PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN BANTUAN LKS UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI
BANGUN RUANG SISI DATAR BAGI SISWA KELAS VIII-4 MTs ALWATHONIYYAH SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Mohamad Arif Fauzan Tamim
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-4
Semester II MTs Al-Wathoniyyah Semarang tahun pelajaran 2013/2014 melalui
penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang ditempuh dalam
dua siklus. Cara pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes uraian
serta lembar pengamatan aktifitas siswa dan lembar pengamatan kinerja guru. Pada
siklus pertama pembelajaran menggunakan model NHT, diperoleh nilai rata-rata 68,5;
siswa yang tuntas belajar sebanyak 53,13 %, hasil pengamatan aktifitas siswa 75%,
sedangkan skor kinerja guru 82,5%. Pada siklus kedua sudah mengalami peningkatan,
nilai rata-rata meningkat menjadi 73,5; siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi
87,5%, aktifitas siswa meningkat menjadi 93,75%, dan skor kinerja guru meningkat
menjadi 90%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model kooperatif NHT dengan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, keaktifan siswa, dan kinerja guru pada kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah
Semarang tahun pelajaran 2013-2014 dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar.
Abstract: This research aims to improve the learning outcomes of students of class VIII4 Semester II MTs Al-Wathoniyyah Semarang year lessons 2013/2014 through
implementation cooperative learning models of type Numbered Heads Together (NHT).
The methods used in this research is research that is a class act in two cycles. The
instruments used in this research is using the test, observation sheet as well as a
description of activities the student and teacher performance observations sheet. On the
first cycle of learning using models of the NHT, obtained an average score of 68.5;
students learn as much as 53,13% has been completed, the results of observations of the
student's activities for 75%, while teacher performance scores 82.5%. In the second cycle
are already experiencing increased, average value increased to 73.5; Mastery Learning
students increased to 87.5%, the student's activities increased to 93,75%, and teacher
performance score increased to 90%. The results of this research show that learning by
implementing a cooperative model of NHT with the help of LKS can improve student
learning outcomes, the student's activities, and the performance of the teacher in class
VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah lesson 2013-2014 in the lesson subject matter up flat-side
room.
Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah pada dasarnya adalah kegiatan
belajar mengajar, yang bertujuan agar
siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai
kemampuannya. Salah satu tolak ukur
yang menggambarkan tinggi rendahnya
keberhasilan siswa dalam belajar adalah
hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat
dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
aspek afektif, aspek psikomotor.
Di samping itu, guru berperan sebagai
faktor penentu keberhasilan siswa dalam
belajar. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-undang No. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang mengatakan bahwa kunci utama
dalam memajukan pendidikan adalah
guru, karena guru secara langsung
mempengaruhi,
membimbing
dan
mengembangkan kemampuan peserta
didik (siswa) agar menjadi manusia
yang cerdas, terampil dan bermoral
tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai melalui
pembelajaran matematika di jenjang
SMP dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP),
menunjukkan
bahwa arah atau orientasi pembelajaran
matematika
adalah
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika.
Kemampuan ini sangat berguna bagi
siswa pada saat mendalami matematika
maupun dalam kehidupan sehari-hari,
bukan saja bagi mereka yang mendalami
matematika, tetapi juga yang akan
menerapkannya baik dalam bidang lain
(Ruseffendi,
dalam
Nurardiyati,
2006:2).
Namun kenyataan di lapangan pada
proses kegiatan belajar mengajar di
kelas, pembelajaran mata pelajaran
eksak tertutama Matematika responnya
kurang baik. Seperti yang dikemukakan
Ruseffendi (Yusuf, 2003:2), Matematika
(ilmu pasti) bagi anak-anak pada
umumnya merupakan mata pelajaran
yang tidak disenangi kalau bukan
pelajaran yang dibenci.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran matematika kelas
VIII-4, Ibu Sri Windari, S.Pd
mengatakan bahwa hasil belajar
matematika siswa MTs Al-Wathoniyyah
Semarang
belum
seperti
yang
diharapkan. Seperti yang ditunjukkan
dengan perolehan nilai siswa kelas VIII4 yang kesulitan dalam mengerjakan
soal-soal bangun ruang sisi datar dengan
prosentase 50% dari 32 siswa.
