STABILITAS SISTEM KEUANGAN FINANCIAL TEC

STABILITAS KEUANGAN: FINANCIAL TECHNOLOGY DAN SEKTOR
PERBANKAN SEBAGAI INDIKATOR SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

Di usulkan oleh :
Anastasia Devira Yolanda : 2017-0103-0008
Kimberly
: 2017-0103-0003
Eleonora Ellen Driveny
: 2017-0103-0031

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2017

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Anastasia Devira Yolanda (Universitas Atma Jaya Jakarta, Indonesia)
Kimberly (Universitas Atma Jaya Jakarta, Indonesia)
Eleonora Ellen Driveny (Universitas Atma Jaya Jakarta, Indonesia)
Abstrak
Stabilitas keuangan merupakan topik yang selalu berkembang

dan menjadi perhatian banyak kalangan sejak krisis keuangan yang terjadi
pada tingkat nasional maupun internasional beberapa tahun terakhir. Di
penelitian ini, kami ingin melihat bagaimana peran sistem pembayaran
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dengan penggunaan FinTech
dan meminimalisir adanya kemungkinan risiko sistem pembayaran melalui
BI-RTGS. Kami memutuskan menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
dengan data yang didapatkan dari The World Bank untuk menyelidiki
pengaruh FinTech terhadap penggunaan Financial Account. Kami
menyimpulkan bahwa FinTech mempunyai pengaruh positif terhadap
penggunaan Financial Account dan dengan adanya FinTech dan BI-RTGS,
tentunya akan menimbulkan sistem pembayaran yang efisien dan efektif
sehingga stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik dan mengurangi
resiko masalah moneter serta kesejahteraan (total welfare) dapat
meningkat. Selain itu, dapat berdampak positif pada kebijakan moneter
terhadap sektor perbankan di Indonesia.

Key Word : Sistem Pembayaran, Financial Technology, Sektor Perbankan,
BI-RGTS dan Stabilitas Keuangan

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 2

Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan bimbingan-Nya karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktuny dengan judul
“Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia"
Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi lomba karya tulis
ilmiah dalam acara Financial Day Macroprudential and Financial Stability
dengan subtema yang kami angkat yaitu “Peran Perbankan dalam
Stabilitas Sistem Keuangan”.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman teman
dan kakak tingkat kami Sesilia yang membantu dalam pembuatan karya
tulis ini. Akhir kata kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang tidak di
sengaja seperti tulisan,

kerapian,


isi,

kata

ataupun

materi yang

mencakup. Untuk saran dan kritik, akan selalu kami nantikan dari para
pembaca demi kebaikan penulis untuk berkembang lebih baik. Selamat
Membaca. Sekian, dan Terima Kasih.
Jakarta, 08 Oktober 2017

Penulis

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 3
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Daftar Isi

Abstrak

ii

Kata Pengantar

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

5-7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
2.1.1 Indikator

Pendukung

yang


8
Mendasari

Stabilitas

Sistem

Keuangan............................................................................................9
2.1.2 Pihak-Pihak

yang

Bertanggung

JawabStabilitas

Ssistem

Keuangan


10

2.2 Sistem dan Instrumen Pembayaran

11

2.2.1 Pentingnya Sistem Pembayaran

11-12

2.2.2 Instrumen Pembayaran

13-14

2.3 Financial Technology dan BI-RTGS

15

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Sistem Pembayaran terhadap Sektor Perbankan


16-17

3.2 Pengaruh FinTech terhadap Sistem Pembayaran

18-19

3.2.1 Metode OLS.................................................................................19
3.2.2 Hasil Estimasi dan Fintech di Indonesia...................................20
3.3 BI-RTGS dalam Mengatasi Risiko-Risiko Sistem Pembayaran
3.4 Keterkaitan Stabilitas Perbankan dan Kebijakan Moneter

20
21-22

BAB IV PENUTUP

23

Daftar Pustaka


24-25

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 4
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

BAB 1
PENDAHULUAN

Isu stabilitas sistem keuangan beberapa periode terakhir menjadi agenda
khusus bagi otoritas moneter di seluruh dunia termasuk Indonesia. Krisis
keuangan yang terjadi di Asia pada dasaranya bersumber dari kelemahan
kualitas sistem keuangan di Asia. Pada tahun 1980-an adalah salah satu
faktor pemicu lemahnya sistem keuangan khususnya perbankan. Dipasar
uang, pasar valuta asing dan pasar modal terjadi gejolak yang
meningkatkan ketidakpastian (uncertainty) yang mengakibatkan semakin
memburuknya adverse selection dan moral hazard yang membuat
runtuhnya


kestabilan

pada

sektor

keuangan.

Stabilitas

keuangan

merupakan topik yang selalu berkembang dan menjadi perhatian banyak
kalangan sejak krisis keuangan yang terjadi pada tingkat nasional maupun
internasional beberapa tahun terakhir.
Krisis keuangan 1997 dan 1998 di Indonesia disebabkan oleh terjadinya
goncangan eksternal terhadap nilai tukar yang berdampak terhadap
stabilitas perbankan domestik dan berakhir pada krisis multi dimensi.
Krisis keuangan juga terjadi pada tahun 2008 di Amerika yang dikenal
dengan sebutan subprime mortgage berawal dari permasalahan gagal

pembayaran kredit perumahan, krisis ini meluas hingga Eropa dan Asia.
Maka dari itu, seluruh belahan dunia termasuk Indonesia terus berupaya
mencegah agar krisis tidak terulang kembali. Upaya itu diwujudkan oleh
bank sentral yang merupakan pihak yang memegang peranan paling
dominan dalam menjaga kestabilan sistem keuangan di Indonesia. Selain
menjaga stabilitas moneter, bank sentral juga turut mengatur sistem
pembayaran di Indonesia agar tetap terkendali.
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 5
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Dalam paper ini kami akan membahas bagaimana peran sistem
pembayaran dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dilihat dari
penggunaan Financial Technology dan sektor perbankan serta melihat
pengaruhnya terhadap BI-RTGS.

