Identifikasi dan Pemerikasaan Jumlah Bakteri Pada Susu Kental Manis Secara Mikroskopis Chapter III V

27

BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat - Alat
Alat-alat yang digunakan adalah :

Nama Alat

Merek

-

Erlenmeyer

Pyrex

-


Cawan Petri

-

Mikropipet

-

Tip

-

Bunsen

-

Gelas Objek

-


Korek Api

-

Pipet Tetes

-

Laminar Air Flow

E-Scientific

-

Mikroskop

Binokuler Olympus

-


Inkubator

Quincy Lab

-

Autoklaf

Gemmy HL-341 Vertical

-

Oven

-

Kertas Label

-


Kantong Plastik Tahan Panas

-

Jarum Ose

Disposable Syringe

-

Tabung Reaksi

Pyrex

-

Kompor Pemanas

-


Shaker Water Bath

-

Vortex Mixer

Vortex Genie 2

-

Beaker Glass

Pyrex

-

Spuit Steril

10/1 ml CC


Accumax Smart

Universitas Sumatera Utara

28

-

Kaca

3.1.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah

Bahan

Merek

-


Susu Kental Manis

Indomilk

-

Media Nutrient Agar (NA)

-

Peptone

Merck

-

Gention Violet

Merck


-

Reagensia Kovac

Merck

-

Media MR/VP

Merck

-

Reagensia Methyl Red

Merck

-


α – Napthol 5%

Merck

-

KOH 40%

Merck

-

Air

-

Aquabides

-


Lugol

Merck

-

Aseton Alkohol

Merck

-

Safranin

Merck

-

Imercy Oil


Merck

Universitas Sumatera Utara

29

3.2 Prosedur penelitian
3.2.1 Pengenceran Sampel Sampai 10-5
- Aquabides dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 9 mL.
- Ditambahkan 1mL Susu Kental Manis kedalam tabung reaksi yang berisi
aquabides (101)
- Untuk pengenceran 10-2, diambil larutan dari 10-1 dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi
- Untuk pengenceran 10-3, diambil lautan dari 10-2 dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi
- Untuk pengenceran 10-4, diambil larutan dari 10-3 dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi
- Untuk pengenceran 10-5, diambil larutan dari 10-4 dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi

3.2.2 Pembuatan Sediaan Bakteri
- Dengan mengambil koloni murni menggunakan ose,
- kemudian koloni diletakkan diatas objek glass.
- Kemudian koloni di ratakan dengan diameter ± 1 cm.
-Kemudian dilayangkan diatas api bunsen yang bertujuan untuk
melekatkan koloni pada objek glass.

Universitas Sumatera Utara

30

3.2.3 Perhitungan Jumlah Bakteri
Pengambilan 1 ml sampel susu kental manis

10-1

10-2

10-3

10-4

10-5

Penuangan masing-masing cawan petri
Dengan media NA suhu 37°C

Homogenkan dengan cara memutar cawan petri membentuk angka 8,
ke kanan dan kekiri atau kedepan dan ke belakang

Inkubasi pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam
Mengamati koloni pada cawan dengan pengenceran 101 – 105

Menghitung banyaknya koloni menggunakan colon counter
dan berdasarkan Standar Plate Count

Universitas Sumatera Utara

31

3.3 Pewarnaan Gram
- ditambahkan 1 tetes air pada kaca objek.
- diambil koloni yang besar dan kecil .
- kemudian dioleskan secara merata pada kaca yang telah diolesi air.
- dioleskan Gention Violet pada sediaan selama 5 menit.
- sediaan kemudian dibilas dengan air
- sediaan ditetesi dengan lugol selama 1 menit.
- dicuci dengan air.
- diteteskan aseton alkohol selama 30 detik.
- dicuci lagi dengan air.
- diteteskan safranin selama 1 menit.
- dicuci lagi dengan air.
- sediaan kemudian dikeringkan pada suhu ruangan
- kemudian ditetesi dengan imercy oil.
- kemudian sediian diletakkan dibawah mikroskop.
- diamati dengan pembesaran 10 x, 40 x, 100 x ( Lensa Okuler ).

