HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKA
PROPOSAL PENELITIAN
“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES IBU HAMIL
MENJELANG KELAHIRAN PERTAMA”
Disusun Oleh :
LAILATUL IZZAH
15010113130163
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan masa transisi bagi wanita, karena terdapat banyak
perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Sistem tubuh yang
mengalami banyak perubahan adalah sistem reproduksi. Sedangkan perubahan
psikologis yang terjadi pada ibu hamil diawali saat seorang wanita mengetahui dirinya
telah hamil. Pada periode ini, ibu hamil merasakan kegembiraan tertentu, karena akan
menyambut kehidupan yang baru. Akan tetapi tidak semua ibu hamil merasakan
perasaan yang sama, ada beberapa ibu yang mengalami ketidaknyamanan bahkan
sampai mengalami syok maupun stres. Hal ini terjadi terutama pada ibu hamil yang
kurang siap menghadapi masa-masa kritis pada masa kehamilan dan masa kelahiran.
Pada masa kehamilan khususnya untuk para ibu muda yang akan menjalani kelahiran
pertama, tingkat stres yang dirasakan sangat jauh lebih besar dibandingkan dengan ibu
hamil yang sudah pernah melahirkan. Pada kelahiran pertama, banyak ibu muda yang
mengalami kematian. Menurut data statistik, tingginya angka kematian ibu pada tahun
2013 mencapai 5.019 jiwa. Hal ini disebabkan mayoritas pada saat ibu mengalami
kehamilan dan persalinan. Selain itu, angka kematian ibu juga disebabkan oleh usia
ibu hamil yang terlalu muda, yaitu pada usia 15 – 19 tahun yang mencapai 46 %.
Pemberian gizi seimbang, untuk ibu dan bayinya masih kurang serta pengetahuan
tentang kehamilan dan persalinan juga masih minim.
Ketika seorang ibu hamil mengalami ketakutan intens, kegelisahan dan emosi
negatif lain atau suasana hati yang negatif, perubahan fisiologis dapat memengaruhi
janin (Etninger dkk, 2009). Stres pada ibu hamil juga dapat meningkatkan tingkat
kotrisol hormon stres pada awal kehamilan (Latenderesse, 2009). Peningkatan tingkat
kotrisol pada janin telah dikaitkan dengan kelahiran prematur (Field, 2007). Studi
terbaru juga mengungkapkan bahwa penurunan stres selama kehamilan dikaitkan
dengan rendahnya tingkat kelahiran prematur (Glym dkk, 2008). Stres pada ibu juga
dapat memengaruhi janin secara tidak langsung dengan meningkatkan kemungkinan
ibu terpengaruh dalam perilaku yang tidak sehat.
Tingginya kecemasan ibu dan stres selama kehamilan memiliki konsekuensi
jangka panjang bagi keturunan (Davis dkk, 2007). Sebuah studi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa wainita hamil dengan tingkat stres yang tinggi akan
meningkatkan risiko memiliki anak dengan masalah emosional / kognitif, gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dan keterlambatan dalam bahasa
(Talge dkk, 2007).
Stres dikenali sebagai interaksi antara kemampuan coping seseorang dengan
tuntutan lingkungannya. Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya stimulus
yang membahayakan fisik dan psikis bersifat mengancam, lalu memunculkan reaksireaksi kecemasan). Sedangkan menurut Hans Selye ( 2003) menjelaskan stres adalah
respon yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai tuntutan yang ada, dimana
respon tersebut dapat berupa respon fisik atau emosional.
Salah satu faktor dari stres adalah faktor individual dan faktor situasional. Faktor
individual adalah faktor-faktor yang berasal dari diri individu, seperti karakterisitik
kepribadian individu maupun kemampuan individu melakukan coping stres.
Sedangkan faktor situasional adalah faktor dari lingkungan individu seperti dukungan
keluarga, kondisi rumah tangga, pekerjaan, dan segala situasi yang bisa menimbulkan
stres. Ibu hamil pertama sering memiliki pikiran yang menganggu, sebagai
pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya. Banyak orang
yang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu rasanya sakit sekali dan banyak hal
yang terjadi pada saat persalinan, misalnya kematian ibu atau janin, melahirkan
dengan cara normal atau operasi dan sebagainya. Oleh karena itu, muncul ketakutanketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki pengalaman bersalin. Selain
itu kebanyakan dari ibu hamil yang merasa stres terhadap kehamilannya akan
mempengaruhi perkembangan janin di dalam rahim. Kehamilan perlu dihadapi
secara khusus melalui penyesuaian diri yang tepat agar kondisi psikis maupun
kesehatan fisik ibu hamil dan janin dapat terpelihara dengan baik. Salah satu faktor
yang diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam masa penyesuaian adalah
dukungan sosial dan jaringan sosial yang terdekat dengan ibu hamil adalah keluarga.
