biji C 20 3. Selain digunakan sebagai bahan makanan, amilum juga merupakan bahan pembantu yang baik untuk dipakai dalam industri farmasi khususnya dalam produksi tablet C 3 } .
Dalam teknologi tablet, amilum dapat berfungsi sebagai bahan pengikat, pengisi dan penghancur C 21 3. Amilum merupakan campuran dua macam struktur polisakarida yang berbeda yaitu amilosa dan amilopektin. Dimana amilosa lebih larut dalam air dari pada amilopektin, dan dengan
# cara tersebut kedua fraksi dapat dipisahkan. Kedua fraksi amilum tersebut juga dapat dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap larutan iodium, dimana amilosa dapat memberikan warna ungu, sedangkan amilopektin memberi warna merah ungu c
21 y .
Berbagai jenis amilum yang sering digunakan dalam farmasi adalah : amilum solani, amilum maydis, dan amilum manihot C 3, 22D .
Amilum Manihot Di Indonesia amilum manihot lebih banyak digunakan dalam pembuatan tablet karena bahan ini mudah didapat dan harganya murah. Amilum manihot didapat dari umbi akar tanaman. Manihot xitilissima, familia Euphorbiaceae 0 8 , 2 2 ) Merupakan serbuk halus putih, tidak berbau dan tidak berasa C18D butir amilum majemuk sedikit sekali, umumnya
12
13 majemuk dua, butir amilum tunggal sangat banyak, diameter sampai 20 Um, hampir semua merupakan pecahan butir pati majemuk, dinding luar bulat, butir kecil cukup banyak. Tidak larut dalam air dingin dan alkohol,larut dalam air panas C 18 ).
2.3.4. Bahan pengikat Pada umumnya t a D i e t terairi dari satu atau lebih bahan berkhasiat dan bahan pembawa ditambahkan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai pengikat, pengisi, peng- hancur, pelincir dan yang lain sebagai pemberi rasa enak, pengharum dan pemberi warna C 3, 4, 18, 23
Bahan pengikat sebagai salah satu bahan yang memegang peranan penting dalam pembuatan tablet yang ber- fungsi untuk mengikat partikel-partikel zat menjadi suatu masa granul yang dapat dimampatkan menjadi tablet yang kompak C 5 ).
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pengikat dapat dilihat pada tabel II.3.
14 Tabel 21.3. Bahan pengikat yang telah diuji penggvcnaannyq.
C 4 > Hama Konsentrasi yang Pelarut dipergunakan
{ X dari formula)
Akasia 2 - 5 air, alkohol-air Tragakan 1 - 3 air Gelatin 1 - 4 air Sukrosa 2 - 2 0 air Amilum 1 - 4 air Na alginat 3 - 5 air Amm kalsium alginat 3 - 5 air Metil selulosa 1 - 4 air Na karboksi- metil selulosa 1 - 4 air Etil selulosa 0,5 - 2 alkohol Hidroksi propil 1 - 4 air, alkohol-air metil selulosa kloroform, meti- len klorid dan campuran alkohol
Polivinilpiro - don 2 - 5 air, alkohol
Bahan pengikat dapat digunakan dalam bentuk larutan maupun dalam bentuk kering. Pemakaian bahan pengikat dalam bentuk larutan mempunyai efektivitas daya ikat lebih balk dari pada bentuk kering.
Bahan-bahan yang tidak mempunyai daya kohesi akan memerlukan jumlah bahan pengikat yang lebih banyak dari pada bahan yang mempunyai daya kohesi. Hal ini disebabkan bahan yang mempunyai daya kohesi akan berusaha saling mengikat antar partikel-partikelnya sehingga dibutuhkan
15 sedikit bahan pengikat untuk membuat masa yang kompak dalam suatu proses pembuatan tablet C 4 } .
Jenis dan jumlah bahan pengikat yang digunakan perlu diperhatikan. Jika penggunaan bahan pengikat terlalu banyak atau terlalu kuat ikatannya akan menyebabkan tablet menjadi keras sehingga tablet sukar hancur dan berarti zat berkhasiatnya akan sukar dilepaskan C 4 !) . Polivinilpirolidon C 11, 18, £4, 35, 86 3
Polivinilpirolidon merupakan hasil polimerisasi 1-vinil pirolid-2-on. Dengan nama dagang povidone, polyvidon, PVP, kollidone, plasdone.
