PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak lepas dari pengaruh global, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan ini
menuntut adanya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan mengadakan perbaikan dalam proses
pembelajaran.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap proses pembelajaran. Pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki
kualitas kurikulum di Indonesia, sehingga pada saat ini telah mewajibkan sekolah dasar
maupun sekolah menengah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
merupakan usaha yang terpadu antara (1) rekontruksi kompetensi lulusan, (2) kesesuaian dan
kecukupan, kedalaman dan keluasan materi, (3) revolusi pembelajaran dan, (4) reformasi
penilaian (Kemdikbud.2013). Salah satu penyempurnaan pola pikir dari Kurikulum 2013
adalah pola

pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran

peserta didik aktif mencari semakin diperkuat oleh model pembelajaran dengan pendekatan

sains) (Depdiknas.2013).
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan belajar peserta didik
secara mandiri, sehingga pengetahuan yang dikuasai adalah hasil belajar yang dilakukannya
sendiri. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran hendaknya
menciptakan dan menumbuhkan rasa dari tidak tahu menjadi mau tahu, sehingga Kurikulum
2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah untuk digunakan dalam proses pembelajaran
(Atsnan.2013).
Hasil survei awal yang peneliti lakukan kepada guru kimia di SMA Negeri 1
Simanindo dapat diketahui bahwa hasil belajar kimia siswa kelas X selama ini rendah,
meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, namun
hasilnya masih jauh dari harapan. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut akibat motivasi,

1

minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa
tidak pernah siap untuk menerima materi pelajaran dalam setiap pertemuan.
Kurikulum 2013 menitik beratkan adanya aktivitas belajar yang didesain pada ranah
sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama
proses kegiatan belajar mengajar, guru cenderung menggunakan metode ceramah, tanpa
pemberian pengalaman langsung kepada siswa, akibatnya siswa cenderung terlihat pasif,

karena hanya didominasi oleh kegiatan membaca, mencatat dan mendengarkan penjelasan
guru. Dalam berinteraksi dengan siswa, guru hanya menerapkan teknik bertanya seperti
umumnya yang terdiri dalam pembelajaran. Namun hanya beberapa siswa yang merespon
pertanyaan guru. Siswa juga tidak bertanya terkait materi yang dipelajari, padahal dalam
menjawab tugas atau soal yang diberikan, masih ada beberapa siswa yang dibantu oleh guru
dalam menyelesaikannya. Hal tersebut menyebabkan aktivitas belajar peserta didik masih
rendah, sehingga hasil belajar peserta didik juga rendah (belum tercapainya efektivitas
pembelajaran) (Pratiwi,dkk (2014).
Untuk menerapkan pendekatan ilmiah pada setiap proses pembelajaran dibutuhkan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pendekatan ilmiah. Penggunaan
model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik
terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, dan
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan mereka mencapai hasil belajar yang lebih baik (Aunurrahman.2012).
Dalam upaya membentuk karakter dan peningkatan hasil belajar siswa, seorang guru
dituntut untuk mampu mengembangkan model pembelajaran yang merupakan hasil integrasi
antara strategi pengajaran dengan media pengajaran. Model pembelajaran memuat komponen
sistem pembelajaran dan unsur kegiatan yang dilakukan baik oleh guru dan siswa, yang
menekankan pada keaktifan belajar siswa melalui guru yang aktif pula (Hakim, 2008). Guru
harus berusaha menanamkan dan menumbuhkan Kreativitas anak didik. Setiap orang

memiliki Kreativitas dan Kreativitas itu dapat dikembangkan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Munandar dalam Trianto (2007), yang memberikan alasan bahwa Kreativitas anak
perlu dikembangkan karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah, memberikan kepuasan kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas

