Konflik Internal Partai (Studi Kasus: Pemilihan Ketua Partai Golkar Kabupaten Karo 2017) Chapter III IV

BAB III

MANAJEMEN PENYELESAIAN KONFLIK PARTAI GOLKAR
KABUPATEN KARO

3.1 Dominasi (Penekanan) dari DPD Provinsi
Dalam menganalisis manajemen penyelesaian konflik yang terjadi di dalam
Partai Golkar Kabupaten Karo, penulis menggunakan teori dominasi atau
penekanan. Berdasarkan teori dominasi (penekanan) biasanya orang – orang yang
memiliki kekuasaan lebih akan cenderung menekan konflik yang terjadi dan
kemudian menyelesaikannya dengan cara memaksakan konflik tersebut
“menghilang di bawah tanah”. Selanjutnya setelah konflik tersebut “hilang” maka
akan terjadi situasi menang – kalah, dimana pihak yang kalah terpaksa mengalah
karena adanya pengaruh yang lebih tinggi atau pihak yang lebih besar
kekuasaannya.
Metode ataupun cara yang dilakukan Partai Golkar saat terjadi konflik pada
pemilihan Ketua Partai Golkar tahun 2017 kemarin yakni dengan dilakukan
pertemuan antar 2 pihak untuk berdiskusi. Pertemuan ini dilakukan antar kedua
orang yang berkonflik dengan pihak ketiga agar permasalahannya bisa
diselesaikan serta mendapat solusi yang terbaik untuk kedua pihak yang
berkonflik. Pihak ketiga disini ialah DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara.

Seperti yang dikemukakan oleh Ferianta Purba selaku salah satu calon Ketua DPD
Golkar Kabupaten Karo yang saat ini sudah menjabat sebagai Ketua : “Setelah
kejadian itu kita langsung berkoordinasi dengan provinsi. Dan di tengah

58

Universitas Sumatera Utara

perjalanan hmm ya artinya di apa ya istilahnya dipertemukan lah kita 2 pihak ini
yaitu saya dengan calon yang satu lagi.”. 42
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber,
ditemukan bahwa memang cara yang digunakan Partai Golkar dalam
memanajemen konfliknya yakni dengan diskusi atau musyawarah. Dalam diskusi
ini pihak ketiga yakni DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara berupaya
untuk mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik dalam memperebutkan
posisi sebagai Ketua DPD Golkar Kabupaten Karo agar bisa menyepakati hasil –
hasil tertentu agar nantinya konflik dapat terselesaikan dengan baik.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang
diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan
kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir

berupa penyelesaian konflik. Di samping itu, mungkin atau tidak mungkin dapat
menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Dalam hal
ini juga bisa kita lihat bahwa Partai Golkar melakukan hal yang sama dengan
yang disebutkan Ross dalam pengertian manajemen konfliknya yakni pihak ketiga
yakni DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara berusaha mempertemukan
kedua belah pihak yang berkonflik agar menghasilkan kesepakatan yang positif.
Selanjutnya dalam pertemuan itu telah disepakati bahwa salah satu dari calon itu
harus mundur dari pencalonan di Musyawarah Daerah yang dilaksanakan
berikutnya. Tujuan dari pengunduran diri salah satu calon ini ialah agar suara

42
Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.20 WIB.

59

Universitas Sumatera Utara

yang dimiliki Partai Golkar Kabupaten Karo nantinya tidak akan terpecah menjadi
dua. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu calon Ketua DPD Golkar

Kabupaten Karo Ferianta Purba yang saat ini menjabat sebagai Ketua terpilih :
“Pak Ngogesa minta supaya salah satu untuk tarik diri dari dari pencalonan”. 43
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh calon Ketua DPD Golkar
Kabupaten Karo yang satu lagi yakni Firdaus Sitepu mengungkapkan bahwa DPD
Golkar Provinsi Sumatera Utara bukan menyuruh agar salah satu calon untuk
mengundurkan diri melainkan menyuruh dirinya sendiri untuk mengundurkan diri
dari pencalonan dan menyisakan Ferianta Purba sebagai calon tunggal untuk maju
ke pemilihan Ketua Partai Golkar Kabupaten Karo. Hal ini seperti yang
diungkapkan Firdaus Sitepu : “Dalam pertemuan itu diupayakan lagi untuk salah
satu mengalah, aku lah yang disuruh mundur. Yasudah saya mengalah”. 44
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa perkataan yang
diungkapkan oleh Firdaus Sitepu lebih meyakinkan dibandingkan dengan yang
diungkapkan oleh Ferianta Purba dikarenakan sikap yang ditunjukkan mereka saat
penulis melakukan wawancara. Alasan penulis bisa mengatakan seperti itu karena
teknik wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah teknik
wawancara in depth interview atau biasa disebut dengan teknik wawancara secara
mendalam. Dalam teknik wawancara secara mendalam, penulis mengumpulkan
informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan

43


Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.28 WIB.
44
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 13.45 WIB.

60

Universitas Sumatera Utara

pengalaman pribadi. 45 Oleh karena itu bukan hanya pendapat dan jawaban
narasumber saja yang dilihat melainkan sikap yang ditunjukkan oleh narasumber
ketika menjawab setiap pertanyaan yang penulis berikan juga merupakan salah
satu hal yang penting dalam menganalisis manajemen penyelesaian konflik yang
dilakukan DPD Golkar Kabupaten Karo pada proses pemilihan Ketua pada tahun
2017 ini.
Ada beberapa hal yang diungkapkan Ferianta Purba tidak sejalan dengan
yang diungkapkan oleh Roy Belanta Sembiring selaku Wakil Sekretaris Bagian
Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi. Saat penulis bertanya tentang