Rumus molekul PVP adalah ( C! H NO )n dengan bobot molekul
© P
10.000 - 700.000 dan rumus bangun dapat dilihat pada gambar II.2,
CambcLr 1I.S. Rumus bangun polivinilpirolidon
Polivinilpirolidon merupakan serbuk putih atau putih kekuningan, tidak berbau.atau hampir tidak berbau, tidak berasa dan higroskopis. Mudah larut dalam air, dalam eta- nol dan dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengikat, bahan penya- lut, bahan pensuspensi dan pendispersi.
Kelarutan dan viskositas larutan dipengaruhi oleh bobot molekulnya. Makin meningkat bobot naolekul, kelarutan makin turun dan viskositasnya meningkat. Sebagai bahan pengikat dalam tablet digunakan kadar 0,5 - 5 % c 11 .
Berbagai bahan pengikat untuk bentuk sediaan padat digunakan PVP K-25, PVP K-30, PVP K-80 . Granulasi dapat dibuat dengan pelarut air atau alkohol.
BAB III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Parasetamol ( Riasima Abadi > Polivinilpirolidon < BASF )
Laktosa monohidrat ( DMV, melalui PT Waris ) Amilum manihot ( PIM, melalui PT Waris )
Magnesium stearat (SOMA Chemie GmbH,melalui PT Brataco) HC1 pekot
( E. Merck ) Larutan K2Cr07 ( E. Merck ) Larutan Iodium 0,1 N ( E. Merck )
3.2 Alat Alat pencampur ; V-mixer, buatan sendiri.
Mesin cetak tablet; Automatic single punch tabletting ma chine *’ Hanseaten Exacta ' * No. 397, tahun 1974. Alat penguji kekerasan; Erweka Hardness Tester TB 24. Alat penguai kerapuhan; Erweka Friability Tester type TAP.
Alat penguji waktu hancur; Erweka Disintegration Tester type ZT - 2. Alat pengering; Heraus Drying Cabinet type TU 60/60.
Mesin pengayak ; Retsch sieve shaker type 3D West Germany. Pengayak dengan berbagai ukuran (US ASTM - Eli - 70 Standard Sieve ).
Alat penguji kadar air; Kett Infra Red Moisture Meter.
Alat penguji kadar obat; Spectrophotometer Hitachi 557.
Double Wavelength Double Beam. Philips Hand Mixer type H.R. 1172.
Alat pengukur bobot jenis mampat; Modifikasi DIN 53184. Jangka sorong.
Stop watch. Thermometer.
3.3 Metode penelitian
3.3.1 Pemeriksaan bahan baku
3.3.1.1 Parasetamol C 18 D Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Identifikasi kualitatif : Dengan penambahan larutan FeCl3 terjadi warna biru violet Dengan penambahan larutan HNOg terjadi warna coklat kemerahan Dipanaskan dengan HC1 pekat lalu dien- cerkan dengan air, ditambah larutan K 2CrO? 0,1 N terjadi waarna biru violet yang tidak berubah menjadi merah ( per- bedaan dengan fenasetina )
3. 3. 1.3 Laktosa C 18 5 Pemerian :Serbuk hablur warna putih, tidak berbau, rasa agak manis.
Identifikasi kualitatif : Jika dipanaskan meleleh, menggembung, kemudian terbakar, terjadi bau gula terbakar, sisa arang menggunduk. Larutan zat ditambah larutan Fehling dipanaskan terjadi endapan merah bata.
3* 3.1.3 Ami 1 urn man!hot C 18 ) Pemberian: Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak berasa. Identifikasi kualitatif :
Didihkan 1 bagian dengan 50 bagian air, ter'bentuk larutan kanji transparan, hampir tidak berbau dan tidak merubah warna kertas lakmus P. Apabila dilihat di bawah mikroskop, terlihat butir pati spesifik.
3. 3.1.4 Polivinilpirolidon C 18 ) Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, higroskopik
Identifikasi kualitatif : Sedikit larutan zat ditambah larutan
HC1 1 N dan larutan K2Cr07 terbentuk endapan kuning jingga. Sedikit larutan zat ditambah larutan Iodium 0,1 N, terjadi warna merah tua. Pembuatan granulatum laktosi C 2, 10 ) Laktosa dicampur dengan amilum manihot, kemudian
Timbang polivinilpirolidon sesuai formula, kemudian dilarutkan dengan alkohol dengan volume yang sama.
