Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengendalian Intern
Pengendalian intern adalah sistem yang meliputi organisasi semua
metode dan ketentuan yang terorganisasi dalam suatu perusahaan untuk
melindungi harta miliknya, memeriksa kecermatan dan keandalan data
akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha. Pengendalian intern menurut
Arens dan Loebbecke (2008) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel satuan usaha lainnya yang
dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian

tujuan.Tujuan

pengendalian

intern

adalah


menjamin

manajemen perusahaan agar:
a. Tujuan perusahaan yang ditetapkan dapat tercapai.
b. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya.
c. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan
pengolahan

sumber daya

perusahaan.

Pengendalian

intern

dapat


menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja peusahaan dan
manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan

20
Universitas Sumatera Utara

sebagai pedoman dalam perencanaan. Dalam lingkungan perusahaan
pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan
oleh pimpinan (dewan direksi), dan manajemen secara keseluruhan yang
dirancang untuk memberikan suatu keyakinan akan tercapainya tujuan
perusahaan.
COSO

mendefinisikan

pengendalian

intern

sebagai


berikut:“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini: a) keandalan pelaporan keuangan,

b) efektivitas dan

efisiensi operasi, dan c) kepatuhan tehadap hukum dan peraturan yang
berlaku.”
Definisi Pengendalian Intern yang dikemukakan Mulyadi (2002)
yaitu: “Segala sesuatu yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh
pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan perusahaan.
Dalam pengertian pengendalian intern meliputi : Struktur organisasi,
formulir-formulir dan prosedur pembukuan dan laporan (Administrasi),
budget dan standart pemeriksaan intern dan sebagainya”.
2.1.1.1. Elemen Pengendalian Intern
Terdapat lima komponen pengendalian intern menurut
Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway
Commission(COSO) yang meliputi lingkungan pengendalian

(control environment), penilaian resiko (risk assessment), prosedur

21
Universitas Sumatera Utara

pengendalian (control procedure), pemantauan (monitoring), serta
informasi dan komunikasi (information and communication).

1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para
manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang
ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen
(manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama
dalam perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang
progresif atau yang konsevatif), struktur organisasi (terpusat) serta
praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting
karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern
yang lain.
2) Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Setiap organisasi memiliki resiko, dalam kondisi apapun
yang namanya resiko pasti muncul dalam setiap aktivitas baik
aktivitas yang berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis. Suatu
resiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis dan dievaluasi
sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan apa yang harus
dilakukan untuk meminimalkan resiko yang muncul.
3) Prosedur Pengendalian (Control Procedure)

22
Universitas Sumatera Utara

Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi
proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan
mencegah

atau

mendeteksi

terjadinya


kesalahan

dan

ketidakberesan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. personil yang kompeten, mutasi tugas, dan cuti wajib
b. pelimpahan tanggung jawab
c. pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait
d. pemisahan

fungsi

akuntansi,

penyimpanan

asset,


dan

operasional.
4) Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah proses penilaian kinerja pengendalian
internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan baik pada
tahap

desain

maupun

pengoperasian

pengendalian

untuk

menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana
yang diharapkan dan untuk menentukan apakah pengendalian

intern tersebut memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan
keadaan.
5) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang
penting dari pengendalian intern perusahaan.Informasi tentang
lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian,
dan monitoring diperlukan oleh manajemen operasional dan

23
Universitas Sumatera Utara

menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturanperaturan yang berlaku pada perusahaan.Informasi juga diperlukan
dari

pihak

eksternal.Manajemen

juga


dapat

menggunakan

informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.Hukum,
peristiwa, dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan
keputusan dan pelaporan eksternal.
2.1.1.2. Efektivitas Pengendalian Intern
Efektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang
tepat atau untuk menyesuaikan sesuatu dengan baik, hal ini
mencakup pemilihan sasaran yang paling tepat dan pemilihan
metode

yang

sesuai

untuk

mencapai


sasaran

tersebut

(Handoko,1996).
Efektivitas sistem pengendalian intern diartikan sebagai
kemampuan sistem pengendalian intern yang direncanakan dan
diterapkan agar mampu mewujudkan tujuannya yaitu keandalan
pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi.Tercapainya
tujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya unsur-unsur
sistem pengendalian intern dalam pengelolaan koperasi secara
efektif dan efisiensi.

24
Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Good Corporate Governance
Pengertian dari Good Corporate Governance (GCG) tidak lain

merupakan pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan stakeholders
serta penggunaan sumber daya yang berprinsipkan keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas (Wardani, 2010), hal tersebut dalam
keberadaannya penting dikarenakan oleh dua hal. Pertama, cepatnya
perubahan yang berdampak pada persaingan global. Kedua, karena
semakin banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur
kepemilikan bisnis. Kedua, hal tersebut menyebabkan resiko terhadap
bisnis yang menuntut antisipasi peluang, dan ancaman dalam strategi
termasuk sistem pengendalian yang prima.
Definisi atas Good Corporate Governance (GCG) sendiri telah
mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan
jaman dan perekonomian dimana Good Corporate Governance (GCG)
menjadi suatu hal yang semakin penting, pengertian dalam Cadbury
Committee (1992) ialah:
“A set of rules that define the relationship between shareholders,
managers, creditors, the goverment, employees and other internal and
external stakeholders in respect to their rights and responsibilities.”
Good Corporate Governance (GCG) dibutuhkan dalam rangka
meminimalisir kesalahan antar hubungan yang terjalin dari pihak-pihak
yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dalam upaya mencapai
tujuan perusahaan.

