PROFITABILITY, GROWTH OPPORTUNITIES, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN

1. Pendahuluan

Kebijakan dividen mer upakan hal yang penti ng bagi par a pemegang saham dan per usahaan, dan tent unya mer upakan bagian dar i keputusan str at egi k per usahaan. Pada setiap negar a, ter dapat beber apa kebijakan yang ber beda t er kait dengan kebijakan di vi den. Pada perusahaan-per usahaan di Austr alia, mengadopsi l iqui di ty t est basis model untuk mendistr i busikan dividen sejak tahun 2001. Hal ter sebut cukup ber beda dengan yang ada di I nggr is, Mal aysia dan Singapur a. Per usahaan Austr alia tidak dapat membagikan dividen kecual i sudah memenuhi per syar atan yang salah satunya adalah juml ah aset per usahaan har us l ebi h besar dibandingkan dengan jumlah kew aji bannya sebelum melakukan pembayar an dividen (Shamsabadi, Mi n, & Chung, 2016). Menur ut Anand (2004), kebijakan dividen mer upakan suatu sinyal yang member ikan ber bagai infor masi mengenai pr ospek suatu per usahaan di saat ini dan di masa depan yang pada akhir nya dapat ber pengar uh ter hadap nil ai per usahaan. Kebijakan dividen sendir i di r ancang melal ui ber bagai per ti mbangan, sal ah satunya adalah pr efer ensi investor .

Per usahaan yang memi liki ki ner ja baik, dapat diukur dar i bagaimana per usahaan ter sebut menghasi lkan pendapat an. Ter dapat ber bagai skema tentang bagai mana pendapat an t er sebut di gunakan. Ber dasar kan r esi dual t heor y, ter dapat kecender ungan bagi per usahaan untuk melakukan investasi kembali atas l aba yang didapatkan dar i bisni s yang di jalankan. Terdapatnya client ele effect , menyebabkan tingginya tekanan bagi per usahaan untuk membagi kannya sebagai di vi den (Badu, 2013). Menur ut Mil ler & Modi gl iani (1961), kebijakan di vi den mer upakan salah sat u sumber moti vasi bagi par a invest or dan par a ekonom untuk memahami dan menaksir efi siensi pasar modal. Kebijakan di viden juga menjadi salah satu indi kator bahwa per usahaan member i kan imbal balik kepada i nvestor atas i nvest asi nya. Hal ter sebut juga identik dengan bagai mana per usahaan mampu menci ptakan nil ai bagi par a pemegang sahamnya. Dalam pasar modal , nilai per usahaan mer upakan hal yang sangat penting dan menunjukkan per tumbuhan dinamis atas tr ansaksi per usahaan. Penilaian per usahaan meli puti ber bagai keputusan investasi, oper asi onal, dan keuangan. Bagi par a invest or , t entunya i nvestasi dal am sebuah bisnis ter kai t dengan adanya kemungkinan per olehan laba yang akan di kait kan dengan pembagi an di vi den ( Panigr ahi & Zai nuddin, 2015).

Ber bagai peneli tian mengkaji pengar uh pr ofit abili t y ter hadap kebijakan dividen, kar ena pada dasar nya per usahaan akan memut uskan untuk membagi ka dividen jika ter dapat jumlah laba yang memadai. Seper ti yang dijelaskan ol eh Anua, Yakob, & McGowan ( 2014) bahw a dividend mer upakan tindakan alter nati f yang dil akukan oleh per usahaan pada akhir tahun financial dan net income akan di per ti mbangkan untuk didistr i busikan sebagai di vi den at au laba ditahan. Keput usan untuk membagi kan dividen pada dasar nya mer upaka opsi dan kesepakatan dar i semua jajar an manajemen per usahaan. Keputusan untuk mel akukan investasi kembali atas l aba ditahan ( adanya gr owt h opport unit ies ) mer upakan salah satu alasan bagi per usahaan ti dak membagi kan dividen. Per usahaan yang memiliki laba yang lebih tinggi dihar apkan akan membagi kan dividen l ebih besar ( Mubi n et al., 2014).

Sel ai n l aba, ber bagai faktor lain juga dapat mempengar uhi pembagian di vi den. Misalkan str uktur modal dalam sebuah per usahaan yang akan memicu adanya sejumlah cost yang tentunya dapat mempengar uhi per timbangan bagi per usahaan untuk membagi kan di vi den ( Mubi n et al ., 2014). Lever age mer upakan hal penting dal am aktivitas keuangan yang ter kait dengan ber bagai akti vitas dalam memper oleh pendanaan dar i ekster nal, penggunaan pendanaan ekster nal dapat memi cu adanya penur unan dalam pembagian di viden, hal tersebut dikar enakan per usahaan har us ber pikir lebih ker as ket i ka memili ki tingkat utang yang tinggi, t er masuk semua biaya yang ada dalam penggunaan utang (Javed, 2012) . Adanya peluang dalam suatu bisnis juga membuat per usahaan akan ber pi kir ulang apakah akan mendist r ibusikan dividen kepada par a pemegang saham at au sebaiknya mengalokasi kan dana ter sebut untuk ekspansi . Gul (1999) melakukan peneliti an mengenai pengar uh gr owt h oppor t unities ter hadap kebijakan dividen, hasil dar i

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240

Jumlah asset yang ada di sebuah per usahaan juga akan ber pengar uh pada bagai mana per usahaan t er sebut mendi str ibusikan dividen. Dengan jumlah asset yang besar , maka t er dapat indi kasi bahw a per usahaan yang lebih besar memi liki kecender ungan untuk dapat mengener ate laba dengan l ebih besar yang dampaknya dapat mempengar uhi keputusan dal am pembayar an di vi den (For ti , Peixoto, & Alves, 2014). Peneli tian ini ber tujuan untuk mengkaji pengar uh pr ofit abilit y, gr ow t h opport uniti es, t r ansact i on cost dan lever age t er hadap kebijakan di vi den pada per usahaan ot omotif yang ter daftar di Bur sa Efek Indonesi a dar i tahun 2009 sampai dengan tahun 2016.

Dar i 13 per usahaan yang t er daftar di Bur sa Efek I ndonesia, t er dapat 8 per usahaan yang memiliki lapor an keuangan lengkap dar i tahun 2009 – 2016. Ber dasar kan lapor an keuangan ter sebut, dapat dianali sa bahw a per usahaan otomotif memiliki pr opor si yang cukup konsisten dal am membagi kan dividen kepada par a pemegang sahamnya. Ter bukti ber dasar kan data, pr opor si pembagi an di vi den pada per usahaan otomot if sebesar 80%, dibandingkan dengan yang ti dak membagi kan dividen, hal ter sebut digambar kan ber dasar kan gambar di bawah i ni.