III Laktosa
20 PVP K-30 2,5% 5% 7,5%
20
20
80 Amilum Manihot
80
80
I II
3- 3.1 • 5 Magnesium stearat C 18 ) Pemberian: Sebuk halus, warna putih, licin, dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Identifikasi kualitatif :
Formula
Tab&l Ill.t. Formula grarvulai dasar
Formula granulat dasar dapat dilihat pada tabel III.l.
3*3.2 Pembuatan granulatum laktosi yang dimodifikasi.
at dalam tabung reaksi ditambah air dan larutan HC1 lalu dipanaskan. Bila dingin, akan tampak lapisan minyak memadat. Lapisan air diambil dan ditambah larutan NaOH akan terjadi endapan warna putih.
2
Sedikit
- ) kadar PVP K-30 sesuai bobot granul Pembuatan Larutan pengikat polivinilpirolidon C 24 )
21 dicampur dengan larutan pengikat sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan alat " mixer ” selama 15 menit sampai didapat masa granul yang baik. Masa granul kemudian diayak dengan ayakan granulator mesh 10, dikeringkan dalam oven pada suhu 30°- 40°C. Granul yang telah dikeringkan diayak kembali melalui ayakan granulator dengan ukuran granul 25 mesh. Kemudian granul dipilih fraksi mesh antara 25 sampai 40 mesh. 3.3*3 Pemeriksaan sifat fisik granulatum laktosi yang dimodifikasi.
Pemeriksaan sifat fisik granulatum laktosi, dimaksudkan untuk mengetahui sifat alir dan kompresibili- tas granul. 3. 3. 3.1 Bobot Jenis nyata C > C 3, 18, 28 }
Gelas ukur 100 ml kosong, ditimbang ( W ), serbuk diisikan ke dalam gelas ukur melalui corong, sampai volume 100 ml dan ditimbang ( W 2 ).Bobot jenis nyata dihitung sebagai berikut :
W2 - W ,
^ 0 0
po = --- gram/ml
3.3.3.2. Bobot Jenis mampat C p D C 21, 22, 29 !> Serbuk dimasukkan dalam gelas ukur sebanyak 100 ml, diketuk-ketuk sampai didapat volume yang tetap. Prosedur dilakukan menurut DIN-53194
3. 3. 3. 3 Indeks Kompresibllitas C 22 } Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan granul untuk mengatur diri dalam ruang cetak ( die cavity ) sebelum partikel dikenai beban.
P - P o
Indeks Kompresibilitas = -------- x 100%
p P = bobot jenis mampat P
= bobot jenis nyata O Lihat tabel II.2.
3.3.3. 4 Distribusi ukuran granul Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui penyebaran ukuran partikel-partikel granul dan jumlah bubuk, dengan menggunakan pengayak tipe US. ASTM EII-70 Standard Sieves.
3.3.3.5 Kecepaian alir dan sudut diam C 3, 17 } Maksud penentuan kecepatan alir adalah untuk mengetahui kecepatan granul memasuki ruang cetak.
Alat : corong gelas dengan ukuran diameter atas 10,0 cm, tinggi kerucut 7,5 cm, diameter lubang bawah 1,0 cm dan panjang pipa 2,5 cm.
Corong dipasang 10,5 ± 0,2 cm di atas bidang datar hingga ujung pipa bagian bawah.
[ PERPUS'SAK-AAN
- UNIVERS1TAS AIRLANOGA
j S U R A B A Y A _
Garribar- lll.l. Pemasangan dan uhxiran alat untxik menguhur
si fat alir serbukCara-jnentfukur kecepatan alir _serbuk.
100 gran bahan dimasukkan kedalam corong alir ser- buk kemudian waktu alir dicatat.
Syarat waktu : ^ 10 gr/detik. Cara .mengukur sudut _diam ( angle. of. repose ^
- Gundukan serbuk yang terjadi setelah serbuk dia- lirkan melalui corong dlukur tinggi dan jari-jari lingkaran alas kerucut ( gambar III.l. ).