25
Universitas Sumatera Utara

Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan
kepentingan

antara

semua

pihak

yang

berkepentingan

dalam

bisnis.Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan
sebuah sistem pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis
dan

operasional

bisnis

serta

berbasis

informasi.Good

Corporate

Governance memberikan kontribusi yang dapat dijadikan sebagai
alternatif penting untuk meningkatkan kualitas proses bisnis melalui
informasi yang dihasilkan serta peranannya sebagai performance driver,
performance measurement. Proses bisnis diperbaiki secara tepat dan akurat
apabila diperoleh informasi yang akurat dan komprehensif tentang apa
yang harus diperbaiki termasuk apa yang harus dilakukan.
2.1.2.1. Manfaat Good Corporate Governance
Dengan menerapkan Good Corporate Governance bagi
suatu perusahaan, beberapa manfaat yang dapat diambil adalah :
a) Memberikan kontribusi terciptanya kesejahteraan masyarakat,
pegawai, dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang
baik dalam menghadapi tantangan kedepannya.
b) Meningkatkan legitimasi perusahaan yang dikelola dengan
terbuka, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
c) Adanya pengakuan dan perlindungan hak dan kewajiban
stakeholders.

26
Universitas Sumatera Utara

d) Adanya suatu pendekatan yang terpadu berdasarkan kaidahkaidah demokrasi, pengelolaan, dan partisipasi perusahaan
secara legitimate.
e) Menciptakan daya tarik kepada investor baik lokal maupun
asing untuk meyakinkan kepada investor bahwa investasi aman
dan dapat dikelola secara efisien, terbuka dengan dukungan
proses yang dapat dipertanggungjawabkan.
f) Meningkatkan

efektivitas,

efisiensi,

dan

produktivitas

pemakaian sumber daya perusahaan.
Dengan diterapkannya Good Corporate Governance secara
konsisten, konsekuen dan penuh dengan komitmen diharapkan
perusahaan akan menjadi lebih handal karena secara umum
manfaat lainnya adalah:
1) Entitas bisnis akan menjadi efisien.
2) Meningkatkan kepercayaan publik.
3) Menjaga going concern perusahaan.
4) Dapat mengukur target kinerja manajemen perusahaan.
5) Mengurangi resiko manajemen.
2.1.2.2. Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip utama dari Good Corporate Governance
(GCG) yang menjadi indikator, sebagaimana yang telah dirancang
oleh The Indonesian Intitute of Corporate Governance (IICG,

27
Universitas Sumatera Utara

2009)

dan

Organization

for

Economic

Cooperation

and

Development (OECD, 2004) yaitu:
a) Fairness (Keadilan)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder
yang timbul berdasarkan perjanjian dan perundangan yang
berlaku.Fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin
perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam
perusahaan.
b) Disclosure/Transparency (Keterbukaan/Tranparansi)
Keterbukaan

dalam

melaksanakan

proses

pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan. Pengungkapan
informasi merupakan hal penting sehingga semua pihak yang
berkepentingan tahu pasti apa yang telah dan bisa terjadi.
Laporan tahunan perusahaan harus memuat berbagai informasi
yang diperlukan, demikian pula perusahaan yang go public.
c) Accountabillity (Akuntabilitas)
Accountability (akuntabilitas) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga
pengelolaannya

berjalan

secara

efektif.

Bila

prinsip

accountability (akuntabilitas) ini diterapkan secara efektif,
maka perusahaan akan terhindar dari agency problem (benturan
kepentingan peran).

28
Universitas Sumatera Utara

d) Responsibility (Responsibilitas)
Prinsip responsibility diwujudkan dengan kesadaran bahwa
tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya
wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab sosial,
menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi
professional, dan menjunjung etika serta memelihara bisnis
yang sehat.

e) Independency (Independen)
Adanya masing-masing organ perusahaan yang tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain
merupakan salah satu bentuk independensi dalam suatu
perusahaan.
2.1.2.3. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada
BUMN
Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia dikenal
pada tahun 1997 saat krisis ekonomi menerpa, banyak perusahaan
yang kemudian tidak mampu bertahan. Menyadari situasi ini, Good
Corporate Governance (GCG) yang buruk disinyalir menjadi salah
satu alasan, maka pemerintah melalui Kementrian BUMN mulai
memperkenalkan Good Corporate Governance (GCG) agar dapat
menjadi landasan operasional perusahaan.Pemerintah mendorong

