Status Periodontal Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Dan Non-Hemodialisa Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal adalah suatu penyakit inflamasi yang melibatkan
jaringan pendukung gigi sebagai akibat hubungan yang kompleks antara
mikroorganisme spesifik gram negatif dan respon jaringan host.Sejumlah penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit sistemik,
diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, penyakit jantung, stroke, diabetes, berat
bayi lahir rendah (BBLR), infeksi pernapasan, osteoporosis, dan gangguan
gastrointestinal.1
Salah satu penyakit yang berhubungan dengan penyakit periodontal adalah
penyakit ginjal kronik (PGK). PGK merupakan suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, seperti diabetes mellitus, hipertensi, ginjal polikistikdan
glomerulonephritis

sehingga

mengakibatkan


penurunan

fungsi

ginjal

yang

irreversibel dan progresif.Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008
menyatakan urutan etiologi terbanyak yaitu glomerulonephritis (25%), diabetes
mellitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%).PGKterdiri dari 5
stadium dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (stadium 5).Istilah gagal
ginjal berlaku bagi proses pengurangan signifikan jumlah nefron yang terus menerus
dan irreversibel, biasanya dengan PGK stadium 5 yang memerlukan terapi pengganti
ginjal berupa hemodialisa, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal.1,2
Terapi pengganti yang menjadi pilihan utama dan merupakan metode
perawatan umum untuk pasien penyakit ginjal kronik adalah hemodialisa.
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut maupun kronik dan memerlukan terapi jangka pendek, terapi jangka

panjang, atau terapi permanen untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dalam
darah.3,4

Universitas Sumatera Utara

11

The National Kidney Foundation (NKF) memperkirakan sekitar 20 juta jiwa
penduduk Amerika menderita penyakit ginjal dan 20 juta jiwa lainnya dinyatakan
berisiko tinggi terkena penyakit ginjal.2Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%.
Prevalensi kelompok umur≥ 75 tahun d engan 0,6% lebih tinggi dibandingkan
kelompok umur yang lain.3Penderita penyakit ginjal kronik terus meningkat dan
diperkirakan pertumbuhannya bertambah sekitar 10% setiap tahun. Data dari
beberapa pusat nefrologi di Indonesia melaporkan prevalensi penyakit ginjal di
Indonesia adalah 2,73 % dari jumlah populasi Indonesia pada tahun 2010.2
Berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PDPERSI) jumlah penderita penyakit ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per
satu juta penduduk. Pada tahun 2006 ada sekitar 100.000 orang lebih penderita
penyakit ginjal kronik di Indonesia.5

Pada tahun 2009 sekitar 62% penduduk Indonesia lebih kurang 70.000 orang
memerlukan terapi hemodialisa. Di Jawa Timur, data terakhir pasien yang tercatat
untuk melakukan hemodialisa di RSU dr Soetomo 388 pasien dengan rata-rata
melakukan hemodialisa seminggu dua kali. Sebagian besar pasien yang melakukan
hemodialisa di RSU dr Soetomo adalah pasien Jamkesmas, sekitar 75 % atau sekitar
291 pasien.Sisanya atau sekitar 97 pasien umum dan pasien ASKES. Di Ponorogo,
pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2012 jumlah pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa sejumlah 2367 pasien. Terdiri atas pasien baru sejumlah
270 pasien, pasien lama sejumlah 2097 pasien.5
Li-Ping Chen dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat hubungan
penyakit periodontal dan terapi hemodialisa, dimana prevalensi penyakit periodontal
pada pasien yang menjalani hemodialisa sebesar 58,9%.6 Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Chiang Ck dkk menyebutkan bahwa 80,6% pasien hemodialisa
memiliki kebersihan mulut buruk disertai dengan penyakit periodontal yang
dipengaruhi oleh lama menjalani hemodialisa dan proses penuaan.7Penelitian
Bayraktar dkk yang meneliti status periodontal pada pasien yang menjalani terapi
hemodialisa kurang dari tiga tahun dan lebih dari tiga tahun menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


12

terdapat perbedaan kedalaman poket periodontal signifikan pada pasien yang telah
menjalani terapi hemodialisa kurang dari tiga tahun dibandingkan dengan pasien yang
telah menjalani terapi lebih dari tiga tahun.8
Penelitian yang dilakukan oleh Farhad Atassi mengenai Status kesehatan
rongga mulut atas 234 pasien yang menjalani terapi hemodialisayang dinilai
menggunakan Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) yang
mengungkapkan bahwa tidak ada pasien yang memiliki kebersihan mulut baik (0%),
16 pasien skor 1 (7,5%), 140 pasien skor 2 (65,4%), 57pasien skor 3, 1 pasien
denganskor 4.9 Dalam penelitian lain, Jallal dkk mengevaluasi pada 45 pasien yang
menjalani hemodialisa, 100% mengalami masalah pada jaringan periodontal. 64%
mengalami gingivitis dan 28% mengalami periodontitis.10
Penyakit periodontal pada pasien hemodialisa disebabkan oleh tingginya
kadar urea dalam darah, penurunan fungsi limfosit, perubahan homeostasis kalsium,
dan dari terapi hemodialisa itu sendiri.Tingginya kadar urea dalam darah pada pasien
dapat mengubah pH saliva menjadi basa. Peningkatan pHdisebabkan oleh hasil
hidrolisis urea dalam saliva yang menghasilkan ammonia sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan deposit plak dan kalkulus. Penurunan fungsi limfosit
menyebabkan penurunan respon imun sehingga pasien semakin rentan terhadap