2

hidupnya. Semua unsur-unsur yang mampu menyebabkan terjadinya belajar harus dapat
dirancang sedemikiansehingga tujuan utama pembelajaran tercapai.
Untuk mengimplementasikan pendekatan ilmiah pada penyampaian materi larutan
elektrolit dan non elektrolit dapat digunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan
media animasi komputer. Ada tiga ciri utama pembelajaran berbasis masalah; (1) merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan peserta didik.Dalam pembelajaran berbasis masalah,menuntut peserta didik
secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data
serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat atau menghafal
materi pelajaran; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa
masalah pembelajaran tidak akanterjadi; (3) pemecahan masalah dilakukan dengan
pendekatan berpikir ilmiah (Arifin.1995)

Pembelajaran berbasis masalah berdampak positif pada presatasi akademik dan sikap
peserta didik pada pembelajaran science ( Akinoglu dan Ozkardes. 2007).

Kelebihan

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi belajar
peserta didik (Ratna 2013). Adanya efektivitas dalam suatu pembelajaran dapat diketahui
apabila semua indikator kompetensi dapat tercapai berdasarkan target pembelajaran baik
proses pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik.
Tosun, C. (2013) menemukan bahwa model Problem-Based Learning lebih efektif
dalam mengembangkan pengetahuan metakognitif siswa dengan latar belakang sains yang
lemah daripada siswa dengan latar belakang sains yang kuat. Selain itu juga ditemukan
bahwa Problem-Based Learning dapat meningkatkan sikap positif siswa yang dengan latar
belakang sains lemah terhadap kimia. Sulaiman,F. (2013) menunjukkan bahwa siswa tertarik
dengan model Problem-Based Learning, siswa merasa bahwa Problem Based Learning
merupakan model pembelajaran yang efektif. Mereka merasa bahwa pemahaman mereka
mengenai materi yang diajarkan meningkat sebagai hasil dari model Problem-Based
Learning. Penerapanan pembelajaran berbasis masalah Pratiwi,dkk (2014) menunjukkan
adanya interaksi antar guru dan peserta didik melalui pengelolaan yang baik pada proses
pembelajaran, menyebabkan waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah berlangsung

sesuai target yang ditetapkan. Adanya keterlaksanaan sintak pembelajaran berbasis masalah
mendorong peserta didik untuk mengembangkan kompetensi sikap pada pembelajaran tidak
langsung, sehingga 86,29% peserta didik memiliki kompetensi sikap baik.
3

Voggel-wallcut, J.J., (2010) menemukan bahwa penggunaan media animasi lebih
efektif dalam proses penyerapan pengetahuan, Marbach-Ad, G. (2008) juga menemukan
bahwa dengan menggunakan media animasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
pencapaian atau hasil belajar jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Thatcher,
J.D. (2006) menemukan bahwa mahasiswa yang diajar dengan mengguna kan media animasi
memiliki skor hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan
menggunakan buku teks. Pangabean dan Silaban (2015) telah meneliti tentang “Pengaruh
Penggunaan Media Animasi Komputer Terhadap Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia” Dari hasil penelitiannya diperoleh Media
animasi komputer dapat mempengaruhi hasil belajar siswa untuk semua sekolah. Hal tersebut
terjadi karena media animasi komputer dapat membuat siswa menjadi tertarik dan semakin
fokus dalam mengikuti prosesbelajar mengajar. Sehingga, siswa memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.

Hasil ini menunjukkan bahwa menggunakan media animasi komputer


merupakan alat yang efektif juga untuk meningkatkan pemahaman konsep serta
memunculkan minat dalam proses pembelajaran..
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dikemukakan di atas maka peneliti terarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) Dengan Media
Kreativitas

Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Siswa SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit”

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pendekatan pembelajaran yang digunakan guru sudah layak dalam kegiatan
pembelajaran?
2. Apakah media Animasi Komputer mendukung kegiatan pembelajaran kimia di kelas?

3. Apakah penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)) dengan media
Animasi komputer dapat meningkatkan kreativitas hasil belajar kimia siswa?
4. Apakah penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media
Animasi komputer dapat meningkatkan kreativitas siswa?