3.4 Uji Biokimia Bakteri

3.4.1

Uji Indol
Biakan bakteri diambil menggunakan ose steril pada tabung yang berisi

medium cair yang kaya akan triptoftan.Diinkubasi pada suhu 37o C selama 24
jam. Kemudian ditambahkan 3-5 tetes reagensia kovac pada tabung yang
mengandung bakteri. Kocoklah

tabung tersebut lalu diamkan beberapa saat.

Diamati perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya cincin merah pada permukaan biakan

3.4.2 Uji Methyl Red
Bakteri diinokulasikan pada medium MR/VP, kemudian diinkubasi pada
suhu 35oC sama 24 jam. Kemudian teteskan 5 tetes reagensia methyl red kedalam
medium. Bila terlihat warna merah pada media maka hasil dinyatakan positif.

Universitas Sumatera Utara

32

3.4.3 Uji Voges-Proskauer
Bakteri diinokulasikan ke media MR/VP, diinkubasi pada suhu 35oC
selama 24 jam, kemudian ditambahkan 0,6 mL α napthol 5% dan 0,2 mL KOH
40%, dikocok beberapa saat dan didiamkan selama 10-15 menit. Hasil positif bila
dihasilkan warna merah pada medium setelah 15 menit ditetesi reagensia.

3.4.4 Uji Citrat
Tanamlah bakteri yang berasal dari biakan TSI pada agar miring
Simmon’s Citrate. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC dan periksalah ada /
tidaknya pertumbuhan dan terjadinya oerubahan warna medium dari hijau
menjadi warna biru tua, yang menunjukkan hasil positif.

3.4.5 Uji Urease
Enzim urease yang dimiliki oleh bakteri akan menghidrolisis urea menjadi
amonia,

air,

dan

karbondioksida.

Enzim

ini

dapat

dideteksi

dengan

menginokulasikan bakteri pada medium yang mengandung urea sebagi sumber
karbon, kemudian diinkubasikan pada suhu 35oC dan dideteksi dengan adanya
amonia melalui perubahan pH pada indikator pH (merah fenol) yang akan
menimbulkan warna merah ( suasana alkali ) dalam waktu 15,30 atau 60 menit
hingga 4 jam.

3.4.6 Uji Pergerakan Bakteri ( Motilitas )
Biakan bakteri diambil dengan jarum penanam steril ( loop ) kemudian
ditusukkan tegak lurus kedalam medium uji motilitas, yaitu media semisolid. Bila
motile, maka setelah 24 jam pengeraman pada suhu 35oC akan terlihat adanya
penyebaran pertumbuhan bakteri ke sekitar tempat tusukan, ditandai dengan bekas
tusukan yang tidak jelas, yang berarti uji pergerakan bakteri positif. Sebaliknya
apabila pertumbuhan bakteri yang terjadi hanya terbatas pada tempat tusukan,
ditandai denga

bekas tusukan yang tampak jelas, maka uji motilitas adalah

negatif.

Universitas Sumatera Utara

33

3.4.7 Uji Triple Sugar Iron (TSI)
Medium TSI megandung 3 macam gula : laktosa 1%, sukrosa 1% dan
glukosa 1%. Jika hanya glukosa yang difermentasi, maka produksi asam hanya
pada dasar tabung (butt) dan menghasilkan warna kuning, sedangkan padaagar
miring (slant) akan berwarnamerah akibat kurang nya produksi asam. Jika laktosa
dan sukrosa di fermentasi maka akan terlihat warna kuning pada butt dan slant.
Jika dihasilkan gas pada saat fermentasi maka akan terlihat adanya gelembung gas
pada butt. Jika tidak terjadi fermentasi karbohidrat maka medium TSI akan
terlihat merah pada butt dan slant nya. Jika bakteri menghasilkan H2S, maka pada
dasar tabung akan terlihat warna hitam (black butt).

3.4.8 Uji Fermentasi Gula-Gula
Fermentasi gula-gula dapat digunakan sebagai reaksi tambahan untuk
identifikasi bakteri. Gula yang dimaksud disini adalah: glukosa, sukrosa, fruktosa,
laktosa, maltosa, manitol, dll. Setelah diinkubasi selama 24 jam, dapat terjadi
fermentasi gula-gula positif ditnadai oleh perubahan warna media menjadi kuning.
Bila tidak ada perubahan warna media, berarti uji fermentasi gula-gula hasilnya
negatif.