29
Universitas Sumatera Utara

perusahaan di Indonesia untuk menerapkannya dengan membuat
peraturan-peraturan yang terkait.
2.1.3. Budaya Organisasi
Menurut Denison (1990), mengemukakan bahwa ada empat prinsip
integratif mengenai hubungan timbal balik antara budaya organisasi dan
efektifitas kerja organisasi. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat
utama (main cultural traits) yang menyangkut keterlibatan (involvement),
konsistensi (concistency), adaptabilitas (adaptibility), dan misi (mission).
Keempat sifat utama tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Keterlibatan (involvement)
Keterlibatan

merupakan

faktor

kunci

dalam

budaya

organisasi.Keterlibatan yang tinggi dari anggota organisasi berpengaruh
terhadap kinerja organisasi khususnya menyangkut manajemen, strategi
organisasi, struktur organisasi, biaya-biaya transaksi dan sebagainya.Nilainilai, norma-norma dan tradisi organisasi merupakan konsensus bagi
anggota organisasi untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
organisasi.Keterlibatan dalam hubungan antara efektivitas bukanlah hal
baru karena telah banyak literature yang membahasnya.Gagasan pokoknya
adalah efektivitas organisasi merupakan fungsi dari tingkat keterlibatan
dan partisipasi para anggota organisasi. Konsep ini mengemukakan
bahwatingkat keterlibatan dan partisispasi yang tinggi menciptakan
kesadaran akan kepemilikian (sense of ownership) dan tanggung jawab
(Denison dan Mishra, 1988). Dari kesadaran ini timbul komitmen yang

30
Universitas Sumatera Utara

lebih besar pada organisasi dan kebutuhan yang lebih sedikit akan sistem
control yang ketat. Indikator keterlibatan meliputi:
1. Empowerment
Individu memiliki kekuasaan, inisiatif dan kemampuan untuk
mengatur kerja mereka sendiri, hal ini menciptakan rasa memiliki dan
tanggung jawab terhadap keberlangsungan organisasi.
2. Team Orientation
Nilai diterapkan saat bekerja sama dalam mencapai tujuan. Organisasi
bergantung pada upaya tim dalam mencapai tujuan tersebut.
3. Capability Development
Organisasi secara kontinue melakukan investasi dalam membentuk
mengembangkan

kemampuan

karyawan

dengan

tujuan

untuk

mempertahankan kompetisi dan memenuhi kebutuhan bisnis.
B. Konsistensi (concistency)
Konsistensi

menyangkut

danperaturan-peraturan

yang

keyakinan,
mempunyai

nilai-nilai,
pengaruh

symbol
terhadap

kinerjaorganisasi khususnya menyangkut metode melakukan bisnis,
perilakukaryawan dan tindakan-tindakan bisnis lainnya (Pascale, 1984:
Weick, 1987, dalam Denison dan Mishra, 1989).
Penelitian menunjukkan efektivitas terjadi karena organisasi
tersebut konsisten dan terintegrasi secara baik.Sikap perilaku seseorang
berakar pada sekumpulan nilai-nilai inti bersama, para pemimpin, dan
anggota dilatih pada pencapaian kesepakatan (walaupun mereka

31
Universitas Sumatera Utara

mempunyai perbedaan sudut pandang).Organisasi dengan sifat-sifat seperti
ini mempunyai budaya yang khusus dan kuat secara signifikan
mempengaruhi sikap perilaku anggota pada kemampuan mereka dalam
mencapai kesepakatan dan melakukan tindakan-tindakan terkoordinasi.
Teori konsistensi mengatakan bahwa makna bersama memiliki
dampak positif karena para anggota organisasi bekerja berdasarkan
kerangka kerja bersama mengenai nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
yang membentuk dasar mereka berkomunikasi. Indikator konsistensi
adalah
1) Coordination and Integration
Departemen dan unit-unit kerja memungkinkan organisasi untuk
bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.
2) Agreement
Organisasi mampu mencapai kesepakatan dalam menghadapi sebuah
issue kritis meliputi derajat kesepakatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan perbedaan yang terjadi.
3) Core Values
Anggota organisasi membagikan seperangkat nilai yang mereka anut,
hal ini menciptakan identitas dan ekspektasi.
C. Adaptabilitas (adaptibility)
Ada tiga aspek adaptabilitas yang mempunyai dampakeketifitas
organisasi, yaitu kemampuan untuk menyadari danbereaksi pada
lingkungan eksternal, kemampuan untuk bereaksipada lingkungan internal,