4

1.3.Batasan Masalah
Peneliti memberi batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini di fokuskan pada aspek studi Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) dengan Media Animasi Komputer untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kreativitas siswa
2. Model pengajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM)
3. Media pembelajaran yang digunakan adalah media animasi Komputer.
4. Karakter yang diamati yaitu Kreativitas siswa.
5. Materi pembelajaran adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
6. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Simanindo yang berada di
Kec.Simanindo, Kab.Samosir.


1.4.Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian
maka dibuat perumusan masalah yaitu : “Bagaimana hasil belajar dan kreativitas siswa SMA
kelas X sebelum dan sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
dengan media

Animasi Komputer pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non

Elektrolit”.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar dan kreativitas siswa
SMA kelas X sebelum dan sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
dengan media Animasi Komputer pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
1.6.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam mengatasi masalah hasil belajar.
2.

Bagi siswa, model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi

Komputer dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kimia di dalam kehidupan.
5

3. Bagi guru, model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat dijadikan sebagai
model pembelajaran alternatif dalam mengajarkan larutan elektrolit dan non elektrolit.

1.7.Defenisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dalam memahami suatuvariabel yang
ada dalam penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi operasional untuk mengklarifikasi hal
tersebut. Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1.

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi PBL adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian
menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir,
berkomunikasi mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa ada masalah tidak

mungkin ada proses pembelajaran (Suyanti, 2010).

2. Animasi animasi merupakan satu bentuk presentasi bergambar yang paling menarik, yang
berupa simulasi gambar bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu
objek (Mayer dan Moreno,2002)

3. Hasil belajar dalam

penelitian ini merupakan pengetahuan (kognitif) yakni

pengetahuan siswa tentang materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit yang dapat
diidentifikasi menggunakan hasil belajar berupa soal essay test.
4. Kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru,
sebagi kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubunganhubungan baru antar unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan (Lazim.2013). Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja,
tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses
seperti

mengamati,

mengklasifikasi,

mengukur,

meramalkan,

menjelaskan,

dan

menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan
tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
siswa atau semakin tingginya kelas siswa (Lazim.2013). .
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. berpusat pada siswa.
2. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip.
3. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. dapat mengembangkan karakter siswa.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut (PPPPTK SB Yogyakarta.2013). Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah:

7

1. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
2. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
3. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan.
4. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah.
6. untuk mengembangkan karakter siswa.
Inovasi pembelajaran sain adalah suatu pendekatan pengajaran meliputi strategi,
metode dan prinsip pengajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran bidang sain.
Pembelajaran bidang sain memiliki kelebihan dalam tigas aspek, yaitu 1) pembelajaran
pemecahan masalah, 2) pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan 3) pembelajaran berbasis
individu dan kerjasama. Pembelajaran berbasis masalah dilakukan untuk menuntun siswa
melakukan penyelidikan melalui permasalahan bermakna yang diajukan oleh guru dalam
pembelajaran. Pembelajaran ini akan membawa siswa pada situasi nyata sehingga dapat
menuntun siswa membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pembelajaran mandiri
(Situmorang, 2004).
2.2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan
motivasi belajar, sikap belajar di kalangan peserta didik, mampu berpikir kritis, memiliki
keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Pemilihan

model pembelajaran dapat memacu peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar. Salah satu
alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir peserta
didik dalam memecahkan masalah adalah Model Pembelajaran berbasis masalah atau
Problem Based Learning ( Hamalik, 2008 ).
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembalajaran yang menantang siswa agar
“belajar untuk belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah
8

yang nyata, masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan
analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan
sumber pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk
membatu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran

berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan pembelajaran
yang otonom dan mandiri ( Amir, 2009 ).
Terdapat lima fase dalam sintaks PBM (Ibid, 2008) yaitu : dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis
kerja siswa, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah
Tahapan

Guru

Tahap 1 : Orientasi siswa Guru
terhadap masalah

menjelaskan

tujuan

pembelajaran,menjelaskan

kepada masalah logistic yang dibutuhkan, memotivasi
siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya

Tahap 2: Mengorganisir siswa Guru membantu mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubung dengan masalah tersebut.

untuk belajar
Tahap

3

:

Membimbing Guru mendorong untuk mengumpulkan informasi yang

penyelidikan individual dan sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
kelompok.
Tahap

kelompok penjelasan dan pemecahan masalahnya.