Universitas Sumatera Utara

34

3.5 Bagan Penelitian
Susu Kental Manis

Pengenceran Sampel sampai 10-5

Pembuatan Sediaan Bakeri

Perhitungan Jumlah Bakteri

Pewarnaan Gram

Gram +

MSA

MBA

Gram (-)

EMB
Reaksi Biokimia

- Uji Indol
- Uji Methyl Red
- UJi Voges - Proskauer
- Uji Sitrat
- Uji Urase
- Uji Motilitas
- Uji Triple Sugar
- Uji Fermentasi Gula - gula

Universitas Sumatera Utara

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Identifikasi Bakteri Pada Susu Kental Manis
No

Gambar

Keterangan

1

Bakteri Gram Negatif (-)

2

Bakteri Gram Positif (+)

Universitas Sumatera Utara

36

No

Gambar

Keterangan

3

Bacillus Subtillis

4

Escherichia Coli

Universitas Sumatera Utara

37

No

Gambar

Keterangan

5

Klebsiella Pneumoniae

6

Pseudomonas Aeruginosa

Universitas Sumatera Utara

38

No

Gambar

Keterangan

7

Staphylococcus Aureus

8

Staphylococcus Epidermidis

Universitas Sumatera Utara

39

4.1.2 Hasil Perhitungan Bakteri dengan Metode SPC
Tabel 1. Hasil Perhitungan Bakteri dengan Metode SPC Pada Hari Ke 9

Metode

Jumlah
Koloni

Jumlah
Bakteri
CFU/ml

10-1 = TBUD
10-2 = 196

Keterangan

-

-

392 x 103 Lawan

dengan

FP

10-2

dan

10-3

kontaminan
10-3 = 97

194 x 104 Lawan dengan FP 10-3 dan 10-4

SPC

kontaminan
10-4 = 46

92 x 105

Lawan dengan FP 10-4 dan 10-5
kontaminan

10-5 = 25

50 x 106

Lawan dengan FP 10-5dan 10-3
kontaminan

Perhitungan :
Total Bakteri = Σ Koloni x

1
1
x
FP ml sampel



Total Bakteri = 196 x

1
1
= 392 x 103 CFU/ml
x
-2
-2
10
5 x 10



Total Bakteri = 97 x

1
1
= 194 x 104 CFU/ml
x
-3
-2
10
5 x 10



Total Bakteri = 46 x

1
1
=
x
-4
5 x 10-2
10

92 x 105 CFU/ml



Total Bakteri = 25 x

1
1
=
x
-5
10
5 x 10-2

50 x 106 CFU/ml

Universitas Sumatera Utara

40

Tabel 2. Hasil Perhitungan Bakteri dengan Metode SPC Pada Hari Ke 10

Metode

Jumlah

Jumlah

Bakteri

Koloni

Keterangan

CFU/ml

10-1 = TBUD

-

-

10-2 = TBUD

-

-

10-3 = 126

252 x 104 Lawan dengan FP 10-3 dan 10-4
kontaminan

SPC
10-4 = 88

176 x 105 Lawan dengan FP 10-4 dan 10-5
kontaminan

10-5 = 48

96 x 106

Lawan dengan FP 10-5dan 10-3
kontaminan

Perhitungan :
Total Bakteri = Σ Koloni x


Total Bakteri = 126 x

Total Bakteri = 88 x


1
1
x
FP ml sampel

1
1
=
x
-3
5 x 10-2
10

1
1
x
-4
5 x 10-2
10

Total Bakteri = 48 x

252 x 104 CFU/ml

=176 x 105 CFU/ml

1
1
=
x
-5
10
5 x 10-2

96 x 106 CFU/ml

Universitas Sumatera Utara

41

Tabel 3. Hasil Perhitungan Bakteri dengan Metode SPC Pada Hari Ke 11

Metode

Jumlah
Koloni

Jumlah
Bakteri

Keterangan

CFU/ml

10-1 = TBUD

-

-

10-2 = TBUD

-

-

10-3 = 163

326 x 104 Lawan dengan FP 10-3 dan 10-4
kontaminan

SPC
10-4 = 89

178 x 105 Lawan dengan FP 10-4 dan 10-5
kontaminan