Salah satu kendalanya adalah siswa
merasa kesulitan pada aspek pemecahan
masalah. Hal ini dikarenakan minat
siswa untuk belajar rendah. Mereka
terlebih dahulu merasa takut dengan
pelajaran
matematika
karena
matematika dianggap sulit. Selain itu
juga, proses belajar mengajar siswa
cenderung pasif. Salah satu model
pembelajaran
matematika
yang
digunakan oleh guru saat mengajar
diantaranya metode ceramah. Disini
aktivitas
siswa
selama
proses
pembelajaran belum memuaskan karena
pembelajaran masih didominasi oleh
guru. Oleh karena itu, guru harus
mampu mengasah potensi diri dan bakat
peserta didik sehingga mampu mencari
dan menemukan ilmu pengetahuannya
sendiri
serta
terlatih
dalam
mengembangkan ide-idenya di dalam
memecahkan masalah.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dicari suatu model pembelajaran yang
diharapkan
dapat
meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Model
pembelajaran
kooperatif
memiliki
peluang untuk mengatasi hal tersebut.
Menurut Robert Slarin (Munjiali,
2004:6), Pembelajaran Kooperatif yaitu
semua metode pembelajaran yang
melibatkan para siswa pembelajar untuk
bekerja sama dalam belajar, dimana
semua anggota kelompok bertanggung
jawab bagi diri pembelajar sendiri.
Ada beberapa pembelajaran kooperatif,
salah satunya pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together . Dari
hasil penelitian tindakan kelas yang
dilakukan oleh Sri Minarsih dan
Mathilda Susanti, M.Si bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) efektif ditinjau
dari prestasi belajar matematika siswa.
Pembelajaran ini dikembangkan oleh
Spenser
Kagan
(1993).
Dengan
melibatkan siswa dalam suatu pelajaran
dengan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi dari pelajaran itu.
Landasan Teori
Belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai
hasil
interaksi
dengan
lingkungannya
dalam
memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku.
Pengertian
belajar
dapat
didefinisikan sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Koffka dan Kohler dari Jerman
bahwa
belajar
adalah
“adanya
penyesuaian pertama yaitu memperoleh
respon yang tepat untuk memecahkan
problem yang dihadapi”. (Slameto,
2003:9)
Selain itu menurut R. Gagne bahwa
belajar
adalah
“proses
untuk
memperoleh
motivasi
dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan
dan tingkah laku dan penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dari instruksi”. (Slameto,
2003:9)
Menurut
Hollands (1995: 81), ”matematika
adalah suatu sistem yang rumit
tetapi tersusun sangat baik yang
mempunyai banyak cabang".
The Liang Gie (1999: 23) mengutip
pendapat seorang ahli matematika
bernama Charles Edwar Jeanneret yang
mengatakan: ”Mathematics is the
majestic structure by man to grant
him comprehension of the universe”,
yang artinya matematika adalah struktur
besar yang dibangun oleh manusia
untuk
memberikan
pemahaman
mengenai jagad raya”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Tim Penyusun KBBI, 2007:723)
matematika diartikan sebagai: “ilmu
tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur bilangan
operasional yang digunakan dalam
penyelesaian
masalah
mengenai
bilangan”.
James (dalam Suherman 2001: 16)
menyatakan bahwa: “Matematika adalah
konsep ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran dan konsepkonsep yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terjadi ke dalam tiga
bidang yaitu : aljabar, analisis, dan
geometri”.
Dari
berbagai
pendapat
yang
dikemukakan oleh para ahli tentang
definisi matematika di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa matematika adalah
konsep ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran dan konsepkonsep yang
memiliki
struktur
besar yang berhubungan satu dengan
yang lainnya yang terbagi dalam tiga
bidang yaitu: aljabar, analisis, dan
geometri.
Menurut Gagne (dalam Abidin, 8:2011)
bahwa: Hasil belajar matematika adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar matematikanya atau dapat
dikatakan
bahwa
hasil
belajar
matematika adalah perubahan tingkah
laku dalam diri siswa, yang diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan, tingkah laku, sikap dan
keterampilan
setelah
mempelajari
matematika.
Perubahan
tersebut
diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan ke arah yang lebih
baik dari sebelumnya.
Dari definisi di atas, serta definisidefinisi tentang belajar, hasil belajar,
dan matematika, maka dapat dirangkai
sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar
matematika adalah merupakan tolak
ukur atau patokan yang menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam
mengetahui dan memahami suatu materi
pelajaran matematika setelah mengalami
pengalaman belajar yang dapat diukur
melalui tes.
