MAKALAH Perlawanan Bangsa di Indonesia

DALAM
MEMPERTAHANKAN
PERJUA
KEMERDEKAAN
NGAN
MAKA
Perla
BANGS
LAH
A
wana
Untuk
INDONE
n
Mempe
SIA

Bang
rtahan
kan
sa

Kemer
Indon
dekaan
esia

Disusu
 Alexandhe
n
Soesanto
Oleh
:
 Eggy
Akbar
Pradana
 Angelina Eka
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Arut Selatan
Jalan Pangeran Diponegoro No.26 Telp. (0532) 21092
Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah


Sekapur Sirih
Puji syukur yang sebesar-besarnya kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat, kasih dan karunianya sehingga tim penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perjuangan

Mempertahankan

Kemerdekaan

Indonesia” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari salah satu guru SMP
Negeri 1Arut Selatan, Ibu Suhartatik, Spd. Tim Penyusun berusaha menyajikan
makalah ini dalam bahasa yang lebih sederhana dan mudah dimengerti oleh para
pembaca untuk mempermudah pemahaman pada materi ini.
Selesainya tugas ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada teman – teman dan
guru yang memberikan saran dan kritik untuk penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu,kami selaku Tim Penyusun menohon maaf yang sebesar – besarnya apabila
terdapat isi materi yang kurang baik.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Terima kasih.

Pangkalan Bun, 2 September
2013

Tim Penyusun

2 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................................................................... 3
1.

Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.......................4
A. Perjuangan Bersenjata................................................................................................... 4
 Pertempuran di Semarang.................................................................................4
 Peperangan di Ambarawa...................................................................................6
 Pertempuran 10 November di Surabaya........................................................8

 Medan Area.......................................................................................................... 12
 Bandung Lautan Api............................................................................................. 13
 Peristiwa Merah Putih di Manado....................................................................14
 Puputan Jagaraga, Kusumba, dan Badung.......................................................15
 Puputan Klungkung dan Margarana..................................................................16
Peristiwa Merah Putih di Biak dan Peperangan di Sulawesi Selatan.......17
B. Perjuangan Diplomasi...................................................................................................... 18

2.

Agresi Militer Belanda 1 dan Agresi Militer Belanda 2.............................................24
A. Agresi Militer Belanda 1..............................................................................................24
B. Agresi Militer Belanda 2.............................................................................................27

3.

Serangan Umum 1 Maret................................................................................................... 30

3 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia


1.

Perjuangan
Bangsa
Indonesia
dalam
Mempertahan
kan
Kemerdekaan

Perjuangan bangsa Indonesia intuk mewujudkan suatu
kemerdekaan yang sempurnya belum sepenuhnya berakhir. Selain
masalah pemerintahan yang belum sepenuhnya terbentuk, Belanda
juga belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Mereka masih
mengklaim bahwa Indonesia merupakan wilayah Kerajaan
Belanda. Sehingga membuat para pejuang merasa marah dan
benci terhadap Belanda. Mereka-pun juga melawan pihak Belanda
yang ingin kembali menguasai Indonesia. Bentuk – bentuk
perlawanan bangsa Indonesia terhadap pihak Belanda dapat dibedakan menjadi 2, yaitu Perjuangan
Bersenjata dan Perjuangan Diplomasi.


A.

Perjuangan
Bersenjata

Perjuangan Bersenjata bangsa Indonesia terjadi diberbagai tempat, antara lain :

a. Pertempuran di Semarang

1. Kronologi


Kaburnya tawanan Jepang

Hal
pertama
yang
menyulut
kemarahan

para
pemuda Indonesia adalah
ketika
pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu, dan di tengah jalan mereka
kabur dan bergabung dengan pasukan Kidobutai dibawah pimpinan Jendral Nakamura. Kidobutai
terkenal sebagai pasukan yang paling berani, dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung
bersama pasukan Kidobutai di Jatingaleh.