32
Universitas Sumatera Utara

dan kemampuan untuk bereaksi padapelanggan internal maupun
eksternal.Ketiga aspektersebut

merupakan hasil perkembangan dari

asumsi-asumsi, nilai-nilai, dan norma-norma dasar yang memberikan
struktur dan arah bagi organisasi.
Orang yang telah terintegrasi dengan baik sering sangat sulit untuk
dirubah.Integrasi

kedalam

rintangan.Organisasi

yang

dan

adaptasi

dapat

keluar

beradaptasi

dapat

menjadi

digerakkan

oleh

pelanggannya, mengambil resiko dan belajar dari kesalahannya, dan
mempunyai kemampuan serta pengalaman untuk menciptakan perubahan.
Mereka terus menerus meningkatkan kemampuan organisasi utnuk
memberikan nilai yang berharga bagi pelanggannya.Organisasi yang
memiliki ciri tersebut dikatakan sebagai organisasi yang memiliki
adaptabilitas

karena

indikator

adaptabilitas

adalah

kemampuan

menciptakan perubahan, fokus pada pelanggan, kemampuan organisasi
untuk belajar.
Budaya yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, akan diasosiasikan dengan
kinerja superior dalam periode waktu yang panjang. Budaya yang
demikian disebut budaya adaptif yang membantu organisasi terhadap
lingkungan yang berubah dengan memungkinkannya mengidentifikasi dan
mengeksploitasi peluang-peluang baru (Schein, 1985: dalam Denison dan
Mishra, 1989). Para anggota percaya bahwa mereka dapat menata secara

33
Universitas Sumatera Utara

efektif masalah baru dan peluang yang mereka temui serta siap
menanggung resiko.Indikator adaptabilitas adalah sebagai berikut:
a) Creating Change
Organisasi dapat menciptakan perubahan yang adaptive. Organisasi
mampu membaca lingkungan bisnis, bereaksi secara cepat pada
perubahan perubahan dan mengantsipasi kemungkinan perubahan
masa depan.
b) Customer Focus
Organisasi memahami dan bereaksi pada keinginan konsumen dan
mengantisipasi kebutuhan masa depan dari konsumen. Hal ini
merefleksikan

derajat

semangat

organisasi

untuk

memberikan

kepuasan konsumen.
c) Organizational Learning
Organisasi

menerima,

menerjemahkan,

menginterpretasi

sinyal

lingkungan menjadi sebuah kesempatan yang dapat menumbuhkan
inovasi, keinginan untuk menambah wawasan dan mengembangkan
kemampuan organisasi.
D. Misi (Mission)
Penghayatan

misi

memberikan

dua

pengaruh

besar

pada

fungsiorganisasi, yaitu:
1 Menentukan manfaat dan makna dengan cara mendefinisikan peran
sosial dan sasaran sosial dan sasaran eksternal bagi institusi serta
mendefinisikan peran individu berkenaan dengan peran institusi.

34
Universitas Sumatera Utara

2 Memberikan kejelasan arah atau aturan. Kesadaran akan misi
memberikan arah dan sasaran yang jelas yang berfungsi untuk
mendefinisikan serangkaian tindakan yang tepat bagi organisasi dan
para anggotanya.
Organisasi yang berhasil mempunyai arah dan tujuan yang jelas
didefinisikan dalam tujuan organisasi dan sasaran strategis dan tercermin
dalam visi tentang akan bagaimana organisasi dimasa depan. Jika visi
menggambarkan aspirasi organisasi dan akan seperti apa, maka misi
menggambarkan organisasi dalam melakukan usaha, melayani pelanggan
dan keahlian yang perlu dikembangkan untuk mencapai visi organisasi.
Indikator misi adalah sebagai berikut:
1 Strategic Direction & Intents
Rencana yang dimiliki oleh organasasi untuk "make theirmark".
Strategi yang jelas dimaksudkan untuk membawa tujuan organisasi dan
menjelaskan bagaimana cara mereka dapat memberi kontribusi guna
mencapai tujuan organisasi tersebut.
2 Goals & Objectives
Sekumpulan tujuan yang jelas dimana tujuan tersebut memiliki
hubungan dengan visi, misi, dan strategi dan menyediakan arahan yang
jelas dalam pekerjaan.
3 Vission

35
Universitas Sumatera Utara

Organisasi berbagi pandangan tentang keinginan mereka di masa depan.
Merupakan wujud dari core values dan menjadi gambaran “heart and
mind” sebuah organisasi juga menyediakan petunjuk dan arahan.
2.1.4. Audit Manajemen
Audit manajemen seringkali diartikan sama dengan audit
operasional. Pengertian sederhana dari audit manajemen adalah investigasi
dari suatu organisasi dalam semua aspek kegiatan manajemen dari yang
paling tinggi sampai dengan ke bawah dan pembuatan laporan audit
mengenai efektifitasnya atau dari segi profitabilitas dan efisiensi kegiatan
bisnisnya. Sedangkan pengertian sederhana audit operasional adalah
uraian aktifitas perusahaan yang sistematis dalam hubungannya dengan
tujuan untuk melihat, mengidentifikasikan peluang perbaikan, atau
mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan. Jelas kedua pengertian
serupa karena pemeriksaan manajemen dilakukan saat manajemen
beroperasi.
Ada beberapa pendapat mengenai definisi audit manajemen, di
antaranya, Willy Susilo (2002) menyatakan bahwa : Audit manajemen
adalah audit terhadap manajemen suatu organisasi secara keseluruhan
untuk menilai unsur-unsur manajemen apakah telah direncanakan,
dijalankan dan dikendalikan dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik
dan benar sehingga organisasi melalui fungsi-fungsinya dapat mencapai
tujuan yang direncanakan yang mencakup dimensi PQCDSME –
Productivity (produktivitas) – Quality (mutu) – Cost (biaya) – Delivery

