Tinjauan Yuridis Terhadap Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dalam Hal Take Over Kredit Jual Beli Antar Bank

 

 

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan tanah khususnya tanah yang
digunakan untuk membangun rumah tempat tinggal atau usaha saat ini
semakin meningkat, dimana peningkatan akan tanah tersebut terjadi
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
kemampuan ekonomi masyarakat.Selain digunakan sebagai tempat
pembangunan

rumah

tinggal

ataupun

usaha,


tanah

dapat

juga

dimanfaatkan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman/ kredit dari
bank.1
Tanah merupakan barang jaminan untuk pembayaran utang yang
paling disukai oleh lembaga keuangan yang memberikan fasilitas
kredit.Sebab tanah atau rumah, pada umumnya, mempunyai tanda bukti
hak atau sertifikat sehingga dapat dibebani hak tanggungan yang
memberikan hak istimewa kepada kreditor.2
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan

dengan

kewenangan


untuk

menerima

simpanan

uang,

meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai
banknote-mata uang asing. Sedangkan menurut undang-undang perbankan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
                                                            

1
Agung Raharjo, Pendaftaran Tanah Konversi Hak Milik Adat oleh Ahli Waris, Tesis, Pasca
Sarjana Kenotariatan UNDIP, Semarang, 2012, hlm.1
Effendi Perangin, Praktek Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit.(Jakarta: Rajawali Pers,
1991), hlm.9.


Universitas Sumatera Utara

 

 

kreditdan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.3
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, dapat
disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu
menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan
pendukung. Kegiatan menghimpun dana dapat berupa mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan
deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti,
bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Sedangkan
Kegiatan menyalurkan dana dapat berupa pemberian pinjaman kepada
masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk

mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.seperti Kiriman Uang,
Penyewaan Safe Deposit Box, Pembayaran Rekening Listrik, dan lain lain.
Bank memberikan jasa kredit kepada masyarakat untuk membuka
usaha, membeli rumah, membeli tanah, dan lain sebagainya.Pemberian
fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat yang membutuhkan modal
untuk mendirikan atau mengembangkan usaha diharapkan dapat turut
membantu pertumbuhan ekonomi secara nasional.Mengingat pentingnya
peranandana perkreditan tersebut dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional, makasudah seharusnya jika pemberi
dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan
                                                            
3

https://id.wikipedia.org/wiki/Bank ( diakses pada 10 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

 

 


melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan dapat memberikan
kepastian hukum.4
Berbagai macam permasalahan mungkin dapat timbul dan dihadapi
dunia perbankan dalam hal pemberian kredit dan permasalahan tersebut
sering kali berkaitan dengan hak tanggungan yang menjadi salah satu
objek pembelajaran dalam hukum agraria. Contoh kasus yang menjadi
alasan bagi saya untuk menulis karya tulis ini adalah mengenai pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam hal take
over kredit antar bank.
Take over kredit adalah pemberian fasilitas kredit oleh suatu
lembaga keuangan yang dipergunakan untuk mengambil alih fasilitas
kredit dari lembaga keuangan lain. Take over kredit terjadi apabila objek
jaminan di suatu bank akan diserahkan oleh debitur kepada bank lain
sebagai jaminan atas kredit yang dimohon yang mana kredit yang dimohon
tersebut akan digunakan untuk melunasi kredit yang masih ada pada bank
terdahulu. Oleh undang-undang pembebanan hak tanggungan ditujukan
sebagai jaminan pelunasan utangdebitor, yang berarti hak tanggungan
merupakan ikutan atau “ekor” dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang
menimbulkan


hubungan

hukum

utang-piutang

yang

dijamin

pelunasannya.5Dengan demikian antara pembebanan hak tanggungan
dengan perjanjian kredit atau perjanjian pokoknya adalah bersifat assesoir.
Contoh kasus pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan (SKMHT) dalam hal take over kredit antar bank yang

                                                            

Adrian Sutedi,Hukum Hak Tanggungan,Cetakan Kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm 3
Rachmadi Usman, SH, Pasal-pasal tentang Hak Tanggungan Atas Tanah, (Jakarta: Djambatan,

1999), hlm 75

Universitas Sumatera Utara

 

 

menarik perhatian saya untuk menulis karya tulis ini diperoleh dari salah
satu bank swasta di Indonesia yaitu

PT. Bank Central Asia Tbk.

