PERILAKU PEMANFAATAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG PUTRI TAHUN 2015

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

PERILAKU PEMANFAATAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GUNUNG PUTRI TAHUN 2015

  Dewi Susilawati 1 , Hafizzurrachman 2 1 Fakultas Kesehatan Universitas Mh. Thamrin 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Alamat Korespondensi: Jl. Raya Pondok Gede no.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur Telp. 021-8096411 e-mail

  

ABSTRAK

  Posbindu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Berbagai kegiatan dan program Posbindu tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal . Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besaran Dukungan Keluarga, Pengetahuan lansia tentang Posbindu dan motivasi terhadap perilaku Pemanfaatan Posbindu di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Putri. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel dalam penelitian 50 responden yang diambil secara acak di wilayah kerja Puskesmas GunungPutri. Metode analisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) menggunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 18 . Hasil pengujian hipotesis ditemukan variabel yang berpengaruh langsung terhadap perilaku pemanfaatan meliputi Dukungan Keluarga terhadap dengan besarnya pengaruh 19,91%, Pengetahuan tentang Posbindu dengan besarnya pengaruh 11,35% Motivasi dengan besarnya pengaruh 24,11%, variabel Pengetahuan tentang Posbindu dan dukungan Keluarga berpengaruh terhadap perilaku melalui motivasi dengan besarnya pengaruh masing-masing 9,13% dan 5,30%. Terdapat 9,91% faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku Pemanfaatan terhadapPosbindu yang tidak diteliti. Disarankan kepada Dinas Kesehatan setempat dan Petugas kesehatan serta kader untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan pemahaman agar meningkatkan kesadaran sehingga lansia memiliki Perilaku yang baik dalam Pemanfaatan Posbindu. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Pengetahuan , Motivasi, Perilaku

  PENDAHULUAN

  Penduduk Lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa penduduk lansia pada tahun 2020 mendatang mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang 1 . Dampak dari peningkatan usia harapan hidup ini mengakibatkan berbagai masalah, diantaranya yaitu terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan yang berakibat pada meningkatnya jumlah kesakitan karena penyakit degeneratif. Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, upaya- upaya yang selama ini telah dilaksanakan kurang memadai, karena di samping keterbatasan alokasi sumber daya, kegiatannya pun juga harus diakui masih belum optimal akibat pelaksanaan yang belum terkoordinasi dengan baik. Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga usia lanjut secara umum boleh dikatakan masih merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenakan prioritas yang diberikan pada populasi usia lanjut memang baru saja mulai diperhatikan dibanding Negara berkembang lainnya 2 . Dalam Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 139 mengatakan pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan wajib memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis, oleh karena itu diperlukan upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia dengan membentuk Pos Pelayanan Terpadu Usia lanjut atau Posbindu Lansia 3 . Posbindu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan dari Posbindu lansia meliputi kegiatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Posbinndu adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan di desa-desa kecil yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau klinik 4 . Tujuan program posbindu lansia adalah memberdayakan kelompok lansia sehingga mereka mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya serta dapat menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk kepentingan keluarga dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam Posbindu lansia akan dikembangkan lebih bersifat mempertahankan derajat kesehatan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan rasa percaya diri dan kebugaran lansia. Pelayanan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Pelayanan yang dilakukan di Posbindu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Kegiatan Posbindu yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program Posbindu tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua diwilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya Posbindu lansia tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau dengan baik. Kenyataan di lahan saat ini menunjukkan fakta yang berbeda, Posbindu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memanfaatkan Posbindu semakin berkurang. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang di lakukan di Kecamatan Ciomas Bogor menyatakan bahwa cakupan kunjungan lansia ke posbindu lansia masih kurang dari target yaitu hanya 25,39% lebih rendah dari target cakupan Dinas kesehatan yaitu sebesar 70% 5 . Di Puskesmas Mojo kecamatan