Tewasnya Dr. Kariadi

Setelah kabur-nya tawanan Jepang, pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemudapemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di
depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya,
para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar

4 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus
melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga

Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan
dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke
dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal, (Sekarang
menjadi kawasan industri Candi Semarang) waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di
kota Semarang. Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi Dokter Kariadi berniat
memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang
memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda
karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus
segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di
beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba
mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat
lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang.
Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda
itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara
pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke
rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat
gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.

2. Tokoh – Tokoh Yang Terlibat
Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah sbb :

1.

dr. Kariadi
dr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang
kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat
Purusara.

2.

Mr. Wongsonegoro
Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.

3.

Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta
Tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.

4.

Mayor Kido (Pemimpin Kidobutai)

Pimpinan Batalion Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh.

5.

drg. Soenarti
Istri dr. Kariadi

5 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

6.

Kasman Singodimejo
Perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.

7.

Jenderal Nakamura
Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang

3. Peristiwa Lain

1.

Sebelum tanggal 20 Oktober, ada kejadian Gencatan Senjata antara kedua belah pihak, tetapi
kendati demikian kejadian ini tidak memadamkan situasi, kejadian diperparah dengan pembunuhan
sandera

2.

Di Pedurungan, orang-orang Semarang, terutama dari Mranggen dan Genuk menjadi satu untuk
memindahkan tawanan, yang menjadi sandera. Karena janji Jepang untuk mundur tidak dipenuhi
maka 75 sandera itu dibunuh, sehingga perang berlanjut.

3.

Radius 10 km dari Tugumuda menjadi medan peperangan 5 Hari Semarang

4. Monumen Tugu Muda
Untuk memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangun Tugu Muda sebagai monumen
peringatan. Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950. Diresmikan oleh presiden Ir.
Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Bangunan ini terletak di kawasan yang banyak merekam peristiwa
penting selama lima hari pertempuran di Semarang, yaitu di pertemuan antara Jl. Pemuda, Jl. Imam
Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan lawang sewu. Selain pembangunan Tugu Muda,
Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di Semarang.

b. Peperangan di Ambarawa

a. Kronologi Peristiwa
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di
Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah.
Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan
Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan
keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan
Republik Indonesia.

6 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk
membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga
menimbulkan kemarahan pihak Indonesia.
Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara
Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat
kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur
tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diamdiam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen
Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka.
Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di
bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan
Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat
pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di
bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur
terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa
kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran.
Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di
antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan
adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta,
Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan
pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan
Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu
mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan
Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

b. Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor
TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan.
Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembakpenembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya
Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit.
Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau

7 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi
dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat
mundur ke Semarang.Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen
Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

c. Pertempuran 10 November di Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan
pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa
Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi
Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

a. Kronologi
Kedatangan

Tentara Inggris & Belanda

Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara
Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika
gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris
mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke
Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama
Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang
ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang
datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai
negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng
bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan
memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana – mana melawan NICA dan
Pemerintahan AFNEI.

 Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
8 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa
mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah
Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya.
Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato
Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama
Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 18
September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa
persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah
utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka
menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di
Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di
Surabaya.
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Sudirman, pejuang dan diplomat
yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah
Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati
kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia
berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera
diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan
bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas,
Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian
dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh
Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda
yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman,
sementara Sudirman dan Hariyono melarikan diri ke luar
Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel
untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang
semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan
terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama
Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda,
merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak
tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada
tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama
antara Indonesia melawan tentara Inggris . Seranganserangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban
Gambar 1 - Peristiwa Perobekan
jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C.
Bendera Belanda
Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

9 | Makalah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

Kematian

Brigadir Jenderal Mallaby

Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29
Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan
bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya
tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa
Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal
Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah.
Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak
menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir
Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang
pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak
diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil
tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan
jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini
menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak
Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti
Gambar 2 - Mobil Mallaby yang Hacur Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh untuk
mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan
dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.
Perdebatan