10-5 = 53

106 x 106 Lawan dengan FP 10-5dan 10-3
kontaminan

Perhitungan :
Total Bakteri = Σ Koloni x

1
1
x
FP ml sampel



Total Bakteri = 163 x

1
1
=
x
-3
5 x 10-2
10

326 x 104

CFU/ml



Total Bakteri = 89 x

1
1
=
x
-4
10
5 x 10-2

178 x 105

CFU/ml



Total Bakteri = 53 x

1
1
=
x
-5
10
5 x 10-2

106 x 106

CFU/ml

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 4. Hasil Perhitungan Bakteri dengan Metode SPC Pada Hari Ke 12

Metode

SPC

Jumlah
Koloni

Jumlah
Bakteri

Keterangan

CFU/ml

10-1 = TBUD

-

-

10-2 = TBUD

-

-

10-3 = TBUD

-

-

10-4 = 96

196 x 105 Lawan dengan FP 10-4 dan 10-5
kontaminan

10-5 = 66

132 x 106 Lawan dengan FP 10-5 dan 10-3
kontaminan

Perhitungan :
Total Bakteri = Σ Koloni x

1
1
x
FP ml sampel



Total Bakteri = 96 x

1
1
=
x
-4
5 x 10-2
10

196 x 105 CFU/ml



Total Bakteri = 66 x

1
1
=
x
-5
5 x 10-2
10

132 x 106 CFU/ml

Universitas Sumatera Utara

43

4.2 Pembahasan
4..2.1. Hasil Identifikasi Bakteri
Berdasarkan isolasi yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yaitu isolat
bakteri susu kental manis yang tumbuh berkoloni didalam media NA. Bakteri ini
terisolasi pada proses pengenceran 101 yang kemudian ditumbuhkan pada media
NA. Setelah proses inkubasi pada suhu 37o C selama 48 jam tampak koloni bakteri
yang berwarna putih susu dan mengkilat. Namun hanya dua koloni kecil saja yang
tampak tumbuh dan ciri-ciri koloninya sama yaitu putih mengkilat. Sedangkan pada
media NA beberapa koloni bakteri berciri-ciri putih bening, koloni bulat atau coccus
dan mengkilat. Terdapat pula koloni yang berwarna putih kehijauan, mengkilat dan
bentuk koloni bulat bergerigi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa didalam susu kental manis yang telah diberikan perlakuan terdapat
berbagai jenis bakteri. Telah teridentifikasi beberapa jenis bakteri yaitu :
1. Escerichia Coli

Gambar 4.1.2.1 Bakteri Escherichia Coli
E. coli merupakan singkatan dari Escherichia coli yang mengacu pada
sekelompok

bakteri

yang

biasanya

ditemukan

dalam

makanan

dan

air. Kebanyakan dari bakteri ini tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis dapat
menyebabkan penyakit. Penyakit akibat E. coli timbul saat bakteri ini melepaskan
racun yang dinamakan Sehiga sehingga membuat orang sakit. Racun E. coli
paling sering menyebabkan masalah perut dan usus, seperti diare dan muntah.

Universitas Sumatera Utara

44

Dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. Coli dapat mengakibatkan diare,
dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi.
Seperti pada saluran kencing, jika bakteri E. Coli sampai masuk ke saluran
kencing

dapat

mengakibatkan

infeksi

saluran

kemih/kencing.