  Gubang Surabaya menunjukkan bahwa pemanfaatan sakit sebanyak 17,9% dan lansia tidak sakit 2,1% 6 . Kondisi fisik lansia yang sedang sakit dan maupun tidak sakit sama-sama menjadi alasan tidak datang ke Posyandu lansia. Lansia yang sedang sakit bisa mengalami kesulitan atau tidak mau berangkat ke Posyandu, sementara di lain pihak ada lansia yang karena kondisinya tidak sakit sehingga merasa tidak perlu datang ke posbindu. Untuk datang ke posbindu, lansia juga membutuhkan dukungan peran tokoh masyarakat, dan dari keluarga. Adanya kegiatan lain yang harus dikerjakan oleh lansia, seperti bekerja di pasar, bertani dan sebagainya dapat berbenturan dengan jadwal Posbindu sehingga tidak dapat hadir pada kegiatan posbindu. Namun dilain pihak, lansia yang masih produktif secara ekonomi tersebut membutuhkan suatu pelayanan kesehatan agar kondisi tubuhnya tetap terjaga dan terpantau dengan baik, yang bisa didapatkan melalui Posbindu lansia. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan lansia ke Posbindu lansia, diantaranya adalah pengetahuan, jarak rumah dengan lokasi posbindu, dukungan keluarga, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posbindu, sikap dan perilaku lansia, penghasilan atau ekonomi. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga. Melalui keluarga, berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Keluarga merupakan

  support system utama bagi lansia dalam mempertahankan

  kesehatannya Posbindu banyak memberikan manfaat bagi lansia yang mengikutinya. Apabila program posbindu tidak terlaksana dengan baik, maka kegiatan pembinaan kesehatan lansia seperti pencatatan dan pelaporan status kesehatan lansia, proses monitor melalui pemeriksaan lansia, pengkajian indeks kemandirian dan indeks masa tubuh, upaya preventif terhadap status kesehatan secara berkala, tidak dapat terlaksana dengan baik. Adapun beberapa kendala pelaksanaan posbindu lansia, misalnya: pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posbindu lansia, kurang nya dukungan sosial, kesan yang buruk terhadap petugas, serta jarak yang jauh atau tidak terjangkau.

  Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 berjumlah 4.763.209 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 2.446.251 jiwa dan penduduk perempuan 2.316.958 jiwa. Jumlah penduduk tersebut telah mengalami kenaikan bilamana dibandingkan dengan penduduk pada tahun 2009 yang berjumlah 4.477.296 jiwa maupun penduduk pada tahun 2008 yang berjumlah 4.302.974 jiwa. Kondisi ini menyebabkan tingginya rata- rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu periode 2000-2010 yaitu mencapai 3,13%. Perkembangan Posbindu Lansia di kota Bogor tahun 2012 telah memiliki 345 posbindu yang tersebar di setiap kecamatan dengan kader sebanyak 1425 orang. Kecamatan Gunung Putri merupakan salah satu dari empat puluh kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, dengan jumlah penduduk sebanyak 309.918 jiwa dengan kepadatan penduduk 55,06 jiwa. Kecamatan wilayah Kabupaten Bogor setelah Kecamatan Cibinong 7 . Puskesmas Gunung Putri memiliki program pengembangan untuk santun lanjut usia berupa Posbindu Lansia yang berjalan rutin setiap bulannya. Hasil survei pendahuluan dilapangan yang dilakukan pada bulan Juni 2014 diketahui bahwa jumlah Posbindu Lansia di Puskesmas Gunung Putri ada 9 Posyandu. Adapun lansia di wilayah kerja Puskesmas Gunung Putri pada tahun 2014 sebanyak 3.316 orang dan terdaftar di Posbindu Lansia. Berdasarkan data laporan bulanan puskesmas tahun 2014 kunjungan lansia ke posbindu, masing- masing posbindu per bulannya hanya 3%, hal tersebut menunjukkan bahwa kunjungan ke Posyandu Lansia masih sangat rendah, dimana lansia yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 70%, sedangkan di Posbindu Lansia Puskesmas Gunung Putri diketahui lansia yang memanfaatkan Posyandu Lansia tahun 2014 sebesar 30% 8 . Adapun alasannya yang mereka utarakan diantaranya adalah saat jadwal dilaksanakannya

  Posyandu lansia sebagian para lansia ada yang harus menjaga cucunya sehingga tidak bisa berkunjung ke posyandu lansia, jarak tempat tinggal dengan posyandu lansia terlalu jauh, kurangnya informasi mengenai posyandu lansia, tidak adanya dukungan dari anggota keluarga dan rasa malas lansia untuk berkunjung ke posbindu. Rendahnya pemanfaatan ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah perilaku. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dilihat dari respon terhadap bentuk stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup (convert behaviour) dan perilaku terbuka (overt behaviour) 9 . Dalam hal kunjungan ke posbindu lansia dapat digambarkan sebagai berikut, apabila bentuk perilaku lansia yang ditunjukan terbuka maka akan terjadi kunjungan lansia ke posbindu dan apabila perilaku tertutup maka tidak terjadi kunjungan lansia ke posbindu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu di wilayah kerja

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  model dan merancang outer model dan menilai inner model atau structural model 12 .