Tentang Pihak Penyebab Baku Tembak

Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Pada 20
Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan bahwa baku
tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini
disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai
baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus
dari kontak dan telekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg:
“… Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah
terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara
sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus
ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan
tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi
bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk
menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua senapan Bren dan massa bubar dan lari untuk

10 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir
Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya
telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby)
sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang
Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya
(Mallaby).
Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik… karena informasi saya dapatkan langsung
dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang
niat jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan “

 Ultimatum

10 November 1945

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Mansergh mengeluarkan
ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor
dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan
di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah
membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia
dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang
telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang
masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan
bom udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000
infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya dibombardir dan ditembak dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan
pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari
penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh
menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal mupun terluka.
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam
tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di
masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan
terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan

11 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH.
Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan
santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada
waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi
mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) sehingga perlawanan pihak
Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke
minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara
spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran
skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota
Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat
sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India
kira-kira sejumlah 600. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut
Gambar 3 - Bung Tomo yang
telah menggerakkan
perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan
sedang
"membakar"
Semangat
Para Pejuang
mempertahankan
kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban
pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga
sekarang.

d. Medan Area

a.

Kronologi Peristiwa

Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr.
Teuku Mohammad Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Menanggapi berita proklamasi para pemuda
dibawah pimpinan Achmad Tahir membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota
Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu
(Inggris) ini diikuti oleh pasukan sekutu dan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih
pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan NICA ternyata memancing berbagai insiden. Pada tanggal
13 Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan
mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum
kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah
dihiraukan. Pada tanggal 1 Desember 1945, Sekutu memasang papan yang tertuliskan "Fixed Boundaries
Medan Area" (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran kota Medan. Tindakan Sekutu itu
merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan
serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah
pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan
kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.

12 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando
Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan ini terus mengadakan serangan terhadap Sekutu
diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang,
Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lain di Padang, Bukit Tinggi dan Aceh.

e. Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung,
provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk
Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.
Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan
kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945.
Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua
senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR dan polisi, diserahkan kepada mereka. Orangorang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai
mengganggu keamanan.
Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari. Malam tanggal 24
November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukankedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan
sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat
agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu)
meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para pejuang
pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA.
Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean
Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada
tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil
musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar
penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota
berlangsung. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak
dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul
membubung tinggi di udara dan semua listrik mati.

13 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran
sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di
Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana
terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan,
dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun
dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi
tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang
tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di
dalamnya.
Gambar 4 - Bandung yang Sudah

Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan Dibumihanguskan
tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam
rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan
telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung
pun menjadi lautan api.Kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami
saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

f. Peristiwa Merah Putih Di Manado

Pada akhir1945 pasukan sekutu (Australia) menyerahkan kekluasaan kepada NICA dan
sekutu,lalu meninggalkan manado .NICA bertindak sewenang wenang mnenangkap tokoh tokoh
RI.pemuda yang mnendukung RI membentuk PPI (pasukan pemuda Indonesia) mereka menggalang aksi
perlawanan .NICA menangkapi tokoh tokoh PPI juga .pada tanggal 14 februari 1946 PPI menyerbu
merkas NICA di teeing dan membebaskan tokoh yang di tangkap.mereka mengambil bendera belanda
lalu merobek warna biru dan mengbarkan sebagai bendera merah putih.

g. Puputan Jagaraga
Pada tahun 1846, Anak Agung Jelantik penguasa daerah Den Bukit, sekarang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Buleleng memutuskan untuk melakukan perang puputan. Perang ini dipicu oleh
politik tawan karang (menahan seluruh kapal asing yang masuk ke dermaga pelabuhan Buleleng – Bali
Utara) yang diberlakukan Kerajaan Den Bukit tidak diterima oleh pihak Belanda yang mencoba masuk ke
wilayah Den Bukit. Karena dipersenjatai peralatan perang modern yang lengkap, termasuk kapal laut,