Syarat sudut diam : 25° - 40° a = tan 1 h/r (derajat)
ct = sudut diam
h = tinggi kerucut serbuk r = jari-jari lingkaran alas kerucut
3.3.3.6 Penentuan kadar air dalam granul (moisture content) "Moisture content" diukur dengan alat "Kett.
IR Moisture meter" dengan cara sebagai berikut :
Bahan ditimbang dan diletakkan pada wadah sampel, kemudian alat dipanaskan hingga tak terjadi lagi perubahan keseimbangan. "Moisture content'* dapat dibaca langsung dari skala pada alat.
3*3*4 Pembuatan tablet Parasetamol
3.3.4.1 Formula tablet Parasetamol cetak langsung dibuat sesuai dengan formula pada Tabel III*2*
Tabel 112.2. Tablet Pcltclsg t a m o
I Bahan jumlah tiap tablet (mg)
Parasetamol 300 Granulat dasar
300 Mg stearat
3 603 mg/tablet 3.3* 4. 2 Prosedur pembuatan
Parasetamol dicampur dengan granulatum dasar dengan V-mixer selama 10 menit ( kecepatan putar 50 rpm ). Kemudian dicampur dengan Mg stearat yang telah diayak terlebih dahulu, dalam V-mixer selama
5 menit. Selanjutnya cetak tablet dengan mengguna- kan diameter stempel dan matris (die) 13 mm pada
25 bobot tablet 600 mg dengan mesin tablet Hanseaten type Exacta I. 3. 3. 4. 3 Pemeriksaan sifal fisik masa tablet Parasetamol
Sebelum Pencetakan Tablet Pemeriksaan bobot jenis nyata » dilakukan seperti pada 3.3.3.1
p
Pemeriksaan bobot jenis mampat ( ), dilakukan seperti pada 3.3.3.2 Pemeriksaan kompresibilitas, dilakukan seperti pada 3.3.3.3 Pemeriksaan distribusi ukuran granul, dilakukan seperti pada 3.3.3.4
Pemeriksaan kecepatan alir dan sudut diam, dilakukan seperti pada 3.3.3.5
3.3.5 Pemeriksaan kualitas tablet Dalam proses pembuatan tablet perlu dilakukan pemeriksaan kualitas tablet untuk mengevaluasi mutu dari tablet yang dibuat. Pemeriksaan ini meliputi, keseragaman bobot tablet, ukuran tablet, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur tablet dan keseragaman kadar tablet.
3* 3« 5.1 Pemeriksaan keseragaman bobot <18, 30) Ditimbang 20 tablet satu persatu, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot - rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B .
Tabel 212.3. Per syarat an keseraganuan bobot tablet
Penyimpangan bobot Bobot rata-rata rata-rata
A B 25 mg atau kurang 15 % 30 % 28 mg s/d 15 0 mg 10 % 20 %
151 mg s/d 300 mg 7,5 % 15 % lebih dari 300 mg 5 % 10 %
5.2 Pemeriksaan ukuran tablet C 18 )
Pemeriksaan ukuran tablet dilakukan dengan jangka sorong . Syarat tablet menurut Farmakope Indonesia
III kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet .
5.3 Pemeriksaan kekerasan tablet C 15 )
Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan dengan Erweka Hardness Tester . Tablet yang baik mempunyai kekerasan 4 - 8 k g .
Kekerasan tablet pada masing-masing formula ditentukan sebanyak 1 0 tablet. .5. 4 Pemeriksaan kerapuhan tablet C 25 }
Pemeriksaan kerapuhan tablet dilakukan dengan alat Erweka Friabilitator . Kerapuhan tablet yang diperbolehkan sekitar 0,5 - 1 % .
Pemeriksaan waktu hancur tablet dilakukan dengan Erweka Disintegrator. Waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet diamati dengan memakai stop watch.
Syarat ( USP ) : Batasan yang diperbolehkan untuk waktu hancur tablet tidak lebih dari 30 menit.
3.3.5.6 Pemeriksaan keseragaman kadar C 30 ) (1), Pemilihan panjang gelombang maksimum.
Dibuat larutan parasetamol dengan kadar 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm dengan pelarut NaOH 0,1 N ditambah air. Kemudian dilihat absorpsinya pada X 239 hingga 257 nm. (2). Pembuatan kurva baku parasetamol.