Sedangkan bakteri Escherichia Coli tipe O157:H7 sudah dipastikan berbahaya, E.
Coli tipe O157:H7 dapat bertahan hidup pada suhu yang sangat rendah dan asam.
Untuk bakteri E. Coli yang sedang mewabah di Eropa (Jerman) saat ini belum
diketahui jenisnya([kemungkinan tipe O157:H7). Selain di usus besar bakteri ini
banyak juga di alam liar, jadi masak makanan dengan matang dan jaga kebersihan
untuk menghindari dampak buruk dari Escherichia Coli.
Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif,
berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan
yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga
yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula,
berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium
sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan
G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol % (Pelczar dan Chan, 1988:949).
Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan
Chan, 2005:169). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20
menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di
banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu
ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara
80oC-460oC, tetapi suhu optimumnya adalah 370oC. Oleh karena itu, bakteri
tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro,
1978:82).
Taksonomi Escherichia coli sebagai berikut (Dwidjoseputro,1978):
Divisi:Protophyta
Kelas:Schizomycetes
Ordo:Eubacteriales
Famili:Enterobacteriaceae
Genus:Escherichia

Universitas Sumatera Utara

45

Spesies:Escherichiacoli
Pelczar dan Chan (1988:809-810) mengatakan Escherichia coli merupakan bagian
dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia coli dipindahsebarkan
dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan
atau minuman.
Morfologi dan ciri-ciri pembeda Escherichia coli yaitu:
1. merupakan batang gram negatif.
2. terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek.
3. biasanya tidak berkapsul.
4. tidak berspora.
5. motil atau tidak motil, peritrikus.
6. aerobik, anaerobik fakultatif.
Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari
jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput
perut dan usus (gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila
hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan
peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988).
Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau
air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada
orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri
Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah
besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat
menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare
.(Pelczar dan Chan, 1988)

Universitas Sumatera Utara

46

2. Bacillus Subtillis

Gambar 4.1.2.2. Bakteri Bacillus Subtillis
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang,dan
secara alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus subtilis juga telah
berevolusi sehingga dapat hidup walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat
mendapatkan perlindungan terhadap stres situasi seperti kondisi pH rendah
(asam), bersifat alkali, osmosa, atau oxidative kondisi, dan panas atau etanol
Bakteri ini hanya memilikin satu molekul DNA yang berisi seperangkat set
kromosom. DNAnya berukuran BP 4214814 (4,2 Mbp) (TIGR CMR). 4,100 kode
gen protein. Beberapa keunggulan dari bakteri ini adalah mampu mensekresikan
antibiotik dalam jumlah besar ke luar dari sel (Scetzer, 2006).
Bacillus subtilis termasuk jenis Bacillus. Bacillus subtilis mempunyai
kemampuan untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi
kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti
species lain seperti sejarah, Bacillus subtilis diklasifikasikan sebagai obligat
anaerob walau penelitian sekarang tidak benar.Bacillus subtilis tidak dianggap
sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi jarang menyebabkan
keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi yang sering
digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis.
Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil.
Semua membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus
subtlis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada
kisaran suhu 45 °C – 55 °C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada
suhu 60 °C – 80 °.

Universitas Sumatera Utara

47

B. subtilis tidak dianggap sebagai enzim proteolytic yang subtilisin. B.
subtilis dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan untuk
memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yang
lengket, membenang konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang
rantai polisakarida.
B. subtilis dapat membagi asimetris, memproduksi sebuah endospore yang
tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas, asam, dan garam, yang dapat
berada di dalam lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Endospore adalah
yang dibentuk pada saat gizi stres, memungkinkan organisme untuk terus berada
di dalam lingkungan sampai kondisi menjadi baik. Sebelum proses untuk
menghasilkan spora bakteri melalui proses produksi flagella dan mengambil DNA
dari lingkungan.
B. subtilis terbukti untuk manipulasi genetik, karena itu telah menjadi
banyak diadopsi sebagai model organisme untuk penelitian laboratorium, yang
merupakan

contoh

sederhana

dari diferensiasi

selular.

Hal

ini

juga

sangat flagellated, yang memberikan B. subtilis kemampuan untuk bergerak
sangat cepat.
B. subtilis memiliki sekitar 4.100 gen. Dari jumlah tersebut, hanya 192
yang ditampilkan. Mayoritas gen yang penting dalam kategori domain relatif
sedikit dari metabolisme sel, dengan sekitar separuh yang terlibat dalam
pengolahan informasi, satu-kelima yang terlibat dalam sintesis dari sel amplop
dan penentuan bentuk dan divisi sel, dan satu-kesepuluh yang berkaitan dengan
sel energetika.(Scetzer, 2006).