14 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

kapal udara, mobil perang beserta senapan-senapan apinya, maka Belanda secara membabi buta
menyerang wilayah Den Bukit mulai dari pesisir Buleleng sampai ke kota kerajaan di desa Jagaraga.
Dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V. Michiels dan sebagai wakilnya adalah van Swieten, Kerajaan
Buleleng diserang dari segala tempat, udara, laut dan darat. Namun rakyat Den Bukit tidak menyerah
menghadapi serangan yang sangat tidak berimbang ini. Raja Den Bukit pun mengumumkan kepada
rakyat, pasukan perang dan kerabat istana untuk menghadapi Belanda sampai titik darah penghabisan.
Akhirnya Den Bukit pun jatuh ke tangan Kolonial Belanda, namun atas desakan rakyat, Anak Agung
Jelantik dan beberapa sesepuh Kerajaan Den Bukit berhasil diloloskan ke wilayah Kerajaan Karangasem
untuk meminta perlindungan dan menyusun kekuatan untuk kembali menghadapi pasukan Belanda.

h. Puputan Kusumba
Tiga tahun kemudian, yakni tahun 1849, Belanda berusaha menduduki wilayah Bali Timur.
Pasukan ingin menguasai wilayah Kerajaan Klungkung yang merupakan kerajaan tertinggi di Bali saat
itu. Dengan menguasai Kerajaan Klungkung, berarti wilayah Bali secara keseluruhan akan dibawah
kekuasaan penjajah Belanda. Namun rencana ini tercium oleh rakyat desa Kusamba yang merupakan
benteng kekuatan Kerajaan Klungkung. Rakyat Kusamba yang didukung penuh oleh atasannya
menyatakan akan menghadapi belanda secara perang puputan.

Pada tanggal 25 Mei 1849, tampil lah Ida I Dewa Istri Kanya, seorang perempuan Bali memimpin
perang puputan yang dikenal dengan Puputan Kusamba tersebut. Saat itu pasukan Belanda dipimpin oleh
Let. Jen. Michiels. Berbeda dengan perang puputan lainnya, kali ini Klungkung memenangkan perang
dengan terbunuhnya Micheils di medan perang. Kekalahan ini tentu saja membuat pihak Belanda sangat
malu.

i. Puputan Badung
Setelah hampir setengah abat tidak terdengar adanya perang puputan di Bali, tiba-tiba pada tanggal
20 September 1906, tiga kerajaan yakni Puri Kesiman, Puri Denpasar dan Puri Pemecutan mengumumkan
perang puputan melawan kolonial Belanda yang berkedudukan di Batavia. Perang ini dipicu oleh taktik
licik pihak kolonial Belanda yang menuduh rakyat Sanur mencuri barang-barang milik saudagar Cina
yang diangkut oleh kapal Sri Komala berbendera Belanda yang terdampar di pantai Sanur pada tahun
1904. Kwee Tek Tjiang, pemilik barang telah membuat laporan palsu kepada utusan raja dan menyatakan
rakyat telah mencuri 3.700 ringgit uang perak serta 2.300 uang kepeng. Laporan tanpa bukti itu tentu saja
tidak dipercaya oleh utusan raja.

15 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

Karena utusan raja tidak mempercayai laporan palsu tersebut, pihak kolonial Belanda mengeluarkan
ultimatun yakni mendenda Raja Badung, I Gusti Ngurah Denpasar (Badung merupakan otoritas tiga
kerajaan, yakni Kesiman, Denpasar dan Pemecutan) sebesar 3.000 ringgit (7.500 gulden). Jika Raja
Badung tidak mau membayar denda sampai batas tanggal yang ditentukan 9 Januari 1905, maka wilayah
Badung akan diserang secara militer oleh pihak kolonial Belanda. Karena rakyat Badung tidak bersalah,
maka tantangan tersebut diladeni dengan perlawanan.
Maka pecahlah Puputan Badung dengan korban gugur di pihak rakyat mencapai 7.000 orang,
termasuk para raja dan kerabat istana serta para pahlawan dari ketiga puri, Kesiman, Denpasar dan
Pemecutan. Pasukan Belanda dipimpin Rost Van Toningen, berhasil menduduki wilayah Badung. Namun
para wartawan perang yang dibawa pihak Belanda melaporkan bahwa Puputan Badung ini merupakan
pembantaian massal yang dilakukan militer Belanda terhadap rakyat sipil yang tidak bersenjata.

