Perlindungan Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman yang semakin berkembang pesat ini, kegiatan perdagangan
merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan karena adanya
saling ketergantungan antara produsen dan konsumen. Kegiatan dimulai dari
produksi yang berdasarkan permintaan pasar. Dari hal tersebut maka dihasilkanlah
produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah
sebelumnya melalui pendistribusian. Masalah perlindungan konsumen semakin
gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu
menjadi bahan perbincangan masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang
dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah
perlindungan konsumen perlu diperhatikan. 1
Banyak sekali produk yang dapat dihasilkan oleh produsen untuk
memenuhi keinginan masyarakat, misalnya produk elektronik. Produk elektronik
merupakan produk yang sangat banyak dicari dan digunakan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam penggunaannya, produk elektronik
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendapatkan
kepastian atas kenikmatan yang dirasakan oleh konsumen yang diperoleh dari
produsen tanpa mengakibatkan kerugian.


1

Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika dirugikan, (Jakarta : Transmedia Pustaka,
2008) hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

Proses globalisasi ekonomi yang sekarang berlangsung serta didukung
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan kesadaran
konsumen

akan

kualitas

dan

keamanan


produk

yang

dikonsumsinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menyebabkan produkproduk elektronik yang diperdagangkan semakin bertambah dan semakin
beranekaragam. Keadaan ini membuat konsumen semakin selektif dalam memilih
suatu produk yang berhubungan dengan standar-standar nasional yang sudah
dilegalkan oleh pemerintah sehingga produk tersebut layak untuk dikonsumsi.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk elektronik yang diinginkan,
konsumen hanya akan menjadi objek eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang yang
dikonsumsinya. 2
Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK), faktor utama yang menjadi
penyebab eksploitasi terhadap konsumen sering terjadi adalah masih rendahnya
tingkat kesadaran konsumen akan haknya. Oleh karrena itu, keberadaan UUPK
adalah sebagai landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) untuk melakukan upaya

pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. 3
Produk elektronik yang berkualitas baik juga menunjukkan bahwa adanya
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah dirasakan oleh
masyarakat sebagai konsumen. Namun, apabila kualitas dari produk elektronik
2
3

Ibid, hal. 2.
Ibid, hal. 3.

Universitas Sumatera Utara

tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditentukan oleh pemerintah maka
akan berdampak negatif kepada masyarakat, yakni tidak mendapatkan
kesejahteraan dan kepastian atas barang/produk elektronik yang diperoleh dari
perdagangan serta mengakibatkan kerugian. Konsumen di Indonesia layak
mendapatkan perlindungan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan
konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 4
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materil maupun formal

semakin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi
produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai
sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya
baik langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan
merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya-upaya untuk memberikan
perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu
hal yang penting dan mendesak, untuk segera dicari solusinya, terutama di
Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut
perlindungan konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang
akan datang. 5
Permasalahan

yang

timbul

dalam

hal


perlindungan

konsumen

menyongsong era perdagangan bebas ialah sangat penting untuk lebih

4

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 1.
5
Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Mandar
Maju, 2000), hal. 33.

Universitas Sumatera Utara

memperhatikan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menetapkan standar
atas produk yang akan dihasilkan oleh produsen baik berupa barang maupun jasa.
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan

Standardisasi Nasional dan berlaku secara Nasional. 6 Standar inilah yang akan
menjadi acuan untuk menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah layak
untuk dikonsumsi oleh produsen di Indonesia bahkan di seluruh dunia.
Dengan demikian untuk menjamin keberterimaan dan pemanfaatan SNI
secara luas, penerapan norma keterbukaan bagi semua pemangku kepentingan,
transparan dan tidak memihak, serta selaras dengan perkembangan standar
internasional, merupakan faktor yang sangat penting. Namun untuk keperluan
melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi
nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah dapat saja
memberlakukan SNI tertentu secara wajib. 7
Kementrian Perindustrian (Kemenperin) akan melindungi pasar dalam
negeri dari serbuan produk impor dengan mengeluarkan ketentuan SNI wajib bagi
barang elektronik yang telah memiliki kompetensi tinggi di Indonesia.8
Sedangkan Ketua Gabungan Elektronik (Gabel) Ali Soebroto Oentaryo
mengatakan, pada dasarnya pemanfaatan hasil SNI mempunyai beberapa
keuntungan. “SNI pada produk elektronik akan mengurangi ketergantungan