bagaimana bisa terbentuk 2 kepanitiaan dalam pembentukan Musyawarah Daerah
IX Partai Golkar Kabupaten, Ferianta Purba mengungkapkan :
“Suruhenta Sembiring membentuk suatu kepanitiaan dan kepanitiaan ini
sepertinya gak menyanggupi saat itu melaksanakan jadwal yang sudah
diberikan provinsi. 1 minggu sebelum tanggal penyelenggaraan musda itu
mereka menyatakan gak sanggup melaksanakan tanggal 20. Setelah itu
Suruhenta mengajak mengumpulkan panitia yang mau bekerja, ya kalau
panitia yang ditunjuk sebelumnya tidak mau ya mari yang masih mau
bekerja kita membuat musyawarah daerah ke IX ini di Berastagi. Jadi
sebagian anggota kepanitiaan yang mau bekerja tadi di koordinir oleh
Suruhenta untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Selanjutnya karena
sudah dibentuk kepanitiaan yang di Berastagi datang dari panitia
sebelumnya kami pun sanggup, setelah bekerja panitia untuk
melaksanakan musda di Berastagi dibilang mereka kami pun bisa”. 46

Berbeda dengan yang diungkapkan Roy Belanta Sembiring :

45

Sulistyo-Basuki. Metode Penelitian.Op.cit

Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.47 WIB.
46

61

Universitas Sumatera Utara

“Di tanah karo kan ada sempat dua apa dua kubu juga kubu Agung
Laksono sama Aburizal Bakrie kan begitu. Nah kita dulu dari kubu Agung
Laksono, dan ada teman – teman yang dari kubu Aburizal Bakrie, nah jadi
istilahnya ya mereka berhak juga lah kalo karena mereka juga mempunyai
satu kubu membuat satu musda, kita juga kita buat.” 47
Pernyataan yang diungkapkan oleh Roy Belanta Sembiring ini juga secara tidak
langsung mendukung pernyataan Firdaus Sitepu yang mengungkapkan :
“Pertamanya kita panitia, kita ditunjuk jadi panitia pelaksanaan musda.
Tentunya panitia yang menentukan lokasi dimana pelaksanaan musda
sama persiapan-persiapannya lah. Kebetulan saya juga jadi ketua
panitianya yang disini (Kabanjahe). Udah ditentukan tempat dan
sebagainya, keluarlah SKnya untuk musda ini. Di tengah perjalanan

muncul lagi SK baru untuk kepanitiaan pelaksanaan musda yang di
Berastagi. Pelaksanaan musdanya pun di hari dan jam yang bersamaan.
Tadi kam tanyak kenapa bisa keluar 2 SK itulah saya pun tidak tahu.” 48
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dianalisis bahwa memang kedua pihak yang
berkonflik ini membuat musda di tempatnya masing – masing, yakni satu berada
di Kabanjahe dan satunya lagi berada di Berastagi. Akan tetapi Ferianta Purba
mengatakan bahwa terbentuknya panitia yang menyelenggarakan musda di
Berastagi dibentuk karena ketidaksiapan panitia pelaksanaan musda di Kabanjahe.
Hal ini menunjukkan Ferianta Purba tidak mengatakan hal yang sebenarnya.
Selanjunya pertemuan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang
berkonflik ini dengan pihak ketiga hanya diadakan dalam 1 hari saja, karena
setelah pertemuan itu sudah didapatkan keputusan akhir dari konflik yang terjadi
sebelumnya yakni pengunduran diri salah satu bakal calon Ketua dari pencalonan.

47

Hasil wawancara dengan Roy Belanta Sembiring Wakil Sekretaris Bagian Organisasi, Keanggotaan, dan
Kaderisasi DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal 20/07/2017 Pukul 14.30 WIB.
48
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal

12/7/2017 Pukul 13.50 WIB.

62

Universitas Sumatera Utara

Hal ini menunjukkan bahwa Partai Golkar dalam memanajemen penyelesaian
konfliknya tidak memakan waku yang lama. Dan juga sudah terlihat dalam hasil
wawancara yang disebutkan narasumber bahwa salah satu calon yakni Firdaus
Sitepu mengalami penekanan yang dilakukan oleh DPD Provinsi agar dirinya
yang harus mengundurkan diri. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Firdaus Sitepu
: “Tentunya kecewa lah. Tapi gimana mau kita buat, begitu kata provinsi ya mau
gak mau harus begitu. Terpaksa kita jalani, suka tidak suka harus menjadi suka.”
49

Sesuai dengan teori dominasi (penekanan) yang sudah dijelaskan bahwa
dalan manajemen penyelesaian konflik seperti ini akan terjadi situasi menang –
kalah, hal ini juga terjadi dalam manajemen penyelesaian konflik di pemilihan
Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo. Dimana salah satu bakal calon yang
disuruh untuk mundur dalam pencalonan akan menjadi pihak yang kalah dan

calon yang tetap maju ke dalam pencalonan menjadi pihak yang menang. Ferianta
Purba tergolong ke dalam pihak yang menang karena dia maju ke dalam
pencalonan sebagai calon tunggal dan akhirnya terpilih sebagai Ketua DPD Partai
Golkar Kabupaten Karo sedangkan Firdaus Sitepu masuk ke dalam pihak yang
kalah karena dia mundur dari pencalonan dan akhirnya dipilih untuk menjadi
Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Karo.
Dalam hal ini segala keputusan yang sudah diambil dan diputuskan oleh
DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara harus dipatuhi oleh setiap anggota
partai karena jika tidak mematuhi akan ada sanksi tegas yang diberikan oleh
49
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.15 WIB.