4: Mengembangkan Guru membantu siswa merencanakan dan meyiapkan yang

dan Menyajikan hasil karya- sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu
karya

siswa berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5: Menganalisis dan Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi
Mengevaluasi proses

terhadap penyidikan mereka dan proses-proses yang
pemecahan masalah digunakan.

9

Karakteristik yang dikemukakan oleh Tan, bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah :
a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara ill-structured.
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk ( multiple perspective). Solusinya
menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau
lintasan ilmu dibidang lainnya.
d. Masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru.
e. Masalah membuat pembelajar merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran
diranah pembelajaran yang baru.
f. Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri ( self directed learning).
g. Memanfaatkan sumber yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian,
evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting. (Amir, 2009).
Sebagai suatu pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan,
seperti :
1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
2) Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
3) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6) Dapat memperilhatkan kepada siswa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, Sejarah,
dan lainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku
saja.
7) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.
9) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
10

10) Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir (Sanjaya, 2009).
2.3. Media Pembelajaran
Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan dikarenakan banyak faktor yang
berpengaruh, salah satunya adalah dipengaruhi oleh media (Ruhimat, dkk., 2011). Kata media

berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau
’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media

dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of
Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping
sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator,
dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan
yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran.
Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan
pengajaran (Arsyad, 2010).
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa suatu informasi dari sumber kepada penerima yang bertujuan meransang mereka
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu digunakan untuk mengantarkan
pembelajaran secara utuh maka media pembelajaran dapat juga dimanfaatkan untuk
menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun
motivasi (Situmorang,dkk.2001)
Dalam proses pemeblajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan
kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan
materi ajarnya, tetapi member nilai tambah kepada kegiatan pembelajaran. Beberapa peran
media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai penyajian materi ajar menjadi lebih
standar, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, kegiatan belajar dapat menjadi lebih
interaktif, waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi, kualitas belajar dapat
ditingkatkan, pembelajaran dapat disajikan dimanap dan kapan saja sesuai dengan yang
diinginkan, meningkatkan sikap positif peserta didikdan proses belajar menjadi lebih
kuat/baik, dan memberikan nilai positif bagi pengajar (Situmorang,H., Situmorang, M. 2009)

11

2.4. Media Animasi Komputer
Terkait dengan media pembelajaran, ada beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam
proses pengajaran, yaitu; (1) media grafis meliputi; gambar, foto, grafik, bagan, poster, kartun, komik
dan lain-lain; (2) media tiga dimensi dalam bentuk model meliputi; model padat, model penampang,
model susun, model kerja dan lain-lain;

(3) media proyeksi meliputi; slide, film strips, film,

penggunaan Over Head Projector dan lain-lain, serta (4) media lingkungan (Sudjana dan Rivai,
2002). Dengan demikian metode pengajaran yang menggunakan media animasi termasuk dalam
media proyeksi. Selain itu, Lee & Owens (2004) menyebutkan ada empat kelompok media untuk
pembelajaran, yaitu: (1) visual; (2) auditory; (3) olfaktory, dan (4) tactile or kinesthetic. Sementara
Branch