Tidak m em bayar kan dividen

M em bayarkan dividen

Sumber : data yang diolah peneli ti

Gambar 1 Proporsi Pembagian Dividen

2. Litelature Review

Kebijakan Dividen

Dividen mer upakan hal penting yang per lu diper hati kan bagi par a pemangku kebi jakan. Dividen, pada dasar nya member i kan sinyal maupun infor masi kepada pasar mengenai ki ner ja per usahaan di masa depan. Adanya pemotongan atau pengur angan per sent ase pembagian di vi den mer upakan suatu sinyal bahw a per usahaan sedang menahan alir an kas bebasnya untuk ekspansi di masa depan dan hal ter sebut dapat menyebabkan tidak adanya pembagi an dividen ( Bushr a & Mi rza, 2015). Teor i yang dikemukakan oleh Mill er dan Modigliani (1961) menyat akan mengenai ir r elevansi di vi den, yaitu bahw a keputusan invest asi yang di lakukan pada dasar nya ti dak di pengar uhi oleh pembagian dividen kar ena par a investor juga pedul i dengan kemungki nan per tambahan nil ai atas por tofolio mer eka t anpa mempeduli kan adanya pendistr ibusian dividen. Kaji an mengenai pembagian divi den mer upakan salah satu topi k yang menar ik kar ena adanya keputusan mengenai jumlah laba yang kemudian di di str ibusikan ke dalam bentuk dividen. Bahkan, beber apa teori seper ti asset pr icing, str uktur modal, mer ger dan akui si si, dan capital budgeting semuanya memil iki ter kait pada bagaimana dan mengapa ter dapat pembagian di vi den. Ter dapat 5 obser vasi empir is yang ber per an penti ng ter kai t dengan kebijakan dividen, antar a lain sebagai ber i kut (Al len & Michaely, 1995):

Diyan Lest ar i / Pr ofitabili ty, Gr owth Oppor tunities, Lever age …

1. Per usahaan biasanya membayar kan sebagian per sentase at as laba mer eka sebagai dividen

2. Secar a hist or is, dividen mendominasi bentuk pembayar an, pembelian saham kembali r elatif kur ang penting pada per t engahan tahun 1980an.

3. Par a individu dengan t ax br acket s yang tinggi mener i ma jumlah dividen yang besar dan membayar jumlah pajak yang besar atas pener i maan dividen ter sebut .

4. Per usahaan cender ung memper lancar pembagi an dividen.

5. Pasar akan ber eaksi positif t er hadap pengumuman at as peni ngkat an dividen dan akan ber eaksi negati f jika ter dapat pengumuman atas penur unan nil ai dividen yang diter ima.

Dividen mer upakan pembayar an yang diper oleh dar i laba per usahaan kepada par a pemegang saham, bai k dalam bentuk saham maupun cash. Ber ikut mer upakan beber apa bentuk di str ibusi di vi den dalam bentuk cash di vi dend (Ross , Wester field , & Jor dan, 2010):

1. Regul ar cash dividens

2. Extr a dividends

3. Special di vi dend

4. Li quidating dividend

Ber dasar kan pada Bir d in t he Hand Theor y, yang dikemukakan ol eh Gor don (1963) dan Litner (1962) menyat akan bahw a par a i nvestor l ebih menyukai adanya pembayar an dividen di bandi ngkan dengan memper oleh capit al gain. Mer eka menyatakan bahwa dividen yang di ter ima saat ini adalah hal yang pasti dan dapat mengur angi kecemasan investor di masa depan dengan ni lai capit al gai n atau tingkat pengembalian yang tidak pasti. Hal ter sebut juga mengindi kasi kan bahw a par a i nvestor pada dasar nya r isk aver se, dengan begitu har ga saham pun dapat meni ngkat ni lainya dengan adanya pembagian di vi den.

Kinerja dan Profitability Perusahaan

Saat ini , kiner ja suatu per usahaan mer upakan hal yang sangat penting dan menj adi evaluasi bagi par a investor . Tingkat per saingan yang ket at mengakibat kan per usahaan har us beker ja lebih ekstr a, dan kinerja mer upakan tolak ukur bagi sebuah per usahaan untuk semua effor t yang sudah di lakukan. Kiner ja suat u bisnis sendir i mer upakan sat u kesatuan atas efekti vi tas yang mel iputi output bai k oper asi onal maupun keuangan (Santos & Br i to, 2012). Unt uk mengukur ki ner ja, pada dasar nya fi nancial performance digunakan untuk mengukur kiner ja per usahaan sebesar 82% dan pengukur an akuntansi dengan pr ofit abilit y sebagai acuannya sebesar 52% (Santos & Br it o, 2012).

Ti ngkat keuntungan (pr ofit abilit y) mer upakan hal yang paling penting bagi sebuah per usahaan dalam menentukan kebijakan dividennya. Istil ah pr ofit abili t y ber asal dar i kat a pr ofit dan abilit y. Istilah pr ofit dapat dijel askan sebagai laba dan abili ty sebagai kemampuan per usahaan untuk menghasilkan laba. Pr ofit abil it y atau keuntungan dapat di defi ni si kan sebagai kemampuan per usahaan atas suatu i nvestasi unt uk menghasilkan laba (Tulsian, 2014).

Secar a teor i , konsep kiner ja mer upakan hal inti pada manajemen str at egi k dan secar a empir i s, ber bagai studi membuat model mengenai kiner ja suatu bisnis untuk memecahkan ber bagai masalah t er kait dengan str at egi bi sni s dan pr oses. Dalam mengukur kiner ja ber dasar kan per hitungan keuangan, pengukur an kiner ja yang bi asanya digunakan adalah Ret ur n on Asset s (ROA), Ret ur n on Equit y (ROE), Tobin-Q, Pr ofit Mar gin (PM), Ear ning Per Shar e ( EPS), Dividend Yi el d (DY), Pr i ce-Ear ni ng Ratio ( PE), Retur n on Sales (ROS), Expense to Assets ( ETA), Cash to Asset s (CTA), Sal es to Assets (STA), Expenses to Sales (ETS), Abnor mal r etur n, anual stock r etur n, Oper at ing Cash Flow (OCF), Retur n on Capi tal Employed (ROCE), Labor pr oductivity (LP), Cr iti cal Business Retur n on Assets (CROA), Cost of Capital, Mar ket Value Added (MVA), Oper ation Pr ofit (OP), Retur n on Investment (ROI), Mar ket-to-Book Value (MTBV), Log of mar ket capitali zati on, LOSS, Gr owth in Sal es (GRO), Stock Repur chases, Sal es Per Employee ( SPE), Retur n on Revenue (ROR), Output per Staff (OPS), Cost Per Ser vice Pr ovi ded (CPSP), dan Cost per Client Ser ved (CCS), Super ior to cumulative abnor mal r etur ns ( CARs), Pr ofi t Per Employee (PPE), dan Retur n on Fixed Assets (ROFA) (Al-Matar i, 2014).