Ada beberapa macam pembelajaran
kooperatif, salah satunya pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads
Together . Number Heads Together
(NHT)
adalah
suatu
Model
pembelajaran
yang
lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa
dalam
mencari,
mengolah,
dan
melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan
di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT
pertama kali dikenalkan oleh Spencer
Kagan dkk (1993).
Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur
khusus
yang
dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur Kagan menghendaki agar para
siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok
kecil
secara
kooperatif.
Struktur
tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif
dari sruktur kelas tradisional seperti
mengacungkan tangan terlebih dahulu
untuk kemudian ditunjuk oleh guru
untuk menjawab pertanyaan yang telah
dilontarkan.
Suasana
seperti
ini
menimbulkan kegaduhan dalam kelas,
karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan
kesempatan
untuk
menjawab pertanyaan peneliti (Tryana,
2008).
Menurut
Kagan
(2007)
model
pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling
berbagi
informasi,
mendengarkan
dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan, sehingga siswa lebih
produktif dalam pembelajaran.
Menurut Ibrahim (2002) ada empat
dalam pelaksanaan NHT yaitu :
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa
kelompok
atau
tim
yang
beranggotakan tiga sampai lima
orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
b. Pengajuan Pertanyaan
Langkah
berikutnya
adalah
pengajuan
pertanyaan,
guru
mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan yang diberikan
dapat diambil dari materi pelajaran
tertentu yang memang sedang
dipelajari,
dalam
membuat
pertanyaan
usahakan
dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga
bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.
c. Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaanpertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban
dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga
semua anggota mengetahui jawaban
dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru
menyebut salah satu nomor dan
setiap siswa dari tiap kelompok yang
bernomor sama mengangkat tangan
dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara
random memilih kelompok yang
harus menjawab pertanyan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya
disebut guru dari kelompok tersebut
mengangkat tangan dan berdiri
untuk
menjawab
pertanyaan.
Kelompok lain yang bernomor sama
menanggapi jawaban tersebut.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
salah satu jenis alat bantu pembelajaran.
Secara
umum
LKS
merupakan
perangkat
pembelajaran
sebagai
pelengkap atau sarana pendukung
pelaksanaan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Lembar kerja
siswa berupa lembaran kertas yang
berupa informasi maupun soal-soal
(pertanyaan-pertanyaan) yang harus
dijawab oleh peserta didik. LKS ini
sangat
baik
digunakan
untuk
menggalakkan keterlibatan peserta didik
dalam belajar baik dipergunakan dalam
penerapan metode terbimbing maupun
untuk
memberikan
latihan
pengembangan.
Dalam
proses
pembelajaran
matematika,
LKS
bertujuan untuk menemukan konsep
atau prinsip dan aplikasi konsep atau
prinsip.
LKS
merupakan
stimulus
atau
bimbingan guru dalam pembelajaran
yang akan disajikan secara tertulis
sehingga dalam penulisannya perlu
memperhatikan kriteria media grafis
sebagai media visual untuk menarik
perhatian peserta didik. Paling tidak
LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi
pesan LKS harus memperhatikan unsurunsur penulisan media grafis, hirarki
materi dan pemilihan pertanyaanpertanyaan sebagai stimulus yang
efisien dan efektif. (Hidayah, 2007:8).
Melalui LKS guru menyuruh siswa
untuk menjawab soal-soal yang telah
tersedia setelah menaikkan materi pokok
tertentu. Baik secara personal maupun
kelompok.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terjadi
peningkatan kemampuan kognitif siswa
dalam memecahkan masalah. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes akhir yang
semula dengan rata-rata mencapai 68,5
dengan ketuntasan belajar klasikal
53,13% meningkat rata-ratanya menjadi
73,5 dengan ketuntasan belajar klasikal
87,5%. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya motivasi siswa dalam
proses belajar mengajar, siswa dapat
menjawab pertanyaan dari guru, siswa
lebih aktif dan kreatif serta lebih mudah
menerima materi yang diajarkan.
Untuk aktivitas siswa selama proses
belajar
mengajar
mengalami
peningkatan dari skor yang diperoleh
semula hanya 12 atau prosentasenya
75% menjadi 15 atau prosentasenya
93,75% di atas indikator keberhasilan.