dalam

Sukiyasa dan Sukoco (2013 ) menyebutkan tiga, yakni auditory, visual dan

kinesthetic. Penyampaian materi pelajaran melalui media visual peserta didik dapat menggunakan
indera penglihatan, meliputi: video, grafik, animasi, dan teks tertulis (pada layar komputer, papan
tulis, wallchart, transparansi, buku, poster).
Berkaitan dengan media animasi, Mayer dan Moreno (2002) mengemukakan bahwa animasi
merupakan satu bentuk presentasi bergambar yang paling menarik, yang berupa simulasi gambar
bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu objek. Penggunaan animasi dalam
proses pembelajaran sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pengajaran, serta hasil pembelajaran yang meningkat. Selain itu, penggunaan media pembelajaran
khususnya animasi dapat meningkatkan daya tarik, serta motivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Aripin (2010) mengemukakan bahwa Animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara
inbeethwin dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah – olah hidup
(bergerak), seperti yang pernah kita lihat film – film kartun di tevisi maupun dilayar lebar jadi
Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak. Animasi
komputer adalah seni menghasilkan gambar bergerak melalui penggunaan komputer dan merupakan
sebagian bidang komputer grafik dan animasi.

Menurut Soendari, dkk (2015) animasi komputer memiliki kelebihan yang
mendukung pada pembelajaran sains pada anak diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendorong minat dan motivasi belajar anak
2. Meningkatkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran.
3. Program animasi ini mampu memvisualisasikan materi -materi pelajaran yang sulit
disajikan melalui pengalaman langsung siswa.

12

4. Penggunaan gambar, cerita yang ditampilkan dalam animasi komputer tersebut dapat
membantu memperjelas penyampain pesan pada anak.
5. Animasi yang disajikan merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar mengajar yang kondusif sekaligus sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, karena animasi computer ini dapat mendukung kepada pencapaian
tujuan belajar yang ditetapkan.
2.5. Belajar dan Hasil Belajar Kimia
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
kegiatan guru dan siswa berdasarkan hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru
dengan siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Pengertian belajar menurut Witherington

adalah suatu perubahan didalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaam, kepandaian, atau suatu pengertian. Gagne mengatakan bahwa
belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Menurut Winkel, belajar dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap. Usman menyatakan belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
linkungannya (Tarigan.2014)
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan dalam diri seseorang yang mengalami perubahan baik pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, tingkah laku dan sikap.Dengan penguasaan atau hasil belajar
yang diperoleh dapat dilihat dari perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Dimyati, hasil belajar merupakan hasil atau interaksi tindak belajar dan
mengajar. Dari segi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar mengajar.
Dari segi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya dan puncak proses belajar. Untuk
sebagian hasil belajar dinyatakan sebagai suatu pencapaian tujuan pengajaran. Sementara

13

menurut Sukmadinata, hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Tarigan.2014).
2.6. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Dalam kurikulum kimia SMA, pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
di ajarkan pada semester genap di kelas X. Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
termasuk pokok bahasan yang sulit diajarkan kepada siswa karena siswa sulit (1)
mendeskripsikan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit; (2) membedakan larutan elektrolit
kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit; (3) membedakan larutan elektrolit dapat berupa
senyawa ion dan senyawa kovalen polar. Didalam materi larutan elektrolit dan non elektrolit selalu
berhubungan dengan senyawa, rumus kimia, dan istilah –istilah kimia yang belum pernah dipelajari di
sekolah menengah pertama. Dalam garis besar program pengajaran (GBPP) mata pelajaran kimia
SMA, Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit meliputi (1) Pengertian Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit; (2) Pengelompokan Larutan Elektrolit Berdasarkan Kemampuan Menghantarkan Listrik;
(3) Pengelompokan Larutan Elektrolit Berdasarkan Ikatannya. Untul lebih jelasnya, materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit dapat dilihat dalam Lampiran 3.

2.7. Hipotesis
Ha 1 : Hasil belajar siswa SMA kelas X sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) dengan media Animasi meningkat pada pokok bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit.
Ha 2 : Kreativitas siswa SMA kelas X sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) dengan media Animasi meningkat pada pokok bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit.

14

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 1 Simanindo pada Semester Genap Tahun

Akademik 2015/2016. Objek penelitian adalah siswa SMA N 1 Simanindo kelas X yang
mengikuti proses belajar mengajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
3.2.