36
Universitas Sumatera Utara

(waktu penyampaian) – Safety (keselamatan) – Morale (etos kerja) –
Enviroment (lingkungan) – secara efektif dan efisien. Sedangkan Sukrisno
Agoes (2004) dikemukakan bahwa: Audit manajemen, disebut juga
operasional audit, audit fungsional, audit sistem, adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi
dan kebijakan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2.1.4.1. Tujuan Audit Manajemen
Audit manajemen sangat berperan bagi perusahaan dalam
menilai aktivitas dari sudut pandang efisiensi, efektivitas dan
kehematan.Dalam
pengorganisasian,

melaksanakan
pengarahan

serta

fungsi-fungsi
pengendalian

perencanaan,
agar

lebih

memusatkan perhatiannya pada pencapaian tujuan-tujuan perusahaan
yang

meliputi

sasaran

strategi,

auditor

manajemen

dapat

mengembangkan teknik-teknik pemeriksaan yang semakin baik dan
juga dapat memberikan pertimbangan bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Menurut AICPA yang dikutip oleh Amin Widjaja (2000) dalam
bukunya menyatakan sebagai berikut: “Tujuan pelaksanaan audit
manajemen adalah untuk memeriksa dan menilai operasi perusahaan
serta prosedur pelaksanaannya, juga menyangkut pemberian informasi
kepada manajemen tentang masalah-masalah operasi yang diperlukan

37
Universitas Sumatera Utara

untuk melakukan koreksi dalam peningkatan, penghematan dan
produktivitas.”
2.1.4.2. Audit Manajemen Fungsi Sumber Daya Manusia
Sumber daya yang penting dan membutuhkan perhatian lebih
adalahsumber daya manusia.Sumber daya manusia penting karena
mempengaruhiefektifitas organisasi, serta merupakan fungsi pokok
perusahaan dalammenjalankan bisnis dan meningkatkan nilai tambah
perusahaan.Secara umum fungsi sumber daya manusia memegang
peranan dan tanggung jawab penting dalam memasok sumber daya
manusia yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan keunggulan bersaing
sebuah usaha.Sumber daya manusia adalah asset organisasi yang paling
penting dan membuat sumber daya organisasi lainnya bekerja. Bagian
fungsi sumber daya manusia dituntut mengambil tindakan atau
pemilihan yang cermat dan tepat untuk mencapai suatu sasaran dan
target yang telah ditentukan.
Audit manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk
menilaiapakah kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur dan
aktivitas sumber daya manusia telah memenuhi tujuan perusahaan dan
berjalan secara efektif dengan mendeteksi masalah-masalah dalam
proses pekerjaan/aktivitas yang telah dilakukan. Dengan proses audit
yang penulis lakukan ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam perusahaan terutama
dari segi sumber daya manusianya.

38
Universitas Sumatera Utara

Audit
menimbulkan

manajemen
masalah

harus
tersebut

mengetahui
dengan

penyebab

mengumpulkan

yang
dan

menganalisis data yang relevan, kemudian mencari cara-cara untuk
mengurangi dampak yang akanditimbulkan dari masalahmasalah
tersebut. Penelitian hanya berfokus pada fungsi sumber daya manusia
untuk menilai dan menganalisis program-program pada fungsi tersebut
serta menindaklanjuti masalah-masalah yang ada sehingga auditor dapat
menentukan rekomendasi perbaikan yang akan diberikan kepada
manajemen.
2.1.5. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai
untuk meningkatkan efektivitas organisasi (Sumadiyah dan Susanta,
2004).Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen, yaitu
seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi,
pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan (Mahoney, et al.)
dalam Handoko (1996).
1 Perencanaan, merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Tanpa rencana manajer tidak dapat mengetahui
bagaimana mengorganisasikan orang dan sumber daya yang dimiliki

39
Universitas Sumatera Utara

secara efektif, serta manajemen hanya mempunyai peluang kecil untuk
mencapai sasaran atau mengetahui adanya penyimpangan secara dini.
2 Investigasi, merupakan suatu proses pengendalian yang tarafnya lebih
tinggi dimana dalam taraf investigasi sudah ada indikasi adanya suatu
penyimpangan sehingga diperlukan adanya suatu penyelidikan.
3 Pengkoordinasian, merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah dari suatu organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa adanya
koordinasi dalam suatu organisasi maka individu akan kehilangan
pegangan atas peranan mereka dalam organisasi sehingga mereka akan
mulai mengejar kepentingan sendiri yang sering merugikan pencapaian
organisasi secara keseluruhan.
4 Evaluasi, merupakan tindakan yang memberikan penilaian dan
pengukuran secara objektif terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dari
suatu kegiatan yang telah direncanakan apakah sudah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
5 Pengawasan, merupakan penemuan dan penerapan cara dan peralatan
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
6 Pemilihan Staf, memiliki karyawan yang cakap dan terampil dalam suatu
organisasi merupakan suatu hal yang mutlak, sehingga dalam
melaksanakan pemilihan staf yang akan berperan serta dalam
pengelolaan usaha, manajemen harus bersikap selektif dan memilih staf