Melalui berbagai bentuk dukungan yang diberikan keluarga diharapkan calon ibu
dapat melakukan penyesuaian diri yang lebih baik pada masa kehamilannya.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa dukungan keluarga mampu menurunkan
tingkat stres atau kecemasan ibu hamil maupun pada saat persalinan. Ibu hamil yang
mendapat dukungan dari keluarga (dari suami) mengalami penurunan kecemasan saat
hamil dan menjelang persalinan, sedangkan ibu hamil yang mendapat dukungan
keluarga yang rendah akan mengalami kecemasan dan tingkat stres yang tinggi.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=186690&val=6447&title=Hubungan%20Dukungan%20Suami,%20Usia
%20Ibu,%20Dan%20Gravida%20Terhadap%20Kejadian%20Emesis
%20Gravidarum)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penguraian latar velakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres
pada ibu hamil.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat stres pada ibu hamil.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini meliputi :
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi bidang
psikologi klinis, psikologi perkembangan maupun kedokteran sehingga dapat
memperkaya hasil penelitian dan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya baik tentang senam hamil maupun kondisi stres pada ibu hamil.
2. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan oleh:
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi mahasiswa sebagai calon orang
tua agar bisa menjadi pengetahuan dalam berkeluarga nantinya.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dan pengetahuan bagi
masyarakat, baik ibu hamil, suami, orang tua atau siapapun agar berupaya
mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan tepat.
c. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengetahuan sehingga bisa
mensosialisasikan pada masyarakat sehingga dapat membantu mengurangi
angka kematian pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Ibu Hamil
1. Definisi Stres dan Stres Ibu Hamil
Menurut Sarwono (dalam Natalia, 2007), stres adalah kondisi kejiwaan
ketika jiwa itu mendapat beban. Menurut Hans Selye (dalam Santrock, 2003 :
557), stres adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang
ditempatkan padanya. Hans Selye dalam buku Hawari (2001), menyatakan bahwa
stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya. Spielberger (dalam Handoyo dikutip Natalia, 2007), stres adalah
tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek
dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres
adalah segala suatu kondisi berupa perubahan reaksi fisiologis, kognitif dan
perilaku sebagai penyesuaian diri individu ketika mengalami tekanan karena
dihadapkan pada suatu kesenjangan antara kebutuhan dengan kenyataan sehingga
tercipta suatu kondisi yang tidak seimbang pada ibu hamil.
2. Aspek-aspek
a. Stimulus
Keadaan/situasi
dan
peristiwa
yang
dirasakan
mengancam
atau
membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.
Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor
menjadi tiga :
a) Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising
b) Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan seseorang yang
disayangi.
c) Peristiwa katastropik, contoh : bencana alam.
b. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen yang
saling berhubungan, komponen fisiologis dan komponen psikologis, dimana
kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
a). Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.
b). Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
c. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu
dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu yang
disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang
didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain
merasakannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
1. Sosial
a. Jumlah peristiwa yang menjadi stressor, kemunculannya secara bersamaan.
b. Situasi tertentu, misal dengan siapa kita hidup, sberapa lama kta mengalami
stres tersebut.
2. Individual
a. Karakteristik kepribadian individu, misal pemarah, ambisius, agresif.
b. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres,
antara lain : intelegensi, fleksibilitas berpikir, banyak akal.
c. Harga diri (self esteem)
d. Bagaimana individu menerima atau mepersepsikan peristiwa yang potensial
memunculkan stres.
e. Toleransi terhadap stres, tergantung pada kondisi kesehatan, tingkat
kecemasan.
B. Dukungan Keluarga
1. Definisi Dukungan Keluarga
Menurut Friedman dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap individu yang bersangkutan. Menurut Kane
mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial. Menurut Gottlieb (Kuncoro 2002) dukungan keluarga
adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingka
laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
Sedangkan menurut Serason (Kuncoro 2002) mengatakan bahwa dukungan
keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang
diandalkan menghargai dan menyayangi individu.