Populasi dan Sampel
Sebagai populasi adalah siswa SMA kelas X SMA N 1 Simanindo yaitu kelas X-A

sampai X- F dengan

jumlah 243 siswa. Sampel siswa kelas X dipilih secara random

sampling dari kelas A sampai kelas F dengan jumlah 148 sesuai tabel Krejcie dengan tingkat
kesalahan 5 %.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Jumlah sampel Siswa SMA N 1 Simanindo

3.3.

Kelas

Jumlah Siswa

Jumlah Sampel yang diambil

X-A

38 Orang

24 Orang

X-B

40 Orang

24 Orang

X-C

40 Orang

25 Orang

X-D

41 Orang

25 Orang

X-E

41 Orang

25 Orang

X-F

43 Orang

25 Orang

Jumlah Total Populasi

243 Orang

-

Jumlah Total Sampel

-

148ang

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 3 variabel yaitu variabel bebas, varabel kontrol dan variabel
terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah proses pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer. Variabel terikat
dari penelitian ini adalah hasil belajar kimia dan kreativitas siswa kelas X SMA pada pokok
bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Dan Variabel control dari penelitian ini adalah
Soal Pretest dan Posttest, Buku Kimia untuk Kelas X SMA/MA, dan Kurikulum yang
digunakan yaitu Kurikulum 2013.
15

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Tes dan Non Tes. Instrumen Tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa yang berupa tes pencapain terdiri dari
Tes Essay sebanyak 10 butir soal, dengan penskoran dapat dilihat di Lampiran VI. Hasil
belajar yang di ukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1),
Pemahaman (C2), aplikasi atau penerapan (C3), analisis (C4). Sebelum uji coba instrument,
peneliti melakukan uji validitas, reliabilitasnya , dan tingkat kesukaran. Instrumen Non Tes
digunakan untuk mengukur kreativitas siswa diukur menggunakan Lembar Observasi yang
dilengkapi dengan Skala Pengukuran.
3.4.

Disain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan One Group Pretest-Postest

Control Design, yang diawali pretest . Setelah dilakukan pretest kemudian dilakukan
perlakuan dengan memberi pengajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBM)
dengan media Animasi Komputer pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
Disain Penelitian dapat diperlihatkan dalam Gambar 1.

3.5.

Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang harus digunakan dalam pengumpulan

data yaitu (a) Tahap Persiapan; (b) Tahap pelaksanaan.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi mempersiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan,
seperti materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit menggunakan media Animasi Komputer,

16

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrument hasil belajar, lembar observasi
, lembar kegiatan siswa (LKS), Alat dan Bahan Praktikum.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksaan penelitian kelas eksperimen dibagi menjadi 4 kelas. Diman setiap
kelas terdiri dari 37 siswa yang dipilih secara acak. Sebelum perlakuan pengajaran terhadap 4
kelas eksperimen tersebut terlebih dilakukan evaluasi pendahuluan (pretest) untuk mengukur
kemampuan siswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan, kemudian dilanjutkan
dengan pengajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan
Media Animasi Komputer dan penilaian kreativitas siswa . Untuk memperoleh data
penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer
terhadap hasil belajar siswa dilakukan evaluasi akhir (posttest). Prosedur pelaksanaan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.6.

Tehnik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian Penerapan Model

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media Animasi Komputer Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit adalah dengan metode dokumentasi, metode tes, metode observasi.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah
siswa yang menjadi anggota populasi, kelompok atau kelas anggota populasi serta data nilai
ujian mata pelajaran Kimia Kelas XI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
Data ini digunakan untuk mengetahui kondisi awal kelas-kelas dalam populasi yang dijadikan
objek penelitian sehingga sampel bisa ditentukan. Analisis tahap awal dilakukan agar
diketahui bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen (mempunyai varians yang sama)
serta mempunyai rata-rata yang relatif sama sehingga dapat dikatakan semua kelas anggota
populasi mempunyai kondisi yang relatif sama.
Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes
diberikan sebelum dan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan data melalui metode tes
ini bertujuan untuk menentukan hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen sebelum dan
sesudah diberi perlakuan dan untuk mengetahui kemampuan siswa berangkat dari titik tolak

17

yang sama atau berbeda pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Tes yang digunakan
berbentuk essay test yang terdiri dari 10 soal.