Transaction Cost

Bi aya tr ansaksi adalah bi aya yang t imbul akibat adanya tr ansaksi saham. Menur ut Fabozzi (1999) bi aya t r ansaksi mel iputi biaya komisi, biaya pelaksanaan, dan biaya peluang yang dapat di kel ompokkan menjadi komponen biaya tetap dan biaya var iabel.

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240

b. Biaya Tr ansaksi Var iabel Biaya tr ansaksi var iabel ber upa biaya pelaksanaan dan bi aya peluang yang tidak mudah diukur . - Biaya Pel aksanaan Biaya pel aksanaan menggambar kan per bedaan ant ar a har ga pelaksanaan suatu sekur it as dan har ga yang akan muncul jika ti dak ada per dagangan. Kar ena kedua kondisi i ni tidak muncul secar a ber samaan maka bi aya tr ansaksi yang nyata tidak dapat di obser vasi. Bi aya pelaksaan muncul dar i per mintaan yang tinggi untuk pelaksanaan seger a mel al ui per mint aan untuk l ikui di tas aktivitas per dagangan pada t anggal per dagangan. Biaya pel aksanaan ber var i asi sesuai dengan bentuk investasi dan per mi nt aan per dagangan investor . - Biaya Pel uang Biaya pel uang menggambar kan biaya tidak mel akukan tr ansaksi. Bi aya peluang dapat muncul saat per dagangan yang dii nginkan gagal dilaksanakan. Komponen bi aya yang menggambar kan per bedaan kiner ja antar a investasi yang diinginkan dan i nvestasi aktualnya setelah melakukan penyesuai an unt uk biaya pelaksanaan dan komisi-komi si. Biaya peluang muncul dar i seli sih per bedaan antar a t er jadinya per dagangan yang dii nginkan dengan kegagalan melakukan per dagangan yang diinginkan. Kar ena kedua hal ter sebut ti dak dapat diamati secar a ber samaan, maka biaya pel uang yang nyata tidak dapat diobser vasi .

Struktur Modal

Set iap per usahaan pada dasar nya har us membuat kebi jakan star t egis mengenai kebijakan pendaannya. Dal am membuat kebi jakan pendaan, per usahaan har us memperti mbangkan ant ar a cost of capit al dengan ti ngkat pengembalian yang dihar apkan. Jangan sampai cost of capit al lebih tinggi di bandi ngkan dengan ti ngkat pengembal ian yang diter ima. Ter dapat dua sumber penting dalam pendanaan per usahaan, yai tu melalui int er nal financing dan ext er nal financing. Int er nal financi ng dikaitkan dengan kebijakan pendanaan yang diper ol eh dar i dal am per usahaan, sedangkan ext er nal financi ng ident ik dengan pendanaan dar i luar yang dapat ber upa ut ang at au mener bitkan ekuit as. Teor i str uktur modal mengatakan bahwa, sumber pendanaan mer upakan str ategi penting kar ena t er kai t dengan bagaimana suat u per usahaan dapat melakukan invest asi atau membeli suatu aset. Memi lih pendanaan ekst er nal baik utang maupun ekui tas juga mer upakan keputusan yang tidak mudah di mana sangat ter kai t dengan adanya agency conflict (Mostafa & Bor egowda, 2014).

Tr ade-off t heor y menyatakan bahw a per usahaan sebaiknya memper t imbangkan debt r ati o yang wajar dan menjaga pr opor si ter sebut secar a jangka panjang. Mel al ui hal tersebut, per usahaan dapat memper oleh manfaat bahwa penggunaan utang dapat mer upakan sumber pendanaan yang mur ah. Tax savi ng juga mer upakan sal ah sat u manfaat lain yang muncul sebagai aki bat dar i penggunaan ut ang, akan t etapi financial dist r ess juga mer upakan salah sat u r isi ko yang timbul dengan adanya penggunaan utang yang ter lalu banyak atau tidak ter kendal i (Afr asiabishani, Ahmadi nia, & Hesami, 2012).

Teor i str uktur modal yang l ai n adalah Pecking Or der Theor y yang muncul kar ena adanya infor masi asimetr i . Pecking or der theor y di gagas ol eh Myer s dan Majluf. Pada dasar nya, par a manajer t idak akan mener bi tkan saham under valued jika mer eka ber ti ndak mew akil i par a pemegang saham. Par a manaj er akan mener bitkan saham bar u dengan har apan akan memper oleh NPV yang positi f atas invest asi nya dan hal ter sebut member ikan sinyal yang l ebih kuat di bandi ngkan dengan menggunakan ut ang kar ena informasi yang lebi h mudah t er sebar dan

Diyan Lest ar i / Pr ofitabilit y, Gr owt h Oppor tuni ties, Lever age …

Growth Opportunities

Nil ai perusahaan mer upakan hal penti ng yang mencer mi nkan kekayaan par a pemegang sahamnya. Nil ai saham yang ti nggi juga didukung oleh kiner ja per usahaan yang baik, ter masuk akti vi tas per usahaan yang dianggap member i kan sinyal posit if bagi invest or , mi sal kan dengan adanya pembagi an dividen. Dalam melakukan pendistr i busi an dividen, tentunya per usahaan har us memper hi tungkan dengan bai k apakah ti ngkat laba yang ada lebih bai k di bagikan ke dalam bentu k di vi den atau sebaiknya sebagai l aba dit ahan unt uk kegiatan ekspansi dan t umbuh. Mill er & Modigli ani (1961) membagi nil ai per usahaan sebagai ber ikut:

1. Pr esent value atas per pet ual ear ning dar i suat u asset yang ada.

2. Pr esent value atas peluang yang per usahaan t awar kan untuk membuat keputusan invest asi pada aset r iil yang nilainya lebi h besar di bandi ngkan dengan tingkat pengembali an pasar yang nor mal

Dalam melakukan alokasi sumber daya di sebuah per usahaan, ti dak selalu membutuhkan per encanaan yang r umit, akan tet api l ebih kepada sat uan keputusan at as ber bagai infor masi yang ada. Sel ain itu, fleksibili tas ter sebut tidak menyebabkan ker ugian bagi per ushaaan dan member i kan dampak yang positif ter hadap nil ai per usahaan, dan manajer t entunya har us mengumpulkan ber bagai infor masi yang lebih banyak sebelum mengambil keputusan. Peluang unt uk tumbuh juga sangat ter kait dengan bagaimana per usahaan mengambi l pr ojek di masa depan. Keputusan ter kait dengan per tumbuhan yang bi asanya dihadapi oleh par a manajer ant ar a lain: mel akukan ekspansi bi sni s secar a ver t ikal (membel i at au membuat suat u bi sni s dengan value chai n), melakukan ekspansi bisnis secar a menyamping (membel i atau membuat bisnis yang tidak ter kai t secar a langsung dengan inti bisnis), dan melakukan ekspansi (memper oleh mar ket shar e) ter kait dengan scope maupun skala bisni s (Dapena, 2003).