  Gambar 1 Out Put PLS (Loading Factors)

  sebagai berikut :

  Output smart PLS untuk loading faktor memberikan hasil

  Dalam penelitian reabilitas dari instrumen adalah sebesar (0,813-0,983), karakteristik dari semua variabel endogen dan eksogen yang diteliti memiliki distribusi data yang normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian antara sebaran karakteristik responden secara bivariat dengan uji Chi Square, dengan hasil menunjukkan tidak didapatkan hubungan antara karakteristik responden terhadap penelitian karena semua hasil uji Chi Square menunjukkan tidak didapatkan hubungan antara karakteristik responden terhadap variabel penelitian karena semua hasil uji chi square pada setiap variabel memiliki nilai P>0,05(0,127-0,918). Setelah didapatkan frekuensi dan profil responden, data kemudian diolah dengan program Smart PLS 2.0.

  HASIL

  Pada penelitian ini dilakukan uji coba 60 kuesioner terhadap calon responden terpilih yang bertujuan untuk menjamin validitas dan reabilitas dari instrument sehingga maksud dari instrumen menjadi jelas serta mudah dipahami. Untuk uji validitas dan reabilitas diolah

  harus dilakukan dalam PLS yaitu: merancang inner

  Puskesmas Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor tahun 2015.

  mediating variables). Terdapat dua bagian analisis yang

  Analisis data menggunakan pendekatan PLS dengan menggunakan software smart PLS. PLS adalah model persamaan menggunakan persamaan SEM (Structural Equation Models) atau model persamaan struktural, yaitu sebuah model statistik yang memberikan perkiraan perhitungan dari kekuatan hubungan hipotesis antar variabel dalam sebuah model teoritis baik secara langsung atau melalui variabel antara (intervening or

  transforming.

  Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh menggunakan kuosioner yang telah diisi oleh responden. Pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat bantu (instrument) berupa angket/ pertanyaan diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yang telah disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Alat bantu (instrument) berupa angket/ pertanyaan yang mengandung masing-masing indikator dalam empat variabel. Adapun variabel yang dimaksud mencakup variabel yang terdiri dari pengaruh dukungan keluarga terhadap lansia, pengetahuan tentang Posbindu, motivasi dan perilaku pemanfaatan Posbindu lansia oleh lansia. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk penelitian telah dapat mengukur apa yang harus diukur dan sejauh mana instrumen yang digunakan dipercaya untuk penelitian. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS sebelum disebar untuk penelitian. Pengelolaan data dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: editing, coding, procesing, cleaning,

  Metode pengukuran baik untuk variabel eksogen maupun endogen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal dan interval, sedangkan teknik pengukuranya menggunakan semantic differential, yang mempunyai skala 5 point. Pada skala ini sifat positif diberi nilai paling besar dan sifat negatif diberi nilai paling kecil tetap dipertahankan, demikian juga prinsip menggabungkan positif-negatif dan negative-positif.

  dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor dilaksanakan selama bulan Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunung Putri. Jumlah sampel dalam penelitian adalah jumlah indikator dikali lima 10 , adapun jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 maka ukuran sampelnya berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Incidental Sampling, yaitu teknik secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data 11 , dengan kriteria inklusi: lansia dengan usia 60-74 tahun, bersedia menjadi responden, dan reponden kooperatif, bisa membaca dan menulis serta tidak dalam keadaan saki serta terdaftar didalam Posbindu. Sedangkan kriteria responden yang mengalami sakit serta responden yang sudah pikun.

  METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

  Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai factor loading telah memenuhi syarat yaitu lebih besar dari 0,5. Suatu indikator reflektif dinyatakan valid jika mempunyai loading factor diatas 0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan kepada subtantive content-nya dengan melihat signifikansi dari weight (t=1,96). Hasil evaluasi

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  harus diatas 0,6. Sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan keluarga, pengetahuan tentang Posbindu, motivasi dan perilaku pemanfaatan Posbindu dilihat dari nilai composite reliability semua variabel memiliki lebih besar dari 0,5 sehingga dapat dikatakan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Untuk hasil nilai good of fit (GOF) lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Nilai GOF Outer Model

  sehingga proses pembacaan dapat dilanjutkan untuk GOF inner model (Gambar 2) yang akan menunjukkan signifikansi setiap jalur sehingga dapat dilihat bahwa seluruh jalur memenuhi angka signifikan pada α = 5% atau tidak, evaluasi dengan loading factor dilakukan untuk menilai signifikan konstruk laten dengan konstruknya, yaitu dengan membandingkan signifikan nilai r-statistik masing-masing konstruk laten dengan nilai 0,05 (1,96), kemudian dilakukan pengukuran nilai- nilai T-statistik dilakukan pada model.

  Cronbach’s alpha dan reabilitas dapat dilihat dari Composite Reability juga tinggi (lebih besar dari yang diisyaratkan)

  Uji reabilitas diperkuat dengan cronbach alpha dimana nilai yang diharapkan >0,6 untuk semua konstruk. Nilai validitas dapat dilihat dari

  nilainya harus diatas 0,6. Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa penelitian ini telah sesuai dengan standar nilai composite realibility karena nilainya > 0,70.

  Composite realibility mengukur internal consistency dan

  reability konstruk dengan melihat output composite reliability atau cronbach’s alpha lebih dari 0,70.

  Penilaian selanjutnya dari convergent validity adalah

  diatas 0,5 sehingga dalam penelitian ini telah memenuhi syarat bahwa indikator dinyatakan valid.

  Validity yang baik. Menurut ketentuan, nilai AVE harus

  Metode untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai Square root of Average Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar dari nilai korelasi antara konstruk dengan yang lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai Discriminant

  AVE Composite Reliability Cronbach’s alpha R Square Dukungan Keluarga 0,837457 0,875609 0,788104 Pengetahuan 1,000000 1,000000 1,000000 0,401262 Motivasi 0,903111 0,929873 0,888085 0,629318 Perilaku Pemanfaatan 0,842659 0,879980 0,794461 0,553718

  realibility

  outer model terdiri dari nilai convergent validity (loading

  besar memiliki nilai lebih besar dari 0,5, Composite

  cronbach’s alpha dan composite reability sebagian

  Nilai

  discriminant validity yang baik.

  AVE dengan korelasi antar konstruk. Dari output PLS hasil akar dari semua konstruk lebih besar dari pada korelasi antar konstruk. Nilai AVE untuk semua konstruk lebih besar atau mendekati dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki

  variance extracted adalah membandingkan nilai akar

  Nilai faktor loading berbeda-beda namun beberapa ahli menyarankan diatas 0,4 dengan melihat outer loading. Pada penelitian ini indikator pada setiap variabel dinyatakan valid karena telah melebihi 0,5. Evalusi model pengukuran dengan Square root of avarage

  Evaluasi model dapat dilakukan menggunakan validitas konvergen pada model reflektif dengan melihat nilai faktor loading.

  Hasil ini menunjukkan bahwa indikator pembentuk variabel laten dukungan keluarga, pengetahuan lansia tentang posbindu, motivasi dan perilaku pemanfaatan penelitian ini indikator pada setiap variabel dinyatakan valid karena telah melebihi melebihi 0,5. Indikator dari tiap variabel telah melebihi 0,5 dengan indikator memiliki nilai tertinggi yaitu indikator kebutuhan untuk mengikuti kegiatan Posbindu.

  factor yang tinggi dimana masing-masing indikator lebih besar dari 0,5.

  Berdasarkan hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan dalam membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konfirmatori telah memenuhi kriteria goodnes of fit (GOF) yang telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai signifikan yaitu 0,5. Dari hasil pengolahan data diatas menunjukkan bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan nilai loading

  factor), discriminant validity, dari cross loading dan akar AVE composit reability dan cronbrach alpha.