Hal ini disebabkan karena siswa lebih
berani bertanya, siswa menghargai
pendapat orang lain, siswa mengambil
giliran dan berbagi tugas.
Penampilan guru dalam pembelajaran
kooperatif NHT pada siklus I
memperoleh skor 33 atau prosentasenya
82,5% meningkat menjadi skor 36 atau
prosentasenya 90%. Hal ini disebabkan
karena guru dapat menguasai kelas
dengan baik, membimbing siswa dalam
KBM, lebih menumbuhkan interaksi
kepada siswa dan membimbing siswa
dalam
mempresentasikan
dalam
kegiatan siswa serta guru mampu
menguasai
model
/
strategi
pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan pembahasan di atas,
penelitan tindakan kelas dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif NHT dengan bantuan LKS
dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
keaktifan siswa, dan kinerja guru di
kelas VIII-4 semester II pada materi
bangun ruang sisi datar di MTs AlWathoniyyah Semarang tahun pelajaran
2013/2014.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
dengan menerapkan model kooperatif
NHT dengan bantuan LKS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa,
keaktifan siswa, dan kinerja guru pada
kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah
Semarang tahun pelajaran 2013-2014
dalam pokok bahasan bangun ruang sisi
datar. Hal ini ditunjukkan oleh:
1. Hasil belajar siswa pada aspek
kognitif mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata siklus I yaitu 68,5 dan
pada siklus II nilai rata-ratanya
meningkat menjadi 73,5. Pada siklus
I siswa yang tuntas belajar 17 siswa
dan yang tidak tuntas 15 siswa.
Sedangkan pada siklus II siswa yang
tuntas belajar sebanyak 28 siswa dan
yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa.
2. Ketuntasan belajar klasikal pada
siklus I yaitu 53,13% , sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil tes
akhir pada siklus II lebih baik bila
dibandingkan dengan siklus I yaitu
mencapai ketuntasan belajar klasikal
87,5%.
3. Aktivitas siswa selama proses
belajar
mengajar
mengalami
peningkatan
dari
skor
yang
diperoleh semula hanya 12 atau
dengan prosentasenya 75% menjadi
15 atau dengan prosentasenya
93,75%
diatas
indikator
keberhasilan.
4. Penampilan guru dalam mengajar
juga mengalami peningkatan dari
skor yang diperoleh siklus I yaitu 33
meningkat menjadi 36 hal ini telah
memenuhi indikator keberhasilan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah
Semarang tahun pelajaran 2013/2014,
maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif
NHT
dengan
bantuan
LKS
sebaiknya diterapkan oleh guru
matematika di SMP/MTs karena
dengan adanya pembelajaran ini
dapat
digunakan
sebagai
pembelajaran
alternatif
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa,
khususnya
pada
kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan
masalah dan aktivitas siswa dalam
belajar.
2. Penerapan
pembelajaran
NHT
dengan bantuan LKS ini dapat
melatih
siswa
agar
mampu
menganalisa masalah matematika
sehingga memotivasi siswa terbiasa
berfikir kritis dan kreatif. Oleh
karena itu sebaiknya diterapkan di
dalam pembelajaran.
3. Dalam strategi pembelajaran NHT
dengan bantuan LKS, guru sebagai
fasilitator hendaknya mendorong
siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test, Theory_.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga , Jakarta : Balai Pustaka
Gie, The Liang. 1999. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Asara.
Hollands, Roy. 1995. Kamus Matematika. Jakarta: Erlanga.
Hudojo, H. 1988. Strategi Mengajar Belajar Matematika . Jakarta : Depdikbud
Ibrahim, dan Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Kagan. 2007. Numbered Heads Together, (Online), http://www.eazhull.org.uk/
nlc/numbered_heads.htm, (5 April 2014).
Lamadi, Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/kerangka-teori-danhipotesis-tindakan.html (5 April 2014)
Mulyasa, E. 2007. Implementasi Kurikulum 2004: Perpaduan
Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda
Munjiali, (2004). Kelompok Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar
Nana Sudjana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Russefendi. 1991. Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta : CV. Rajawali
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, H. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengaja r. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Suherman, Eman dan Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika .
Jakarta: Depdikbud.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Tidak
diterbitkan.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN BANTUAN LKS UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI
BANGUN RUANG SISI DATAR BAGI SISWA KELAS VIII-4 MTs ALWATHONIYYAH SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Mohamad Arif Fauzan Tamim
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-4
Semester II MTs Al-Wathoniyyah Semarang tahun pelajaran 2013/2014 melalui
penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang ditempuh dalam
dua siklus. Cara pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes uraian
serta lembar pengamatan aktifitas siswa dan lembar pengamatan kinerja guru. Pada
siklus pertama pembelajaran menggunakan model NHT, diperoleh nilai rata-rata 68,5;
siswa yang tuntas belajar sebanyak 53,13 %, hasil pengamatan aktifitas siswa 75%,
sedangkan skor kinerja guru 82,5%. Pada siklus kedua sudah mengalami peningkatan,
nilai rata-rata meningkat menjadi 73,5; siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi
87,5%, aktifitas siswa meningkat menjadi 93,75%, dan skor kinerja guru meningkat
menjadi 90%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model kooperatif NHT dengan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, keaktifan siswa, dan kinerja guru pada kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah
Semarang tahun pelajaran 2013-2014 dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar.
Abstract: This research aims to improve the learning outcomes of students of class VIII4 Semester II MTs Al-Wathoniyyah Semarang year lessons 2013/2014 through
implementation cooperative learning models of type Numbered Heads Together (NHT).
The methods used in this research is research that is a class act in two cycles. The
instruments used in this research is using the test, observation sheet as well as a
description of activities the student and teacher performance observations sheet. On the
first cycle of learning using models of the NHT, obtained an average score of 68.5;
students learn as much as 53,13% has been completed, the results of observations of the
student's activities for 75%, while teacher performance scores 82.5%. In the second cycle
are already experiencing increased, average value increased to 73.5; Mastery Learning
students increased to 87.5%, the student's activities increased to 93,75%, and teacher
performance score increased to 90%. The results of this research show that learning by
implementing a cooperative model of NHT with the help of LKS can improve student
learning outcomes, the student's activities, and the performance of the teacher in class
VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah lesson 2013-2014 in the lesson subject matter up flat-side
room.
Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah pada dasarnya adalah kegiatan
belajar mengajar, yang bertujuan agar
siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai
kemampuannya. Salah satu tolak ukur
yang menggambarkan tinggi rendahnya
keberhasilan siswa dalam belajar adalah
hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat
dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
aspek afektif, aspek psikomotor.
Di samping itu, guru berperan sebagai
faktor penentu keberhasilan siswa dalam
belajar. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-undang No. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang mengatakan bahwa kunci utama
dalam memajukan pendidikan adalah
guru, karena guru secara langsung
mempengaruhi,
membimbing
dan
mengembangkan kemampuan peserta
didik (siswa) agar menjadi manusia
yang cerdas, terampil dan bermoral
tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai melalui
pembelajaran matematika di jenjang
SMP dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP),
menunjukkan
bahwa arah atau orientasi pembelajaran
matematika
adalah
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika.
Kemampuan ini sangat berguna bagi
siswa pada saat mendalami matematika
maupun dalam kehidupan sehari-hari,
bukan saja bagi mereka yang mendalami
matematika, tetapi juga yang akan
menerapkannya baik dalam bidang lain
(Ruseffendi,
dalam
Nurardiyati,
2006:2).
Namun kenyataan di lapangan pada
proses kegiatan belajar mengajar di
kelas, pembelajaran mata pelajaran
eksak tertutama Matematika responnya
kurang baik. Seperti yang dikemukakan
Ruseffendi (Yusuf, 2003:2), Matematika
(ilmu pasti) bagi anak-anak pada
umumnya merupakan mata pelajaran
yang tidak disenangi kalau bukan
pelajaran yang dibenci.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran matematika kelas
VIII-4, Ibu Sri Windari, S.Pd
mengatakan bahwa hasil belajar
matematika siswa MTs Al-Wathoniyyah
Semarang
belum
seperti
yang
diharapkan. Seperti yang ditunjukkan
dengan perolehan nilai siswa kelas VIII4 yang kesulitan dalam mengerjakan
soal-soal bangun ruang sisi datar dengan
prosentase 50% dari 32 siswa.