40
Universitas Sumatera Utara

yang sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya dimiliki dalam posisi
yang ditawarkan.
7 Negosiasi, merupakan bagian dari kegiatan usaha yang berkaitan dengan
melakukan tawar menawar dengan pihak luar separti pemasok untuk
pemenuhan kebutuhan usaha. Kemampuan melakukan negosiasi
merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh seorang
manajer, hal ini karena kemampuan negosiasi akan sangat diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaannya dalam menghadapi orang lain serta
untuk menyelesaikan suatu masalah.
8 Perwakilan,

merupakan

kegiatan

untuk

menghadiri

pertemuan-

pertemuandengan perusahaan lain, memberikan penerangan ataupun
penjelasankepada

masyarakat

serta

mempromosikan

keberadaan

perusahaan yang dipimpinnya kepada masyarakat.
Pengukuran kinerja manajerial merupakan suatu proses yang harus
dilakukan

dalam

pengendalian

manajemen.

Pengukuran

tersebut

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid tentang
perilaku dan kinerja anggota organisasi.
2.2. Penelitian Terdahulu

NO
1.

Nama
Peneliti
Astuty
(2014)

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel
Hasil
Penelitian
Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan
Variabel Independen
bahwa audit manajemen dan
• Audit
lokus kendali berpengaruh
Manajemen
terhadap kinerja manajerial.
• Lokus Kendali
Apabila keduanya semakin

41
Universitas Sumatera Utara

2.

3.

4.

Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial
Perusahaan
Amelia,
Variabel Independen
Desmiyawati,
• Good
Azlina
Governance
(2013)
• Pengendalian
Intern
• Budaya
Organisasi

Andriyanto
(2013)

Hasanah
(2013)

Variabel Dependen
• Kinerja
Pemerintah
Daerah
Variabel Independen
• Pengendalian
Intern
• Prinsip-Prinsip
Good Corporate
Governance
Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial
Variabel Independen
• Total Quality
Management
Variabel Moderating
• Sistem
Pengukuran
Kinerja
• Sistem
Penghargaan

5.

Sianipar
(2013)

Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial
Variabel Independen
• Sistem
Pengukuran
Kinerja
Sistem Reward

baik dan terkendali maka akan
dapat meningkatkan kinerja
manajerial.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa good governance dan
pengendalian intern
berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah daerah sedangkan
budaya organisasi tidak
berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap kinerja
pemerintah daerah kabupaten
pelalawan.

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengendalian intern
berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja
manajerial dan
good corporate governance
menunjukan pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja
manajerial.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
Total Quality Management
berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja manajerial

Berdasarkan hasil temuan
penelitian dan pengujian
hipotesis yang telah diajukan
dapat disimpulkan bahwa: 1.

42
Universitas Sumatera Utara

Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial

6.

Alfrida
(2007)

Variabel Independen
• Desentralisasi
• Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah

Variabel Dependen
• Kinerja
Manajerial
SKPD
Sumber : Data diolah oleh penulis (2016)

Sistem pengukuran kinerja
berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja manajerial di
perusahaan BUMN yang
terdapat di Kota Padang.
2. Sistem reward berpengaruh
signifikan positif terhadap
kinerja manajerial perusahaan
BUMN yang terdapat di Kota
Padang
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa desentralisasi
berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja Manajerial
SKPD dan sistem
pengendalian Intern
pemerintah berpengaruh
signifikan positif terhadap
kinerja manajerial SKPD.

Astuty (2014), Pengaruh Audit Manajemen dan Lokus Kendali Terhadap
Kinerja Manajerial Perusahaan (Survey pada BUMN di Kota Bandung ). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa audit manajemen dan lokus kendali berpengaruh
terhadap kinerja manajerial. Apabila keduanya semakin baik dan terkendali maka
akan dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Amelia, Desmiyawati, Azlina (2013), Pengaruh Good Governance,
Pengendalian Intern dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
(Studi Pada Satuan Kerja Pemerintah Kabupaten Pelalawan).Hasil penelitian
menunjukkan bahwa good governance dan pengendalian intern berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah sedangkan budaya organisasi tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja pemerintah daerah
kabupaten pelalawan.