Populasi

Sampel

Kelas X 1

Kelas X 2

Kelas X 3

Kelas X 4

Pretest

Pengajaran Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan Media Animasi Komputer

Penilaian Kreativitas
Siswa

Posttest

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3.2. Prosedur pelaksanaan penelitian Penerapan Model Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
dan Non Elektrolit

Observasi digunakan untuk mengetahui kreativitas siswa selama penerapan model
pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan media

animasi komputer untuk meningkatkan

kreativitas siswa SMA kelas X pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Lembar
obserbasi yang digunakan adalah Rubrik penilain Kreativitas yang dilengkapi dengan Skala Likert.

18

Data berupa hasil belajar (skor) diolah secara statistic menggunakan Microsoft Ofice
EXEL dan Data berupa hasil observasi tentang kreativitas siswa diolah menggunakan T-test.
Peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dengan teknik six thinking hats dilihat dengan menggunakan
gain (pencapaian) :
g

skor post tes  skor pre test
skor maksimum  skor pre test

Dengan kriteria g (gain ternormalisasi) :

3.7.

g < 0,3

= rendah

0,3≤ g ≤0,7

= sedang

g > 0,7

= tinggi

Jadwal Penelitian
Penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media

Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X
Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit” akan dilakukan di SMA N 1
Simanindo, dan direncanakan selama 2 bulan kerja dengan perincian pelaksanaan dapat
diperlihatkan pada Tabel 3.2.

19

Tabel 3.2. Jadwal rencana penelitian Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Dengan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA
Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

No Komponen Kegiatan

Bulan November

Bulan Desember

minggu

minggu

1
1

Persiapan Penyiapan Pelaksanaan Penelitian
a.Persiapan administrasi dan ijin penelitian
b.Studi lapangan dan analisis situasi
c.Penyusunan RPP, bahan ajar serta penuntun
pelaksanaan

pembelajaran

menggunakan

model pembelajaran berbasis msalah (PBM)
dengan media Animasi Komputer
d.pembuatan evalusi (pretest dan posttest)
e. standarisasi evaluasi
2

Pelaksanaan
a.Pelaksanaan pretes
b.Pelaksanaan

pembelajaran

dengan

menggunakan model PBM dengan media
Animasi Komputer
c.Pelaksanaan posttest
d.pengolahan data hasil penelitian
e. interpretasi hasil data penelitian
3

Penyusunan laporan hasil penelitian

4

Pengiriman laporan hasil penelitian

20

2

3

4

1

2

3

DAFTAR PUSTAKA
Akinoglu, O.,Ozkardes,R., (2007), The Effects of Problem Based Active Learning in Science
Education on Student’s Academic Achievment, Attitude, and Concept Learning,
Educational Journal. 3(1):71-81.
Amir, T.,(2009), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,Prenada Media
Group, Jakarta
Arifin, M., (1995), Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, Airlangga
University Press, Surabaya.
Aripin, (2010), Pemodelan Karakter Animasi 3D, Techno.Com 9 (2) : 53-64