Jadi dukungan keluarga merupakan kesediaan, kehadiran dan kepeduliaan
dari keluarga untuk membantu individu merasa nyaman dan tentram dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya.
2. Aspek-aspek Dukungan Keluarga
Menurut Weiss Cutrona dkk (994;371) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002),
mengemukakan adanya 6 komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The
social provision scale”, dimana masing- masing komponen dapat berdiri sendiri-
sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen- komponen
tersebut adalah :
a. Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)
Kerekatan emosional merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan rasa
aman. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang
memperoleh kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang
menerima. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan
umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga atau teman
dekat atau sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
b. Integrasi Sosial (Social Integrasion)
Integrasi sosial merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat
seseorang berada dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas. Jenis
dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh
perasaan memiliki suatu keluarga yang memungkinkannya untuk membagi
minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif atau secara
bersamaan. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan mendapat rasa
aman, nyaman serta memiliki dan dimilki dalam kelompok.
c. Adanya Pengakuan (Reanssurance Of Worth)
Adanya pengakuan meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan
seseorang dalam keluarga. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan
mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat
penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan semacam ini
dapat berasal dari keluarga atau lembaga atau instansi atau perusahaan atau
organisasi dimana seseorang bekerja.
d. Ketergantungan Yang Dapat Diandalkan (Reliable Alliance)
Ketergantungan yang dapat diandalkan meliputi kepastian atau jaminan bahwa
seseorang dapat mengharapkan keluarga untuk membantu semua keadaan.
Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang akan mendapatkan dukungan
sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya
ketika seorang membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada
umunya berasal dari keluarga.
e. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun hubungan
sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau
nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mangatasi
permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru,
alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang dituakan dalam
keluarga.
f. Kesempatan Untuk Mengasuh (Opportunity For Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan
seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya
untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah
keturunan (anak- anaknya) dan pasangan hidup.
C. Hubungan antara dukungan keluarga dengan penurunan stres
Stres mendekati masa-masa kelahiran, seringkali terjadi pada ibu yang sedang
hamil, terutama ibu hamil yang baru pertama kali akan mengalami proses
persalinan dan ibu muda yang belum pernah mengalami pengalaman persalinan.
Sehingga untuk mengurangi tingkat stres pada ibu hamil dan membantu
memperlancar proses kelahiran, maka ibu hamil perlu adanya dukungan
keluarga. Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita
yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama
kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya
dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat. Seseorang yang hubungannya
dekat dengan keluarganya akan mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk
stres dibandingkan seseorang yang hubungannya jauh dengan keluarga (Stanley,
2007).
D. Hipotesis
Ada hubungan positif tingkat stres pada ibu hamil yang mendapat dukungan
keluarga. Semakin besar dukungan keluarga yang diberikan, semakin rendah tingkat
stres ibu hamil menghadapi kelahiran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Variabel bebas
: Dukungan keluarga
2. Variabel terikat
: Stres ibu hamil
B. Definisi Operasional
1. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan dukungan atau bantuan yang berasal dari
keluarga ibu hamil dalam menghadapi kehidupan dan penyesuaian dirinya sehingga
2.
mampu meringankan stres yang dihadapi ibu hamil.
Stres Ibu Hamil
Stres ibu hamil adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh wanita yang sedang mengandung karena keadaan atau suatu tegangan,
tekanan batin maupun konflik selama kehamilan. Stres ibu hamil pada penelitian ini
dapat diungkap dengan menggunakan skala stres berdasarkan aspek-aspek stres
yaitu stimulus, respon maupun proses. Semakin tinggi skor skala stres, maka
semakin tinggi pula stres yang dialaminya.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian akan ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek atau subyek saja, tetapi meliputi seluruh karakteristik
atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.
Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil di Kabupaten X khususnya di
Kecamatan A, B, C, D dan E.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
sebuah populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai teknik
sampling yang dapat digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian.
Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling, karena kriteria sebjek
telah ditentukan yakni : subjek wanita berusia 20 – 30 tahun yang akan menghadapi
persalinan pertama dengan usia kandungan 8-9 bulan yang berjumlah 50 orang (10
orang dari tiap kecamatan).
D. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan skala likert senam hamil dan tingkat stres. Skala
likert berisi kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang telah
dimodifikasi dengan menggunakan skala ordinal serta skala dukungan keluarga yang
berisi tentang perubahan dan efek dari senam hamil yang semuanya berjumlah 84 item,
42 item tingkat stres dan 42 item senam hamil.
Analisis pengolahan data menggunakan uji korelasi (uji hubungan) yaitu product
moment dengan spss.
Daftar Pustaka
Astria Y. (2009). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Kecemasan dalam
Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati.
[Skripsi online] Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2009. [Diakses tanggal 2
Desember 2013] dari http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/YONNE
%20ASTRIA.pdf"
Dewi, Kartika Sari. (2012). Kesehatan Mental. Semarang : Universitas Diponegoro
http://nasional.sindonews.com/read/858545/15/angka-kematian-ibu-meningkat-setiap-tahun
Mariantari, Yunita dkk. (2014). Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu dan Gravida
Terhadapa Kejadian Emesis Gravidarium. Ejournal Jom Psik Vol 1 No. 2 Oktober
2014. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=186690&val=6447&title=Hubungan%20Dukungan%20Suami,%20Usia
%20Ibu,%20Dan%20Gravida%20Terhadap%20Kejadian%20Emesis
%20Gravidarum
Miller, R. S. & Perlman, D. (2009). Intimate relationships, (5th Ed.). Boston:
McGraw Hill
Primasnia, Pevi dkk. (2013). Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I di Rumah
Bersalin Kota Ungaran. Semarang : Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa
Tengah.
Zamriati W.O. Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Ibu Hamil Menjelang
Persalinan di Poli KIA PKM Tuminting. Ejournal keperawatan (e-Kp). Manado:
Universitas Samratulangi [Jurnal online) 2013; 1(1); 1[Diakses tanggal 15 Desember 2013] dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kp/article/download/2249/1806
7
“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES IBU HAMIL
MENJELANG KELAHIRAN PERTAMA”
Disusun Oleh :
LAILATUL IZZAH
15010113130163
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan masa transisi bagi wanita, karena terdapat banyak
perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Sistem tubuh yang
mengalami banyak perubahan adalah sistem reproduksi. Sedangkan perubahan
psikologis yang terjadi pada ibu hamil diawali saat seorang wanita mengetahui dirinya
telah hamil. Pada periode ini, ibu hamil merasakan kegembiraan tertentu, karena akan
menyambut kehidupan yang baru. Akan tetapi tidak semua ibu hamil merasakan
perasaan yang sama, ada beberapa ibu yang mengalami ketidaknyamanan bahkan
sampai mengalami syok maupun stres. Hal ini terjadi terutama pada ibu hamil yang
kurang siap menghadapi masa-masa kritis pada masa kehamilan dan masa kelahiran.
Pada masa kehamilan khususnya untuk para ibu muda yang akan menjalani kelahiran
pertama, tingkat stres yang dirasakan sangat jauh lebih besar dibandingkan dengan ibu
hamil yang sudah pernah melahirkan. Pada kelahiran pertama, banyak ibu muda yang
mengalami kematian. Menurut data statistik, tingginya angka kematian ibu pada tahun
2013 mencapai 5.019 jiwa. Hal ini disebabkan mayoritas pada saat ibu mengalami
kehamilan dan persalinan. Selain itu, angka kematian ibu juga disebabkan oleh usia
ibu hamil yang terlalu muda, yaitu pada usia 15 – 19 tahun yang mencapai 46 %.
Pemberian gizi seimbang, untuk ibu dan bayinya masih kurang serta pengetahuan
tentang kehamilan dan persalinan juga masih minim.
Ketika seorang ibu hamil mengalami ketakutan intens, kegelisahan dan emosi
negatif lain atau suasana hati yang negatif, perubahan fisiologis dapat memengaruhi
janin (Etninger dkk, 2009). Stres pada ibu hamil juga dapat meningkatkan tingkat
kotrisol hormon stres pada awal kehamilan (Latenderesse, 2009). Peningkatan tingkat
kotrisol pada janin telah dikaitkan dengan kelahiran prematur (Field, 2007). Studi
terbaru juga mengungkapkan bahwa penurunan stres selama kehamilan dikaitkan
dengan rendahnya tingkat kelahiran prematur (Glym dkk, 2008). Stres pada ibu juga
dapat memengaruhi janin secara tidak langsung dengan meningkatkan kemungkinan
ibu terpengaruh dalam perilaku yang tidak sehat.