Gambaran kasus tersebut berupa : A membeli rumah milik B. Namun
rumah tersebut masih diagunkan di bank lain. B akan melunasi hutangnya
di bank dengan uang yang diperoleh dari penjualan rumah tersebut. A akan
membeli rumah tersebut dengan kredit dari Bank BCA. Sertifikat rumah
tersebut masih berada di tangan bank terdahulu. Untuk memperoleh
sertifikat rumah tersebut agar dapat dibebankan hak tanggungan oleh Bank
Central Asia,


maka dibuatlah Surat Kuasa Membebankan

Hak

Tanggungan (SKMHT) oleh A kepada Bank Central Asia agar kredit
tersebut dapat direalisasikan dan B dapat melunasi hutangnya di bank
dimana sertifikat tanah tersebut diagunkan.
Dari gambaran kasus diatas dapat diketahui bahwa pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang dibuat
antara A dengan Bank Central Asia dilakukan pada saat rumah tersebut
belum merupakan milik A secara sah. Dengan demikian, dapat diketahui
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pembuatan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) terutama dalam hal take over
kredit.
Di penulisan ini, saya akan menelaah apakah tindakan pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) oleh orang yang
belum merupakan pemilik sah atas objek hak tanggungan tersebut
merupakan tindakan yang tepat menurut hukum dan bagaimana pembuatan


Universitas Sumatera Utara

 

 

Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang benar dan tepat
menurut hukum.
Kekeliruan-kekeliruan yang mungkin ditemukan dalam pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan tanpa disadaridapat
merugikan pihak kreditur maupun pihak debitur. Selain itu, kesalahankesalahan yang dilakukan dapat menimbulkan konsekuensi hukum yaitu
tidak sahnya Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)
yang diberikan, dimana Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) juga
menjadi tidak sah sehingga dapat mengakibatkan hakikat dari pemberian
Hak Tanggungan yang memberi hak preferen kepada kreditur menjadi
hilang.
Oleh karena penulis melihat masih terdapat kasus pembuatan Surat
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan oleh orang yang belum merupakan
pemilik sah objek hak tanggungan dan kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

terutama dalam hal take over kredit maka penulis tertarik untuk
mengangkat skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PEMBUATAN

SURAT

KUASA

MEMBEBANKAN

HAK

TANGGUNGAN DALAM HAL TAKE OVER KREDIT JUAL BELI
ANTAR BANK”
Pentingnya penelitian dan penulisan skripsi dengan judul diatas
adalah untuk menghindari permasalahan hukum dan timbulnya kerugian
terhadap pihak kreditur maupun pihak debitur atau pihak lainnya yang e
disebabkan oleh proses pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak

Universitas Sumatera Utara


 

 

Tanggungan (SKMHT) yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.

Universitas Sumatera Utara

 

 

B. Permasalahan
Fokus penelitian dari skripsi ini adalah menyangkut pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan terhadap objek yang hak
tanggungannya belum diroya dalam hal take over kredit. Dimana hal
tersebut penulis mengambil contoh yang adapada PT Bank Central Asia
Tbk Medan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan ?
2. Bagaimana pandangan hukum terhadap pembuatanSurat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungandalam membebankan Hak
Tanggunganoleh orang yang belum merupakan pemilik sah
objek Hak Tanggungan tersebut?
3. Bagaimana pengikatan jaminan tanah/bangunan dalam hal take
over kreditjual beli antar bank?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini, ada beberapa
tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk

mengetahui

bagaimana

pembuatan

Surat

Kuasa

Membebankan Hak Tanggungan yang benar.