Salah satu kendalanya adalah siswa
merasa kesulitan pada aspek pemecahan
masalah. Hal ini dikarenakan minat
siswa untuk belajar rendah. Mereka
terlebih dahulu merasa takut dengan
pelajaran
matematika
karena
matematika dianggap sulit. Selain itu
juga, proses belajar mengajar siswa
cenderung pasif. Salah satu model
pembelajaran
matematika
yang
digunakan oleh guru saat mengajar
diantaranya metode ceramah. Disini
aktivitas
siswa
selama
proses
pembelajaran belum memuaskan karena
pembelajaran masih didominasi oleh
guru. Oleh karena itu, guru harus
mampu mengasah potensi diri dan bakat
peserta didik sehingga mampu mencari
dan menemukan ilmu pengetahuannya
sendiri
serta
terlatih
dalam
mengembangkan ide-idenya di dalam
memecahkan masalah.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dicari suatu model pembelajaran yang
diharapkan
dapat
meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Model
pembelajaran
kooperatif
memiliki
peluang untuk mengatasi hal tersebut.
Menurut Robert Slarin (Munjiali,
2004:6), Pembelajaran Kooperatif yaitu
semua metode pembelajaran yang
melibatkan para siswa pembelajar untuk
bekerja sama dalam belajar, dimana
semua anggota kelompok bertanggung
jawab bagi diri pembelajar sendiri.
Ada beberapa pembelajaran kooperatif,
salah satunya pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together . Dari
hasil penelitian tindakan kelas yang
dilakukan oleh Sri Minarsih dan
Mathilda Susanti, M.Si bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) efektif ditinjau
dari prestasi belajar matematika siswa.
Pembelajaran ini dikembangkan oleh
Spenser
Kagan
(1993).
Dengan
melibatkan siswa dalam suatu pelajaran
dengan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi dari pelajaran itu.
Landasan Teori
Belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai
hasil
interaksi
dengan
lingkungannya
dalam
memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku.
Pengertian
belajar
dapat
didefinisikan sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Koffka dan Kohler dari Jerman
bahwa
belajar
adalah
“adanya
penyesuaian pertama yaitu memperoleh
respon yang tepat untuk memecahkan
problem yang dihadapi”. (Slameto,
2003:9)
Selain itu menurut R. Gagne bahwa
belajar
adalah
“proses
untuk
memperoleh
motivasi
dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan
dan tingkah laku dan penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dari instruksi”. (Slameto,
2003:9)
Menurut
Hollands (1995: 81), ”matematika
adalah suatu sistem yang rumit
tetapi tersusun sangat baik yang
mempunyai banyak cabang".
The Liang Gie (1999: 23) mengutip
pendapat seorang ahli matematika
bernama Charles Edwar Jeanneret yang
mengatakan: ”Mathematics is the
majestic structure by man to grant
him comprehension of the universe”,
yang artinya matematika adalah struktur
besar yang dibangun oleh manusia
untuk
memberikan
pemahaman
mengenai jagad raya”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Tim Penyusun KBBI, 2007:723)
matematika diartikan sebagai: “ilmu
tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur bilangan
operasional yang digunakan dalam
penyelesaian
masalah
mengenai
bilangan”.
James (dalam Suherman 2001: 16)
menyatakan bahwa: “Matematika adalah
konsep ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran dan konsepkonsep yang berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terjadi ke dalam tiga
bidang yaitu : aljabar, analisis, dan
geometri”.
Dari
berbagai
pendapat
yang
dikemukakan oleh para ahli tentang
definisi matematika di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa matematika adalah
konsep ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran dan konsepkonsep yang
memiliki
struktur
besar yang berhubungan satu dengan
yang lainnya yang terbagi dalam tiga
bidang yaitu: aljabar, analisis, dan
geometri.
Menurut Gagne (dalam Abidin, 8:2011)
bahwa: Hasil belajar matematika adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar matematikanya atau dapat
dikatakan
bahwa
hasil
belajar
matematika adalah perubahan tingkah
laku dalam diri siswa, yang diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan, tingkah laku, sikap dan
keterampilan
setelah
mempelajari
matematika.
Perubahan
tersebut
diartikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan ke arah yang lebih
baik dari sebelumnya.
Dari definisi di atas, serta definisidefinisi tentang belajar, hasil belajar,
dan matematika, maka dapat dirangkai
sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar
matematika adalah merupakan tolak
ukur atau patokan yang menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam
mengetahui dan memahami suatu materi
pelajaran matematika setelah mengalami
pengalaman belajar yang dapat diukur
melalui tes.