infeksi, perubahan homeostasis kalsium akibat rendahnya level serum kalsium dan
kalsitriol sehingga memudahkan terjadinya demineralisasi tulang,11 dan terapi
hemodialisa itu sendiri dapat menekan imunitas tubuh pasien sehingga semakin
rentan terhadap infeksi.
Salah satu efek samping dari terapi hemodialisa adalah mual dan
muntah.Mual dan muntah yang dialami pasien akan menyebabkan asupan nutrisi
menjadi tidak seimbang dan terjadi penurunan kadar asam amino sehingga pasien
akan mengalami penurunan nafsu makan.3Kurangnya asupan nutrisi khususnya
protein akan berdampak langsung dengan proses sintesa IgA. Hal ini akan
mempengaruhi kualitas saliva sebagai alat mekanisme pertahanan rongga mulut
sehingga memudahkan bakteri untuk berkolonisasi serta diperparah oleh tindakan
hemodialisa itu sendiriyang menyebabkanpenurunan respon imun seperti penggunaan

Universitas Sumatera Utara

13

membran curophan dan polymethilmetacrilate, sehingga menyebabkan pasien
semakin rentan terhadap penyakit periodontal.12,13-15
Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, melihat tingginya risiko penyakit

periodontal pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, peneliti
merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui status periodontal dan
pengaruh lama menjalani hemodialisa (tahun) terhadap status periodontal pada pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dan non-hemodialisa di Klinik
Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.Pada penelitian ini pasien yang belum
diindikasikan menjalani hemodialisa tidak ada dilakukan pengelompokan stadium
penyakit dikarenakan kesulitan pada penentuan stadium pada rekam medik.
Indeks yang digunakan yaitu indeks periodontal (Ramfjord) yang merupakan
indeks untuk mengukur keparahan penyakit periodontal dengan melihat komponen
penyakit periodontal yaitu gingivitis dan kedalaman saku periodontalyang dilakukan
hanya pada enam gigi saja yaitu gigi 16,21,24,36,41,dan 44 (dinamakan gigi indeks
Ramfjord). Indeks ini dipilihkarena pasien penyakit ginjal kronik yang sangat rentan
terhadap perdarahan, sehingga dilakukan pemeriksaan hanya enam gigi untuk
meminimalisasi perdarahan.Rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien penyakit
ginjal kronik banyak dan mudah ditemui karena pasien melakukan perawatan secara
berkala dan rutin.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan status periodontal pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa dan non-hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal

dan Hipertensi Rasyida Medan?
2. Apakah ada hubungan antara lama menjalanihemodialisa terhadap status
periodontal pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Klinik
Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan?

Universitas Sumatera Utara

14

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui status periodontal pada pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida
Medan.
2. Untuk mengetahui perbedaan status periodontal pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa dan non-hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal
dan Hipertensi Rasyida Medan.
3. Untuk Mengetahui hubungan lama menjalani hemodialisa terhadap status
periodontal pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Klinik
Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.


1.4 Hipotesis
1. Ada perbedaan status periodontal pada pasienpenyakit ginjal kronikyang
menjalani hemodialisa dan non-hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi
Rasyida Medan.
2. Ada hubungan antara lama menjalani hemodialisa terhadap status
periodontal pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Klinik
Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
1. Hasil

penelitian

ini

diharapkan

memberikan

sumbangan


bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan gigi masyarakat mengenai
hubungan penyakit ginjal kronik terhadap status periodontal.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal bagi penelitian
selanjutnya dalam melihat hubungan penyakit periodontal pada pasien penyakit ginjal
kronik.

Universitas Sumatera Utara

15

1.5.2 Manfaat praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada tenaga kesehatan
mengenai hubungan status periodontal pada pasien penyakit ginjal kronik sehingga
dapat merencanakan perawatan dengan baik.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak tenaga
kesehatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya penderita penyakit
ginjal kronik mengenai pentingnyadalam menjaga oral higieneuntuk menurunkan

prevalensi penyakit periodontal, guna meningkatkan kualitas hidup.

Universitas Sumatera Utara