Universitas Sumatera Utara

 

 

2. Untuk

mengetahui

terhadappembuatan

bagaimana
Surat

Kuasa

pandangan

hukum

Membebankan

Hak

Tanggungan oleh orang yang belum merupakan pemilik sah
objek hak tanggungan tersebut.
3. Untuk

mengetahui

bagaimana

pengikatan

jaminan

tanah/bangunandalam hal take over kredit.
Selanjutnya adapun yang menjadi Manfaat Penulisan dalam
pembahasan skripsi ini antara lain :
1. Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu
pengetahuan , memberikan sumbangan pemikiran, serta
memberikan tambahan dokumentasi karya tulis, literature, dan
bahan-bahan informasi ilmiah lainnya. Secara khusus juga
diharapkan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan tentang
pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dalam
hal take over kredit.
2. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini juga sebagai salah satu bentuk latihan
dalam menyusun suatu karya ilmiah meskipun masih
sederhana.Pelaksanaan hasil penelitian yang dilakukan juga
dapat memberikan tambahan pengetahuan didalam bidang
pembuatan

Surat

Kuasa

MembebankanHak

Tanggungan.Skripsi ini juga ditujukan kepada kalangan
praktisi dan penegak hukum serta masyarakat untuk lebih

Universitas Sumatera Utara

 

 

mengetahui dan memahami bagaimana pembuatan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan dalam hal take over kredit,
serta memberikan pengetahuan dan informasi kepadapihakpihak yang terkait untuk mengetahui pembuatan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan dalam hal take over kredit.

D. Keaslian Penulisan
Penelitian

yang

berjudul

:

Tinjauan

Yuridis

terhadap

Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dalam Hal
Take Over Kredit Jual Beli antar Bank, adalah benar merupakan hasil
karya dari penulis sendiri, tanpa meniru karya tulis milik orang lain, oleh
karena itu, keaslian dan kebenaran ini dapat dipertanggung jawabkan oleh
penulis sendiri serta telah sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus
dijunjung tinggi secara akademik yaitu terbuka, rasional, objektif, dan
kejujuran. Hal ini merupakan implikasi etis dalam proses menentukan
kebenaran ilmu sehingga dengan demikian penulis karya tulis ini dapat di
pertanggung jawabkan secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritikkritik yang sifatnya konstruktif, selain itu semua informasi dalam skripsi
ini berasal dari berbagai karya tulis penulis lain, baik yang dipublikasikan
ataupun tidak, serta telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama
sumber penulis dengan benar dan lengkap

Universitas Sumatera Utara

 

 

E. Tinjauan Pustaka
1. Hak Atas Tanah
Tanah adalah permukaan bumi, demikian dinyatakan dalam pasal 4
UUPA. Dengan demikian hak atas tanah adalah hak atas permukaan bumi,
tepatnya hanya meliputi sebagian tertentu permukaan bumi yang terbatas,
yang disebut bidang tanah.6
Makna permukaan bumi sebagai bagian dari tanah yang dapat
dihaki oleh setiap orang atau badan hukum. Oleh karena itu, hak-hak yang
timbul di atas hak atas permukaan bumi (hak atas tanah) termasuk di
dalamnya bangunan atau benda-benda yang terdapat di atasnya merupakan
suatu persoalan hukum.7
Menurut Boedi Harsono, dalam hukum tanah negara-negara
dipergunakan apa yang disebut asas accessie atau asas “perlekatan”.
Makna asaas perlekatan adalah bahwa bangunan-bangunan dan bendabenda / tanaman yang terdapat di atasnya merupakan satu kesatuan dengan
tanah, serta merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan. Dengan
demikian, yang termasuk pengertian hak atas tanah meliputi juga
pemilikan bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki,
kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan pihak lain.8

                                                            