6

Republik Indonesia, Peraturan Pemertintah Republik Indonesia No. 102 Tahun 2000,

tentang SNI, Bab I, Pasal 1angka 3.
7
http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/24, (diakses pada tanggal 20 Mei 2016).
8
www.kemenperin.go.id/artikel/3545/Kemenperin-Segera-Terapkan-SNI-ProdukElektronik, (diakses pada tanggal 22 Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara

kepada barang-barang impor. SNI akan meningkatkan daya saing dan kualitas
produk nasional sehingga bisa diminati masyarakat.” 9
Setelah membicarakan latar belakang masalah tersebut, perlu diketahui
bahwa dengan adanya UUPK beserta perangkat hukum lainnya, konsumen
memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau
menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku
usaha. Pada kenyataannya, belakangan ini masih banyak pelaku usaha/produsen
elektronik yang seolah-olah lepas tangan dan tidak mau bertanggung jawab atas
produk yang dipasarkan untuk diperdagangkan tetapi tidak memenuhi dan tidak
memiliki sertifikasi SNI. Oleh karena itu, berkaitan dengan hal diatas penulis
tertarik untuk memilih topik tentang “Perlindungan Konsumen Atas Pembelian
Produk Elektronik Berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) Berdasarkan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.”

B. Perumusan masalah
1.

Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen atas pembelian produk
elektronik berlabel SNI dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999?

2.

Bagaimana tanggung jawab produsen terhadap konsumen atas pembelian
produk elektronik berlabel SNI?

3.

Bagaimana upaya pemerintah dalam melindungi konsumen dalam menangani
masalah sengketa terhadap pembelian barang elektronik berlabel SNI?

9


Ibid.

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui bentuk serta instrumen perlindungan konsumen atas
pembelian produk elektronik berlabel SNI dikaitkan dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999.

2.

Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab produsen terhadap konsumen atas
pembelian produk elektronik berlabel SNI.

3.


Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam melindungi konsumen dalam
menangani masalah sengketa terhadap pembelian barang elektronik berlabel
SNI.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.

Manfaat Teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan dan
akademisi di bidang hukum. Secara khusus untuk menambah literatur dalam
bidang hukum ekonomi, yaitu hukum perlindungan konsumen.

2.

Manfaat Praktis
a. Bagi konsumen
Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat
melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga, serta dapat
memperoleh pengetahuan untuk memperoleh hak perlindungan terhadap

konsumen.

Universitas Sumatera Utara

b. Bagi pemerintah
Dapat menjamin hak konsumen serta melindungi produk dalam negeri
dari produk-produk luar yang murah tapi tidak terjamin kualitas maupun
keamanannya, dan meningkatkan keunggulan kompetitif produk dalam
negeri di pasar internasional.
c. Bagi produsen/pelaku usaha
Dapat mengetahui hak-hak dan kewajibannya pada saat melakukan
penjualan dan pemasaran produk kepada konsumen serta tidak
menimbulkan kerugian bagi para konsumen.

E. Keaslian penulisan
Berdasarkan hasil pemeriksaan di Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penulisan skripsi dengan judul
“Perlindungan Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel Standar
Nasional Indonesia (SNI) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999”
merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum pernah ditulis di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Hasil pemeriksaan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara juga
ditemukan karya tulis yang memiliki kemiripan dengan skripsi ini, yaitu skripsi
yang berjudul “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Kebijakan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Terhadap Industri Elektronik Rumah Tangga Di Sumatera
Utara (Studi Pada PT. Neo National)” yang ditulis oleh mahasiswi Pasca Sarjana

Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Roli Harni

Universitas Sumatera Utara

Yance S. Garingging yang membahas cara mendapatkan kepastian hukum bagi
pelaku usaha yang mengimplementasikan SNI.
Penelitian yang dilakukan pada skripsi yang berjudul “Perlindungan
Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel Standar Nasional
Indonesia (SNI) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999” secara
khusus membahas tentang bagaimana memperoleh perlindungan hukum bagi
konsumen dengan tanggung jawab yang dipenuhi oleh pelaku usaha produk
elektronik berlabel SNI.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut yang juga membahas
tentang produk elektronik berlabel SNI, karena terdapat perbedaan mengenai
substansi pembahasan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan hasil
pemikiran sendiri tanpa ada meniru hasil karya orang lain secara mutlak yang
dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan demikian keaslian penulisan
skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

F. Tinjauan Kepustakaan
1.

Perlindungan Konsumen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “perlindungan”

memiliki arti tempat berlindung; Hal (perbuatan sebagainya) yang bertujuan untuk
memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung). 10 Sedangkan kata

10

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1996), hal. 595.