Tingginya kecemasan ibu dan stres selama kehamilan memiliki konsekuensi
jangka panjang bagi keturunan (Davis dkk, 2007). Sebuah studi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa wainita hamil dengan tingkat stres yang tinggi akan
meningkatkan risiko memiliki anak dengan masalah emosional / kognitif, gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dan keterlambatan dalam bahasa
(Talge dkk, 2007).
Stres dikenali sebagai interaksi antara kemampuan coping seseorang dengan
tuntutan lingkungannya. Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya stimulus
yang membahayakan fisik dan psikis bersifat mengancam, lalu memunculkan reaksireaksi kecemasan). Sedangkan menurut Hans Selye ( 2003) menjelaskan stres adalah
respon yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai tuntutan yang ada, dimana
respon tersebut dapat berupa respon fisik atau emosional.
Salah satu faktor dari stres adalah faktor individual dan faktor situasional. Faktor
individual adalah faktor-faktor yang berasal dari diri individu, seperti karakterisitik
kepribadian individu maupun kemampuan individu melakukan coping stres.
Sedangkan faktor situasional adalah faktor dari lingkungan individu seperti dukungan
keluarga, kondisi rumah tangga, pekerjaan, dan segala situasi yang bisa menimbulkan
stres. Ibu hamil pertama sering memiliki pikiran yang menganggu, sebagai
pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya. Banyak orang
yang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu rasanya sakit sekali dan banyak hal
yang terjadi pada saat persalinan, misalnya kematian ibu atau janin, melahirkan
dengan cara normal atau operasi dan sebagainya. Oleh karena itu, muncul ketakutanketakutan pada ibu hamil pertama yang belum memiliki pengalaman bersalin. Selain
itu kebanyakan dari ibu hamil yang merasa stres terhadap kehamilannya akan
mempengaruhi perkembangan janin di dalam rahim. Kehamilan perlu dihadapi
secara khusus melalui penyesuaian diri yang tepat agar kondisi psikis maupun
kesehatan fisik ibu hamil dan janin dapat terpelihara dengan baik. Salah satu faktor
yang diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam masa penyesuaian adalah
dukungan sosial dan jaringan sosial yang terdekat dengan ibu hamil adalah keluarga.
Melalui berbagai bentuk dukungan yang diberikan keluarga diharapkan calon ibu
dapat melakukan penyesuaian diri yang lebih baik pada masa kehamilannya.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa dukungan keluarga mampu menurunkan
tingkat stres atau kecemasan ibu hamil maupun pada saat persalinan. Ibu hamil yang
mendapat dukungan dari keluarga (dari suami) mengalami penurunan kecemasan saat
hamil dan menjelang persalinan, sedangkan ibu hamil yang mendapat dukungan
keluarga yang rendah akan mengalami kecemasan dan tingkat stres yang tinggi.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=186690&val=6447&title=Hubungan%20Dukungan%20Suami,%20Usia
%20Ibu,%20Dan%20Gravida%20Terhadap%20Kejadian%20Emesis
%20Gravidarum)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penguraian latar velakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres
pada ibu hamil.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat stres pada ibu hamil.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini meliputi :
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi bidang
psikologi klinis, psikologi perkembangan maupun kedokteran sehingga dapat
memperkaya hasil penelitian dan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
selanjutnya baik tentang senam hamil maupun kondisi stres pada ibu hamil.
2. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan oleh:
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi mahasiswa sebagai calon orang
tua agar bisa menjadi pengetahuan dalam berkeluarga nantinya.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dan pengetahuan bagi
masyarakat, baik ibu hamil, suami, orang tua atau siapapun agar berupaya
mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan tepat.
c. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengetahuan sehingga bisa
mensosialisasikan pada masyarakat sehingga dapat membantu mengurangi
angka kematian pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Ibu Hamil
1. Definisi Stres dan Stres Ibu Hamil
Menurut Sarwono (dalam Natalia, 2007), stres adalah kondisi kejiwaan
ketika jiwa itu mendapat beban. Menurut Hans Selye (dalam Santrock, 2003 :
557), stres adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang
ditempatkan padanya. Hans Selye dalam buku Hawari (2001), menyatakan bahwa
stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya. Spielberger (dalam Handoyo dikutip Natalia, 2007), stres adalah
tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek
dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres
adalah segala suatu kondisi berupa perubahan reaksi fisiologis, kognitif dan
perilaku sebagai penyesuaian diri individu ketika mengalami tekanan karena
dihadapkan pada suatu kesenjangan antara kebutuhan dengan kenyataan sehingga
tercipta suatu kondisi yang tidak seimbang pada ibu hamil.