Teknologi Keuangan, atau bisa juga

dikenal dengan Financial Technology (FinTech), merupakan sektor baru
dalam industri keuangan yang menggabungkan seluruh teknologi yang

digunakan di bidang keuangan untuk memfasilitasi perdagangan,
perusahaan bisnis atau interaksi dan layanan yang diberikan kepada
konsumen ritel (Ion & Alexandra, 2016). Sedangkan BI-RGTS (Real Time

Gross Settlement) merupakan sistem transfer dana elektronik antar
peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
seketika per transaksi secara individual. Sistem pembayaran yang
terkendali, aman dan nyaman akan menciptakan kepercayaan publik yang
secara langsung akan berpengaruh pada dana yang ditabung di bank (The
World Bank, 2017). Menurut Santoso dan Batunanggar (2006) menyatakan
terdapat empat faktor terkait yang mendukung terciptanya stabilitas
sistem keuangan. Salah satunya ialah sistem pembayaran yang aman dan
handal. Apabila sistem pembayaran terganggu, dapat mengakibatkan
risiko kekurangan likuiditas dalam jangka waktu tertentu dan dapat
menyebabkan risiko sistemik. Risiko sistemik adalah risiko yang dapat
menciptakan jatuhnya sistem keuangan secara keseluruhan akibat adanya
hubungan keterkaitan antara pasar, lembaga dan infrastruktur dalam
sistem keuangan.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 6
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Bank Indonesia sebagai salah satu otoritas keuangan yang ikut berperan
serta dalam menstabilkan keuangan mengambil beberapa kebijakan
moneter, dengan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga dan
juga GMW (Giro Wajib Minimun). Menurunnya suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) berdampak pada penurunan bunga deposito yang pada
akhirnya mengakibatkan rendahnya tingkat bunga kredit, sehingga
investasi dalam perekonomian menjadi meningkat. Selain itu, Bank
Indonesia berupaya untuk selalu memperbaiki mekanisme sistem
pembayaran

di

Indonesia

agar

memudahkan

masyarakat

dalam

melakukan transaksi pembayaran. Tentunya perbaikan tersebut selalu
disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin
canggih. Perkembangan sistem pembayaran dan kemajuan teknologi
informasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seiring berkembangnya
zaman, masyarakat mendambakan pembayaran yang cepat dan efisien
namun tetap aman dan akurat. Kelancaran sistem pembayaran akan
berpengaruh langsung dan memegang peranan penting dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 7
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)

Adapun beberapa pengertian stabilitas sistem keuangan yakni suatu
keadaan atau situasi lingkungan ekonomi makro yang stabil, dimana
terdapat

ketahanan

sistem

keuangan

terhadap

suatu

gejolak

perekonomian yang tidak pasti sehingga aktivitas perekonomian dapat
berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sedangkan menurut Deutsche
Bundensbank (2003) menyatakan bahwa stabilitas keuangan sebagai
keadaan seimbang sistem keuangan sehingga dapat berfungsi efisien
dalam alokasi sumber dan mengelola risiko dan menjalankan fungsi
pembayaran, mampu mengatasi kejutan ekonomi, kebangkrutan serta
perubahan struktural yang mendasar.
Sistem keuangan sangat penting, karena apabila sistem keuangan tidak
stabil maka akan mengganggu kelancaran suatu kegiatan perekonomian
baik antar pelaku di dalam negeri maupun di luar negeri. Maka dari itu,
kestabilan sistem keuangan harus terus dikontrol oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, salah satunya dengan menciptakan sistem pembayaran
yang nyaman bagi publik. Seperti yang kita ketahui bahwa stabilnya suatu
sistem keuangan dapat menciptakan ketahanan yang baik, sehingga suatu
negara dapat terhindar dari segala risiko atau krisis yang berarti.
Sedangkan mengenai definisi stabilitas sistem keuangan menurut Asean
Development Bank Institute (2014) belum ada ukuran yang pasti atau
kesepakatan yang berlaku secara umum namun sudah banyak institusi
dan peneliti yang mencoba mendefinisikannya berdasarkan pengalaman
beberapa negara serta kajian-kajian terdahulu. Bank Indonesia (2007)
menyatakan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) merupakan sistem
keuangan yang stabil yang mampu mengalokasikan sumber dana dan
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 8
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

menyerap guncangan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah
gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.
Stabilisasi Sistem Keuangan (SSK) sangat mendominasi dalam menjaga
stabilisasi keuangan negara yang bertujuan akan menarik kepercayaan
para nasabah penyimpan dan investor untuk menanamkan dananya pada
lembaga keuangan. Semakin baik suatu sistem keuangan, semakin tinggi
pula tingkat kepercayaan publik pada lembaga keuangan, tentunya
diimbangi pula dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan jasa
perbankan,