j. Puputan Klungkung
Dua tahun setelah Puputan Badung, tanggal 28 April 1908 kembali terjadi perang puputan melawan
kolonial Belanda. Perang puputan yang dikenal dengan Puputan Klungkung ini merupakan perang
puputan terakhir masa kerajaan di Bali. Perang yang menandai jatuhnya seluruh wilayah Bali ke tangan
belanda ini dipicu oleh kesewenang-wenangan Belanda dalam membuat peraturan yang tentu merugikan
rakyat Bali. Di pihak Klungkung dipimpin oleh Raja Klungkung Ida I Dewa Agung Jambe, yang
sekaligus gugur dalam peperangan.
Kemenangan Belanda kali ini merupakan obat penawar sakit hati yang harus diterima Belanda
ketika menggempur wilayah Klungkung di Desa kusamba sekitar setengah abad sebelumnya.

k. Puputan Margarana
Setelah Indonesia merdeka, pada masa-masa perang kemerdekaan kembali terjadi perang puputan di
wilayah Kabupaten Tabanan. Adalah Desa Marga, Kecamatan Marga, menjadi tempat bersejarah yang
menandai bagaimana rakyat Indonesia, khususnya rakyat Bali gigih menentang segala bentuk penjajahan.
Di tempat pertempuran secara puputan terakhir ini, kini ditandai dengan situs candi yang dikenal dengan
Candi Margarana. Marga adalah tempat kejadiannya, sedangkan rana berarti perang atau pertempuran.
Pada tanggal 20 November 1946, terjadi pertempuran habis-habisan antara pasukan Ciung Wanara
dibawah pimpinan Let. Kol. I Gusti Ngurah Rai melawan pasukan NICA (pasukan yang dibonceng
penjajah Belanda). Pertempuran sengit diatas kebun jagung di Banjar Kelaci itu membuat I Gusti Ngurah
Rai beserta segenap pasukannya gugur dalam membela tanah air, NKRI.

l. Peristiwa Merah Putih di Biak
16 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia sekalipun terlambat, tetapi sampai juga di Papua. Rakyat
Papua yang ada diberbagai kota, seperti Jayapura, Sorong, Serui dan Biak memberikan sambutan yang
hangat dan mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda di berbagai kota mengadakan
rapat umum mendukung kemerdekaan. Sekutu bersama NICA berusaha melarang kegaiatn politik dan
pengibaran bendera Merah Putih, namun para pemuda Papua tidak menhiraukan. Dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi peristiwa Merah Putih di
Biak. Peristiwa ini diawali dengan adanya penyerangan tangsi militer Belanda di Soroako dan Biak.
Selanjutnya, para pemuda Biak yang dipimpin oleh Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di
seluruh Biak. Usaha ini mendapat perlawanan dari Belanda sehingga mengalami kegagalan. Beberapa
pemimpin perlawanan berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