Ber dasar kan over invest ment t heor y, dinyatakan bahwa keti ka per usahaan t idak memiliki peluang untuk tumbuh (gr owt h oppor t unit ies), hal ter sebut menjadi sebuah i ndikasi adanya alir an kas bebas. Dalam t eor i ter sebut, konsekuensinya adalah adanya juml ah ali r an kas yang besar yang di kel ola ol eh par a manajer , di mana par a manajer dapat mengalokasikan al ir an kas bebas ter sebut pada investasi yang kur ang pr oduktif (Lang, Ofek, & Stulz, 1995). Akan tetapi , dihar apkan dengan adanya pel uang untuk t umbuh yang kecil, per usahaan akan l ebih leluasa untuk membagikan di vi den. Dengan adanya pembagian dividen, juga dihar apkan dapat mengur angi adanya agency conflict yaitu t er dapat per bedaan inter est ant ar a par a manajer dan pemegang saham. Semaki n tinggi jumlah dividen yang di bagikan, ber ar ti akan mengur angi adanya ali r an kas yang ada di suatu per usahaan ketika per usahaan ter sebut tidak memi liki peluang untuk tumbuh (Utami, Tobing, & Longkutoy, 2015).

Pengaruh Profitability terhadap Kebijakan Dividen

Menur ut Bushr a & Mir za (2015), ber dasar kan hasil peneli tian yang dilakukan ter dapat pengar uh positi f antar a tingkat laba per usahaan t er hadap kebijakan dividen. Dal am penelit ian ter sebut, pr ofi tabil ity diukur dengan menggunkan ROA dan ROE yang keduanya memi liki pengar uh positif dan signifikan secar a statisti k. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Thafan & Abdullah (2014) bahw a t er dapat pengar uh positif dan signifi kan secar a st at istik dar i pr ofitabilit y yang di ukur dengan menggunakan ROA dan ROE ter hadap kebi jakan divi den. Hasil ter sebut menunjukkan bahw a pr ofi tabil ity akan meni ngkat kan pembayar an dividen pada per usahaan-per usahaan di Sr i Lanka. Hasil yang sama juga ditemukan pada peneliti an yang di lakukan oleh Awad (2015), Santos & Br it o (2012) dan Shar ma & Wadhw a (2017) bahwa pr ofi tabil ity ber pengar uh positi f dan signi fikan secar a stati stik.

H1a : Pr ofit Mar gi n ber pengar uh positif ter hadap Kebijakan Dividen H1b

: ROA ber pengar uh posit if t er hadap Kebijakan Di vi den H1c

: ROE ber pengar uh posit if ter hadap Kebi jakan Di viden

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240

Pengaruh Growth Opportunities terhadap Kebijakan Dividen

Ber bagai studi mel akukan kajian mengenai pengar uh gr owth oppor tuni ties ter hadap kebijakan di vi den. Peneli tian yang di lakukan oleh Si ndhu, Hashmi , & Haq (2016) menggunakan Tobin’s Q sebagai pr oxy at as gr owth oppor tuni ties dan menunjukkan bahwa ter dapat pengar uh yang signi fikan ant ar a gr owth oppor tunit ies ter hadap kebi jakan dividen di mana hal t er sebut mengindi kasikan bahw a dengan adanya peni ngkatan ni lai per usahaan dan t er dapat pel uang- peluang untuk tumbuh di masa depan, maka akan member i kan per ubahan yang ter hadap pendi str ibusi an dividen. Sedangkan menurut Bushr a & Mir za (2015), gr owth oppor tuniti es member ikan pengar uh negat if ter hadap kebijakan dividen dan si gnifikan secar a stat istik. Hal ter sebut mengindi kasi kan bahw a per usahaan-per usahaan dengan kesempatan untuk ber ekspansi cender ung memper tahankan alir an kasnya kar ena laba akan di al okasikan lebi h banyak untuk laba di tahan di bandingkan di bagi kan dal am bent uk di vi den. Per usahaan-per usahaan memili ki kecender ungan untuk membagi kan jumlah dividen yang l ebih kecil keti ka memili ki pel uang untuk tumbuh (gr ow t h oppor t unities) yang besar (Subr amanian et al., 2014). Hal yang sama juga di temukan mel alui studi pada per usahaan-perusahaan di Malaysia yang menyatakan bahwa gr owth oppor t unities memil iki pengar uh negatif dan signifikan secar a stati st ik ter hadap kebijakan dividen (Subr amaniam, Devi, & Mar i muthu, (2011); Subr amani am & Shaiban, (2011) ).

H2 : Gr owt h Oppor t unities ber pengar uh negatif ter hadap Kebijakan Dividen

Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen

Beberapa peneliti an, menyebut kan pr opor si utang dan tur unnya l aba menjadi sal ah sat u indi kasi bagi per usahaan unt uk lebih ber hati -hati . Peneli tian yang dil akukan ol eh (Abdul kadir , Abdull ah, & Woei-Chyuan, 2015) menyat akan bahwa per usahaan-per usahaan dengan lever age yang tinggi dan memil ki ali ran kas yang r endah cender ung ti dak melakukan pembayar an di vi den selama per iode kr isi s. Pembayar an dividen pada dasar nya dapat meni ngkat kan tr ansaction cost yang seri ng dikait kan dengan adanya peni ngkat an jumlah pendanaan ekster nal (Rozeff, 1982). Sel ain itu, Eije & Meggi nson ( 2007) juga menyatakan bahw a tingkat lever age yang l ebih tinggi akan mengur angi kemungkinan per usahaan untuk membayar kan dividen. Hal t er sebut t er kait dengan adanya peningkat an ut ang, maka sebaiknya per usahaan mengur angi pembayar an dividen untuk mencegah atau mengur angi adanya t r ansact ion cost keti ka mencar i sumber pendanaan ekst er nal. Lever age ber pengar uh negati f ter hadap kebi jakan dividen di per usahaan-per usahaan Paki stan yang mengindi kasikan bahw a pener apan utang pada str uktur modal akan meningkat kan ketidakpastian suatu per usahaan ter kai t dengan financial cost yang akan di hadapinya, kar ena akan ter dapat kemungkinan bahwa per usahaan tidak dapat memenuhi kew ajibannya sehi ngga per usahaan har us ber hati-hati dalam membuat keput usan str uktur modal nya (Asad & Yousaf, 2014).