  Pengujian tehadap model struktural dapat dilakukan dengan melihat nilai R Square, dalam menjelaskan (Explanatory power)yang dimiliki oleh model, atau validitas normologis (Normological validity), dapat dinilai dengan melihat nilai R-Square (R 2 ) dari konstruk endogen yaitu variabel perilaku baik pengaruh tidak langsung melalui dukungan keluarga. Nilai R-Square digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen tertentu apakah mempunyai pengaruh yang substantif, untuk menilai signifikan konstruk laten dengan konstruknya. dapat dilihat pada gambar model dibawah. Nilai R- Square berfungsi untuk menilai keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji. Berdasarkan hasil nilai R square pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung variabel pengetahuan tentang Posbindu, dukungan keluarga dan motivasi terhadap perilaku pemanfataan Posbindu sebesar 55,37% dan 44,63% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Sedangkan pengaruh motivasi ditentukan oleh pengetahuan tentang Posbindu dan dukungan keluarga secara langsung sebesar 62,93% dan

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  Dari tabel 2 menunjukkan bahwa Pengetahuan, dukungan keluarga dan motivasi dapat berpengaruh secara langsung Terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu pada lansia. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu oleh lansia sebesar 11,35%, pengaruh langsung dukungan keluarga terhadap perilaku pemanfaatan posbindu pada lansia sebesar 19,91% dan pengaruh langsung motivasi terhadap perilaku pemanfatan Posbindu pada lansia sebesar 24,11%.

  Hal ini membuktikan teori bahwa keluarga adalah merupakan orang terdekat dari lansia yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi lansia. Dukungan adalah sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarganya 13 . Dukungan dari keluarga meliputi kepedulian, dukungan informasi khususnya tentang

  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari dukungan keluarga terhadap perilaku pemanfaatan posbindu oleh lansia. Sehingga apabila dukungan keluarga terhadap lansia baik maka dapat meningkatkan perilaku yang positif dari lansia untuk memanfaatkan Posbindu.

  Hasil uji terhadap koefisien parameter dukungan keluarga terhadap perilaku pemanfaatan posbindu oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Gunung Putri menunjukkan pengaruh langsung sebesar 19,91%. Dukungan keluarga berpengaruh positif terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu oleh lansia sebesar 0,303 dan nilai T-statistik sebesar 4,54 pada α 5%. Nilai T-Statistik tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

  PEMBAHASAN

  Hal ini menunjukan bahwa model hasil analisis dapat menjelaskan 90,08% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 9,91% merupakan komponen atau faktor lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

  = 0,9008 = 90,08% Galat Model = 9,91%

  =1 – (1-0,401) (1-0,629)(1-0,554) = 1- 0,099114

  keragaman atau Chi Square data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut: Q 2 = 1 – (1-R 1 2 ) (1-R 2 2 )(1-R 3 2 )

  Predictive Relevance (Nilai Q-Square) Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran

  Nilai dari masing-masing pengaruh langsung antar variabel laten tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian dengan nilai R Square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel pengetahuan, dukungan keluarga dan motivasi mampu menjelaskan variabel perilaku pemanfaatan posbindu pada lansia sebesar (11,35%+19,91%+24,11%) = 55,37 %. Pengaruh tidak langsung pengetahuan terhadap Perilaku pemanfaatan Posbindu pada lansia melalui dukungan keluarga dan motivasi sebesar 9,13%, sedangkan pengaruh tidak langsung dukungan keluarga terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu pada lansia melalui motivasi sebesar 5,30%.

  Total 55,37% 14,43% 69,80%

  21 37,07% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. Pengetahuan dipengaruhi secara langsung oleh dukungan keluarga sebesar 40,12% dan 59,88% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti.

  

Pengetahuan 0,630682 0,179996 0,178149 0,358145 11,35% 9,13% 20,48%

Dukungan keluarga 0,657109 0,303065 0,120598 0,423663 19,91% 5,30% 25,21%

Motivasi 0,690860 0,348915 0 0,348915 24,11% 24,11%

  Rho Direct % InDirect % Total

  InDirect Rho Total

  Direct Rho

  Gambar 2. T- Statistik Variabel LV Corelation

  T-statistik dapat dilihat pada gambar 2.

  dilakukan untuk menilai signifikansi konstruk laten dengan konstruknya yaitu membandingkn nilai r- statistik masing -masing konstruk laten dengan nilai alfa =o,o5 (1,96). Berdasarkan hasil besaran nilai T Statistik dalam penelitian ini menunjukan bahwa nilai T-statistik > 1,96 sehingga blok indikator berpengaruh positif dan signifikan untuk merefleksikan variabelnya. Hasil nilai

  substantive theory. Evaluasi dengan loading factors

  variabel laten (structural model) yang menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada

  Inner model menspesifikasi hubungan antar

  Posbindu. Dengan adanya dukungan dari keluarga ataupun anggota dari keluarga terdekat, dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman pada lansia serta dapat membuat keseimbangan

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  mental dan psikologis. Kehadiran orang lain didalam kehidupan seseorang begitu sangat diperlukan. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya sendirian. Individu membutuhkan dukungan sosial salah satunya berasal dari kelurga.