m.
Selatan

Peperangan di Sulawesi

Sebagai gubernur Sulawesi Selatan yang di angkat tahun 1945 ,DR.G.S.S.J.Ratu Langie Melakukan
aktifitasnya dengan membentuk pusat pemuda nasional Indonesia (PPNI).Organisasi yang bertujuan
untuk menampung aspirasi pemuda ini pernah di pimpin oleh Manai Sophian.
Sementara itu pada bulan desember 1946 belanda mengirimkan pasukan ke Sulawesi Selatan
di bawah pimpinan Raymond Wasterling.kedatangan pasukan ini untuk “membersihkan” daerah Sulawesi
Selatan dari pejuang-pejuang republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap
pembentukan Negara Indonesia timur.
Di daerah ini pula,pasukan Australia yang di boncengi NICA mendarat kemudian membentuk
pemerintahan sipil.Di Makassar karena Belanda melakukan usaha memecah belah rakyat maka tampilah
pemuda-pemuda pelajar seperti A.Rifai Paersi, Robert Wolter Mongon Sidi melakukan perlawanan
dengan merebut tempat-tempat strategis yang di kuasai NICA.selanjutnya untuk menggerakan perjuangan
di bentuk lah Laskar Pemberontakan Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dengan tokoh-tokohnya Ranggong
Daeng Romo, Makkaraeng Daeng Room Djarung dan Ribert Wolter Mongisidi sebagai Sekertaris
Jendralnya.
Sejak tanggal 7-25 desember 1946 pasukan Westerling secara keji membunuh beribi ribu
rakyat yang tidak berdosa .Pada tanggal 11 desember 1946 belanda menyatakan Sulawesi dalam keadaan
perang dan hukum militer.Pada waktu itu Raymond Westerling mengadakan aksi pembunuhan massal di
desa desa mengakibatkan sekitar 40.000 orang tidak berdosa menjadi korban kebiadaban.

17 | B.
M a kPerjuangan
alah Sejarah ; Perjuangan Bangsa Indonesia

Diplomasi

a. Diplomasi Beras
Antara India dan Indonesia terdapat persamaan nasib dan sejarah. Kedua negara ini sama – sama
pernah dijajah dan menentang penjajahan. Oleh karenanya, ketika rakyat India mengalami kekurangan
bahan makanan, pemerintah Indonesia menawarkan bantuan padi sejumlah 500.000 ton. Perjanjian
bantuan Indonesia kepada India ditandatangani pada tanggal 18 Mei 1946. Perjanjian ini sebenarnya
merupakan barter kedua negara, sebab india juga memberikan bantuan obat – obatan kepada Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia semakin mendapat simpati dunia
internasional dalam perjuangannya mengusir Belanda.

b. Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati adalah suatu perundingan
antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status
kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15
November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947.

Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status quo di
Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya Peristiwa
10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik
politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris, mengundang
Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun perundingan tersebut gagal karena
Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda
hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja.

a. Jalannya Perundingan
Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh tim yang
disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Prof.Wim Schermerhorn dengan anggota H.J. van Mook, dan
Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.
Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:

18 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

1.
2.

3.
4.

Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan
Madura.
Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth Persemakmuran
Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.

Perjanjian Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia, contohnya
beberapa partai seperti Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. Partaipartai tersebut menyatakan bahwa perjanjian itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946, dimana bertujuan menambah anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan Linggarjati.
Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur
Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan
pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan
penafsiran antara Indonesia dan Belanda. (Agresi Militer akan dibahas di poin 2. Agresi Militer Belanda 1
dan Agresi Militer Belanda 2)

c. Renville
Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada 17 Agustus 1947 sepakat untuk melakukan gencatan
senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tapi pertempuran terus terjadi antara tentara
Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan sesekali unit pasukan TNI juga
terlibat baku tembak dengan tentara Belanda, seperti yang terjadi antara Karawang dan Bekasi.
Akhirnya, KTN berhasil mempertemukan Indonesia-Belanda dalam Perjanjian Renville pada
tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian ini dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville milik Amerika
Serikat.

Gambar 5 –

Delegasi Indonesia pada Perjanjian

Renville

19 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

a. Jalannya Perundingan
Selama perundingan, Indonesia diwakili oleh PM Amir Syarifuddin. Perundingan Renville
menghasilkan :
 Wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook)
 Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia
Serikat terbentuk
 Kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda
 RI merupakan bagian dari RIS
 Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI

Tetapi, hasil akhir dari perjanjian Renville sama dengan perjanjian Linggarjati. Belanda masih saja
melanggar hasil perjanjian Renville. Sehingga Belanda melakukan Agresi Militer Belanda yang kedua.
Gambar 7 - Wilayah Indonesia berdasarkan
Garis van Mook

d. Konferensi Asia di New Delhi
Kenferensi Asia di New Delhi diselenggarakan pada tanggal 20 – 25 Januari 1949. Dalam
Konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk utusan dari Mesir Italia, dan New Zealand. Wakil – Wakil
dari Indonesia antara lain Mr. Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain – lain.