63

Universitas Sumatera Utara

partai. Hal ini seperti yang diungkapkan Firdaus Sitepu : “Kan sudah kita terikat
di partai, kalau melawan kan keluar itu resikonya jadi harus nurut-nurut ajalah”. 50
Berdasarkan pernyataan yang narasumber ungkapkan, dapat dianalisis bahwa

apapun keputusan yang diambil oleh DPD Partai Golkar Provinsi harus ditaati dan
tidak ada yang boleh menentangnya. Apabila ada yang berani menentang
keputusan yang sudah diambil oleh DPD Partai Golkar Provinsi maka akan
dikenai sanksi yakni dikeluarkan dari partai. Oleh karena itu jika seseorang yang
menentang keputusan DPD Provinsi akan dikeluarkan dari Partai Golkar maka
teori dominasi (penekanan) yang sudah dijelaskan penulis tadi terbukti sesuai dan
diterapkan dalam manajemen penyelesaian konflik pada pemilihan Ketua DPD
Partai Golkar Kabupaten Karo ini.
Selanjutnya metode penyelesaian konflik yang akan digunakan penulis
dalam penyelesaian konflik Partai Golkar ada yakni metode penyelesaian konflik
secara integratif, metode komando otoritatif, dan metode kompromi. Ke tiga
metode ini hanya merupakan bagian dari metode dominasi (penekanan) yang
digunakan oleh DPD Partai Golkar Provinsi. Sehingga walaupun ketiga metode
ini digunakan sebagai pisau analisis, tidak akan mempengaruhi hasil yang
dikemukakan

karena

metode


dominasi

sebelumnya

yang

akan

sangat

mempengaruhi hasil penelitian ini.

3.2 Penyelesaian Konflik Secara Integratif
50

Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.25 WIB.

64

Universitas Sumatera Utara

Dalam cara ini konflik diselesaikan secara integratif. Konflik yang terjadi
biasanya dicoba untuk diselesaikan secara bersama – sama dengan teknik
pemecahan masalah (problem solving). Dalam problem solving kedua pihak yang
berkonflik akan mencari win-win solution. Situasi menang – menang seperti ini
dilaksanakan dengan cara menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat dalam
konflik yang terjadi. Hal tersebut dapat tercapai apabila dilakukan konfrontasi
persoalan -persoalan yang ada dan digunakan cara pemecahan masalah untuk
mengatasi perbedaan - perbedaan pendapat dan pandangan.
Dalam metode ini, kedua belah pihak bertemu untuk mendiskusikan
permasalahan yang berkaitan dengan konfliknya. Tujuannya adalah untuk
mengintegrasi kebutuhan dari masing - masing kelompok. Pihak – pihak yang
awalnya berkonflik bukan hanya berusaha untuk menekan konflik dan
berkompromi melainkan berusaha untuk menyelesaikan masalah. Kedua belah
pihak akan berusaha mendapatkan keputusan akhir yang tidak hanya
menguntungkan satu pihak saja melainkan menguntungkan kedua belah pihak.
Akan tetapi dalam kehidupan berorganisasi, teori ini sulit untuk diterapkan. Ada 3
jenis metode dalam penyelesaian konflik secara integratif yakni konsensus,
konfrontasi, dan penggunaan tujuan – tujuan super ordinat.
Dalam manajemen penyelesaian konflik yang dilakukan, Partai Golkar
dalam hal ini juga berusaha untuk melakukan penyelesaian masalah secara
bersama – sama. Kedua belah pihak yang berkonflik yakni Ferianta Purba dan
Firdaus Sitepu dipertemukan untuk mendiskusikan permasalahan yang ada.
Tujuannya adalah mengintegrasikan kebutuhan dari masing – masing pihak.
65

Universitas Sumatera Utara

Setelah kedua belah pihak yang berkonflik dan pihak ketiga sebagai fasilitator
melakukan diskusi dan diputuskan bahwa salah satu pihak mengundurkan diri dari
pencalonan. Pengunduran diri inipun merupakan keputusan yang diambil DPD
Golkar Provinsi, dan keputusan ini diberikan DPD Golkar Provinsi dengan
mempertimbangkan rasa kekeluargaan yang ada. Seperti yang diungkan Ferianta
Purba : “Dan Pak Ngogesa ketika itu karena kita masih tidak terlepas dari
kekeluargaan, tidak terlepas dari kita masing – masing ini masih family, Pak
Ngogesa minta supaya salah satu untuk tarik diri dari dari pencalonan.” 51
Berdasarkan pernyataan narasumber di atas, dapat dianalisis bahwa DPD
Partai Golkar Provinsi dalam menyelesaikan konflik ini masih memikirkan rasa
kekeluargaan yang ada sehingga setelah itu mereka menawarkan kepada pihak
yang mengundurkan diri dari calon Ketua yakni Firdaus Sitepu jabatan sebagai
Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Karo. Hal ini dipertegas oleh pernyataan
Firdaus Sitepu :

52

“Waktu saya mundur pun ditanya apa permintaan saya, jadi sekretaris saja
kau kata ketua. Saya sebetulnya tidak mau jadi sekretaris, saya jadi
pengurus saja saya bilang. Tetapi mereka tetap bilang udahlah sekretaris
saja kau, terakhir saya bilang terserah ketua saja lah kalau begitu.
Makanya saya jadi sekretaris.”
Berdasarkan pernyataan Firdaus Sitepu bisa dilihat bahwa setelah pengunduran
dirinya dari pencalonan sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo, DPD
Partai Golkar Provinsi meminta agar Firdaus Sitepu mengisi posisi

sebagai

sekretaris. Seperti yang diungkapkan Ferianta Purba juga : “Jadi salah satu butir
51

Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.47 WIB.
52
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 13.50 WIB.