43
Universitas Sumatera Utara

Andriyanto (2013), Pengaruh Pengendalian Intern dan Penerapan PrinsipPrinsip Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris
pada

PT.BRI

(persero)

Tbk

Cabang

Jember).Hasil

penelitian

tersebut

menunjukkan bahwa pengendalian intern berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja manajerial dan good corporate governance menunjukan pengaruh positif
signifikan terhadap kinerja manajerial.
Hasanah (2013), Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja
Manajerial Dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan Sebagai
Variabel Moderating.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Quality
Management berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial.
Sianipar (2013), Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Reward
Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN Kota
Padang).Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pengujian hipotesis yang telah
diajukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem pengukuran kinerja berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja manajerial di perusahaan BUMN yang terdapat
di Kota Padang. 2. Sistem reward berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial perusahaan BUMN yang terdapat di Kota Padang.
Alfrida (2007), Pengaruh Desentralisasi dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah

Terhadap

Kinerja

Manajerial

SKPD

(Studi

Empiris

pada

Pemerintahan Kota Padang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa desentralisasi
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja Manajerial SKPD dan sistem
pengendalian Intern pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial SKPD.

44
Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis apakah ada atau tidak
hubungan yang terjadi antara variabel dependen yaitu kinerja manajerial dengan
variabel independen yang terdiri dari pengendalian intern, good corporate
governance, budaya organisasi, dan audit manajemen.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka peneliti menggambarkan kerangka konseptual :

Pengendalian
Intern

H1

(X1)
Good Corporate
Governance

H2
Kinerja Manajerial

(X2)

(Y)
H3

Budaya Organisasi
(X3)

H4

Audit Manajemen
(X4)

45
Universitas Sumatera Utara

H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Pengendalian intern yang efektif dapat memberikan keyakinan tersedianya
pelaporan keuangan yang handal sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku, dari pelaporan keuangan yang handal tersebut manajer dapat
memperkirakan dan mengambil keputusan tindakan apa yang harus dilakukan
guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan.Suatu
organisasi perlu meningkatkan pengendalian intern agar pengendalian intern
dalam organisasi tersebut dapat terlaksanan secara dan efisien dalam mencapai
tingkat kinerja manajer. Semakin tinggi pelaksanaan pengendalian intern yang
baik maka akan meningkatkan kinerja manajerial.
Prinsip Good Corporate Governance perlu diterapkan dengan baik agar
Good Corporate Governance dalam perusahaan tersebut dapat dijalankan dengan
baik.Dengan

diterapkannya

prinsip-prinsip

Good

Corporate

Governance

(transparency, fairness, accountability, responsibility) yang baik maka manajer
dapat menentukan arah dan pengendalian kinerja perusahaan.
Budaya yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan, akan diasosiasikan dengan kinerja superior dalam
periode waktu yang panjang. Budaya yang demikian disebut budaya adaptif yang
membantu

organisasi

memungkinkannya

terhadap

mengidentifikasi

lingkungan
dan

yang

mengeksploitasi

berubah

dengan

peluang-peluang

46
Universitas Sumatera Utara

baru.Para anggota percaya bahwa mereka dapat menata secara efektif masalah
baru dan peluang yang mereka temui serta siap menanggung resiko.
Audit manajemen merupakan pengevaluasian terhadap efisiensi dan
efektivitas atas obyek yang diperiksa dalam perusahaan yang memberikan
informasi

operasi

perusahaan

dengan

memberikan

rekomendasi

kepada

manajemen atau pihak yang memiliki wewenang yang lebih tinggi. Penelitian
hanya berfokus pada fungsi sumber daya manusia untuk menilai dan menganalisis
program-program pada fungsi tersebut serta menindaklanjuti masalah-masalah
yang ada sehingga auditor dapat menentukan rekomendasi perbaikan yang akan
diberikan kepada manajemen.
Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen, yaitu
seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang
meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan,
pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan dalam Handoko (1996).Pengukuran
kinerja manajerial merupakan suatu proses yang harus dilakukan dalam
pengendalian manajemen. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi yang akurat dan valid tentang perilaku dan kinerja anggota
organisasi.Hubungan dari variabel independen (pengendalian intern, good
corporate governance, budaya organisasi, dan audit manajemen) yang secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (kinerja manajerial)
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan
sebelum dilakukannya penelitian dalam hal pendugaannya menggunakna statistika

47
Universitas Sumatera Utara

untuk menganalisisnya. Menurut Sugiyono (2012:105) pengertian hipotesis adalah
sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat.”
Adapun beberapa hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H1 : Pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi,
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan
penyajian laporan keuangan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi
tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta
menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan (Wardani, 2010).
Pengendalian intern yang efektif dapat memberikan keyakinan tersedianya
pelaporan keuangan yang handal sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku, dari pelaporan keuangan yang handal tersebut manajer dapat
memperkirakan dan mengambil keputusan tindakan apa yang harus dilakukan
guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan. Untuk
menciptakan pengendalian intern yang efektif maka elemen-elemen pengendalian
yang meliputi lingkungan pengendalian, peniliaian resiko, prosedur pengendalian,
pemantauan serta informasi dan komunikasi perlu ditingkatkan pula dan
dievaluasi apakah sudah berjalan dengan baik.Jika pengendalian intern suatu

48
Universitas Sumatera Utara

perusahaan telah dilaksankan dengan baik maka manajer dapat mengambil
keputusan dengan lebih baik guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perusahaan.Suatu organisasi perlu meningkatkan pengendalian intern agar
pengendalian intern dalam organisasi tersebut dapat terlaksanan secara dan efisien
dalam

mencapai

tingkat

kinerja

manajer.