mensosialisasikan

produk-produk

keuangan

kepada

masyarakat ataupun dengan meningkatkan serta mengembangkan inovasi
-inovasi baru tentang fasilitas jasa keuangan untuk kepentingan
masyarakat secara keseluruhan. Apabila rasa nyaman, aman dan
kepercayaan publik akan lembaga keuangan telah terbangun, maka
investor baik dalam negeri maupun luar negeri akan menaruh dananya
secara berkesinambungan. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi secara positif suatu negara, karena secara tidak
langsung dapat meningkatkan gairah budaya menabung dan pada
akhirnya berdampak pada turunnya angka kemiskinan pada suatu negara.
Disamping itu, adanya stabilitas sistem keuangan juga dapat mencegah
terjadinya risiko yang dapat menjatuhkan sistem keuangan secara
keseluruhan.
2.1.1 Indikator Pendukung yang Mendasari Stabilitas Sistem Keuangan
Ada beberapa komponen penting yang dianggap mampu mendukung
sistem keuangan yang stabil. Yang pertama adalah kondisi lingkungan
ekonomi yang stabil. Hal ini terjadi apabila lembaga keuangan mampu
mengkoordinasi dan mengontrol agar sistem keuangan tetap kuat dalam
menghadapi adanya krisis atau suatu resiko yang tak terduga. Yang kedua
adalah adanya tata kelola yang baik dalam lembaga keuangan. Seperti
adanya

perhatian

lebih

dalam

pengawasan,

pengkontrolan,

cara

mengkoordinasi sistem pembayaran dalam suatu lembaga keuangan guna
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 9
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

memuaskan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Yang ketiga
adalah adanya sistem pembayaran yang efektif. Seperti dipoin kedua,
semakin berkembangnya zaman, lembaga keuangan saling berkompetisi
dalam meningkatkan standarisasi pelayanan jasa keuangan supaya dapat
lebih diandalkan oleh masyarakat. Menciptakan sistem pembayaran yang
efektif dan canggih adalah salah satu agenda terpenting mereka dalam
mencapai target kepuasan para nasabah. Adanya perkembangan
teknologi ternyata membuat sistem pembayaran terutama di Indonesia
menjadi berkembang pesat yakni dengan adanya FinTech. Pada umumnya
hanya berbasis uang tunai, namun sekarang masyarakat disuguhkan
beragam variansi pembayaran yang sangat praktis, cepat dan aman. Hal
ini tentunya akan menarik minat masyarkat dalam meningkatkan budaya
menabung. Tentunya selain menciptakan inovasi baru dalam jasa
keuangan, lembaga keuangan juga sebaiknya lebih menyebarluaskan
informasi pada masyarakat terutama yang berada di daerah terpencil dan
kurang terjangkau dalam hal mengakses data di internet ataupun media
lainnya. Semua yang telah dijabarkan diatas, tentunya sangat memiliki
pengaruh tersendiri dalam mendorong tercapainya stabilitas keuangan
yang baik.
2.1.2 Pihak-Pihak yang Bertanggung Jawab Stabilitas Sistem Keuangan
Menjaga sistem keuangan yang stabil membutuhkan strategi dan tenaga
yang tidak sedikit maka dalam menangani ini, tidak bisa diupayakan oleh
satu pihak saja. Dibutuhkan gabungan uluran tangan dari beberapa pihak
untuk saling bekerjasama dalam mewujudkan perekonomian yang stabil
dan terkendali. Terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab terhadap
stabilitas sistem keuangan diantaranya adalah Otoritas Keuangan seperti
pemerintah, bank serta lembaga penjamin simpanan. Mereka bertanggung
jawab dalam penetapan regulasi dan standar sistem keuangan yang baik,
memperbanyak penelitian, dan yang terakhir ialah penetapan jaring
pengaman dan melakukan manajemen krisis yang efektif, lalu Pelaku
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 10
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Keuangan seperti lembaga keuangan non bank, bank, pasar modal. Serta
Masyarakat/Publik atau yang sering kita sebut pengguna jasa keuangan.
2.2

Sistem dan Instrumen Pembayaran

Pembayaran adalah salah satu aktivitas penting dalam dunia ekonomi
karena setiap orang pasti melakukan transaksi. Dengan perkembangan
teknologi yang semakin maju, semakin besar pula transaksi dan risiko
yang

terjadi,

sehingga

masyarakat

sangat

membutuhkan

sistem

pembayaran yang cepat, lancar, dan yang paling diutamakan adalah
keamanan. Suatu kelancaran sebuah sistem pembayaran dapat menjaga
dan mendukung perkembangan sistem keuangan dan perbankan.
Pengertian Sistem Pembayaran yang lebih konkret sebagaimana definisi
sistem pembayaran menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia pasal 1 angka 6 : “Sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga,