Universitas Sumatera Utara

“konsumen” memiliki arti: Pemakai barang-barang hasil produksi (bahan
makanan, pakaian dan sebagainya); penerima pesanan iklan; pemakai jasa. 11
Istilah konsumen sendiri sebenarnya berasal dari alih bahasa dari kata
consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian
dari consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Secara
harafiah arti kata consumer itu adalah “(lawan dari produsen) setiap orang yang
menggunakan barang”. 12 Konsumen umumnya juga diartikan sebagai pemakai
terakhir dari produk yang diserahkan oleh mereka kepada pengusaha, yaitu setiap
orang yang mendapatkan barang untuk dipakai dan untuk tidak diperdagangkan
lagi atau diperjualbelikan lagi. 13
Menurut Munir Fuadi, konsumen adalah “Pengguna akhir (end user) dari
suatu produk, yaitu setiap pemakaian barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” 14 Dalam literatur ekonomi dikenal
dua macam konsumen, yaitu konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen
antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari
proses produksi suatu produk lainnya, sedangkan konsumen akhir adalah
pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk. Perlindungan konsumen adalah
istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan

11

Ibid, hal. 522.
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit
Media,2002), hal. 3.
13
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Bandung: Citra
Aditya Bakti,2000), hal. 17.
14
Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 228.
12

Universitas Sumatera Utara

kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal
yang dapat merugikan konsumen itu sendiri. 15
Pengertian perlindungan konsumen berdasarkan Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberikan perlindungan kepada konsumen. 16 Upaya yang dilakukan meliputi
upaya secara preventif, yakni upaya yang dilakukan dengan memberikan
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai suatu produk serta mendapatkan
garansi atau jaminan terhadap barang yang akan dikonsumsi oleh konsumen.
Selain itu, upaya represif juga dilakukan untuk memberikan kepastian hukum
terhadap konsumen apabila terjadi masalah sengketa konsumen dari tindakan
produsen yang tidak beritikad baik melalui penyelesaian sengketa konsumen di
pengadilan.

2.

Standar Nasional Indonesia (SNI)
Standardisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan,

menerapkan, memberlakukan, memelihara dan mengawasi standar yang
dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku
kepentingan. 17 Di dalam Undang-Undang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian
pengertian Standar Nasional Indonesia (SNI) terdapat pada Pasal 1 angka 7 adalah
standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI)
15

Ibid, hal. 9.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Bab I, Pasal 1 angka 1.
17
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian, Bab I, Pasal 1 angka 1.
16

Universitas Sumatera Utara

adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI
dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai panitia teknis dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). 18
Pemberlakuan SNI terhadap semua bentuk kegiatan dan produk
dimaksudkan

untuk

melindungi

kepentingan

umum,

keamanan

negara,

perkembangan ekonomi nasional dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Ketentuan mengenai standardisasi nasional telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional yang
ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 November 2000. Ketentuan ini
adalah sebagai pengganti PP No. 15/1991 tentang Standardisasi Nasional
Indonesia dan Keppres No. 12/1991 tentang Penyusunan, Penerapan dan
Pengawasan Standar Nasional Indonesia.
Pada prinsipnya tujuan dari standardisasi nasional adalah :
1.

Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja
dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan
maupun kelestarian fungsi lingkungan hidup.

2.

Membantu kelancaran perdagangan.

3.

Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. 19
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102

Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Sasaran utama dalam pelaksanaan
standardisasi, adalah meningkatnya ketersediaan Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan pekerjaan instalasi guna
18

http://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/5, (diakses pada tanggal 22 Mei 2016).
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 102 Tahun 2000
berisi tentang Standardisasi Nasional, Bab III, Pasal 3.
19

Universitas Sumatera Utara

mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri, secara umum SNI
mempunyai manfaat, sebagai berikut:
1. Dari sisi produsen
Terdapat kejelasan target kualitas produk yang harus dihasilkan sehingga
terjadi persaingan yang lebih adil.
2. Dari sisi konsumen
Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat
melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga.
3. Dari sisi Pemerintah
Dapat melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang
murah

tapi

tidak

terjamin

kualitas

maupun

keamanannya,

dan

meningkatkan keunggulan kompetitif produk dalam negeri di pasaran
internasional.
Salah satu poin yang menarik dalam penerapan SNI, seperti yang terdapat
pada Pasal 18 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional adalah pelaku usaha yang sudah memperoleh sertifikat
produk atau tanda SNI dilarang memproduksi dan mengedarkan barang/jasa yang
tidak memenuhi SNI. Namun pada kenyataannya masih banyak para pelaku usaha
yang ditemui di pasaran tetap mengedarkan barang elektronik yang tidak
memenuhi SNI. Dengan demikian, posisi para konsumen rentan untuk
dieksploitasi oleh para produsen yang tidak taat pada peraturan tersebut. Dengan
seperangkat aturan hukum dan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah maka ketimpangan tersebut dapat diatasi. Aturan hukum dan peraturan

Universitas Sumatera Utara

perundang-undangan tersebut dapat memberikan perlindungan hukum kepada
konsumen.

G. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam mencari data guna mendukung
penulisan skripsi ini adalah :
1.

Jenis Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini Penulis menggunakan Metode Penelitian

Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah
penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder yang
tata kerjanya memberikan data seteliti mungkin tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan perlindungan konsumen, hak-hak dan kewajiban konsumen,
tanggung jawab produsen/pelaku usaha, sengketa antara produsen dan konsumen,
dan gejala-gejala lainnya saat pembelian produk elektronik berlabel SNI. Karena
penelitian ini menggunakan metode hukum normatif, maka data yang diperoleh
berasal dari pustaka sehingga merupakan penelitian kepustakaan.
2.

Data Penelitian
Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat atau disebut sebagai data primer dan
data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data

Universitas Sumatera Utara

sekunder. 20 Penelitian ini menggunakan data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo,
data sekunder adalah “Data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.” 21
Data sekunder meliputi :
a.

Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari :
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Peraturan Perundang-undangan :
a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian; dan
c) Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2002 tentang Standardisasi
Nasional Indonesia.

b.

Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hokum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU),
hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.

c.

Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hokum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus (hukum) dan ensiklopedia.

3.

Teknik Pengumpulan Data
Bahan diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan, yaitu

dengan membaca dan mempelajari buku-buku, perundang-undangan, makalah,
20

Ibid, hal 12.
Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia,1998), hal. 76.
21

Universitas Sumatera Utara

artikel, maupun laporan penelitian ataupun literatur lainnya yang berkaitan dengan
tema penelitian. Kemudian bahan-bahan tersebut dikelompok-kelompokkan
menjadi

bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier lalu disusun secara

sistematis, dianalisa dan kemudian dikembangkan menjadi skripsi.
4.

Analisis Data
Bahan Hukum primer, dan bahan hukum sekunder, termasuk pula bahan

tersier yang telah disusun secara sistematis sebelumnya kemudian akan dianalisis
secara normatif kualitatif. Dengan demikian akan merupakan analisis data tanpa
menggunakan rumus dan data matematis.
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif
berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Deduktif adalah cara pengambilan
kesimpulan dari umum ke khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
dilakukan untuk menyimpulkan pengetahuan-pengetahuan konkret mengenai
kaidah yang benar dan tepat untuk diterapkan dalam menyelesaikan suatu
masalah. 22

H. Sistematika Penulisan
Dalam menulis karya ilmiah diperlukan penulisan yang sistematis. Secara
sistematis penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan di setiap bab
mempunyai subbab-subbab yang dimaksudkan untuk memudahkan penulisan
skripsi ini. Adapun sistematika penulisan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

22

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), hal. 74.

Universitas Sumatera Utara

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi pengantar yang diuraikan
mengenai latar belakang penulisan skripsi, permasalahan yang diangkat, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan diakhiri oleh sistematika penulisan.
BAB II Perlindungan hukum bagi konsumen atas pembelian produk
elektronik berlabel SNI, dasar hukum SNI dan hubungannya dengan perlindungan
konsumen, pelabelan standardisasi produk elektronik, kebijakan dan praktek
pelaksanaan SNI, dan hak-hak yang diperoleh oleh konsumen sebagai bentuk
perlindungan hukum.
BAB III Tinjauan umum tentang tanggung jawab produsen terhadap
konsumen, pada bab ini menguraikan tentang hak dan kewajiban produsen
(pelaku usaha), bentuk-bentuk tanggung jawab produsen, dan bagaimana
tanggung jawab produsen terhadap konsumen atas pembelian produk elektronik
berlabel SNI.
BAB IV Upaya pemerintah dalam menerapkan regulasi mengenai
tanggung jawab produsen terhadap konsumen di Indonesia, pada bab ini diuraikan
tentang peran pemerintah dalam perlindungan konssumen, kendala-kendala dalam
menerapkan perlindungan konsumen, serta cara menerapkan regulasi mengenai
tanggung jawab produsen elektronik terhadap konsumen di Indonesia.
BAB V Penutup, pada bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini
dimana penulis mengambil kesimpulan terhadap pembahasan pada Bab I sampai
Bab IV dan memberi saran yang didapat.

Universitas Sumatera Utara