Semakin

tinggi

pelaksanaan

pengendalian intern yang baik maka akan meningkatkan kinerja manajerial. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pratolo (2006) menunjukkan bahwa pengendalian
intern

secara

parsial

berpengaruh

secara

signifikan

terhadap

kinerja

manajerial.Tuati (2007) membuktikan bahwa pengendalian intern berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial.
H2 : Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance berpengaruh
terhadap kinerja manajerial.
Prinsip Good Corporate Governance perlu diterapkan dengan baik agar
Good Corporate Governance dalam perusahaan tersebut dapat dijalankan dengan
baik. Dengan adanya transparancy yang ditunjang dengan payung hukum yang
jelas maka akan menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggaraan perusahaan sehingga kepercayaan publik terhadap perusahaan
semakin baik. Dengan adanya fairness maka semua hak dan kepentingan
stakeholder akan terpenuhi tanpa ada perbedaan sehinnga tidak ada benturanbenturan kepentingan yang terjadi dan target perusahaan dapat tercapai dengan
baik. Dengan adanya accountability publik sebagai pihak yang memerlukan
informasi akan dapat mengetahui tingkat pencapaian misi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan adanya responsibility diharapkan akan menyadarkan

49
Universitas Sumatera Utara

manajer dalam melaksanakan kegiatannnya agar menjadi lebih professional dan
penuh etkia, terhindar dari penyalahgunaan kekuasaan dan dapat meningkatkan
kinerjanya. Dengan diterapkannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(transparency, fairness, accountability, responsibility) yang baik maka manajer
dapat menentukan arah dan pengendalian kinerja perusahaan.Penerapan Good
Corporate Governance membantu manajer dalam pengambilan keputusan yang
efektif yang bersumber dari penerapan prinsip Good Corporate Governance yang
bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan yang
dapat meningkatkan citra perusahaan kepada publik dalam jangka panjang.Selain
itu juga dapat menyelarasksan kepentingan manajer dengan stakeholder lainnya
yang dapat menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Emye (2009) menyatakan bahwa dengan dukungan semua pihak,
penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam perusahaan akan lebih
menjamin kinerja manajerial secara kuat dan berkelanjutan. Penelitian yang
dilakukan oleh Darmawati dkk (2005) menunjukkan bahwa corporate governance
secara statistik signifikan mempengaruhi kinerja manajerial perusahaan.
H3 : Budaya Organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Robbins (2001) berpandangan bahwa budaya organisasi mempengaruhi
isikeunggulan bersaing organisasi. Ketika faktor-faktor objektif dipersepsikan
sama olehseluruh karyawan sehingga akan membentuk budaya organisasi. Budaya
yang akandihasilkan nanti dapat budaya yang kuat dan budaya yang lemah,
selanjutnya akanberdampak pada kinerja dan kepuasan karyawan.

50
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi dan kepuasan
kerja karyawan pada terminal penumpang umum di surabaya (Soedjono,
2005),hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signi
fikan dari budaya
organisasi terhadap kinerja organisasi, ada pengaruh fikan
signi

dari kinerja

organisasi terhadap karyawan, ada pengaruh signi
fikan dari budaya organisasi
terhadap kepuasan pelanggan, tidak ada pengaruh langsung dari budaya organisasi
yang diarahkan pada kinerja organisasi terhadap kepuasan karyawan.
H4 : Audit Manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Hubungan antara audit sumber daya manusia dengan kinerja dapat dilihat
dari dalil-dalil yang dikemukakan oleh Susilo (2002) “Setelah perencanaan audit
sumber daya manusia dilanjutkan dengan pelaksanaan audit sumber daya manusia
selanjutnya adalah kegiatan pengukuran kinerja, yaitu suatu proses-proses
mengkuantifikasikan secara akurat dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu
kegiatan yang telah terealisasi dan membandingkannya dengan tingkat prestasi
yang

direncanakan”.Hasil

penelitian

yang

dilakukan

olehAstuty

(2014)

menunjukkan bahwa audit manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H5 : Pengendalian intern, good corporate governance, budaya organisasi,
dan audit manajemen secara simultan berpengaruh siginifikan
terhadap kinerja manajerial
Hubungan dari variabel independen (pengendalian intern, good corporate
governance, budaya organisasi, dan audit manajemen) yang secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen (kinerja manajerial).

51
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

12 131 128

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

Pengaruh Audit Intern Dan Pengendalian Intern Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

1 4 88

Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

17 80 115

PENDAHULUAN Pengaruh Pengendalian Intern dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Sragen).

2 6 6

Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

1 3 11

Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

0 0 2

Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

1 5 9

Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

2 20 3

Pengaruh Pengendalian Intern, Penerapan Good Corporate Governance, Budaya Organisasi, dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan)

0 0 21