66

Universitas Sumatera Utara

ya karena dia mengundurkan diri kita hormati dan kita berikan jabatan sekretaris
kepada Firdaus”. 53
Ferianta Purba dalam pernyataan di atas mengungkapkan bahwa salah satu isi dari
kesepakatan sebelumnya yakni dengan Firdaus Sitepu mengundurkan diri, dia dan
pihak DPD Provinsi menghormatinya, oleh sebab itu diberikan jabatan Sekretaris
kepada Firdaus. Sehingga setelah pemilihan pada Musyawarah Daerah IX kedua
selesai Ferianta Purba diangkat dan diberikan kesempatan untuk bicara dia
menyatakan

sesuai

kesepakatan

sebelumnya

Firdaus

Sitepu

menjadi

Sekretarisnya. Hal ini juga didukung pernyataaan Ferianta Purba : “selesai
diaklamasi ada kata sambutan dari ketua terpilih disitu saya ungkapkan bahwa
kesepakatan kita kemarin itu saudara Firdaus menjadi sekretaris”. 54
Berdasarkan analisis penulis DPD Partai Golkar Provinsi menganggap
dengan Ferianta Purba yang nantinya akan maju sebagai calon tunggal dan
pastinya akan terpilih sebagai Ketua, DPD Provinsi juga tidak membiarkan
Firdaus Sitepu hilang begitu saja dari kepengurusan. Oleh karena itu DPD
Provinsi memberikan jabatan sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten
Karo kepada Firdaus Sitepu agar keduanya bisa sama - sama duduk di
kepengurusan yang sama dan mengganggap bahwa diantara keduanya akan
merasa diuntungkan dengan keputusan win – win solution yang diambil DPD
Provinsi ini. Dimana Ferianta Purba mendapatkan posisi sebagai Ketua DPD

53

Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.50 WIB.
54
Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.47 WIB.

67

Universitas Sumatera Utara

Partai Golkar Kabupaten Karo dan Firdaus Sitepu mendapatkan posisi sebagai
Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Karo.
Keputusan ini diharapkan DPD Partai Golkar Provinsi dapat menyelesaikan
konflik yang sebelumnya terjadi serta dapat memuaskan kedua belah pihak yang
berkonflik. Akan tetapi walaupun keputusan ini sudah diterima oleh kedua belah
pihak dan sudah dijalankan masih tetap ada rasa kekecewaan yang dirasakan oleh
salah satu pihak. Firdaus Sitepu sendiri masih merasakan kekecewaannya atas
keputusan yang diambil oleh DPD Partai Golkar Provinsi itu. Hal itu diungkapkan
Firdaus Sitepu : 55
“Sedih juga kan padahal dapat dukungan besar tapi kalah. Tapi karna saya
anggota dewan, ada sanksinya ke saya kalau saya ngotot. Kalau gak dari
anggota dewan tadi ya saya ngotot aja, soal kalah menang yasudah. Saya
kan mikirin itu, nanti saya di PAW padahal sudah disuruh untuk mundur”.
Akan tetapi penyelesaian konflik secara integratif ini dalam manajemen
penyelesaian konflik Partai Golkar Kabupaten Karo hanya bagian kecil dari cara
yang digunakan karena cara yang paling besar mempengaruhi penyelesaian
konfliknya tetap dengan menggunakan cara dominasi.
3.3 Komando Otoritatif

Dalam metode komando otoritatif ini biasanya seseorang akan bekerja
dengan cara menentang pihak lain dan berjuang untuk mendominasi situasi
dimana menang atau kalah, serta memaksakan agar hasilnya nanti sesuai dengan
keinginannya dengan menggunakan kekuasaan yang ada. Pada situasi menang –
55

Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.30 WIB.

68

Universitas Sumatera Utara

kalah biasanya salah satu pihak akan mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengorbankan keinginan pihak lain. Hal tersebut disebabkan karena adanya
persaingan, dimana seseorang mencapai kemenangan melalui kekuatan,
keterampilan atau karena adanya unsur dominasi. Ketika seseorang yang otoriter
mendikte sebuah pemecahan dari sebuah masalah dan kemudian dispesifikasikan
apa yang akan dicapai dan apa yang akan dikorbankan dan oleh siapa. Dan ketika
figur otoritas tersebut merupakan pihak aktif di dalam konflik yang berlangsung,
maka akan mudah untuk memprediksi siapa yang akan menjadi pihak yang
menang dan siapa yang akan menjadi pihak yang kalah.
Metode penyelesaian konflik dengan cara komando otoritatif ini bisa
dikatakan hampir sama dengan metode dominasi (penekanan). Dalam hal ini DPD
Partai Golkar Sumatera Utara menjadi pihak yang mempunyai otoritas dalam
penyelesaian konflik DPD Partai Golkar Kabupaten Karo dan juga menjadi pihak
yang turut berperan aktif dalam konflik yang berlangsung. Saat Musyawarah
Daerah ke IX ini dilaksanakan pertama kali yakni pada 20 januari 2017, dimana
kedua kelompok yang berkonflik ini awalnya terpecah di 2 tempat yang berbeda
kemudian pada siang hari akhirnya bersatu di tempat yang sama, DPD Partai
Golkar Provinsi saat itu sudah meminta agar kedua pihak ini berdamai. Berdamai
disini dalam artian salah satu dari kedua calon Ketua DPD Partai Golkar
Kabupaten Karo ini mengalah sehingga suara golkar nantinya tidak akan pecah.
Hal ini seperti yang diungkapkan Firdaus Sitepu :
“Karena ada 2 bakal calon yakni saya dengan Ferianta, disuruh lah kami
berembuk antara siapa yang maju dan siapa yang mundur begitulah kira-

69

Universitas Sumatera Utara

kira. Diupayakan secara aklamasi dan bukan dari voting supaya jangan nanti
Golkar pecah.” 56
Dalam pernyataan narasumber di atas bisa dilihat bahwa DPD Partai Golkar
Provinsi meminta agar kedua bakal calon ketua tersebut untuk berembuk
memutuskan siapa yang akan maju dan siapa yang akan mundur. Dan setelah
salah satu bakal calon nantinya akan mengundurkan diri maka hanya akan tersisa
calon tunggal untuk maju sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo.
Apabila hanya tersisa satu calon yang mendaftar maka orang itu akan terpilih
secara aklamasi menjadi ketua, jadi dalam pemilihan ini tidak diperlukan lagi
pemungutan suara atau voting. Hal ini sesuai dengan AD/ART Partai Golkar bab
VIII pasal 20, apabila hanya terdapat 1 calon ketua dalam pemilihan maka yang
bersangkutan dinyatakan sebagai Ketua terpilih secara aklamasi.
Berdasarkan hal diatas dapat dianalisis bahwa keputusan yang diambil oleh
DPD Partai Golkar Provinsi hanya akan menguntungkan salah satu pihak saja.
Pihak yang satunya lagi akan merasa dirugikan. Maka dari itu saat kedua bakal
calon disuruh berembuk untuk menentukan siapa yang maju dan siapa yang akan
mundur, tidak ada seorang pun dari mereka yang mau untuk mundur, karena
masing – masing tetap bersikeras ingin maju menjadi Ketua DPD Partai Golkar
Kabupaten Karo dan menganggap bahwa mereka memiliki cukup suara untuk bisa
menang nantinya.
Setelah itu DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara mempertemukan
kedua belah pihak yang berkonflik yakni Ferianta Purba dan Firdaus Sitepu.
56
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.30 WIB.