Ada beberapa macam pembelajaran
kooperatif, salah satunya pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads
Together . Number Heads Together
(NHT)
adalah
suatu
Model
pembelajaran
yang
lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa
dalam
mencari,
mengolah,
dan
melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan
di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT
pertama kali dikenalkan oleh Spencer
Kagan dkk (1993).
Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur
khusus
yang
dirancang
untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur Kagan menghendaki agar para
siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok
kecil
secara
kooperatif.
Struktur
tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif
dari sruktur kelas tradisional seperti
mengacungkan tangan terlebih dahulu
untuk kemudian ditunjuk oleh guru
untuk menjawab pertanyaan yang telah
dilontarkan.
Suasana
seperti
ini
menimbulkan kegaduhan dalam kelas,
karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan
kesempatan
untuk
menjawab pertanyaan peneliti (Tryana,
2008).
Menurut
Kagan
(2007)
model
pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling
berbagi
informasi,
mendengarkan
dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan, sehingga siswa lebih
produktif dalam pembelajaran.
Menurut Ibrahim (2002) ada empat
dalam pelaksanaan NHT yaitu :
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa
kelompok
atau
tim
yang
beranggotakan tiga sampai lima
orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
b. Pengajuan Pertanyaan
Langkah
berikutnya
adalah
pengajuan
pertanyaan,
guru
mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan yang diberikan
dapat diambil dari materi pelajaran
tertentu yang memang sedang
dipelajari,
dalam
membuat
pertanyaan
usahakan
dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga
bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.
c. Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaanpertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban
dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga
semua anggota mengetahui jawaban
dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru
menyebut salah satu nomor dan
setiap siswa dari tiap kelompok yang
bernomor sama mengangkat tangan
dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara
random memilih kelompok yang
harus menjawab pertanyan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya
disebut guru dari kelompok tersebut
mengangkat tangan dan berdiri
untuk
menjawab
pertanyaan.
Kelompok lain yang bernomor sama
menanggapi jawaban tersebut.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
salah satu jenis alat bantu pembelajaran.
Secara
umum
LKS
merupakan
perangkat
pembelajaran
sebagai
pelengkap atau sarana pendukung
pelaksanaan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Lembar kerja
siswa berupa lembaran kertas yang
berupa informasi maupun soal-soal
(pertanyaan-pertanyaan) yang harus
dijawab oleh peserta didik. LKS ini
sangat
baik
digunakan
untuk
menggalakkan keterlibatan peserta didik
dalam belajar baik dipergunakan dalam
penerapan metode terbimbing maupun
untuk
memberikan
latihan
pengembangan.
Dalam
proses
pembelajaran
matematika,
LKS
bertujuan untuk menemukan konsep
atau prinsip dan aplikasi konsep atau
prinsip.
LKS
merupakan
stimulus
atau
bimbingan guru dalam pembelajaran
yang akan disajikan secara tertulis
sehingga dalam penulisannya perlu
memperhatikan kriteria media grafis
sebagai media visual untuk menarik
perhatian peserta didik. Paling tidak
LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi
pesan LKS harus memperhatikan unsurunsur penulisan media grafis, hirarki
materi dan pemilihan pertanyaanpertanyaan sebagai stimulus yang
efisien dan efektif. (Hidayah, 2007:8).
Melalui LKS guru menyuruh siswa
untuk menjawab soal-soal yang telah
tersedia setelah menaikkan materi pokok
tertentu. Baik secara personal maupun
kelompok.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terjadi
peningkatan kemampuan kognitif siswa
dalam memecahkan masalah. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes akhir yang
semula dengan rata-rata mencapai 68,5
dengan ketuntasan belajar klasikal
53,13% meningkat rata-ratanya menjadi
73,5 dengan ketuntasan belajar klasikal
87,5%. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya motivasi siswa dalam
proses belajar mengajar, siswa dapat
menjawab pertanyaan dari guru, siswa
lebih aktif dan kreatif serta lebih mudah
menerima materi yang diajarkan.
Untuk aktivitas siswa selama proses
belajar
mengajar
mengalami
peningkatan dari skor yang diperoleh
semula hanya 12 atau prosentasenya
75% menjadi 15 atau prosentasenya
93,75% di atas indikator keberhasilan.