  Indikator memberikan dukungan informasi memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan dengan indikator yang lainnya. Sehingga perlu di tekankan bahwa dukungan informasi terhadap lansia sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku pada lansia, khususnya dalam pemanfaatan Posbindu.

  Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari. yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor 14 Dukungan informasional merupakan dukungan yang berfungsi sebagai pengumpul informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Jenis dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada iindividu. Secara garis besar terdiri dari aspek nasehat, usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.

  Teori lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah peranan dari keluarga dapat meningkatkan keaktifan penduduk ke Posbindu. Keluarga juga dapat berperan dalam meningkatkan informasi pada lansia tentang pentingnya Posbindu, sehingga anggota keluarga lain dapat berperan serta dalam pemanfaatan Posbindu 15. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya khususnya dari orang atau anggota keluarga terdekat yang baik akan memiliki kunjungan yang baik pula ke Posbindu 16 . Begitu pula pada lansia, bila dukungan yang diberikan oleh keluarga baik, maka akan berdampak terhadap perilaku lansia tersebut dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, sehingga timbul kemandirian pada diri lansia.

  Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembinaan lanjut usia, baik dirumah maupun dalam kegiatan posyandu lansia. Dengan peran optimal keluarga diharapkan semakin meningkatkan kualitas kesehatan dan mutu kehidupan para lanjut usia. Peran keluarga dalam pembinaan lanjut usia diantaranya adalah, dapat menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi lanjut usia dirumah sesuai dengan keberadaannya, dapat memenuhi kebutuhan gizi lanjut usia sehari-hari, memberikan akses bagi lanjut usia untuk ikut serta dalam kegiatan posyandu lanjut usia, membantu lanjut usia untuk mencari pelayanan kesehatan apabila sakit, serta memberikan kesempatan bagi lanjut usia untuk tetap berperan dalam keluarga sesuai dengan kemampuannya.

   Hasil uji terhadap koefisiensi parameter antara

  pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu oleh lansia menunjukkan pengaruh langsung sebesar 11,35%. Pengetahuan berpengaruh positif terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu oleh lansia sebesar 0,179 dengan nilai T-statistik 3,36 pada α 5% . Nilai T-Statistik tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu oleh lansia. Dengan adanya pengetahuan yang cukup dapat merubah perilaku individu terutama lansia dalam memanfaatkan Posbindu. Hal ini membuktikan teori yang menyatakan bahwa domain yang penting dalam terbentuknya perilaku adalah pengetahuan 17 . Pengetahuan manusia diperoleh dari hasil penginderaan melalui mata dan telinga. Pengetahuan bisa didapat kan dari hasil pengalaman seseorang terhadap objek ataupunsubjek yang pernah dialami. Pengetahuan dapat oleh seseorang. Dengan informasi yang cukup dapat menjadi dasar dari awal pembentukan sikap yang baik, terutama pada lansia. Seseorang biasanya memperoleh pengetahuan dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Dengan adanya pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut 18 . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pengetahuan lansia yang baik akan mempengaruhi perilaku lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti Posbindu 5 . Sebaliknya bila lansia mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang Posbindu, maka lansia tersebut cenderung untuk kurang memanfaatkan Posbindu. Untuk itu diperlukan informasi yang baik sehingga seseorang dapat berperilaku lebih baik lagi.

  Menurut teori faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang ataupun kelompok diantaranya adalah predisposising factor yaitu faktor yang mempermudah diantaranya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan dan norma sosial yang ada didalam diri seseorang. Dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kemudahan memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate impact ) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya tehnologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  opini seseorang. Artinya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Melalui berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar dengan media informasi. Hal ini berarti paparan media massa akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang 19 . Domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku adalah pengetahuan. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak di perlihatkan. Pengetahuan yang cukup pada lansia dapat meningkatkan kunjungan lansia dalam pemanfaatan Posbindu.