dan

mekanisme

yang

digunakan

untuk

melaksanakan

pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi. ” Dalam menjalankan Sistem Pembayaran yang aman
bagi masyarakat demi menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, Bank
Indonesia menekankan 4 prinsip kebijakan sistem pembayaran, yaitu
Aman, Efisiensi, Kesetaraan Akses, dan kewajiban pengelolah sistem
pembayaran yang harus memperhatikan aspek – aspek perlindungan
konsumen. 4 prinsip kebijakan tersebut di jalankan guna meningkatkan
pengelolaan dalam segala risiko likuiditas, risiko kredit, meningkatkan
penggunaan system secara luas agar biaya yang di tanggung pun lebih
murah bagi masyarakat dan menolak monopoli.
2.2.1 Pentingnya Sistem Pembayaran
Betapa pentingnya peranan sistem pembayaran bagi perekonomian di
suatu negara, karena sebuah sistem pembayaran dapat menjaga dan
mendukung stabilitas keuangan negara. Peranan sistem pembayaran bagi
perekonomian negara salah satu nya menjaga nilai tukar rupiah agar tetap
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 11
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

stabil sehingga nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat menujukan
kemajuan atau kemunduran. Peranan penting lainnya dalam sistem
pembayaran di Indonesia yaitu sebagai sarana trasmisi kebijakan moneter,
tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil, sistem pembayaran
juga sekaligus menjadi alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi serta
maju atau mundur nya perekonomian suatu negara.
Sistem pembayaran bukan hanya bermanfaat bagi ekonomi negara
melainkan juga memiliki peranan penting dalam masyarakat dan
perbankan. Dengan sistem pembayaran yang efisien, lancer, dan aman
masyarakat menjadi memiliki alternatif alat pembayaran non-tunai yang
lebih luas dan praktis sehingga mengurangi biaya transaksi, dengan
banyak nya masyarakat yang paham akan sistem pembayaran ini maka
dapat memperluas akses kerja perbankan dan meningkatkan kepastian
pembayaran. Dengan banyaknya akses kerja perbankan di lingkungan
masyarakat maka manfaat bagi bank adalah dapat meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana, semakin meningkat efisiensi kerja bank maka dapat
meningkatkan pelayanan jasa yang lebih luas dan lebih baik sehingga
meningkatkan daya saing terhadap bank lain serta mengurangi dana
investasi dalam mengembangkan Financial Network.
2.2.2 Instrumen Pembayaran
Instrumen sistem pembayaran atau disebut juga alat pembayaran adalah
media atau metode yang di gunakan dalam pembayaran. Terdapat 2 jenis
instrument sistem pembayaran yaitu tunai dan non-tunai. Sistem
pembayaran tunai adalah media pembayaran yang menggunakan uang
kartal yaitu uang kertas dan uang logam pada umumnya yang sudah kita
kenal sedangkan sistem pembayaran non-tunai adalah pembayaran yang
biasa di sebut dengan Paper-Based Instrument bentuk nya kertas seperti
cek, bilyet, giro, wesel, d.s.b. Ada juga media pembayaran yang
menggunakan kartu yang biasa disebut Card-Based Instrument.
Card-Based Instrument ini meliputi kartu debet, kartu kredit, kartu ATM, dll
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 12
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

bahkan semakin canggih nya teknologi instrument pembayaran sudah ada
yang menggunakan microchips yang biasa di kenal electronic money.


Tunai/cash

pembayaran tunai adalah sistem pembayaran yang pada saat itu juga
pembeli mendapat kan barang dan pada saat itu juga penjual mendapat
uang dari hasil transaksi atau jual beli. Tunai atau cash memiliki media
pembayaran seperti yang sudah di jelaskan yaitu berupa uang kartal yang
bentuk nya kertas dan uang logam.


Non-tunai

pembayaran non-tunai adalah sistem pembayaran yang mencakup
seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk
melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang
timbul dari suatu kegiatan ekonomi, jens- jenis pembayaran non – tunai di
bagi menjadi 2, yaitu :
Berbasis Warkat (paper-based)
Cek – suatu pembayaran yang tidak dapat di batalkan dan pencairan dana
dapat dilakukan dalam renggang waktu 70 hari sebelum dan sesudah
penarikan, serta dapat di pindah buku kan.
Bilyet Giro – pembayaran yang tidak dapat di Tarik secara tunai namun
dapat di pindah buku kan ke rekening. Bilyet Giro dapat di batalkan dalam
renggang waktu lewat 70 hari dari tanggal efektif
Nota Debet –

Warkat yang di gunakan untuk menagih bank agar

memberikan tagihan nya pada rekening pemberi warkat tersebut.
Nota Kredit – Dokumen yang di hantarkan untuk mengurangi hutang
pembeli.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 13
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Berbasis kartu (card-based)
Credit Card – Kartu yang di keluarkan oleh Bank sehingga para nasabah
pengguna kartu kredit dapat membeli barang yang di beli secara kredit
pada bank.
Debit Card/ATM card – Kartu yang di berikan oleh bank agar para nasabah
pemilik kartu ATM dapat membeli barang yang di inginkan sesuai dengan
saldo tabungan yang terdapat pada rekening pengguna.
Prabayar Card – Kartu yang di keluarkan oleh bank agar memudahkan
transaksi tetapi berbeda dengan Credit atau Debet Card yang dapat
terhutang dan terikat dengan rekening bank. Kartu prabayar akan bersaldo
nol sampai anda mengisi ulang kartu tersebut.
Uang elektronik (Digital) – Uang yang digunakan melalui internet dalam
bentuk elektronik. Uang elektronik sangat memudahkan transaksi
dimanapun, dalam transfer, cek saldo, d.s.b Contoh uang elektronik yaitu
EFT (electronic Funds Transfer), E- Money, d.s.b.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 14
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

