Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Isoniazid, rifampisin, etambutol dan pirazinamid merupakan kelompok

obat anti tuberkulosis primer sebagai standar terapi tuberkulosis. Sesuai dengan
sifat kuman tuberkulosis, untuk memperoleh efektivitas pengobatan dan
mencegah timbulnya resistensi, maka salah satu prinsip yang digunakan adalah
menghindari penggunaan monoterapi. Obat anti tuberkulosis ini diberikan dalam
bentuk kombinasi dari obat

isoniazid, rifampisin, etambutol dan pirazinamid

dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat sesuai dengan kategori pengobatan
(Prawinata, dkk., 2013).
Dari kempat senyawa obat yaitu isoniazid, rifampisin, etambutol dan
pirazinamid yang memiliki gugus kromofor pada rumus strukturnya paling sedikit
adalah


senyawa etambutol. Hal ini menyebabkan etambutol tidak mampu

menyerap sinar UV pada saat dipandai untuk memperoleh spektrumnya dengan
alat spektrofotometer UV. Selain keempat senyawa diatas senyawa vitamin B6
sering juga digunakan sebagai kombinasi obat pada penderita tuberkulosis.
Campuran isoniazid dan vitamin B6 merupakan salah satu jenis kombinasi dalam
formula sediaan tablet anti tuberkulosis. Isoniazid diperkenalkan pada tahun 1952
sebagai obat yang cukup efektif dalam pengobatan tuberkulosis dan sebagian
besar penderita dapat disembuhkan dengan menggunakan obat ini. (Prawinata,
dkk., 2013).
Piridoksin yang oleh Birch dan kawan-kawan dan dinamakan vitamin B6
dikemukakan kira-kira 40 tahun yang lalu. Selain untuk mencegah dan mengobati

1

defisiensi vitamin B6, dalam perdagangan juga sering dikombinasi dengan
Isoniazid yang bertujuan untuk mencegah efek samping dari isoniazid yaitu
neuritis perifer (Istiantoro dan Setiabudy, 2011).
Menurut USP 30-NF 25 (2007) persyaratan kadar untuk tablet isoniazid
yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera

pada etiket, sedangkan untuk sediaan tablet vitamin B6 yaitu tidak kurang dari
95,0% dan tidak lebih dari 105,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
Dalam USP 30-NF 25 (2007) dan Farmakope Indonesia edisi IV (1995)
monografi sediaan tablet kombinasi isoniazid dan vitamin B6 belum dicantumkan.
Penetapan kadar tablet isoniazid bentuk tunggal dapat ditentukan dengan metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (USP 30-NF 25, 2007; DitJen, POM., 1995),
titrasi Nitrimetri (DitJen, POM., 1979), titrasi Bromometri (DitJen, POM., 1972).
Sedangkan metode yang dapat digunakan pada penetapan kadar tablet vitamin B6
bentuk tunggal adalah dengan metode titrasi bebas air dan spektrofotometri UV.
Penetapan kadar isoniazid dan vitamin B6, dalam bentuk tunggal dapat
ditetapkan dengan spektrofotometri ultraviolet dalam pelarut asam, isoniazid pada
panjang gelombang 266 nm dan vitamin B6 pada panjang gelombang 290 nm
(Moffat, dkk., 2004).
Penelitian yang dilakukan Sari (2011), telah menetapkan kadar campuran
isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet
dengan perhitungan multikomponen dan persamaan matriks. Diperoleh hasil
bahwa penentuan absorbtivitas dari masing-masing komponen dengan mengukur
serapan isoniazid BPFI dengan konsentrasi 20μg/ml dan vitamin B6 BPFI 2μg/ml
pada panjang gelombang 266 nm dan 290 nm.