70

Universitas Sumatera Utara

Pertemuan antar kedua pihak ini juga merupakan keputusan yang diambil DPD
Provinsi Sumatera Utara sesaat setelah terjadinya deadlock pada Musyawarah
Daerah IX Partai Golkar Kabupaten Karo yang pertama dilakukan pada 20 januari
kemarin. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Firdaus Sitepu : “Setelah itu saya
dan Ferianta disuruh memilih waktu yang bagus untuk menghadap Ketua,
begitulah kata pengurus provinsi.” 57
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dilihat setelah Musyawarah
Daerah IX pertama deadlock Ferianta Purba dan Firdaus Sitepu selaku kedua
bakal calon yang memperebutkan posisi Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten
Karo disuruh oleh DPD Provinsi untuk menghadap kepada Ketua. Dalam hal ini
DPD Provinsi selaku pihak yang memiliki otoritas sendiri lah yang memberikan
perintah agar kedua bakal calon ketua datang ke Medan dan menghadap kepad
Ketua DPD Provinsi. Agar nanti pada Musyawarah Daerah IX kedua selanjutnya
tidak akan terulang lagi kejadian sebelumnya di Musda pertama.
Kemudian setelah dilakukan pertemuan antara pihak yang berkonflik yakni
Ferianta Purba dengan Firdaus Sitepu, DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera
Utara mengambil sebuah keputusan bahwa salah satu calon dari Ketua DPD Partai
Golkar Kabupaten Karo harus mundur dari pencalonan. hal ini seperti yang
diungkapkan Ferianta Purba :
“Pak Ngogesa minta supaya salah satu untuk tarik diri dari dari pencalonan.
Jadi artinya si Firdaus menyampaikan ya gakpapa saya masih mau belajar

57

Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 13.20 WIB.

71

Universitas Sumatera Utara

untuk berorganisasi, kalau bisa tempatkan posisi saya yang bagus untuk
pembelajaran saat itu untuk berorgansasi ke depannya.”
Dalam pernyataan di atas Ferianta Purba mengatakan bahwa Pak Ngogesa yang
menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Sumatera Utara meminta agar salah
satu dari bakal calon untuk mundur dan menarik diri. Kemudian Firdaus Sitepu
menyampaikan bahwa dia saja yang mengundurkan diri karena masih

mau

belajar untuk berorganisasi sehingga dia meminta agar nantinya setelah mundur
dia bisa ditempatkan di jabatan strategis untuk bisa belajar berorganisasi.
Berbeda

dengan

yang

diungkapkan

oleh

Firdaus

Sitepu

dalam

wawancaranya bahwa dia awalnya tetap bersikeras untuk maju dalam pemilihan
Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo ini, akan tetapi karena pihak DPD
Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara sendiri sudah secara khusus dalam
pertemuan itu meminta agar dia mengundurkan diri, dia akhirnya mengikuti
keputusan yang sudah diambil oleh DPD Provinsi. Hal ini seperti yang
diungkapkan Firdaus Sitepu :
“Padahal kemarin itu saya ngotot untuk dilanjutkan musda yang pertama itu,
saya kan belum tentu menang. Tetapi orang itu tidak mau, mungkin hitunghitungannya saya menang. Jadi kalau diteruskan ini pihak sana kalah, jadi
kalau kalah karna ada dukungan dari yang lebih tinggi lagi jadi gimana
pertanggung jawabannya ke pusat. Kan jadi ini harus dimenangkan begitu
lah kira-kira. Jadi aturan tadi tidak ada lagi.” 58
Dalam pernyataan di atas Firdaus Sitepu mengungkapkan bahwa pada saat
Musyawarah Daerah IX pertama dilaksanakan dia tetap bersikeras ingin
melanjutkan pemilihan secara pemungutan suara (voting), akan tetapi pihak yang
satu lagi yakni Ferianta Purba serta pengurus DPD Provinsi tidak mau
58
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.26 WIB.

72

Universitas Sumatera Utara

melanjutkan. Alasan yang dikemukakan Firdaus Sitepu karena apabila
pemungutan suara tetap dilakukan maka hitung – hitungannya Firdaus Sitepu
yang akan menang. Sehingga kalau pihak yang satunya kalah maka bagaimana
pertanggung jawaban ke pusat. Jadi menurutnya pihak lawan Firdaus Sitepu ini
harus dimenangkan.
Berdasarkan hasil wawancara di atas Ketika DPD Partai Golkar Provinsi
sebagai pihak yang memiliki otoritas sudah mengambil sebuah keputusan, maka
semua anggota harus mematuhi keputusan tersebut. Jadi semua keputusan dari
atas tidak bisa ditentang oleh pihak yang berkonflik sebagai pihak yang berada di
bawah komando. Akhirnya keputusan DPD Partai Golkar Provinsi bahwa lebih
baik pemilihan Ketua DPD Kabupaten Karo dilakukan secara aklamasi bukan
dengan pemungutan suara dapat diterapkan.
Dalam hal ini terlihat bahwa metode komando otoritatif ini tidak berbeda
dengan metode dominasi (penekanan). Dimana konflik diselesaikan dengan cara
“menghilangkannya di bawah tanah” dan kemudian terjadi situasi menang –
kalah. DPD Provinsi menyelesaikan konflik dengan menghilangkannya di bawah
tanah bisa dilihat dari dia mengambil keputusan untuk meminta salah satu bakal
calon ketua mundur, sehingga konflik yang sebelumnya hilang (selesai).
Selanjutnya terjadi situasi menang – kalah dimana Ferianta Purba yang maju
menjadi calon tunggal Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih secara
aklamasi menjadi pihak yang menang. Karena hanya tinggal satu calon maka
tidak diperlukan lagi pemungutan suara. Kemudian Firdaus Sitepu yang mundur
dari pencalonan diangkat sebagai Sekretarisnya sebagai pihak yang kalah. Oleh
73