a. Jalannya Perundingan
Konferensi Asia di New Delhi menghasilkan :
 Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta



Pembentukan Pemerintahan ad interim sebelum tanggal 15 Maret 1949



Penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia

20 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a



Penyerahan Kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat paling lambat tanggal 1

Januari 1950
Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah
resolusi tanggal 28 Januari 1949, yang isinya :



Penghentian operasi militer dan gerilya



Pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda



Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta



Akan diadakan perundingan selanjutnya

e. Roem – Royen
Perjanjian Roem-Roijen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah perjanjian antara
Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada
tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi,
Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa
masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun
yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di
Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk mempertegas sikap Sri Sultan HB
IX terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, dimana Sultan Hamengku Buwono IX
mengatakan “Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).

a. Jalannya Perundingan
Perjanjian mulai menguntungkan pihak Indonesia. Dikarenakan :
 Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
 Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
 Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
 Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan
perang

21 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

Gambar 8 - Suasana Konferensi Meja Bundar. Tampak: Prof. Dr. Supomo, Ali
Sastroamidjojo, Mohammad Roem, Leimena, A.K. Pringgodigdo dan Latuharhary

Pada tanggal 22 Juni 1949, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:
 Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian
Renville pada 1948
 Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan
persamaan hak
 Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia

Gambar 9 - van Roijen, Menteri Luar Negara
Belanda

b. Pasca Perjanjian Roem-Royen

Pada 6 Juli 1949, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota sementara
Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-van Roijen dan Sjafruddin
Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22
Desember 1948 menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno dan secara resmi mengakhiri
keberadaan PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.
Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11 Agustus) dan
Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang semua masalah dalam
agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda.

f. KMB (Konferensi Meja Bundar)
Sebagai tindak lanjut dari Perundingan Roem Royen, maka dilaksanakanlah KMB di Den Haag,
Belanda pada tanggal 23 Agustus – 2 September 1949. Tetapi, sebelum mengikuti KMB, Indonesia
mengadakan pertemuan dengan BFO ( Badan Permusyawaratan Federal) yang dikenal dengan nama
Konferensi Inter-Indonesia. Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia

22 | M a k a l a h S e j a r a h ; P e r j u a n g a n B a n g s a I n d o n e s i a

dalam menghadapi KMB. Konferensi Inter-Indonesia dilaksanakan dari tanggal 31 Juli hingga 2 Agustus
1949 di Jakarta. Pembicaraan Inter-Indonesia difokuskan pada pembentukan RIS.Keputusan yang cukup
penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang
pertahanan diputuskan :
 Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
 TNI menjadi inti APRIS
 Negara bagian tidak memiliki Angkatan Perang sendiri

a. Jalannya Perundingan
KMB merupakana langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa IndonesiaBelanda. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia (Drs. Moh.Hatta, Mr. Muh.Roem, dan Prof.
Dr.Mr. Soepomo), BFO (Sultan Hamid II dari Pontianak), Belanda (Mr. Van Maarseveen),dan
perwakilan UNCI(Chritchley). Hasil dari KMB adalah :
 Belanda mengakui RIS sebagai negara yang berdaulat dan merdeka
 Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat – lambatnya 30 Desember 1949
 Masalah Irian barat akan didakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan RIS
 Antara RIS dan Kerajaan Hindia Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia- Belanda yang
dikepalai Raja Belanda
 Kapal – kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan
diserahkan kepada RIS
 Tentara Kerajaan Belanda secepat mungkin ditarik mundur, sedangkan KNIL (Koninklijk
Nederlands-Indische Leger / Tentara Belanda) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para
anggotannya yang diperlukan akan dimasukkan kedalam TNI

Sebagai tindak lanjut dari KMB, pada tanggal 27 Desember 1949, dilaksanakan penandatanganan
pengakuan kedaulatan secara bersamaan di Belanda dan