H3 : Lever age ber pengaruh negati f ter hadap Kebijakan Dividen

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

Ukur an per usahaan menunjukkan pengar uh yang posi tif dan siginifikan secar a statist ik ter hadap kebi jakan dividen yang mengindi kasikan, bahwa dengan adanya peningkat akan jumlah asset per usahaan, maka akan ber pengar uh t er hadap peni ngkatan jumlah dividen yang di bagikan (Sindhu, Hashmi , & Haq, 2016). Juml ah asset per usahaan yang semakin besar akan menunjang pr obabil itas pembagian dividen, hal ter sebut juga ditemukan pada peneliti an yang dil akukan oleh (Maladjian & Khour y, 2014) bahwa ukur an per usahaan ber pengar uh posi tif dan signi fikan secar a statistik t er hadap kebijakan di vi den. Ukur an per usahaan juga ditemukan ber pengar uh posi tif dan signi fikan pada per usahaan-per usahaan go publi c di Niger ia (Ranti, 2013). Selain itu, peneli tian yang di lakukan oleh Tabar i & Shir azi (2015) juga menunjukkan adanya pengar uh positif dan signi fikan secar a stati stik antar a ukur an per usahaan t er hadap kebi jakan dividen. H4 : Ukur an per usahaan ber pengar uh posit if ter hadap Kebi jakan Di vi den

3. Metode Penelitian

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam peneli tian ini , polulasi yang digunakan adalah per usahaan otomoti f yang t er daft ar di Bur sa Efek Indonesia. Penel itian i ni menggunakan nonpr obal ilt y sampli ng dengan t ekni k pusposive sampling , yang ber ar ti bahw a dalam penentuan sampel mengi kuti kr iter ia ter tentu,

Diyan Lest ar i / Pr ofitabilit y, Gr owt h Oppor tuni ties, Lever age …

Ber dasar kan kr iter ia ter sebut, ter dapat 8 per usahaan dari 13 per usahaan ot omotif yang di kaji dal am penel itian ini. Sumber data pada peneliti an i ni di per oleh dar i Bur sa Efek Indonesia, dan Yahoo Finance.

3.2. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Kebijakan Dividen

Kebijakan di vi den dihitung dengan menggunakan DPR (Di viden Payout Ratio), yaitu dengan membagi Dividen per Shar e dengan Ear ni ng per Shar e (Sindhu, Hashmi, & Haq, 2016)

Profitability : PM

Pr ofi t Mar gin dhi tung dengan membagi antar a Net I ncome dengan Total Sales (Movali a & Vekar i ya, 2014) PM

= Net I ncome/ Total Sal es

ROA

ROA (Ret ur n on Asset) dihitung dengan menggunakan per bandingan antar a Net Income dengan Total Asset ( Bushr a & Mir za, 2015). ROA = Net I ncome/ Total Asset

ROE

ROE (Retur n on Equi ty) dihi tung dengan membandi ngkan ant ar a Net Income dengan Total Equi ty ( Bushr a & Mi r za, 2015). ROE = Net Income/ Total Equi ty

Growth Opportunities

Dalam peneli tian ini , gr owth oppor t unities dihitung menggunakan Tobi n’s Q (Si ndhu, Hashmi , & Haq, 2016):

Leverage

Dalam peneliti an i ni, lever age dihi tung dengan menggunakan Debt Rati o, yai tu membagi ant ar a Total Utang dengan Total Asset (Si ndhu, Hashmi , & Haq, 2016). LEV = Tot al Ut ang/ Total Asset

Ukuran Perusahaan

Ukur an per usahaan diukur dengan log natur al dar i Total Asset (Copeland & Weston, 1992)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti an ini menggunakan data sekunder . Pengumpul an data sekunder pada penel itian i ni di per oleh mel al ui lapor an keuangan per usahaan otomoti f yang ter daftar di Bur sa Efek Indonesi a dar i tahun 2009 sampai dengan 2016.

Teknik Pengujian Hipotesis

Peneliti an ini menggunakan pooli ng r egr ession (r egr esi panel) kar ena di kaitkan dengan kar akter istik data yang di gunakan, yaitu mer upakan gabungan dar i dat a cr oss sect ion dan juga dat a t ime seri es . Ber ikut mer upakan per samaan r egr esi dengan data panel dalam penel itian i ni:

DIV =α+β 1 PM +β 2 ROA +β 3 ROE +β 4 Q +β 4 LEV + β 5 SIZE + ε …………………

Keter angan: α = Konst anta

β = Koefisien r egr esi DIV

= Kebijakan Dividen PM

= Pr ofit Mar gin

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240

ROA = Ret ur n on Asset ROE

= Ret ur n on Equit y Q

= Gr owt h Oppor t unities LEV

= Lever age SIZE

= Ukur an Per usahaan ε = Er ror (fakt or kesalahan)

Pengujian hipotesis dalam peneliti an i ni dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) = 0,05 atau 5%. Unt uk menguji pengar uh Pr ofit abilit y, ukur an per usahaan, Gr ow t h Opport unities dan Lever age ter hadap kebijakan dividen d ilakukan dengan menguji nilai t pada tingkat signifikansi (α) = 0,05. Ji ka ni lai si gnifikansi < 0,05 maka disimpul kan hipot esi s diter ima.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Gambaran Unit Observasi

Peneliti an i ni mengkaji mengenai pengar uh pr ofi tabil ity, gr owt h opport uniti es, lever age dan ukur an per usahaan t er hadap kebijakan dividen. Per usahaan ot omotif sendi ri pada dasar nya mer upakan salah satu penopang sekt or industr i manufakt ur di Indonesia, dengan t r en yang cender ung meni ngkat di har apkan juga per usahaan ot omotif memil iki ti ngkat pr ofit ablit y yang tinggi . Tabel di baw ah menunjukkan adanya penur unan ti ngkat l aba di tahun 2013-2015.

Sumber : data yang diolah peneli ti

Gambar 2 Net Income Perusahaan Otomotif dari Tahun 2009-2016

Meski pun ter dapat tingkat pr ofitabi lity yang cender ung mengalami flukt uasi, akan t etapi per usahaan otomotif ter sebut cukup konsisten dalam memnagikan dividen. Dengan tingkat laba yang tinggi , dihar apkan per usahaan dapat mengur angi penggunaan dana ekst er nal, dan dengan per ti mbangan t er t entu keti ka per usahaan memutuskan untuk membagikan dividen, tentunya jumlah alir an kas bebas akan ber kur ang dan memper besar kemungki nan per usahaan dalam menggunakan ut ang. Tabel di baw ah i ni menjel askan st atistik deskr ipt if dalam penelit ian ini. Nilai mean untuk, var i abel dividen dan var iabel lever age sebesar 0.248438 dan 1.355938, pr ofit mar gi n sebesar -1.14922. Sedangkan ROA dan ROE memi liki nilai mean sebesar 0.087313 dan 0.150781, gr owt h oppor tuiniti es sebesar 0.583594 dan ukur an per usahaan memil iki nil ai mean 12.70441.