Universitas Sumatera Utara

48

3. Pseudomonas Aeruginosa

Gambar 4.1.2.3 Bakteri Pseudomonas Aeruginosa
Pseudomonas

berasal

dan monas berarti

dari

satu

bahasa

yunani

yaitu pseudo berarti

unit. Pseudomonas

palsu

sp merupakan bakteri

hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi
lingkungan akibat pencemaran hidrokarbonmembutuhkan pemahaman tentang
mekanisme

interaksi

antara

bakteri Pseudomonas

sp.

dengan

senyawa

hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam mendegradasi hidrokarbon
dan

dalam

menghasilkan biosurfaktan menunjukkan

bahwa

isolat

bakteri Pseudomonas sp. berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi
lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.
Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif yang tidak
meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air.
Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam
pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa
diantaranya adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai
sumber karbon katalase positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi
kedua-duanya. Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada
manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat
menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.

Universitas Sumatera Utara

49

Infeksi biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi
nosokomial. Genus pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang
penting dalam klinik. Klasifikasi pseudomonas berdasar pada homologi rRNA
atau DNA dan sifat pertumbuhannya.
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri
ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila
fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen
oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang
untuk memulai suatu infeksi.
Klasifikasi Ilmiah yaitu :
Kingdom

:

Bacteria

Phylum

:

Proteobacteria

Class

:

Gamma Proteobacteria

Order

:

Family

:

Pseudomonadaceae

Genus

:

Pseudomonas

Species

:

Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonadales

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2
μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram negatif.
Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu
memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak
berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika
(flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak.
Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik
dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P.
aeruginosa adalah 42o C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media
pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium,
medium paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon)
dan ammonium sulfat (untuk nitrogen).
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari
glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri.

Universitas Sumatera Utara

50

Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan
koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter
intravena atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan
tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan
komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan
hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia.
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna,
antiseptik, dan banyak antibodi yang sering digunakan. Suatu studi intensif
menyatakan bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut
gen mer yang berada dalam plasmid.
Kemampuan P.

aeruginosa menyerang

jaringan

bergantung

pada

reproduksi enzim-enzim dan toksin-toksin, yang merusak barier tubuh dan sel-sel
inang. P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain, misalnya
endotoksin menyebabkan gejala sepsis dan syok septik, eksotoksin A
menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstra seluler bersifat histotoksik
dan mempermudah infasi kedalam pembuluh darah.(Scetzer, 2006).

4. Klebsiella Pneumoniae

Gambar 4.1.2.4. Bakteri Klebsiella Pneumoniae
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl
Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu
penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah
orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-

Universitas Sumatera Utara

51

paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella
pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander.
Klasifikasi Klebsiella
Kingdom

:

Bacteria

Phylum

:

Proteobacteria

Class

:

Gamma Proteobacteria

Orde

:

Enterobacteriales

Family

:

Enterobacteriaceae

Genus

:

Klebsiella

Species

:

Klebsiella pneumonia

Bakteri ini termasuk Gram negatif, berbentuk panjang atau pendek yang
bersifat fakultatif anaerob. Bakteri Klebsiella berbentuk basil atau batang , tidak
berspora, tidak bergerak, dan memiliki kapsul.
Bakteri ini berukuran 0,5-1,5 × 1-2 mikron. Mempunyai selubung yang
lebarnya

2-3

kali

ukuran

kuman.

Berpasangan

atau

berderet,

tetapi

bakteriKlebsiella tidak bergerak.
Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae
yang banyak menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan
pada lapisan mukosa mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat,
terutama diantara orang-orang yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini.
Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan lapisan mukosa organ. Bakteri ini
juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis.
(Soemarno,2000)

Universitas Sumatera Utara

52

5. Staphylococcus Aureus

Gambar 4.1.2.5. Bakteri Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan

pigmen

kuning,

bersifat

aerob

fakultatif,

tidak

menghasilkan sporadan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun
berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan
optimum

pada

suhu

37oC

dengan

waktu

pembelahan

0,47

jam. S.

aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada
saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan
atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat
biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika
resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit,
luka, atau perlakuan menggunakan steroidatau obat lain yang memengaruhi
imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.
Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur
yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya
sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
1.

Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.

2.

Warna koloni putih susu atau agak krem.

3.

Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.

4.

Bersifat fakultatif anaerobic.

5.

Pada umumnya tidak memiliki kapsul.

6.

Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora).

7.

Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan .

8.

Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.

Universitas Sumatera Utara

53

9.

Menghasilkan katalase.

10. Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang
mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan

enzim koagulase,

hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureusmengandung
lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang
dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma, delta
dan epsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin
dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang
mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya
tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit
dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o –
37o C dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini
dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada
pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang
baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk
tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada
keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan
optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin,
phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri
ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino
atau protein. ( Karsinah,2004)

Universitas Sumatera Utara

54

6. Staphylococcus Epidermidis

Gambar 4.1.2.6. Bakteri Staphylococcus Epidermidis
Staphylococcus

epidermidis merupakan

bakteri

yang

bersifatoportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah). Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial,
khususnya yang berkaitan dengan infeksi benda asing. Orang yang paling rentan
terhadap infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan, bayi baru lahir, lansia, dan
mereka yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya. Organisme ini
menghasilkan glycocalyx "lendir" yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel, dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik.
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari
genusStaphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik
(menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa
karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram
positif, berbentuk coccus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Bakteri ini secara alami
hidup pada kulit dan membran mukosa manusia. Infeksi Staphylococcus
epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat
medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit
tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang
yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna
obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang
dirawat dalam waktu lama.
Klasifikasi


Kingdom

: Protista

Universitas Sumatera Utara

55



Divisi

: Schizophyta



Class

: Schyzomycetes



Ordo

: Eubacteriales



Famili

: Enterobacteriaceae



Genus

: Staphylococcus



Spesies

: Staphylococcus epidermidis

Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat - sifat yang
mendekati fungi / bakteri. Terdapat dalam tanah maupun dalam udara dan
sebagian parasit pada tumbuhan tingkat tinggi. Koloni berwarna (tergantung
substraknya), mempunyai bau tanah, resisten terhadap penisilin dan streptomisin.
Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Bakteri fakultatif.
2. Koagulase negatif, katalase positif, gram positif.
3. Berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm.
4. Hidup pada kulit dan membran mukosa manusia.

4.2.2 Pemeriksaan Jumlah Bakteri

Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan agar
cawan digunakan suatu standard yang disebut Standard Plate Count (SPC).
Sebelum dilakukan perhitungan terlebih dahulu dilakukan pengenceran pada
sampel. Tujuan dari pengenceran adalah untuk memperluas bidang hidup sampel
sehingga memudahkan pada saat perhitungan mikroorganisme.Pengenceran
dilakukan dengan mensuspensikan sampel pada air destilat sampai 10-5 . Sampel
disuspensi pada pengenceran 10-1 – 10-5. Sampel dengan pengenceran 10-1-10-5
dituangkan ke dalam cawan petri dengan menggunakan pipet ukur yang berbeda
sebanyak 1 mL. Penggunaan pipet ukur yang berbeda bertujuan supaya
pengenceran tidak saling tercampur atau terkontaminasi satu sama lain, setelah itu
di tambahkan Na cair kedalam cawan petri yang sudah diberikan 1 ml
pengenceran pada kondisi 10-1 - 10-5.