2.3 Financial Technology dan Sektor Perbankan
Membahas tentang uang elektronik, Alat pembayaran Fintech merupakan
suatu pengembangan dari uang elektronik yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Fintech adalah alat transaksi yang memudahkan masyarakat
untuk mengetahui produk – produk keuangan dan meningkatkan literasi
keuangan serta memberikan pelayanan seperti Kredit UMKM yang
membantu usaha masyarakat hingga ke daerah-daerah tertinggal.
Fintech juga dapat mengakses rekening bank milik nasabah menggunakan

smartphone melalui aplikasi M-Banking. Aplikasi ini dapat menampilkan
fitur

layanan

perbankan

dengan

koneksi

internet.Dalam

Sistem

pembayaran juga di kenal istilah Large Value Payment Sytems yang
menangani transaksi bernilai tinggi dan berisiko tinggi sehingga
membutuhkan penyelesaian yang cepat dan aman. Penyelesaian yang
digunakan dalam menangani situasi ini adalah penyelesaian Real- Time
seperti

Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). BI-RTGS adalah

mekanisme dimana rekening peserta dapat di debet dan di kredit berkali –
kali dalam sehari sesuai dengan pembayaran dan penerimaan nya. BIRTGS ini bertujuan untuk mengurangi risiko kegagalan dalam memenuhi
kewajiban yang sudah jatuh tempo, jika hal ini terjadi maka situasi ini juga
akan mengancam peserta bank yang lain. BI-RTGS dikategorikan sebagai
sistem pembayaran sistematis utama yang menjamin kelancaran fungsi
ekonomi dan sistem keuangan, yakni suatu sistem transfer dana
elektronik yang memungkinkan penyelesaian transaksi individual secara
real time. Sekitar 95 % dari penyelesaian transaksi keuangan dilakukan
melalui sistem BI-RTGS.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 15
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

BAB 3
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari sistem pembayaran
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan terutama dalam penggunaan

Financial Technology dan pengaruhnya terhadap sektor perbankan serta
dengan adanya BI-RTGS dapat meminimalisir kemungkinan adanya risikorisiko pembayaran. Informasi ini sangat penting bagi para ekonom,
kalangan pebisnis, dan pembuat kebijakan karena memungkinkan mereka
melakukan analisis tepat waktu serta dapat menggambarkan situasi
ekonomi jangka pendek. Oleh karena itu kami menggunakan metode
kualitatif dengan didukung oleh kuantitatif.
3.1 Pengaruh Sistem Pembayaran terhadap Sektor Perbankan
Sistem pembayaran adalah akses yang tepat untuk melakukan
transaksi ekonomi antara pembeli dan penjual. Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu kemajuan teknologi sekarang semakin berkembang
yang mengakibatkan sistem pembayaran pun menjadi lebih canggih
dengan adanya pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien yang
telah menggantikan peranan uang tunai (currency). Pembayaran non tunai
lebih mudah diterapkan dan diterima oleh masyarakat contohnya dalam
beberapa negara sekarang sudah mulai menggunakan kartu ATM, kartu
debit, kartu kredit, mobile banking, e-money atau uang elektronik.
Perkembangan instrumen pembayaran berbasis elektronik di Indonesia
memiliki potensi yang besar dikarenakan adanya kemudahan dalam
sistem pembayaran yang diiringi oleh kemajuan teknologi sehingga
tuntutan masyarakat semakin besar terhadap kemudahan sistem
pembayaran ini. Bank Indonesia mencatat telah ada 22 penerbit kartu
kredit yang terdiri dari dua puluh bank dan dua lembaga selain bank. erbit
kartu ATM tercatat sebanyak 50 penerbit .Sementara itu, sudah terdapat
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 16
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

56 buah bank yang menerbitkan kartu debit. Sedangkan penerbit uang
elektronik ada 17 penerbit yaitu terdiri dari sembilan bank dan delapan
lembaga non bank.

Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Gambar 1. Jumlah APMK dan E-Money yang
Beredar di Indonesia Tahun 2010-2016
Dari gambar tersebut dapat kita simpulkan bahwa kepercayaan masyarakat dan
tuntutan pembayaran yang lebih efisien menggunakan sistem pembayaran elektronik
sangat besar sehingga tercapai efektivitas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
terutama di Indonesia. Penggunaan pembayaran elektronik selain meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui penurunan biaya transaksi dan penghematan waktu
juga meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan bunga yang
diperoleh dari dana kas yang dibawa setiap kali bertransaksi tapi ditempatkan di
bank dalam bentuk tabungan. Oleh karena itu, pengaruhnya sistem pembayaran yang
efektif dan efisien di sisi perbankan yaitu dapat meningkatkan pendapatan berbasis
biaya (fee base income) karena dengan pembayaran elektronik nasabah akan
dikenakan biaya administrasi setiap bulannya dan jika nasabah melakukan transaksi
seperti transfer atau pembayaran tagihan bank akan memotong saldo untuk biaya
administrasi atas transaksi tersebut.
Peningkatan pembayaran non tunai ini juga memberi dampak langsung terhadap
penurunan fungsi permintaan uang dimana permintaan uang merupakan salah satu

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 17
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

faktor penting terhadap bank sentral untuk menetapkan kebijakan moneter. Oleh
sebab itu, pengaruh sistem pembayaran terhadap sektor perbankan dengan
peningkatan pembayaran non tunai dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan
mempermudah bank sentral untuk menjaga stabilitas keuangan terutama dalam
menentukan kebijakan moneter sehingga pembayaran non tunai dapat menjadi
alternatif bagi sistem pembayaran.