Hal ini disebabkan karena siswa lebih
berani bertanya, siswa menghargai
pendapat orang lain, siswa mengambil
giliran dan berbagi tugas.
Penampilan guru dalam pembelajaran
kooperatif NHT pada siklus I
memperoleh skor 33 atau prosentasenya
82,5% meningkat menjadi skor 36 atau
prosentasenya 90%. Hal ini disebabkan
karena guru dapat menguasai kelas
dengan baik, membimbing siswa dalam
KBM, lebih menumbuhkan interaksi
kepada siswa dan membimbing siswa
dalam
mempresentasikan
dalam
kegiatan siswa serta guru mampu
menguasai
model
/
strategi
pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan pembahasan di atas,
penelitan tindakan kelas dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif NHT dengan bantuan LKS
dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
keaktifan siswa, dan kinerja guru di
kelas VIII-4 semester II pada materi
bangun ruang sisi datar di MTs AlWathoniyyah Semarang tahun pelajaran
2013/2014.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
dengan menerapkan model kooperatif
NHT dengan bantuan LKS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa,
keaktifan siswa, dan kinerja guru pada
kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah
Semarang tahun pelajaran 2013-2014
dalam pokok bahasan bangun ruang sisi
datar. Hal ini ditunjukkan oleh:
1. Hasil belajar siswa pada aspek
kognitif mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata siklus I yaitu 68,5 dan
pada siklus II nilai rata-ratanya
meningkat menjadi 73,5. Pada siklus
I siswa yang tuntas belajar 17 siswa
dan yang tidak tuntas 15 siswa.
Sedangkan pada siklus II siswa yang
tuntas belajar sebanyak 28 siswa dan
yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa.
2. Ketuntasan belajar klasikal pada
siklus I yaitu 53,13% , sehingga
dapat disimpulkan bahwa hasil tes
akhir pada siklus II lebih baik bila
dibandingkan dengan siklus I yaitu
mencapai ketuntasan belajar klasikal
87,5%.
3. Aktivitas siswa selama proses
belajar
mengajar
mengalami
peningkatan
dari
skor
yang
diperoleh semula hanya 12 atau
dengan prosentasenya 75% menjadi
15 atau dengan prosentasenya
93,75%
diatas
indikator
keberhasilan.
4. Penampilan guru dalam mengajar
juga mengalami peningkatan dari
skor yang diperoleh siklus I yaitu 33
meningkat menjadi 36 hal ini telah
memenuhi indikator keberhasilan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah
Semarang tahun pelajaran 2013/2014,
maka diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif
NHT
dengan
bantuan
LKS
sebaiknya diterapkan oleh guru
matematika di SMP/MTs karena
dengan adanya pembelajaran ini
dapat
digunakan
sebagai
pembelajaran
alternatif
untuk
meningkatkan hasil belajar siswa,
khususnya
pada
kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan
masalah dan aktivitas siswa dalam
belajar.
2. Penerapan
pembelajaran
NHT
dengan bantuan LKS ini dapat
melatih
siswa
agar
mampu
menganalisa masalah matematika
sehingga memotivasi siswa terbiasa
berfikir kritis dan kreatif. Oleh
karena itu sebaiknya diterapkan di
dalam pembelajaran.
3. Dalam strategi pembelajaran NHT
dengan bantuan LKS, guru sebagai
fasilitator hendaknya mendorong
siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test, Theory_.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga , Jakarta : Balai Pustaka
Gie, The Liang. 1999. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Asara.
Hollands, Roy. 1995. Kamus Matematika. Jakarta: Erlanga.
Hudojo, H. 1988. Strategi Mengajar Belajar Matematika . Jakarta : Depdikbud
Ibrahim, dan Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Kagan. 2007. Numbered Heads Together, (Online), http://www.eazhull.org.uk/
nlc/numbered_heads.htm, (5 April 2014).
Lamadi, Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/kerangka-teori-danhipotesis-tindakan.html (5 April 2014)
Mulyasa, E. 2007. Implementasi Kurikulum 2004: Perpaduan
Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda
Munjiali, (2004). Kelompok Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar
Nana Sudjana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Russefendi. 1991. Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta : CV. Rajawali
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, H. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengaja r. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Suherman, Eman dan Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika .
Jakarta: Depdikbud.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Tidak
diterbitkan.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.