2

Spektrofotometri ultraviolet-Visible (UV-Vis) berkembang sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk menetapkan
kadar campuran beberapa zat, yaitu melalui aplikasi metode spektrofotometri
derivatif. Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah
salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran
secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu walaupun
dengan panjang gelombang yang berdekatan. Prosedur yang paling umum untuk
menentukan campuran yang spektrumnya saling tumpang tindih adalah metode
zero crossing. Metode ini merupakan penentuan panjang gelombang analisis
dimana senyawa tersebut mempunyai serapan nol dan menjadi panjang gelombang
analisis untuk zat lain dalam campurannya (Nurhidayati, 2007).
Spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat
dalam campuran dimana spektrumnya mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk
spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses
pemisahan zat yang bertingkat- tingkat. Dengan demikian metode ini dapat
dilakukan lebih sederhana dengan waktu analisis yang lebih cepat dan biaya yang
dibutuhkan lebih murah. Panjang gelombang pada derivatif yaitu panjang
gelombang Zero crossing senyawanya memiliki serapan nol dan menjadi panjang

gelombang analisis untuk zat lain dalam campurannya (Hayun, dkk., 2006).
Selain metode zero crossing ada juga metoelain yang biasa digunakan
adalah ratio spectra yaitu berdasarkan pada pembagian spektrum campuran
menjadi spektrum standar setiap analisis (El-Sayed, dkk., 2001). Metode zero
crossing memiliki kelebihan yaitu lebih cepat, lebih mudah dan lebih sederhana
dibandingkan dengan metode ratio spectra.

3

Dalam penetapan kadar campuran beberapa zat dengan metode
spektrofotometri derivatif harus memenuhi persyaratan validasi dengan beberapa
parameter yaitu akurasi (kecermatan) yang dinyatakan dalam persen perolehan
kembali yang ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku, presisi
(keseksamaan) yang dilakukan dengan menggunakan parameter RSD dan batas
deteksi dan batas kuantitasi ditentukan dengan menggunakan rumus Limit of
Detection (LOD)dan Limit of Quantitation (LOQ) (Harmita, 2004).
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan penetapan
kadar campuran isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan tablet dengan metode
spektrofotometri derivatif dengan zero crossing.
1.2


Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:

a. Apakah metode spektrofotometri derivatif dengan cara penentuan zero
crossing dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran isoniazid dan
vitamin B6?
b. Apakah kadar isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan tablet memenuhi
persyaratan USP 30-NF 25?
c. Apakah hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif untuk
menganalisa kadar campuran isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan tablet
memenuhi syarat pengujian validasi?

4

1.3

Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai

berikut:
a. Metode spektrofotometri derivatif dengan cara penentuan zero crossing
dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran isoniazid dan vitamin
B6.
b. Kadar isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan tablet memenuhi persyaratan
USP 30- NF 25.
c. Hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri derivatif untuk
menganalisa kadarcampuran isoniazid dan vitamin B6 padasediaan tablet
dapat memenuhi syarat pengujian validasi.

1.4

Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah metode spektrofotometri derivatif dengan cara
penentuan zero crossing dapat digunakan untuk menetapkan kadar
campuran isoniazid dan vitamin B6.
b. Untuk mengetahui kadar isoniazid dan vitamin B6 pada sediaan tablet
memenuhi persyaratan USP 30-NF 25.
c. Untuk mengetahui hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri

derivatif dalam menganalisa kadar campuran isoniazid dan vitamin B6
pada sediaan tablet dapat memenuhi syarat pengujian validasi.

5

1.5

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bahwa

penggunaan metode spektrofotometri derivatif dengan cara penentuan zero
crossing dapat dilakukan untuk penetapan kadar campuran isoniazid dan vitamin
B6 pada sediaan tablet.

6

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Pada Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Derivatif Dengan Zero Crossing

51 403 149

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid Dan Vitamin B6 Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Perhitungan Multikomponen Dan Persamaan Matriks

50 288 96

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

4 20 119

PENETAPAN KADAR CAMPURAN ISONIAZID DAN PIRIDOKSIN HCl DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV MULTIKOMPONEN.

0 2 6

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

1 4 16

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

3 4 15

Penetapan Kadar Campuran Isoniazid dan Vitamin B6 dalam Sediaan Tablet Campuran Etambutol, Isoniazid dan Vitamin B6 Secara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

0 4 2

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Pada Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Derivatif Dengan Zero Crossing

1 3 66

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI

0 2 17