3.2 Pengaruh Fintech terhadap Sistem Pembayaran di Indonesia
3.2.1 Metode Ordinary Least Squares
Salah satu cara untuk melihat pengaruh FinTech terhadap penggunaan

Financial Account adalah Ordinary Least Squares (OLS). Dipertimbangkan
persamaan sebagai berikut.

Pada persamaan (3.2), diketahui bahwa adalah persentasi pengguna

Financial Account pada negara t, Fintechi adalah dummy yang bernilai 1
jika di negara FinTech sudah ada pada tahun 2016. adalah faktor-faktor
lain

yang

dapat

mempengaruhi

Financial Account namun tidak

diobservasikan.
Namun dalam persamaan (3.2) ini mungkin terdapat faktor di error yang
berkorelasi dengan FinTech dan Financial Account yang melanggar
asumsi klasik OLS yaitu

asumsi kedua. Ini disebabkan oleh pada

persamaan (3.2) yang mungkin bersifat bias dan tidak konsisten. Seperti
yang kita ketahui dengan perkembangan teknologi sekarang, FinTech lebih
mudah diterapkan pada negara berkembang dan biasanya negara
berkembang mempunyai tingkat Financial Inclusion lebih tinggi.
Deskripsi Data
Data yang digunakan adalah data tahun 2016. Data Financial Account
berasal dari The World Bank (2017) dengan satuan % yang artinya
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 18
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

persentase pengguna Financial Account di suatu negara. Dengan kata lain,
variabel ini merepresentasikan persentasi populasi di suatu negara yang
memiliki akun di bank atau institusi keuangan lainnya.

FinTech dummy terdapat dari berbagai sumber yang ditemukan di
antaranya adalah Hung dan Luo (2016), Hynes (2016), FinTechranking
(2016), FinTechnews (2015), Ohr (2015), Luxembourgforfinance(2013),
Finnovista (2016), Bueno (2016), Coleman (2016) dan Robinson (2017)
Kong (2015). Variabel dummy pada FinTech yang bernilai 1 jika ada

FinTech di Negara tersebut, akan tetapi 0 jika tidak ada FinTech di tahun
2016.
3.2.2Hasil Estimasi dengan OLS dan Hubungannya dengan FinTech

Variable

Estimation (3.2)

Constant

66.588
(16.701)

FinTech

13.489
(2.306)

R-squared

0.071

Sample Total

71

Source by: Data diolah dari hasil penelitian sebelumnya (Sesilia dkk, 2017)
Dari estimasi model (3.2) di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa adanya

FinTech diestimasikan untuk meningkatkan penggunaan Financial
Account sebanyak 13.489%. Oleh sebab itu, dapat membuktikan bahwa
teori yang mengatakan FinTech dan Sektor Perbankan berdampak baik
terbukti dengan adanya data tersebut, sehingga lembaga keuangan yakni
Perbankan tidak akan terancam dan terdisrupsi dengan adanya kehadiran
teknologi keuangan.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 19
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Sejalan dengan pembahasan diatas tentang perbankan, maka hadirlah

FinTech

sebagai

sarana,

selain

perbankan

yang

dikenal

untuk

meningkatkan sistem pembayaran. Keunggulan FinTech pada informasi
teknologi yang inovatif juga diseimbangkan dengan sejumlah kekurangan
diantaranya kurangnya manajemen risiko, kesulitan dalam permodalan,
dan belum dipercaya oleh masyarakat karena belum adanya regulasi yang
jelas. FinTech didedikasikan untuk operasi jasa keuangan dan interaksi
penyedia jasa keuangan dengan konsumen (Ion & Alexandra, 2016).
Transaksi

Financial

Technology

(FinTech)

Indonesia

pada

2017

diperikirakan mencapai US$18,6 Miliar atau setara Rp 247,65 trilliun
dengan nilai tukar Rp.13.000,00 per dolar Amerika Serikat. Angka ini
meningkat 24 persen dari tahun sebelumnya, yakni sebesar US$ 15 Miliar.
Menurut data statistika, transaksi FinTech Indonesia akan mencapai
US$ 37,15 miliar atau sekitar Rp.494 triliun. (Bank Indonesia, 2017).
Menurut Bhima Yudistria (2017) bahwa total kebutuhan pembiayaan di
Indonesia sebesar Rp. 1,65 kuadriliun.

Kategori tersebut dapat dibagi

menjadi sektor keuangan (perbankan, investasi, asuransi dll), proses
bisnis (yang membahas pembayaran, investasi, perdagangan, infrastuktur
dll) segmen pelanggan (retail atau perusahaan) atau dengan bentuk
interaksi (B2B, B2C, atau C2C), (Alt, R.,& Puschman T., 2012)
Perbankan hanya Rp 660 triliun, sehingga masih ada kekurangan
pembiayaan sebesar 990 triliun yang dapat diberikan oleh FinTech. Saat ini
terdapat 11 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bankable
(mendapat pembiayaan perbankan). Sementara 49 juta UMKM unbankable
(belum bisa mendapat pembiayaan dari perbankan). Banyaknya UMKM
yang belum tersentuh perbankan serta letak geografi wilayah yang
berbentuk kepulauan membuat potensi FinTech Indonesia masih akan
tumbuh. FinTech hadir sebagai sarana yang membantu UMKM yang tidak
terjangkau oleh Bank dan mendorong penurunan dari program inklusi
keuangan sehingga dapat menjangkau konsumen yang lebih banyak
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 20
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

terutama di daerah terpencil. Oleh sebab itu peningkatan sistem
pembayaran dengan menggunakan teknologi keuangan (FinTech) dapat
membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan (welfare)
karena salah satu tujuan dari makroekonomi adalah agar masyarakat
memiliki kehidupan yang sejahtera dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berikut adalah gambar statistika dari penggunaan Financial Technology
dan perkiraan pembiayaan tahun 2015-2021.