  Hasil uji terhadap koefisiensi parameter pengaruh motivasi terhadap perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Gunung Putri menunjukkan pengaruh langsung sebesar 24,11%. Motivasi berpengaruh positif terhadap perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu sebesar 0,348 dengan nilai T- statistik sebesar 5,21 pada α 5% . Nilai T-Statistik tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).

  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat positif dari motivasi terhadap perilaku lansia dalam pemanfataan Posbindu oleh lansia. Dengan adanya motivasi atau dorongan dari dalam diri seseorang yang kuat untuk melakukan kegiatan demi mencapai tujuan, maka akan berdampak pula kepada perilakunya.

  Hal ini membuktikan teori bahwa motivasi berarti dorongan, berasal dari bahasa latin movere yang berarti mendorong atau menggerakkan 20 . Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktifitas dalam pencapaian tujuan. Motivasi pada dasarnya adalah dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar diri seseorang sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan perilaku atau aktivitas tertentu yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, adanya lingkungan yang baik dan adanya kegiatan yang menarik. Kebutuhan timbul karena adanya ketidaseimbangan dalam tubuh dalam hal ini kebutuhan untuk mengkuti kegiatan, mengikuti kegiatan Posbindu timbul karena adanya tujuan untuk dapat hidup sehat.

  Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan..

  Indikator kebutuhan untuk mengikuti kegiatan Posbindu memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan indikator lainnya pada motivasi. Sehingga perlu ditekankan bahwa kebutuhan lansia dalam memanfaatkan Posbindu dibutuhkan dorongan yang kuat dari dalam diri lansia tersebut untuk dapat memanfaatkan Posbindu.

  Faktor yang mempengaruhi motivasi salah satunya adalah karena adanya kebutuhan (need), seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor- faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis, kebutuhan merupakan segi pertama dalam motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya 21 . Dalam pengertian homeostatik, kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan apa yang dimiliki dengan apa yang menurut persepsi yang bersangkutan maupun fisiologis. Kebutuhan lansia untuk mengikuti Posbindu merupakan minat atau niat dari lansia untuk dapat hidup sehat serta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga kesehatannya dapat terpantau dan untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat.

  Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan di motivasi.

  Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan yangg mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diartikan oleh adanya kebutuhan, dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.

  Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul karena adanya rangsangan untuk mencapai tujuan. Didalam teori motivasi bahwa yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu, karena adanya kebutuhan.Bagi lansia dapat hidup sehat di usia senja merupakan kebutuhan terpenting untuk kelangsungan hidupnya. Untuk mewujudkan hidup sehat tersebut dibutuhkan motivasi atau dorongan dari lansia tersebut untuk dapat memenuhi kesehatannya 22 . Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas/ kegiatan posbindu. Mengikuti kegiatan posbindu merupakan cara lansia untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya untuk dapat hidup sehat.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan pada tujuan penelitian dan analisa menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan software PLS serta pembahasan di bab

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  Posbindu sehingga dengan adanya pemahaman yang baik akan dapat merubah perilaku lansia terutama dalam pemanfaatan Posbindu sehingga dapat membantu kemandirian lansia untuk mempertahankan kesehatannya. Diharapkan untuk kerjasama yang baik antar lintas sektor, dinas kesehatan terkait serta tokoh-tokoh masyarakat untuk mengupayakan pemanfaatan Posbindu terutama oleh lansia dengan menyiapkan fasilitas serta sarana yang terjangkau oleh lansia. Adanya Posbindu diharapkan lansia mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya serta dapat menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk kepentingan keluarga dan masyarakat.

  sebelumnya, peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut: ada pengaruh langsung antara dukungan keluarga terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu sebesar 19,91%. Ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu sebesar 11,35%. Ada pengaruh langsung motivasi terhadap perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu sebesar 24,11%. Pengaruh tidak langsung dukungan keluarga terhadap perilaku lansia dalam pemanfaatan posbindu melalui motivasi sebesar 5,30%. Pengaruh tidak langsung pengetahuan lansia tentang Posbindu terhadap perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu melalui motivasi sebesar 9,13%. Nilai Q square sebesar 9,91% artinya model hasil analisis dapat menjelaskan 90,08% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 9,91% merupakan komponen atau faktor lain yang tidak ada

DAFTAR PUSTAKA 1.

  Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa perilaku pemanfaatan posbindu oleh lansia dipengaruhi secara langsung oleh pengetahuan, motivasi serta dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang baik kepada lansia dengan selalu memberikan kepedulian serta pemberian informasi yang cukup kepada lansia merupakan pembentukan dasar sikap serta perilaku lansia dalam memanfaatkan posbindu.

  5. Handayani, E.D. Pemanfaatan pos pembinaan terpadu oleh Lanjut Usia di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dan faktor yang berhubungan; 2012. [Online], Terdapat pada URL: http://lontar.ui.ac.id/DewiEkaHandayani.pdf [Diakses pada tanggal 14 Februari 2014].

  12. Z.Mustofa dan T.Wijaya. Panduan teknik statistika, SEM dan PLS dengan SPSS AMOS. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka;2012.

  11. Sugiyono..Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta,2011.

  10. Yamien, S. dan Kurniawan, H. Partial least Square Path Modeling Aplikasi dengan Software XLSTAT , SmartPLS, dan Visual PLS. Jakarta;2011.

  9. Notoatmodjo, S. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rinneka Cipta; 2003.

  8. Laporan Bulanan Posbindu Puskesmas Kecamatan Gunung Putri; 2012.

  7. DinKes Kab. Bogor, Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.Bogor; 2012.

  16 Februari 2014].

  6. Fahrun Nur rosyid, Musrifatul Uliyah, Uswatun hasanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia di RW VII kelurahan Wonokusumo Surabaya;2007. Terdapat pada URL: http://ejournal.stikes-ppni.ac.id [Diakses pada tanggal

  Posyandu dan desa siaga: Panduan untuk Bidan dan Kader. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

  SARAN

  4. Ismawati, C., Pebriyanti, S., dan Proverawati, A.

  Dari penelitian ini disimpulkan bahwa variabel perilaku lansia dalam pemanfaatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Gunung Putri dipengaruhi langsung oleh beberapa variabel diantaranya variabel dukungan keluarga, pengetahuan dan motivasi. Variabel motivasi merupakan variabel yang sangat signifikan terhadap perilaku pemanfaatan Posbindu oleh lansia.

  Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

  2. Martono, H. Geriatri (Ilmu kesehatan usia lanjut).

  Sigalingging, G. Pengaruh sosial budaya dan sosial ekonomi keluarga lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas darussalam Medan. Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2011.

  Dengan adanya motivasi yang kuat dari lansia dalam pemanfaatan Posbindu diharapkan dapat membantu lansia dalam memelihara dirinya sendiri serta membentuk sikap kemandirian lansia dalam pemeliharaan kesehatannya. Untuk dapat menimbulkan motivasi pada lansia dibutuhkan banyak informasi serta tersedianya fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat menimbulkan minat lansia dalam memanfaatakan Posbindu. Dibutuhkan kerjasama antar lintas sektor serta dukungan yang kuat untuk meningkatkan minat lansia dalam memanfaatkan Posbindu.

  Adanya dukungan dari keluarga dengan memberikan kepedulian serta memberikan informasi yang cukup tentang Posbindu, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta pengetahuan tentang

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat terutama kepada tokoh-tokoh masyarakat serta dinas kesehatan terkait untuk dapat memberikan prioritas kepada lansia terutama terhadap kesehatan lansia, dengan memberikan informasi yang cukup kepada lansia tentang Posbindu serta tersedianya sarana dan fasilitas yang baik serta terjangkau oleh lansia sehingga untuk memelihara kesehatannya lansia dapat memanfaatkan Posbindu.

  3. Kemenkes RI. Pedoman pembinaan usia lanjut bagi petugas kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar; 2010.

  Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

  13.

  Friedman, Marilyn. Keperawatan keluarga:Teori dan Praktik edisi 3. Jakarta: EGC; 2003.

  14. Sarafino, E.P. Health Psychology biopsychology interaction. Third Edition. New York: John Willey and Sons; 2004.

  15. Haniek, et all. Dukungan keluarga dan tokoh masyarakat terhadap keaktifan penduduk ke Posbindu, Jurnal Kesehatan Masyarakat; 2015. http://journal.unnes.ac.id//nju//index 16. Nina purnawati. Faktor –faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke Posbindu didesa Plumbon;2014. http; eprints. Ums.ac.id. Naskah Publikasi; diakses pada januari 2015

  18.

  Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rinneka Cipta; 2007.