Universitas Sumatera Utara

karena itu metode komando otoritatif ini memang sesuai dengan yang digunakan
Partai Golkar dalam manajemen penyelesaian konfliknya.
Ada beberapa alasan mengapa digunakan manajemen penyelesaian konflik
dengan cara komando otoritatif seperti ini. Pertama metode ini biasanya
digunakan jika keputusan yang akan diambil bersifat sangat vital atau dalam
keadaan yang darurat. Kedua, hal ini mengenai persoalan – persoalan penting,
dimana perlu tindakan – tindakan yang tidak biasa. Ketiga, mengenai persoalann –
persoalan vital bagi kemajuan sebuah organisasi. Dalam hal ini penulis
menganalisis bahwa Partai Golkar dalam menggunakan metode komando
otoritatif ini dikarenakan persoalan yang terjadi antara kedua bakal calon Ketua
DPD Golkar Kabupaten Karo ini dianggap sangat vital. Dimana pemilihan untuk
Ketua DPD Golkar Kabupaten Karo serta kepengurusan untuk periode ini sudah
terlambat dari jadwal yang seharusnya. Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di
Kabupaten Karo saja melainkan ini terjadi di kepengurusan Partai Golkar
seluruhnya dikarenakan konflik yang sebelumnya terjadi di DPP Partai Golkar
Pusat antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono yang menyita waktu cukup
lama.
Pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo pada awal tahun 2017
ini dilakukan untuk kepengurusan periode 2015-2020. Bisa dilihat bahwa sudah
cukup lama seharusnya pemilihan ini dilakukan. Oleh karena itu saat pemilihan
Ketua DPD Golkar Kabupaten Karo dilakukan dan kemudian terjadi konflik
antara bakal calon yang akan maju, DPD Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara
merasa bahwa hal ini harus secepat mungkin diselesaikan, sehingga tidak akan
74

Universitas Sumatera Utara

mengganggu

jalannya

organisasi

Golkar.

Walaupun

demikian,

penulis

menganggap keputusan yang diambil oleh Partai Golkar ini tidak akan membuat
konflik yang sebelumnya ada menjadi terselesaikan dengan baik.
3.4 Kompromi

Dalam metode ini cara penyelesaian konfliknya yakni dengan cara semua
yang terlibat konflik saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama.
Penyelesaian metode ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Dimana
kedua belah pihak yang terlibat konflik menyerah dan menyepakati hal yang
telah dibuat. Saat kedua pihak yang berkonflik berusaha mengalah maka akan
terjadi tindakan berbagi, yang mendatangkan kompromi. Dalam maksud
kompromis (compromising), tidak jelas siapa yang menang siapa

yang

kalah. Biasanya akan muncul kesediaan dari pihak - pihak yang berkonflik
untuk menghentikan konfliknya dan menerima solusi meski sifatnya sementara.
Hal ini merupakan salah satu bagian dari kompromi yakni masing - masing pihak
rela menyerahkan sesuatu atau mengalah. Bentuk-bentuk kompromi meliputi:
(1) pemisahan (separation), dimana pihak yang sedang bertentangan dipisahkan
sampai mereka menyetujui, (2) Perwasitan (arbitrage), dimana keputusan keputusan yang diambil pihak ketiga harus dipatuhi oleh pihak - pihak yang
berkonflik. Metode arbitrase ini diterapkan karena tidak semua konflik dapat
diselesaikan oleh pihak yang berkonflik, banyak yang belum bisa menyelesaikan
konfliknya sendiri. Oleh karena itu dalam keadaan yang demikian, bantuan dari
pihak ketiga sangat dibutuhkan.

75

Universitas Sumatera Utara

Manajemen penyelesaian konflik yang dilakukan Partai Golkar juga
menggunakan metode kompromi. Saat kedua belah pihak yang berkonflik
dipertemukan oleh DPD Provinsi Sumatera Utara, berarti ada keinginana dari
masing – masing pihak untuk menyelesaikan masalah ini secara bersama – sama.
Sesuai dengan teori kompromi bahwa pihak – pihak yang berkonflik akan
mengalah dan menyepakati hasil yang akan dibuat nanti. Dalam hal ini Partai
Golkar dalam melakukan manajemen penyelesaian konfliknya menggunakan
metode arbitrase. Metode arbitrase merupakan salah satu dari bentuk – bentuk
kompromi, dan penyelesaian konfliknya nanti akan dibantu oleh pihak ketiga.
Dimana pihak yang berkonflik akan mematuhi apapun keputusan yang diambil
oleh pihak ketiga yakni dalam hal ini DPD Partai Golkar Provinsi. Kedua belah
pihak antara Ferianta Purba dan Firdaus Sitepu melakukan diskusi tentang
masalah yang terjadi. Kemudian pihak ketiga yakni DPD Partai Golkar Provinsi
berusaha menengahi dan memberikan solusi atas masalah yang terjadi.
Setelah itu DPD Partai Golkar Provinsi memutuskan bahwa salah satu dari
calon Ketua harus mundur dari pencalonan Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten
Karo. Firdaus Sitepu yang akhirnya disuruh untuk mengundurkan diri. Jadi kedua
belah pihak yang berkonflik mau tidak mau harus menerima keputusan yang
sudah diambil oleh DPD Provinsi ini. Keputusan mundurnya salah satu calon ini
mengakibatkan hanya tersisa satu calon lagi untuk maju ke pemilihan Partai
Golkar Kabupaten Karo. Seperti yang diungkapkan oleh Roy Belanta Sembiring :

76

Universitas Sumatera Utara

“Itu cuma satu calon, calon yang satu lagi waktu musda kedua gak mendaftar
lagi”.