6
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria Isi dan Pelaksanaannya,(Jakarta : Djambatan,2005), hlm. 63
7
Supriadi, Hukum Agraria,(Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hlm. 3
Boedi Harsono, op.cit., hlm.17

Universitas Sumatera Utara

 

 

Hukum Agraria di Indonesia membagi hak-hak atas tanah tersebut
ke dalam dua bentuk :9
a. Hak primer yaitu hak yang bersumber langsung pada hak
Bangsa Indonesia, dapat dimiliki seorang atau badan hukum
(Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai).
b. Hak sekunder yaitu hak yang tidak bersumber langsung dari Hak
Bangsa Indonesia, sifat dan penikmatannya sementara (Hak
Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Menyewa
atas Pertanian).
Catatan : Untuk poin a. khusus untuk Hak Milik tidak boleh
dimiliki oleh badan hukum PT.
Menurut Soedikno Mertokusumo, wewenang yang dipunyai oleh
pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya dibagi menjadi 2, yaitu :10
1. Wewenang umum
Wewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas tanah
mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya, termasuk
juga tubuh bumi dan air dan ruang yang ada di atasnya sekedar
diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA
dan peraturan-perturan hukum lain yang lebih tinggi (Pasal 4
ayat (2) UUPA).
                                                            

Rinto Manulang, Segala Hal Tentang Tanah, Rumah dan Perizinannya, (Yogyakarta : Buku
Pintar, 2012) hlm. 11
Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, (Jakarta : Karunika, 1988) hlm. 45 

Universitas Sumatera Utara

 

 

2. Wewenang khusus
Wewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah
mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai
dengan macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada
tanah Hak Milik adalah dapat mendirikan bangunan, wewenang
pada tanah Hak Guna Bangunan adalah menggunakan tanah
hanya untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas
tanag yang bukan miliknya, wewenang pada tanah Hak Guna
Usaha adalah menggunakan tanah hanya untuk kepentingan
perusahaan di bidang pertanian, perikanan, perternakan, atau
perkebunan.
Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam pasal 16 jo. Pasal 53
UUPA, yang dikelompokkan menjadi 3 bidang, yaitu :11
1) Hak atas tanah yang bersifat tetap
Yaitu hak-hak atas tanah ini akan tetap ada selama UUPA masih
berlaku atau belum dicabut dengan undang-undang yang baru.
2) Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang
Yaitu hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan
dengan undang-undang.
3) Hak atas tanah yang bersifat sementara
Yaitu hak atas tanah ini sifatnya sementara, dalam waktu yang singkat
akan dihapuskan dikarenakan mengandung sifat-sifat pemerasan,
                                                            

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, (Surabaya : Prenada Media, 2005), hlm.
88

Universitas Sumatera Utara

 

 

mengandung sifat feodal, dan bertentangan dengan jiwa UUPA.
Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Gadai,Hak Usaha Bagi
Hasil, Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.
Pasal 16 ayat (1)

UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria)

menyebutkan bahwa , Hak-hak atas tanah sebagaimana yang di maksud
dalam Pasal 4 ayat 1 ialah :
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
f. Hak Membuka Tanah
g. Hak Memungut Hasil Hutan
h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang
ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya
sementara sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 53.
Hak Milik
Menurut Sudikno Mertokusumo, Hak Milik atas tanah adalah hak
untuk memperlakukan suatu benda ( tanah) sebagai kepunyaan sendiri
dengan beberapa pembatasan. Meliputi hak untuk memperoleh hasil
sepenuhnya dari tanah yang dimiliki dan hak untuk mempergunakan tanah,

Universitas Sumatera Utara

 