Multikolinearitas

Tabel di bawah ini mer upakan dat a mengenai uji multi koli near itas. Uji multikolinear itas ber tujuan untuk meli hat hubungan l inear ant ar var iabel bebas. Mult ikol inear it as dapat dilihat ji ka nilai R squar e lebih dar i 0.8 dan t idak ada satupun hasil uji r egr esi yang signi fikan (Gujar ati, 2006). Tabel di bawah menunjukkan bahw a tidak ter dapat nilai R squar e ant ar var iabel yang melebi hi ni lai 0.8, sehingga dapat disimpulkan bahw a tidak ter dapat multikolinear itas.

Diyan Lest ar i / Pr ofitabili ty, Gr owth Oppor tunities, Lever age …

Tabel 1 Statisti k Deskriptif VAR

ST. DEVIASI DIV

Sumber : data yang diolah peneliti

Tabel 2 Correlation Matrix LEV

0.010844 0.018166 0.008788 0.007285 0.027311 1 Sumber : data yang diolah peneliti

SI ZE

Hasil Uji Hipotesis

Dalam penelit ian i ni, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan r egr esi panel (pooling r egr essi on ). Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai hasil anal isis r egr esi dengan data panel. Kolom per tama mer upakan uji r egr esi panel dengan menggunakan common effect, kolom 2 dengan menggunakan fi xed effect, dan kolom 3 menunjukkan r andom effect.

Ber dasar kan data di at as, nilai dar i Chow Test sebesar 0,1786 yang ber ar ti lebi h dar i 5%, sehi ngga antar a model common effect dan fixed effect, yang di pi lih adalah common effect . Sedangkan nilai untuk Hausman Test sebesar 0.144% yang juga l ebih dar i 5% , sehingga antar a fixed effect dan r andom effect yang dipil ih adalah r andom effect. Sedangkan ni lai LM test adalah 0 dan jika di bandi ngkan dengan nil ai chi squar e dengan degr ee of fr eedom 6 pada tingkat si gnifi kansi 5% ni lainya adalah 12,59 yang ber ar ti bahwa LM hitung l ebih keci l dibandingkan tabel, maka model yang dipi lih ant ar a r andom effect dan common effect adalah common effect. Ber dasar kan anali sa ter sebut, ni lai R squar e sebesar 0.3816 at au 38,16% yang ber ar ti bahwa var iasi var iabel independen dapat menjelaskan var iabel dependen sebesar 38,16% dan sisanya dipengar uhi oleh var i abel di luar peneliti an ini . Pada model common effect , var iabel lever age, pr ofit mar gin, r et ur n on asset , dan ukur an per usahaan memili ki koefi si en positif. Sedangkan koefisien pada var i abel r etur n on equi ty dan gr owt h oppor t unities menunjukkan ni lai negatif. Akan tetapi, dar i hasi l uji analisi s r egr esi, dar i enam var i abel independen, ter dapat empat var i abel yang signifikan secar a st at istik.

Var iabel pr ofit margin signifi kan pada l evel 10%, r et ur n on asset memi liki koefisi en positif dan signi fikan pada l evel 1%. Hal ter sebut konsisten dengan hi potesis bahw a pr ofit mar gi n dan r et ur n on asset ber pengaruh positif t er hadap kebijakan dividen. Dengan laba yang tinggi dan tingkat keuntungan yang semaki n besar dibandingkan dengan asetnya, per usahaan memiliki kecender ungan untuk membayar kan dividen lebih tinggi . Tingkat keuntungan akan ber pengar uh ter hadap kebi jakan di vi den (Ahmed, 2015). Akan tetapi, salah satu i ndikator pr ofitabili ty yang

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240

Tabel 3 Regresi Panel Kebijakan Dividen

Dependent variable: DI V

3 Explanat or y

variabl es

Number of

Companies

R-squar ed

0.374956 Adjusted R-squar ed

0.309162 Chow Test

Hausman Test 0.144 LM Test

Sumber : data yang diolah peneliti

Gr owth oppor tunit ies memiliki koefisi en negat if dan signi fikan pada level 1%, hal t er sebut mengindi kasikan bahwa semakin ti nggi peluang unt uk tumbuh, maka kemungki nan untuk membagi kan dividen akan semakin keci l. Hal ter sebut konsisten dengan peneli tian yang dilakukan ol eh Subr amanian & et al . (2014) bahwa dengan tingkat untuk tumbuh l ebih besar , manajer akan cender ung mempr ior itaskan dana yang ada untuk aktivitas t er sebut di bandi ngkan dengan membagi kannya dalam bentuk dividen dengan har apan akan memper ol eh ti ngkat pengembalian yang lebi h besar di masa yang akan datang. Ukur an per usahaan memi liki koefi sien positif dan signi fikan pada level 1%. Semaki n besar jumlah asset akan meningkat kan peluang bagi per usahaan untuk membagikan di vi dennya. Sedangkan l ever age tidak ber pengar uh ter hadap kebijakan dividen, hal t er sebut menjelaskan bahwa jumlah pendanaan ekster nal yang di gunakan ol eh per usahaan untuk membiayai i nvestasinya t idak akan mempengar uhi kebijakan di vi den karena selama per usahaan masi h memil iki juml ah asset yang cukup dan tingkat l aba yang memungkinkan adanya pembagi an dividen, per usahaan akan t et ap mendistr i busikan keuntungannya kepada par a pemegang saham, hal ter sebut juga konsisten dengan penelit ian yang dilakukan oleh Emamalizadeh, Ahmadi , & Pouyamanesh (2013).

5. Keter batasan dan Agenda Penelitian Mendatang

Peneliti an i ni ter bat as pada sect or otomotif sehingga gener alisasi hasil har us dilakukan secar a hati- hati . Untuk peneliti an yang selanjut nya, dihar apkan dapat dapat menambah jumlah per iode dan

Diyan Lest ar i / Pr ofitabilit y, Gr owt h Oppor tuni ties, Lever age …

Bur sa Efek Indonesia. Selain itu, dengan nilai R 2 yang masi h keci l, peneli tian selanjutnya juga sebai knya menambahkan var iabel lain ter kai t dengan t r ansact i on cost , dan cor por at e gover nance yang dihar apkan mampu menjelaskan lebi h banyak mengenai kebijakan dividen.