2. Aspek-aspek
a. Stimulus
Keadaan/situasi
dan
peristiwa
yang
dirasakan
mengancam
atau
membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.
Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor
menjadi tiga :
a) Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising
b) Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan seseorang yang
disayangi.
c) Peristiwa katastropik, contoh : bencana alam.
b. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen yang
saling berhubungan, komponen fisiologis dan komponen psikologis, dimana
kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
a). Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.
b). Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
c. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu
dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu yang
disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang
didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain
merasakannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
1. Sosial
a. Jumlah peristiwa yang menjadi stressor, kemunculannya secara bersamaan.
b. Situasi tertentu, misal dengan siapa kita hidup, sberapa lama kta mengalami
stres tersebut.
2. Individual
a. Karakteristik kepribadian individu, misal pemarah, ambisius, agresif.
b. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres,
antara lain : intelegensi, fleksibilitas berpikir, banyak akal.
c. Harga diri (self esteem)
d. Bagaimana individu menerima atau mepersepsikan peristiwa yang potensial
memunculkan stres.
e. Toleransi terhadap stres, tergantung pada kondisi kesehatan, tingkat
kecemasan.
B. Dukungan Keluarga
1. Definisi Dukungan Keluarga
Menurut Friedman dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap individu yang bersangkutan. Menurut Kane
mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial. Menurut Gottlieb (Kuncoro 2002) dukungan keluarga
adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingka
laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
Sedangkan menurut Serason (Kuncoro 2002) mengatakan bahwa dukungan
keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang
diandalkan menghargai dan menyayangi individu.
Jadi dukungan keluarga merupakan kesediaan, kehadiran dan kepeduliaan
dari keluarga untuk membantu individu merasa nyaman dan tentram dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya.
2. Aspek-aspek Dukungan Keluarga
Menurut Weiss Cutrona dkk (994;371) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002),
mengemukakan adanya 6 komponen dukungan sosial yang disebut sebagai “The
social provision scale”, dimana masing- masing komponen dapat berdiri sendiri-
sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponen- komponen
tersebut adalah :
a. Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)
Kerekatan emosional merupakan perasaan akan kedekatan emosional dan rasa
aman. Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang
memperoleh kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang
menerima. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan
umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga atau teman
dekat atau sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
b. Integrasi Sosial (Social Integrasion)
Integrasi sosial merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat
seseorang berada dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas. Jenis
dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh
perasaan memiliki suatu keluarga yang memungkinkannya untuk membagi
minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif atau secara
bersamaan. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan mendapat rasa
aman, nyaman serta memiliki dan dimilki dalam kelompok.
c. Adanya Pengakuan (Reanssurance Of Worth)
Adanya pengakuan meliputi pengakuan akan kompetensi dan kemampuan
seseorang dalam keluarga. Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan
mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat
penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan semacam ini
dapat berasal dari keluarga atau lembaga atau instansi atau perusahaan atau
organisasi dimana seseorang bekerja.
d. Ketergantungan Yang Dapat Diandalkan (Reliable Alliance)
Ketergantungan yang dapat diandalkan meliputi kepastian atau jaminan bahwa
seseorang dapat mengharapkan keluarga untuk membantu semua keadaan.
Dalam dukungan sosial jenis ini, seseorang akan mendapatkan dukungan
sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya
ketika seorang membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini pada
umunya berasal dari keluarga.
e. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah adanya hubungan kerja ataupun hubungan
sosial yang dapat memungkinkan seseorang mendapat informasi, saran, atau
nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mangatasi
permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru,
alim ulama, pamong dalam masyarakat, dan juga figur yang dituakan dalam
keluarga.
f. Kesempatan Untuk Mengasuh (Opportunity For Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan yang
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan
seseorang untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya
untuk memperoleh kesejahteraan. Sumber dukungan sosial ini adalah
keturunan (anak- anaknya) dan pasangan hidup.