 

yang dalam batasan arti boleh menjual, menggadaikan, menghibahkan
tanah tersebut kepada orang lain.12
Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha (HGU) adalah hak yang diberikan oleh negara
kepada

perusahaan

pertanian,

perusahaan

perikanan,

perusahaan

perternakan dan perusahaan perkebunan untuk melakukan kegiatan
usahanya di Indonesia.HGU diatur dan dijabarkan di pasal 28 (1), (2), (3)
UUPA.13
Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan menurut pasal 35 ayat (1) UUPA adalah hak
untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang
bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.14
Hak Pakai
Hak Pakai berdasarkan pasal 41 ayat (1) UUPA adalah hak untuk
menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat
yang berwenang memberikannya atau perjanjian sewa menyewa atau

                                                            

Ibid, hlm. 13
Ibid, hlm. 19
14
Ibid, hlm. 20

12

13

Universitas Sumatera Utara

 

 

perjanjian pengolahan tanah segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan
jiwa dan ketentuan undang-undang.15
Hak Sewa
Hak sewa adalah hak pakai yang memiliki ciri-ciri khusus yang
terdapat dalam Penjelasan UUPA Pasal 10 (1).Sifat dan ciri-ciri tanah
dengan hak sewa tidak perlu didaftarkan, cukup dengan perjanjian yang
dituangkan di atas sebuah akta bawah tangan atau akta otentik dan bersifat
pribadi dan hak ini dapat dialihkan tanpa izin pemiliknya.16
Hak Membuka Hutan
Membuka tanah dapat diartikan sama dengan mengelola hutan
dalam arti luas, karena maksud pengelolaan hutan menurut pasal 21 huruf
(b) UU No. 41 / 1999 tentang Kehutanan berkenaan dengan pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan.17
Hak Memungut Hasil Hutan
Masyarakat hukum adat berhak untuk melakukan pemungutan
hasil hutan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Pasal 67 UU
Kehutanan).18
Hak-hak lain

                                                            

Ibid, hlm. 25 
Ibid, hlm. 28
17
Ibid, hlm. 28
18
Ibid, hlm. 29
15

16

Universitas Sumatera Utara

 

 

UUPA memberikan banyak varian tentang macam-macam hak atas
tanah, yaitu :19
1. Hak Gadai
2. Hak Bagi Hasil atas Tanah
3. Hak Sewa Tanah Pertanian
4. Hak Menumpang
5. Hak Pengelolaan
2. Hak atas Tanah yang Dapat Dibebankan Hak Tanggungan
Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan menurut
Pasal 51 Undang-Undang Pokok Agraria adalah :
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
Hak Pakai dalam Undang-Undang Pokok Agraria tidak ditunjuk
sebagai objek Hak Tanggungan, karena pada waktu itu tidak termasuk
hak-hak atas tanah yang wajib didaftar dan karenanya tidak dapat
memenuhi syarat publisitas untuk dapat dijadikan jaminan utang.Dalam
perkembangannya, Hak Pakai pun harus didaftarkan, yaitu Hak Pakai yang
diberikan atas tanah Negara.Sebagian dari Hak Pakai yang didaftar,
menurut sifat dan kenyataanya dapat dipindahtangankan, yaitu yang
diberikan kepada orang – perseorangan dan badan-badan hukum perdata.20

                                                            

19

20

Ibid, hlm. 29
Adrian Sutedi,op.cit.,hlm. 6

Universitas Sumatera Utara

 

 

Dalam hal itu, Hak Pakai atas tanah negara, yang walaupun wajib
didaftar, tetapi karena sifatnya tidak dapat dipindahtangankan, seperti Hak
Pakai atas nama Pemerintah, Hak Pakai atas nama Badan Keagamaan dan
Sosial, dan Hak Pakai atas nama Perwakilan Negara Asing, yang
berlakunya tidak ditentukan jangka waktunya dan diberikan selama
tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu, tidak dapat dibebankan
Hak Tanggungan.
Dengan demikian, hak-hak atas tanah yang dengan undang-undang
Hak Tanggungan ditunjuk sebagai objek Hak Tanggungan adalah :21
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai atas tanah negara yang menurut sifatnya dapat
dipindahtangankan.

F. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian
Dari judul skripsi ini yaitu, “Tinjauan Yuridis terhadap Pembuatan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dalam hal take over kredit
antar bank” dapat dikatakan bahwa jenis penelitian ini adalah hukum
normatif dan empiris. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
secara sitematis, faktual dan akurat terhadap suatu keadaan yang menjadi
objek penelitian dengan mendasarkan penelitian pada ketentuan hukum
                                                            
21

Ibid, hlm. 7 

Universitas Sumatera Utara

 

 

normatif dan berdasarkan penelitian empiris. Dari kedua inilah skripsi ini
membahas mengenai pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan dalam hal take over kredit jual beli antar bank.
2. Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini tediri dari data primer dan data
sekunder yang terdiri atas :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk memperoleh
data primer, peneliti melakukan penelitian langsung di PT Bank
Central Asia Tbk Medan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder
tersebut terdiri dari :
1)

Bahan Hukum Primer
Yaitu peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak
yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Undangundang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok - Pokok Agraria, Undang-Indang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan dan peraturan-peraturan
lainnya.

2)

Bahan Hukum Sekunder

Universitas Sumatera Utara

 

 

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil
kajian tentang pembuatan Surat Membebankan Hak
Tanggungan dalam hal take over kredit antar bank seperti
buku – buku , jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis
ilmiah, dan beberapa sumber internet yang berkaitan
dengan permasalahan skripsi ini.
3)

Bahan Hukum Tersier
Yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep – konsep
dan keterangan – keterangan yang mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus,
ensiklopedia, dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu
kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, dalam hal ini digunakan
teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library
research), yaitu mempelajari dan menganalisis data secara sistematis
melalui buku – buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet,
peraturan perundang-undangan, dan bahan – bahan lain yang
berhubungan dengan materi yang dibahas skripsi ini dan dengan cara
penelitian langsung di PT Bank Central Asia Tbk Medan.

4. Analisis Data

Universitas Sumatera Utara

 

 

Dalam menganalisis data penelitian digunakan analisis kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan
masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam
bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data
yang bersifat deskriptif, yaitu data – data yang akan diteliti dan
dipelajari sesuatu yang utuh.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing –
masing bab terbagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun
secara sistematik, dan saling berkaitan antara satu sama lain. Urutan
singkat atas bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang perlunya pembahasan
mengenai pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan dalam hal take over kredit antar bank, rumusan
permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II

SURAT

KUASA

MEMBEBANKAN

HAK

TANGGUNGAN

Universitas Sumatera Utara

 

 

Bab ini menguraikan tentang pengertian surat kuasa
membebankan hak tanggungan serta hal – hal yang harus
diperhatikan

dalam

hal

pembuatan

surat

kuasa

membebankan hak tanggungan.
BAB III PANDANGAN HUKUM TERHADAP PEMBEBANAN
HAK

TANGGUNGAN

DENGAN SURAT KUASA

YANG DIBERIKAN OLEH ORANG YANG BELUM
MERUPAKAN

PEMILIK

SAH

OBJEK

HAK

TANGGUNGAN TERSEBUT
Bab

ini

menguraikan

pandangan

hukum

terhadap

pembebanan hak tanggungan dengan surat kuasa yang
diberikan oleh orang yang belum merupakan pemilik sah
objek hak tanggungan tersebut.
BAB IV PEMBUATAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK
TANGGUNGAN DALAM HAL TAKE OVER KREDIT
ANTAR BANK
Dalam bab ini diuraikan mengenai pembuatan surat kuasa
membebankan hak tanggungan dalam hal take over kredit
antar bank.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini berisi kesimpulan yang dimiliki oleh
penulis terhadap bab – bab sebelumnya yang penulis
uraikan dengan mencoba memberikan saran – saran yang

Universitas Sumatera Utara

 

 

penulis anggap perlu dari kesimpulan yang diuraikan
tersebut.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Universitas Sumatera Utara