59

Firdaus Sitepu juga mengungkapkan : “Ya begitu siapa calon katanya daftar.
Saya kan tidak daftar lagi, yasudah kan dia sendiri cuma yang mendaftar”. 60
Berdasarkan pernyataan di atas bisa disimpulkan bahwa kedua pihak yang
sebelumnya berkonflik menaati keputusan yang diambil oleh DPD Provinsi. Pada
akhirnya keputusan yang diambil oleh DPD Partai Golkar Provinsi ini membuat
salah satu dari kedua pihak yang berkonflik ini maju sebagai calon tunggal. Dan
sesuai dengan mekanisme yang ada bahwa apabila hanya ada satu calon saja yang
mendaftar maka dia akan terpilih secara aklamasi sebagai Ketua.
Hal ini seperti yang diungkapkan Ferianta Purba :
“Calonnya kan tinggal saya, kemudian ditunggu sampai sesuai tata tertib
musyawarah yang udah disepakati tadi, ditunggu 10 menit, jika tidak ada
yang mencalonkan lagi baru Stering Commitenya mempertanyakan kepada
seluruh peserta, kalau hanya satu begini calon bagaimana apakah kita
sepakati saudara Ferianta Purba terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah
Daerah ke IX ini, kemudian sepakat katanya semua. Itu baru diketok palu
bahwa Ferianta terpilih menjadi ketua melalui aklamasi.” 61
Walaupun keputusan yang dibuat oleh DPD Provinsi tidak sesuai dengan
keinginannya, Firdaus Sitepu pada akhirnya bisa menerima hasil dari manajemen

59

Hasil wawancara dengan Roy Belanta Sembiring Wakil Sekretaris Bagian Organisasi, Keanggotaan, dan
Kaderisasi DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal 20/07/2017 Pukul 14.40 WIB.
60
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.35 WIB.
61
Hasil wawancara dengan Ferianta Purba Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo terpilih Tanggal
20/07/2017 Pukul 13.40 WIB.

77

Universitas Sumatera Utara

penyelesaian konflik yang dilakukan Partai Golkar ini. Hal ini seperti yang dia
ungkapkan :
“Sesudah terjadi pemilihan begitu ya sudah gak ada lagi pertikaian kan
begitu. Ini kan bukan bertikai, tidak ada masalah kan sudah satu dalam
kepengurusan yang sama. Biasanya itu terjadi dilema - dilema, loby - loby
politik. Itu loby-loby politiknya semua itu. Di atas langit masih ada langit, di
atas ketua masih ada ketua. Setiap menit setiap detik bisa berganti, namanya
politik sekarang kita musuhan nanti sore bisa kita kawanan kalau ada
kepentingan. Begitu lah politik.” 62
Selain keputusan untuk mundurnya salah satu calon dalam pemilihan Ketua
DPD Partai Golkar Kabupaten Karo, DPD Partai Golkar Provinsi juga
memutuskan untuk memberikan jabatan sekretaris kepada Firdaus Sitepu. dan
setelah Ferianta Purba terpilih menjadi ketua, dia mengangkat Firdaus Sitepu
sebagai sekretarisnya. Keputusan ini juga menunjukkan bahwa cara arbitrase yang
digunakan dalam manajemen penyelesaian konflik dalam pemilihan Ketua DPD
Partai Golkar Kabupaten Karo bisa dikatakan cukup berhasil untuk meredakan
konflik yang terjadi. Walaupun tetap bahwa penyelesaian konflik yang dilakukan
Partai Golkar dengan metode kompromi ini juga merupakan bagian dari metode
dominasi (penekanan) yang sebelumnya dilakukan.
Ada beberapa alasan mengapa penggunaan metode kompromi ini digunakan
dalam manajemen penyelesaian konflik. Pertama, untuk mencapai penyelesaian
sementara dalam hal menghadapi persoalan yang pelik. Kedua, untuk mencapai
pemecahan yang secepatnya karena desakan oleh waktu. Jika dilihat dari
permasalahan yang terjadi sebelumnya di DPP Partai Golkar sudah memakan
62
Hasil wawancara dengan Firdaus Sitepu Sekretaris terpilih DPD Partai Golkar Kabupaten Karo Tanggal
12/7/2017 Pukul 14.20 WIB.

78

Universitas Sumatera Utara

waktu yang cukup lama. Sehingga pemilihan untuk Ketua DPD di kabupaten –
kabupaten menjadi terhambat khususnya di Kabupaten Karo. Padahal pemilihan
Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo yang dilakukan ini merupakan
pemilihan untuk periode 2015 – 2020. Oleh sebab itu jika konflik antara kedua
pihak yang memperebutkan kursi Ketua ini terus berlangsusng maka akan
memperlambat jalannya organisasi Partai Golkar itu sendiri. Sehingga DPD
Provinsi Sumatera Utara merasa bahwa permasalahan ini harus secepatnya
diselesaikan agar tidak memakan waktu yang lebih lama lagi.