6. Kesimpulan

Industr i otomotif mer upakan sal ah satu industr i yang menjadi penopang ekonomi di suatu negar a dan menar ik untuk dikaji. Di Indonesia, dar i 8 per usahaan ter dapat 80% per usahaan yang cukup konsisten dal am membayar kan di vi den. Kebi jakan dividen juga mer upakan keput usan penting bagi sebuah per usahaan kar ena keputusan yang diambi l akan ber dampak pada t r ust par a pemegang saham, image ser ta nilai per usahaan. Per usahaan yang konsisten membagikan dividen, tentu akan di anggap memiliki kiner ja yang bagus di bandi ngkan sebali knya. Peneliti an ini ber usaha untuk mengaji kebijakan dividen yang diti njau dar i pr ofi tabi lity (pr ofit mar gin, ROA, ROE), gr ow t h oppor t unit ies, lever age , dan ukur an per usahaan. Ber dasar kan hasil penel itian di per oleh bahw a, pr ofi t mar gin, r etur n on asset, dan ukur an per usahaan ber pengar uh positif dan si gnifi kan ter hadap kebijakan dividen. Sedangkan gr owth oppor t uniti es ber pengar uh negatif dan signifikan ter hadap kebijakan dividen.

Retur n on Equi ty dan lever age ditemukan ti dak ber pengar uh ter hadap ter hadap kebijakan di vi den. Hal ter sebut mengi mplikasikan, kar ena kebijakan dividen mer upakan kebi jakan yang str ategi s, maka sebaiknya per usahaan konsist en dalam membagi kan dividennya. Dalam membagi kan dividennya, manaj emen dapat t et ap membagikan di vidennya selama memili ki tingkat pr ofi tabil ity yang baik dan ter sedia asset yang cukup. Selain it u, per usahaan juga har us ber hati -hati dalam memutuskan untuk ber investasi, kar ena adanya al okasi sejumlah dana dan akan mendor ong per usahaan untuk membagi kan dividennya. Per usahaan har us ber hat i-hat i dalam mengambil keputusan ter sebut dan memper hati kan sinyal yang akan di tangkap ol eh par a invest or kar ena akan ber pengar uh ter hadap ni lai per usahaan. Sedangkan penggunaan ut ang (lever age) tidak ber pengar uh ter hadap kebijakan divi den, kar ena dengan t ingkat laba dan asset yang memadai per usahaan akan tet ap memper ti mbangkan untuk membagikan dividennya. Akan tet api manajemen tet ap har us ber hati -hati dalam penggunaan utangnya agar muncul tr ansacti on cost yang lebih besar dan ber pengar uh pada kebangkr utan.

Daftar Pustaka

Abdulkadir , R. I., Abdull ah, N. A., & Woei -Chyuan, W. (2015). Di vi dend Pol icy Changes i n the Pr e,Mid, and Post-Financi al Cr isis: Evi dence fr om the Ni ger ian Stock Mar ket. Asian Academy of Management Jour nal of Account ing and Finance, Vol. 11, No. 2 , 103–126.

Afr asiabishani, J., Ahmadi ni a, H., & Hesami , E. (2012). A Compr ehensive Revi ew on Capital St ructur e Theor i es. School of Doct oral St udies (Eur opean Union) Jour nal , 35-43. Ahmed, I . E. (2015). Liquidity, Pr ofi tabi lity and the Dividend Payout Pol icy. Wor l d Revi ew of Business Resear ch, Vol. 5, No. 2 , 73-85. Al len, F., & Michael y, R. (1995). Dividen Policy. Hanbooks in OR & MS, Vol. 9. Al -Mat ar i , E. M. (2014). The Measur ements of Fi r m Per for mance’s Di mensions. Asian Jour nal of

Fi nance & Account i ng, Vol . 6, No. 1 . Anand, M. ( 2004). Factor s I nfl uencing Dividend Policy Decisions of Cor por ate I ndia. The ICFAI Jour nal of Applied Finance . Anua, N. L., Yakob, N. A., & McGowan , C. B. (2014). The I mpact of Pr ofit abil ity, Li quidity, Lever age, and Fir m Size on Cash Dividend Payments for Public Listed Companies in Malaysi a and Thailand . The Global Jour nal of Finance and Economics, Vol. 11, No. 2, 101-129.

Asad, M., & Yousaf, S. (2014). Impact of Lever age on Dividend Payment Behavior of Paki stani Manufacturi ng Fir ms. Int ernational Jour nal of Innovat ion and Applied St udies, Vol . 6, No.2, 216-221.

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240

Awad, B. (2015). Deter minants of Dividend Policy in Kuwait Stock Exchange. Int er nat ional Jour nal of Busi ness and Management Revi ew Vol .3, No.7 , 72-78. Badu, E. A. (2013). Det er mi nants of Dividend Payout Pol icy of l isted Fi nancial I nsti tut ions i n Ghana. Resear ch Jour nal of Finance and Account i ng Vol.4, No.7 , 185-190. Bushr a, A., & Mi r za, N. (2015). The Deter minants of Cor por at e Dividend Policy in Pakist an. The Lahor e Jour nal of Economics, Vol . 20, Issue 2 , 77-98. Copeland, T., & Weston, J. (1992). Manaj emen Keuangan. Pener j emah: Kir br andoko, Jakas Wasana. Edisi 8 Jilid 1. Jakar ta: Er langga. Dapena, J. P. (2003). On t he valuat ion of Companies wit h Gr owth Oppor tuni ties. Jour nal of Applied Economi cs, Vol. VI, No.1 , 49-72. Dar madji, T., dan H. M. Fakhr uddin. (2001). Pasar Modal di Indonesia. Jakar ta: Salemba Empat. Ei je, H., & Megginson, W. ( 2007). Dividend and Shar e Repur chases in the Eur opean. Jour nal of

Fi nancial Economics, Vol. 89, Issue 2 , 347–374. El mi, M. A., & Mutur i, W. M. (2016). Effects of Pr ofi tabi lity on Di vi dend Payout by Commer cial and Ser vices Fir ms Listed in t he Nai r obi Secur ities Exchange. Eur opean Jour nal of Business and Soci al Sciences, Vol. 5, No.2 , 160-167.

Emamalizadeh, M., Ahmadi, M., & Pouyamanesh, J. (2013). Impact of Financial Lever age on Dividend Poli cy at Tehr an Stock Exchange: A Case Study of Food Industr y. Afr ican Jour nal of Busi ness Management, Vol. 7, Issue 34 , 3287-3296.