Universitas Sumatera Utara

56

Metode

hitungan

cawan

yang

digunakan,

dilakukan

dengan

mengencerkan sampel suspensi bakteri ke dalam nutrisi agar. Pengenceran
dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut dalam
jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 25 sampai 300
sel mikroba per ml, per gram atau per cm permukaan. Prinsip pengenceran adalah
menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang
dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu
mikroba pada satu tabung (Waluyo, 2004).
Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik
yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya
sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran.
Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran decimal
yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5. Hal ini karena diperkirakan koloni yang
dibentuk oleh sampel bakteri berada pada jumlah yang dapat dihitung pada
pengenceran tersebut. Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni akan lebih
mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari
tabung reaksi ke empat dan ke lima dituang ke dalam cawan petri (penanaman
atau plating) menggunakan pipet ukur dengan media NA secara aseptik. Plating
atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke
medium baru (Dwijoseputro, 2005).
Jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi
jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Untuk
memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni
adalah yang mengadung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme
dalam sempel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurangkurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi
syarat tersebut harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan.
Pada cawan petri dengan pengenceran 10-1pada hari ke 9 diperoleh
perhitungan jumlah koloni bakteri yang tak terhitung, menurut syarat SPC hasil
ini tidak masuk dalam range yang telah ditentukan karena hasilnya lebih besar
dari 300. Sedangkan pada cawan petri dengan pengenceran 10-2 pada hari ke-9
setelah dihitung menggunakan colony counter diperoleh hasil jumlah koloni

Universitas Sumatera Utara

57

bakteri sebanyak 196 koloni 10-3 koloni, 10-4 46 koloni dan 10-5 25 koloni. Untuk
hasil pada hari ke 10-12 bisa dilihat pada tabel, hasil ini telah memenuhi syarat
SPC karena jumlah koloni bakteri masih dalam range 25-300 koloni, sehingga
dari hasil ini diperoleh SPC sebesar TBUD. Jumlah koloni akan semakin
berkurang karena jumlah konsentrasi bakteri yang semakin sedikit akibat adanya
proses pengenceran. Pengenceran sendiri dapat berhasil apabila semakin besar
pengenceran dilakukan maka jumlah koloni yang tumbuh akan semakin sedikit
terkait dengan semakin berkurangnya konsentrasi bakteri.
Teknik pengenceran biakan serial bakteri dalam beberapa tahapan
mengakibatkan bakteri tidak terdapat dalam jumlah banyakdan dapat dihitung
koloni selnya. Pengenceran menunjukkan variasi jumlah bakteri mulai dari koloni
sampel tidak dapat untuk dihitung (TBUD) dan ada pula bakteri yang tidak
tumbuh dikarenakan kontaminan.Penghitungan bakteri dengan metode hitungan
cawan dilakukan dengan melakukan metode cawan sebar dan metode cawan
tuang.
Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri yang diperoleh dapat dipengaruhi
ketika jumlah sampel yang dipipet jumlahnya sedikit serta ketika pemipetan yang
terambil hanya larutannya saja (bukan bakterinya), karena suspensi tidak teraduk
secara merata menyebabkan jumlah mikroba yang diencerkan kurang sehingga
begitu disebar atau dituang menghasilkan jumlah koloni kurang dari 30 koloni
sehingga dinyatakan tidak tumbuh dan bernilai nol.
Faktor-faktor kesalahan yang sering terjadi saat melakukan percobaan ini
adalah:
1) Ketidaktelitian dalam menghitung jumlah koloni
2) Media yang digunakan sudah terlalu lama diluar, jadi media sudah agak
memadat dan tidak rata ketika dicampurkan.

Universitas Sumatera Utara

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Bakteri yang terdapat pada susu kental manis setelah di identifikasi yaitu
Escerichia

Coli,

Staphylococcus

Bacillus

Aureus,

Subtillis,

Pseudomonas

Klebsiella

Pneuomoniae,

Aeruginosa,

Staphylococcus

Epidermidis.
2. Pengaruh lama penyimpanan susu kental manis terhadap pencernaan yaitu
menimbulkan beberapa gangguan pencernaan seperti diare ataupun
gangguan pencernaan lainnya.
3. Jumlah bakteri yang terdapat pada susu kental manis yang telah di
identifikasi yaitu TBUD atau melebihi jumlah yang telah di tetapkan oleh
SNI.
4. Waktu penyimpanan susu kental manis pada suhu kamar yang masih layak
di konsumsi yaitu sebelum pada hari ke 9.

5.2 SARAN

Sebaiknya pada praktikum perhitungan bakteri dengan metode hitungan cawan
yang selanjutnya, isolat-isolat yang digunakan lebih dianekaragamkan. Sehingga,
praktikan

dapat

mengidentifikasikan

bakteri-bakteri

yang terdapat

pada

lingkungan akuatik.

Universitas Sumatera Utara