79

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada uraian yang dijelaskan pada bab sebelumnya dan berdasarkan hasil
penelitian serta analisis yang dilakukan melalui wawancara dengan narasumber.
Dalam manajemen penyelesaian konflik yang dilakukan Partai Golkar dalam
konflik pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Karo digunakan 4 metode
yakni metode dominasi (penekanan), metode penyelesaian secara integratif,
metode komando otoritatif dan yang terakhir metode kompromi. Akan tatapi
manajemen yang paling berpengaruh besar dalam penyelesaian konflik Partai
Golkar Kabupaten Karo ini ialah metode dominasi (penekanan), metode yang
lainnya merupakan bagian dari metode dominasi ini saja. Pada metode dominasi
Partai Golkar menyelesaikan konflik dengan cara menghilangkannya di bawah
tanah dan menimbulkan situasi menang – kalah. Dimana pada awalnya DPD
Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara berusaha mempertemukan kedua belah
pihak yang berkonflik yakni Ferianta dan Firdaus Sitepu agar menghasilkan
sebuah kesepakatan. Selanjutnya dalam pertemuan itu disepakati bahwa salah satu
dari bakal calon ketua harus mundur yakni Firdaus Sitepu menjadi pihak yang
mundur dari bakal calon ketua. Pengunduran diri Firdaus Sitepu ini merupakan
akibat dari metode dominasi yang dilakukan DPD Partai Golkar Provinsi dalam
mengambil sebuah keputusan, dimana DPD Provinsi sebagai pihak yang memiliki

80

Universitas Sumatera Utara

pengaruh, sehingga apapun keputusan yang diambil oleh DPD Partai Golkar
Provinsi harus ditaati dan tidak ada yang boleh menentangnya. Apabila ada yang
berani menentang keputusan yang sudah diambil oleh DPD Partai Golkar Provinsi
maka akan dikenai sanksi tegas yakni dikeluarkan dari partai. Oleh karena itu jika
seseorang yang menentang keputusan DPD Provinsi akan dikeluarkan dari Partai
Golkar maka teori dominasi (penekanan) yang tadi sesuai dan diterapkan dalam
manajemen penyelesaian konflik pada pemilihan Ketua DPD Partai Golkar
Kabupaten Karo ini.
Metode yang kedua digunakan dalam penyelesaian konflik ini adalah
penyelesaian secara integratif. Penyelesaian secara integratif yang dilakukan
Partai Golkar ini juga hanya bagian dari metode dominasi (penekanan) yang
sudah dilakukan. Tujuan awal penerapan metode ini agar konflik dapat
diselesaikan dengan cara problem solving dan mencari win – win solution agar
kedua belah pihak sama sama diuntungkan. Dalam hal ini DPD Partai Golkar
Provinsi Sumatera Utara setelah mengambil keputusannya agar Firdaus Sitepu
mengundurkan diri, pihak DPD Provinsi memberikan posisi Sekretaris kepada
Firdaus Sitepu. Jadi penyelesaian konflik yang dilakukan DPD Provinsi dengan
cara ini dianggap merupakan teknik penyelesaian yang baik dimana kedua belah
pihak akan sama – sama diuntungkan karena keduanya bisa duduk di
kepengurusan yang sama. Sehingga konflik yang sebelumnya terjadi selesai.
Padahal ada dampak – dampak yang terjadi akibat keputusan ini.
Ketiga metode yang digunakan dalam manajemen penyelesaian konflik ini
adalah metode komando otoritatif. Dalam metode ini terjadi situasi dimana

81

Universitas Sumatera Utara

menang atau kalah, dimana pihak yang memiliki kekuasaan lebih akan
mendominasi sehingga hasilnya nanti sesuai dengan keinginannya. Cara yang
digunakan dalam metode ini hampir sama dengan metode dominasi. DPD
Provinsi seagai pihak yang memiliki otoritas mempunyai pengaruh yang besar
dalam mengambil setiap keputusan. Oleh karena itu semua anggota harus
mematuhi keputusan tersebut. Jadi semua keputusan dari atas tidak bisa ditentang
oleh pihak yang berkonflik sebagai pihak yang berada di bawah komando.
Keempat metode yang digunakan yakni kompromi. Kompromi dalam
penyelesaian konflik yang dilakukan Partai Golkar Kabupaten Karo ini juga
merupakan bagian dari metode dominasi (penekanan) tadi. Partai Golkar
menggunakan metode arbitrase yang merupakan salah satu dari bentuk – bentuk
kompromi. Penyelesaian konfliknya dibantu oleh pihak ketiga, yakni DPD Partai
Golkar Provinsi. Dimana pihak yang berkonflik akan mematuhi apapun keputusan
yang diambil oleh pihak ketiga. Dalam hal ini kedua belah pihak yang berkonflik
mematuhi keputusan yang sudah diambil oleh DPD Provinsi bahwa salah satu
bakal calon harus menarik diri dari pencalonan. sehingga terlihat bahwa metode
dominasi juga yang digunakan dalam penyelesaian konflik ini.
4.2 Saran
Dalam manajemen penyelesaian konflik yang dilakukan Partai Golkar, ada
baiknya tidak digunakan yang namanya cara dominasi (penekanan). Karena
dengan menggunakan cara seperti ini, Partai Golkar seakan memaksa pihak –
pihak yang awalnya berkonflik mau tidak mau atau suka tidak suka harus

82

Universitas Sumatera Utara

berdamai dengan mengikuti keputusan yang sudah dibuat DPD Provinsi . Hal ini
akan menimbulkan konflik – konflik baru di dalam tubuh partai itu sendiri,
sehingga suatu saat konflik yang sebelumnya dianggap sudah hilang dan selesai
timbul lagi. Bahkan bisa jadi menjadi konflik yang lebih besar lagi. Oleh karena
itu ada baiknya dalam manajemen penyelesaian konflik seperti ini Partai Golkar
tetap melakukan proses pemilihan sesuai dengan semestinya. Tidak masalah bila
suara Partai Golkar nantinya pecah, karena ini kan pemilihan Ketua DPD Partai
Golkar jadi menurut penulis sangat wajar apabila dalam pemilihan suara dalam
satu organisasi terdapat berbeda – beda pilihan dalam menentukan siapa orang
yang pantas untuk dijadikan sebagai pemimpin.

83

Universitas Sumatera Utara