Source : Bank of Indonesia (Statistik-2017) Gambar 2. perkiraan dan
penggunaan potensi finansial teknologi Indonesia
3.3 BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dalam Mengatasi RisikoRisiko Sistem Pembayaran
Secara umum terdapat dua jenis jenis risiko dalam sistem
pembayaran yakni risiko kredit dan risiko likuiditas. Risiko kredit adalah
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 21
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

risiko dimana counterparty tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk
membayar secara penuh baik pada saat jatuh tempo maupun pada saat
sesudahnya. Risiko ini adalah unrealized gains atas kontrak-kontrak yang
gagal dilaksanakan (replacement cost risk) dan yang terparah adalah
risiko tidak terbayar suatu transaksi secara keseluruhan (principal risk).
Sedangkan risiko likuiditas adalah risiko dimana counterparty tidak
mampu membayar secara keseluruhan pada saat jatuh tempo melainkan
melainkan membayar sesudah jatuh tempo. Bank Indonesia sebagai
pengawas sistem pembayaran di Indonesia juga sangat concern terhadap

systemic risk yang mungkin dapat timbul pada sistem pembayaran di
Indonesia. Systemic risk adalah risiko kegagalan salah satu peserta dalam
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo sehingga menyebabkan
peserta lain juga mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya
menjadi tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Berkaitan dengan risiko diatas maka BI-RTGS diharapkan akan
dapat memperkecil kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut.

BI-

RTGS merupakan sistem RTGS yang ke delapan yang digunakan oleh
negara-negara dilingkungan EMEAP countries (Executive Meeting of East
Asia-Pacific Central Bankers) setelah tujuh negara lain yakni Thailand,
Hongkong, Singapore, Malaysia, Korea Selatan, Australia dan New Zealand
telah terlebih dahulu memberlakukan sistem RTGS. BI-RTGS diharapkan
juga mampu memenuhi kebutuhan berbagai pihak terhadap tersedianya
mekanisme pembayaran yang sangat cepat yang dibutuhkan oleh
transaksi yang mensyaratkan DVP seperti transaksi jual beli saham dan
securities paper lainnya. Dalam transaksi ini, transfer dana melalui BIRTGS (the payment leg) akan dapat dikoordinasikan dengan final transfer

of assets (delivery leg) sehingga terjadi match antara penyerahan asset
dengan pembayaran. Hal ini sangat penting untuk menurunkan risiko
dalam pasar-pasar sekuritas. Selain itu BI-RTGS diharapkan dapat
mengurangi systemic risk dalam tiga cara. Pertama, dapat menurunkan
secara signifikan intraday interbank exposure akan dapat mengurangi
Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 22
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

kemungkinan ketidakmampuan suatu peserta dalam menutupi kerugian
atau

kekurangan

likuiditas

peserta

yang

tidak

bisa

memenuhi

kewajibannya. Kedua, dapat mencegah kemungkinan terjadinya unwiding

payment yang merupakan penyebab terjadinya systemic risk dalam net
settlemet. Ketiga, melakukan settelment setiap saat selama window time,
maka waktu settlement tidak lagi hanya berfokus pada waktu tertentu
saja.(Bank Indonesia, 2016)
3.4 Keterkaitan Stabilitas Perbankan dan Kebijakan Moneter
Stabilitas perbankan pada umumnya didasari oleh stabilnya sistem
keuangan yang mencerminkan sistem pembayaran yang efisien dan
efektif. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya sistem pembayaran non
tunai merupakan indikator penting bagi stabilitas perbankan karena
mempermudah bank sentral untuk menetapkan kebijakan moneter selain
menambah pendapatan di sisi perbankan. Kebijakan moneter merupakan
kebijakan yang ditetapkan oleh bank sentral mengenai pengawasan
instrumen suku bunga dan jumlah uang yang beredar di masyarakat
dengan tujuan untuk mempertahankan stabilitas perekonomian.
Kebijakan moneter sangat berhubungan erat dengan stabilitas
sistem keuangan dan sistem pembayaran karena sebelum ditetapkan,
kebijakan moneter bank sentral melihat atau mengamati kondisi sistem
keuangan terlebih dahulu apakah stabil atau tidak dan selanjutnya ditindak
lanjutkan dengan menetapkan kebijakan moneter. Apabila sistem
keuangan tidak stabil dan pengalokasian dana tidak berjalan efisien akan
menimbulkan masalah moneter.

Akan tetapi, jika uang yang beredar

terlalu sedikit juga akan mematikan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi
sebab itu dari sektor perbankan perlu mengimbangi untuk mencegah
potensi masalah yang akan timbul.