Arsyad, A., (2004), Media Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Atsnan, M.F., (2013), Penerapan Pendekatan Scientifik dalam Pembelajaran Matematika
SMP
Kelas
VII
Materi
Bilangan
(Pecahan),
Prosiding
http://eprints.uny.ac.id/10777/1/p%2054.pdf
Aunurrahman, (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Depdiknas,(2013), Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013, Depdiknas, Jakarta.
Hamalik, O., (2008), Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Ibid, A.R.,(2008), Learning To Teaching, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Kemdikbud, (2013), Pengembangan Kurikulum 2013, Kemdikbud,Jakarta.
Khamidinal., Premono,S.,Wahyuningsih,T.,(2009), Kimia: SMA/MA Kelas X, Pusat
Pembukuan DEPDIKNAS, Jakarta
Lazim, M ,(2013), Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013,
PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Marbach-Ad, G., (2008), Using Computer Animation and Illustration Activities to Improve
High School Students’ Achievement in Molecular Genetics, Journal of Research in
Science Teaching 45(3) : 273–292.
Mayer, R. E.., Moreno, R., (2002), Animation As An Aid Multimedia Learning. Educational
Psychology Review 14(1)
Panggabean, FTM., Siaban,R.(2015), Pengaruh Penggunaan Media Animasi Komputer
Terhadap Peningkatan Minat Dan Hasil

Belajar Siswa Pada

Pembelajaran

Kesetimbangan Kimia, Artikel Penelitian Pendidikan Kimia, FMIPA, Unimed,
Medan.
21

PPPPTK-SB Yogyakarta, (2013), Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk
Pengawas Sekolah, Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta.
Pratiwi, Y., Redjeki,T., Masykur, M., (2014), Pelaksanaan Model Pembelajaran
ProblemBased Learning (PBL) Pada Materi Redoks Kelas X SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) 3(3): 40-48
Ratna, S.D., (2013), Upaya Peningkatan Interaksi Sosial dan Prestasi Belajar Siswa dengan
Problem Based Learning pada Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Sistem Koloid di
SMA N 5 Surakarta Tahun Pelajaran2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia 2(1):15-20.
Sanjaya, W (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Kencana Prenada Media, Jakarta.

Pendidikan,

Silitonga, P M., (2013), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.
Situmorang,H., Situmorang,M.,(2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan
Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan
Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 4(1) : 45-51
Situmorang,M.,(2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang
Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa, Prosiding Agustus 2004

Sain

Untuk

Situmorang,M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Mata Pelajaran Kimia,
FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.
Situmorang, M., Purba,J., dan Tambunan, M., (2001), Efektifitas Media Diagram Dalam
Pengajaran Kimia Di SMU, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 8(1) : 20-27
Soendari, T., Asri, P dan Mulyani, A., (2015), Pengaruh Media Animasi Komputer Terhadap
Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan, Artikel media IPA, PLB-FIP-UPI,
Bandung.
Sudarmo,U.,(2004), Seri Made Simple Kimia (SMS) SMA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sudjana, N & Rivai, A. (2005). Media pengajaran, Sinar baru Algesindo, Bandung,
Sukiyasa,K., Sukoco, (2013), Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi
Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif, Jurnal Pendidikan Vokasi 3(1) :
126-137.
Sulaiman, F., (2013), Students’ Reflections: A Case Study on Problem-Based Learning
Approach in Malaysia, Scottish Journal of Arts, Social Sciences and Scientific Studies
11(1) : 37-48.
Suyanti, D. R., (2010), StrategiPembelajaran Kimia, Penerbit Program Pascasarjana Unimed,
Medan.
Ruhimat,T .,dkk. (2011). Kurikulum dan pembelajaran. Rajawali Pers, Jakarta
22

Tarigan,S.,(2014), Pengantar Metode dan Strategi Belajar Mengajar Ilmu Kimia, FMIPA
Universitas Negeri Medan, Medan
Thatcher, J.D., (2006), Computer Animation and Improved Student Comprehension of Basic
Science Concepts, JAOA: Journal of the American Osteopathic Association 106(1) :
9–14.
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi
Pustaka , Jakarta.
Tosun, C., (2013), The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and
Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic
Backgrounds, Australian Journal of Teacher Education 38(3) : 60-73.
Vogel-wallcut, J.J., (2010), Animated versus Static Images of Team Processes to Affect
Knowledge Acquisition and Learning Efficiency, MERLOT Journal of Online
Learning and Teaching 6(1) : 163-173.

23