C. Hubungan antara dukungan keluarga dengan penurunan stres
Stres mendekati masa-masa kelahiran, seringkali terjadi pada ibu yang sedang
hamil, terutama ibu hamil yang baru pertama kali akan mengalami proses
persalinan dan ibu muda yang belum pernah mengalami pengalaman persalinan.
Sehingga untuk mengurangi tingkat stres pada ibu hamil dan membantu
memperlancar proses kelahiran, maka ibu hamil perlu adanya dukungan
keluarga. Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita
yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama
kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya
dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat. Seseorang yang hubungannya
dekat dengan keluarganya akan mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk
stres dibandingkan seseorang yang hubungannya jauh dengan keluarga (Stanley,
2007).
D. Hipotesis
Ada hubungan positif tingkat stres pada ibu hamil yang mendapat dukungan
keluarga. Semakin besar dukungan keluarga yang diberikan, semakin rendah tingkat
stres ibu hamil menghadapi kelahiran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Variabel bebas
: Dukungan keluarga
2. Variabel terikat
: Stres ibu hamil
B. Definisi Operasional
1. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan dukungan atau bantuan yang berasal dari
keluarga ibu hamil dalam menghadapi kehidupan dan penyesuaian dirinya sehingga
2.
mampu meringankan stres yang dihadapi ibu hamil.
Stres Ibu Hamil
Stres ibu hamil adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh wanita yang sedang mengandung karena keadaan atau suatu tegangan,
tekanan batin maupun konflik selama kehamilan. Stres ibu hamil pada penelitian ini
dapat diungkap dengan menggunakan skala stres berdasarkan aspek-aspek stres
yaitu stimulus, respon maupun proses. Semakin tinggi skor skala stres, maka
semakin tinggi pula stres yang dialaminya.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian akan ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek atau subyek saja, tetapi meliputi seluruh karakteristik
atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.
Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil di Kabupaten X khususnya di
Kecamatan A, B, C, D dan E.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
sebuah populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai teknik
sampling yang dapat digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian.
Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling, karena kriteria sebjek
telah ditentukan yakni : subjek wanita berusia 20 – 30 tahun yang akan menghadapi
persalinan pertama dengan usia kandungan 8-9 bulan yang berjumlah 50 orang (10
orang dari tiap kecamatan).
D. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan skala likert senam hamil dan tingkat stres. Skala
likert berisi kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang telah
dimodifikasi dengan menggunakan skala ordinal serta skala dukungan keluarga yang
berisi tentang perubahan dan efek dari senam hamil yang semuanya berjumlah 84 item,
42 item tingkat stres dan 42 item senam hamil.
Analisis pengolahan data menggunakan uji korelasi (uji hubungan) yaitu product
moment dengan spss.
Daftar Pustaka
Astria Y. (2009). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Kecemasan dalam
Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati.
[Skripsi online] Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2009. [Diakses tanggal 2
Desember 2013] dari http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/YONNE
%20ASTRIA.pdf"
Dewi, Kartika Sari. (2012). Kesehatan Mental. Semarang : Universitas Diponegoro
http://nasional.sindonews.com/read/858545/15/angka-kematian-ibu-meningkat-setiap-tahun
Mariantari, Yunita dkk. (2014). Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu dan Gravida
Terhadapa Kejadian Emesis Gravidarium. Ejournal Jom Psik Vol 1 No. 2 Oktober
2014. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=186690&val=6447&title=Hubungan%20Dukungan%20Suami,%20Usia
%20Ibu,%20Dan%20Gravida%20Terhadap%20Kejadian%20Emesis
%20Gravidarum
Miller, R. S. & Perlman, D. (2009). Intimate relationships, (5th Ed.). Boston:
McGraw Hill
Primasnia, Pevi dkk. (2013). Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I di Rumah
Bersalin Kota Ungaran. Semarang : Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa
Tengah.
Zamriati W.O. Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Ibu Hamil Menjelang
Persalinan di Poli KIA PKM Tuminting. Ejournal keperawatan (e-Kp). Manado:
Universitas Samratulangi [Jurnal online) 2013; 1(1); 1[Diakses tanggal 15 Desember 2013] dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kp/article/download/2249/1806
7