Fabozzi , F. J. (1999). Manajemen Invest asi . Jakar ta: Salemba Empat. For ti , C. A., Pei xoto, F. M., & Al ves , D. L. (2014). Deter minant Factor s of Dividend Payments i n

Br azil. 14t h Br azilian Confer ence on Fi nance. Gor don, M. J. (1963). Opti mal Invest ment and Financing Poli cy. Jour nal of Fi nance, Vol 18, 264-272. Gujar ati, D. (2006). Dasar-Dasar Ekonomet rika. Jakar t a: Er langga. Gul, F. A. (1999). Gr owt h Oppor tunit ies, Capi tal Str uctur e and Di vi dend Polici es in Japan. Jour nal of

Cor por at e Fi nance 5 , 141–168. indonesi a-investment s.com.

htt ps:/ / ww w.indonesi a- investments.com/ id/ bisnis/ industr i-sektor / otomot if/ item6047? Javed, M. U. (2012). Impact of Fi nancial Lever age on Dividend Poli cy: Case of Kar achi Stock Exchange 30 Index. Jour nal of Cont empor ar y Issues in Business Resear ch Vol. 1, No. 1, 28-32. Lang, L., Ofek, E., & Stul z, R. (1995). Lever age, I nvest ment, and Fir m Growth. Jour nal of Financial Economi cs, Vol. 39 , 131-157. Li tner , J. (1962). Dividends, Ear nings, Lever age, Stock Pr i ces and Suppl y of Capital to Cor por at ions. The Review of Economi cs and St ati stics, Vol. 64 , 243-269. Maladjian, C., & Khour y, R. E. (2014). Deter minants of the Dividend Poli cy: An Empi r ical Study on the Lebanese Listed Banks. Int er national Jour nal of Economics and Finance, Vol. 6, No.4, 240-256.

Manos, R. (2001). Capital Str uct ur e and Di vi dend Poli cy: Evidence fr om Emer ging Mar kets. Desert ation . Mill er , M. H., & Modi gliani , F. ( 1961). Dividend Pol icy, Gr owth, and the Val uati on of Shar es. The Jour nal of Business, Vol. 34, No. 4 , 411-433. mobil kamu.com. (2016). Di ambil kembali dar i https:/ / mobilkamu.com/ ar ti kel/ otomotif/ . Most afa, H. T., & Bor egow da, S. (2014). A Br i ef Review of Capital Str uct ur e Theor ies. Resear ch

Jour nal of Recent Sciences, Vol. 3, Issue 10 , 113-118. Movali a, N., & Vekar iya, P. (2014). A Study on Det er mi nant of Di vi dend Policy and Its Impact on Dvividend of Listed Company Under S&P BSE SENSEX. Jour nal of Busi ness Management & Soci al Sciences Resear ch, Vol. 3, No.12 , 70-72.

Mubin, M., & et al. (2014). Deter minants of Dividend with Industr y-wise Effect fr om KSE 100 Index . Resear ch Jour nal of Finance and Account i ng Vol.5, No.3 , 62-69. Panigr ahi , S., & Zainuddi n, Y. (2015). Dividend Policy Deci si ons: Theor etical Views and Rel evant Issues. Repor t s on Economics and Finance, Vol. 1, No. 1, 43 - 58. Ranti, U. O. (2013). Deter minant s of Dividend Pol icy: A Study of Select ed Listed Fir ms in Niger ia. Change and Leadershi p, No. 17 , 107-119. Ross , S. A., Wester field , R. W., & Jor dan, B. D. (2010). Fundament al of Cor por at e Finance. New Yor k: McGr aw-Hi ll.

Diyan Lest ar i / Pr ofitabilit y, Gr owt h Oppor tuni ties, Lever age …

Rozeff, M. (1982). Gr owth, Bet a and Agency Cost s as Deter minants of Dividend Payout. Jour nal of Fi nancial Resear ch,Vol. 5, Issue 3 , 249–259. Saham

www.sahamok.com:

ht tps:/ / w ww.sahamok.com/ emiten/ sektor -aneka-i ndust r i/ sub-sekt or -otomotif- komponen/

Santos, J. B., & Brit o, L. A. (2012). Towar d a Subjecti ve Measur ement Model for Fi r m Per for mance. BAR, Rio de Janeir o, v. 9, Speci al Issue , 95-117. Shamsabadi, H. A., Min, B.-S., & Chung, R. (2016). Cor por at e Gover nance and Dividend Str ategy: Lessons fr om Austr ali a. Int er nat ional Jour nal of Manager i al Finance, Vol. 12 Issue:5, 583- 610.

Shar ma, D. K., & Wadhwa, R. (2017). Determi nants of Dividend Poli cy Deci sion: An Anal ysi s of Banks in I ndia. Pr oceedings of Int er nat ional Confer ence on St r at egi es i n Volatile and Uncer t ai n Envir onment for Emer gi ng Mar ket s , 617-623.

Sindhu, M. I., Hashmi, S. H., & Haq, E. U. (2016). Impact of Owner ship Str uctur e on Dividend Payout in Paki st ani Non-Financi al Sector . Cogent Business & Management 3. Subr amaniam, R. K., & Shaiban, M. S. (2011). Investment Oppor tuni ty Set and Dividen Pol icy in Malaysi a: Some Evi dence on the Rol e of Ethnicity and Fami ly Contr ol. 2nd I nt er national Confer ence on Economics, Business and Management . PEDR, Vol.22 , 170-177.

Subr amaniam, R., Devi, S. S., & Mar imuthu, M. (2011). Investment Oppor tunit y Set and Dividend Poli cy in Malaysia. Afr i can Jour nal of Business Management , Vol. 5, Issue 24, 10128-10143. Subr amanian, R. K., & et al. (2014). Gr owth Oppor tunities and Dividend Pol icy: Some Evidence on the Role of Ethnici ty in an Emer gi ng Economy . Cor por at e Ow ner ship and Cont r ol, Vol. 12, Issue 1 , 126-138.

Tabar i, N. A., & Shir azi, S. (2015). Examining t he Deter minants of Dividend Pol icy i n Listed Companies in Tehr an St ock Exchange. Indi an Jour nal of Fundament al and Appl ied Life Sciences, Vol . 5 .

Thafan, F., & Abdul lah, M. (2014). Impact of Dividend Payout on Cor por ate Pr ofitabilit y: Evident fr om Col ombo Stock Exchange. Advances in Economics and Business, Vol. 1, No. 1, 27-33. Tulsian, M. (2014). Pr ofi tabil ity Analysis (A compar ati ve study of SAIL & TATA St eel). IOSR Jour nal of Economics and Finance (IOSR), Vol.3, Issue 2 , 19-22. Utami, S. R., Tobi ng, S. D., & Longkut oy, A. A. (2015). The I nfl uence of Pr ofitabili ty and Gr owth Oppor tuni ty on Di vi dend Payment of the Fir ms in the Miscel laneous Indust r y Sector in Indonesia Stock Exchange. Int er nati onal Jour nal of Management Sciences and Business Resear ch, Vol. 4, Issue 9 , 26-31.

www.i dx.go.id www.yahoofi nance.com

240

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 227 - 240