T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Persamaan pada Pokoknya dalam Perlindungan Merek di Indonesia: Putusan Mahkamah Agung Nomor NHaKI2003 dan Putusan Pengadilan NiagaNomor 56Merek2002PN.Niaga.Jkt. pst T1 BAB IV

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan tentang “ Makna
Persamaan pada pokoknya dalam perlindungan merek di Indonesia.
(putusan Mahkamah Agung no. 014 K/N/HaKI/2003 dan Putusan Pengadilan
Niaga nomor 056/merek/2002/PN.JKT.PST) ” dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Kriteria-kriteria memiliki

persamaan pada

pokoknya

juga

sudah

dinyatakan dalam putusan MA No. 279 PK/Pdt/1992 yaitu merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya apabila: a)

sama bentuk. b) Sama komposisi. c) Sama kombinasi. d) sama unsur
elemen. e) sama bunyi. f) sama ucapan. g) sama penampilan. Persamaan
merek yang memiliki persamaan pada pokoknya karena mempunyai
persamaan pada bunyi pengucapan, pengertian (konotasi), kelas barang
dan jenis barang karena bunyi pengucapan yang sama.
2. Dalam perbedaan pendapat dari Hakim Pengadilan Niaga dan Hakim
Mahkamah Agung diatas. Dimana hakim Pengadilan Niaga menyatakan
tidak ada persamaan pada pokoknya terhadap kata antara kedua merek
tersebut AQUA dan AQUALIVA sedangkan hakim Mahkamah Agung
menyatakan bahwa terdapat persamaan pada pokoknya antara merek
AQUA dan AQUALIVA yaitu memiliki persamaan pada visualnya dan
menggunakan kata AQUA.

3. Dalam pembahasan diatas merek AQUA dan AQUALIVA memang
memiliki persamaan yang sama, tetapi dalam pengucapannya terdengar
berbeda. Dan Masyarakat sudah banyak mengetahui ”aqua” sendiri
memiliki arti kata air, sehingga kata aqua sendiri bisa di gunakan dalam
secondary meaning.
B. Saran
Dalam penentuan persamaan pada pokoknya harus menentukan apakah

merek tersebut benar-benar memiliki persamaan pada pokoknya dan tidak
hanya berpegang terhadap huruf, kata, yang membentuk merek. Hakim
Mahkamah Agung seharusnya

mempertimbangkan putusan Pengadilan

Niaga dengan melihat persamaan pada pokoknya dari suatu merek. Bila ada
persamaan kata pada suatu merek namun memiliki perbedaan visual
seharusnya hakim mempertimbangannya lagi. Hakim Mahkamah Agung
seharusnya tidak hanya melihat dari merek yang sudah di kenal oleh
masyarakat luas, namun apakah merek tersebut menimbulkan kebingungan
di kalangan konsumen atau tidak.