Dibuat larutan parasetamol dengan kadar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm dalam pelarut NaOH 0,1 N ditambah air. Ukur absorpsinya pada X. maksimum.Dari data yang diperoleh, digambarkan dalam suatu grafik denagn kadar sebagai absis dan absorpsi sebagai ordinat. Adanya korelasi antara ka dar dan absorpsi dapat dibuktikan dengan rumus berikut :
27
3.3.5.5 Pemeriksaan waktu hancur tablet- C 25, 30 )
28 r = (x - x) (y - y) / ~\2 / ~\2 (x - x) (y - y) keterangan : r = koefisien korelasi x = kadar larutan zat y = absorpsi yang terbaca
Bila harga r hasil perhitungan lebih besar dari pada harga r tabel pada derajat bebas ( db ) = n - 2 dan derajat kemaknaan (p) =
0,05 berarti ada korelasi antara kadar dan absorpsinya, sehingga semua data yang diperoleh dapat digunakan dalam perhitungan. (3). Pemeriksaan keseragaman kadar Parasetamol dalam tablet . C 18 ), C 30 :>.
Dipilih 30 tablet, dilakukan Penetapan Kadar 10 tablet satu-persatu. Tablet diserbukkan satu-persatu, kemudian ditimbang setara dengan 150 mg. Parasetamol, tambahkan 50 ml NaOH 0,1 N , encerkan dengan 100 ml air koook 15 menit, tambahkan air secukupnya hingga 200 ml, campur, saring. Encerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya hingga 100,0 ml. Pada
10 0 ml tambahkan 10,0 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya hingga 100,0 ml. Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.
Persyaratan yang ditentukan yaitu : Tablet parasetamol mengandung parasetamol,
29 CgHgN 02 .tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 1 05% dari oumlah yang tertera pada etiket .
3.3.6 Analisis Data C 31 5
Analisis statistik dari mutu fisik tablet paraseta mol, dilakukan dengan cara Anova "Randomized Complete Block Design" ( RCBD ). Mutu fisik tablet parasetamol yang dibandingkan meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, pemeriksaan ukuran tablet, pemeriksaan kekerasan tablet, pemeriksaan kerapuhan tablet, pemeriksaan waktu hancur, pemeriksaan keseragaman kadar parasetamol.
Contoh analisis statistik dapat dilihat pada lampiran V.
BAB IV HASIL PENELITIAN
1 . Pemeriksaan bahan baku
Pemeriksaan fisika dan kimia bahan baku dilakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum dalara Farmakope Indonesia edisi ke III C 18 ) . Hasil pemeriksaan kualitatif bahan baku dapat dilihat pada tabel IV .1 - IV.6 dengan gambar IV.1 - IV.4.
Tab&l IV ,t
. Pemeriksaan hua.lita.tif parasetamol Pemeriksaan Pustaka C18}
Pengamatan
- Organoleptis hablur atau serbuk serbuk kristal, hablur, tidak ber- tidak berbau, ra bau, rasa pahit . sa pahit.
- FeCl
3
biru violet biru violet
- Dipanaskan de violet yang tidak violet yang tidak ngan HC1 p .
berubah menjadi berubah menjadi larutan ditam merah merah bah K Cr 0,
2 2 7
31 Tab&l IV-2. Distribxtsi xihxiran parasetamol Ukuran pengayak
Diameter pengayak Prosentasi (mesh) (urn) yang tinggal
> 25 > 71 1,11
25/40 425-710 61,12 40/50 300-425 23,33 50/60 250-300 5,56
COCO CO
60/70 212-250 70/80
100-212 1,11
80/100 150-180 3,33
< 100 < 150 1,11
100,00 % Gambar IV,1. Diagram balok dari distribusi ukuran kristal parasetamol . Gambar XV .2. Foto mikroskopi kristal parasetamol (pen- besaran 30 kali )
Tabel IV—3, P&m&r i hsaan -kuali tat if polivinilpirolidon
Pemeriksaan Pustaka C18) Pengamatan
- Organoleptis serbuk putih atau serbuk putih atau putih kekuningan, putih kekuningan bau lemah atau ti bau lemah atau ti .
dak berbau, higros. dak berbau, hi- kopik . groskopik
- HC1 I N dan endapan kuning endapan kuning
3 ingga
3 ingga
Z 7
2
33 Tabel 7 V - 4 . Pem&r iks aan kualit ati f laktosa Pemeriksaan
Pustaka C18) Pengamatan