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 23
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

BAB 4
PENUTUP
Berdasarkan paper yang telah kami buat, dapat ditarik kesimpulan
secara umum yaitu kelancaran sistem pembayaran sangat berperan
penting terhadap stabilitas sistem keuangan sehingga berdampak positif
pada kebijakan moneter serta sektor perbankan. FinTech (Financial

Technology) yang baru saja tumbuh di industri keuangan memiliki
beberapa dampak besar terhadap sektor perbankan dan masyarakat
dikarenakan teknologi yang kian berkembang dan kemudian timbul adanya
kemudahan dalam mengakses pembayaran hanya dengan telepon
genggam saja atau media elektronik lainnya sehingga menggantikan
pembayaran uang tunai menjadi pembayaran non tunai melalui
pembayaran berbasis elektronik. Selain adanya pembayaran non tunai,
bank sentral menetapkan BI-RTGS untuk lebih mempermudah masyarakat
dalam sistem pembayaran dengan tujuan untuk meminimalisir adanya
resiko kredit dan resiko likuiditas. Dengan adanya FinTech dan BI-RTGS
akan menimbulkan sistem pembayaran yang efisien dan efektif sehingga
stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik dan mengurangi resiko
masalah moneter serta kesejahteraan (total welfare) meningkat karena
masyarakat dan sektor perbankan semakin diuntungkan.
Paper ini masih memiliki beberapa kekurangan beberapa limitasi
yakni kurangnya data FinTech di Indonesia, dan data total kesejahteraan
masyarakat setelah adanya FinTech dan pembayaran non tunai. Kami
berharap masyarakat Indonesia semakin terbuka dengan adanya system
pembayaran melalui sektor perbankan dan teknologi keuangan (FinTech).

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 24
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Daftar Pustaka
Accion. (2016). How Financial Technology is Changing Financial Inclusion.
Alt, R, &Puschman, T. (2016). The Rise of Customer-Oriented Banking –

Electronic Markets are Paving the Way. Electronic Markets 224, pp. 203215.2012.
Bank Indonesia. 2009. Kajian Stabilitas Keuangan.
Bank Indonesia. 2011. Sistem Pembayaran Di Indonesia.
Retrieved
from
:
http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/diindonesia/Contents/Default.aspx
Bank Indonesia.
2013.
Stabilitas Sistem Keuangan. Retrieved from
:http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/ikhtisar/definisi/Contents/Default.
aspx
Bank Indonesia. 2013. Instrumen Pembayaran Non Tunai.
Retrieved from : http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumennontunai/unik/Contents/Default.aspx
Dienillah, Azka Azifah dan Lukytawati Anggraeni. 2016. Dampak Inklusi
Keuangan Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di ASIA.
Finansialku.com. (2016). Pertumbuhan FinTech di Asia Pasifik. Retrieved
from :https://www.finansialku.com/ini-negara-yang-akan-menjadi-markasfintech-asia-pasifik/
Giovanni, William.
Mengenal Uang Elektronik. Retrieved from :
https://www.qmfinancial.com/mengenal-uang-elektronik-e-money/
Ion,

Alexandra.

(2016).

Financial Technology (FinTech) and its

Implementation on the Romanian Non Banking Capital Market.
Korohama, Maria Yosefina Bengan. 2012. Metode Pengukuran Stabilitas
Sektor Keuangan Indonesia: Pendekatan Financial StressIndex.
LuxembourgforFinance.com.
(2013).
Retrieved
from
:
http://video.luxembourgforfinance.com/watch/how-luxembourg-fintechpayment-solution-mangopay-grew-internationally
Mutiarani, Ratna.

2010.

Bangking Stability Index and Banking Sector

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 25
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

Fragility Index: Aditional Indicators to Monitor Indonesia Banking System
Stability.
Nistrio.
2016.
Mengenal Apa itu Fintech. Retrieved from:
https://www.kaskus.co.id/thread/57c7327eded77050258b4568/mengena
l-apa-itu-financial-technology-fintech/
Novrianti, Sesilia dkk. 2017 .Pengaruh FinTech terhadap Perbankan dan
Penggunaan Financial Account dalam Sektor Ekonomi
Perspektif. (2016). Financial Technology di Indonesia : Ancaman Atau
Peluang Bagi Industri Keuangan?
Retrieved from :
https://thebusinessperspectiveblog.wordpress.com/2016/08/04/financial
-technology-di-indonesia-ancaman-atau-peluang-bagi-industri-keuangan/
Schinasi, Garry.J. 2004. Defining Financial Stability.
Situmorang, Romada. 2014. Sistem Pembayaran.
Retrieved from: http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistempembayaran.html
Suhartono. 2009. Peran Bank Sentral dalam Stabilitas Sistem Keuangan
(SSK) dan Implementasi Jaringan Pengaman Sektor Keuangan (JPSK).

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 26
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta

LAMPIRAN
Lampiran A
Dependent Variable: ACCOUNT_Financial
Method: Least Squares
Date: 09/10/17 Time: 19:46
Sample: 1 71
Included observations: 71
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
FINTECH

66.58869
13.48908

3.987103
5.848300

16.70102
2.306496

0.0000
0.0241

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.071581
0.058126
24.57815
41681.90
-327.0622
5.319922
0.024091

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

72.85826
25.32520
9.269358
9.333095
9.294704
1.775549

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan 27
Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia
Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya Jakarta