T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Merek NonTradisional Berbasis Daya Pembeda di Indonesia T1 BAB IV

1

BAB IV
PERLINDUNGAN BUNYI, BENTUK, DAN AROMA
SEBAGAI MEREK DI INDONESIA

A.

STATUS PERLINDUNGAN BBA DALAM KI
Perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) di Indonesia juga harus

diletakan dengan memperhatikan konteks hak kekayaan intelektual (HKI). Apakah
perlindungan BBA termasuk dalam ranah perlindungan Merek? Ataukah
merupakan ranah elemen HKI yang lain? Hal ini menjadi pertanyaan penting untuk
ditelusuri, sebab sesungguhnya karakterisrik BBA juga tidak lah bersifat murni
sebagai merek layaknya tanda tradisional. Melainkan memiliki penampakan yang
berbeda yang sering disangkahkan sebagai objek perlindungan elemen KI lainnya.
1. Perlindungan BBA pada Elemen KI Selain Merek
Hak atas kekayaan intelektual terbagi menjadi tujuh konsep perlindungan
yaitu; hak cipta, paten, desain industri, rahasia dagang, varietes tanaman, sirkuit
terpadu dan merek. Dari ketujuh konsep tersebut, sekurangnya terdapat tiga elemen

yang sering disangkahkan sebagai ranah perlindungan yang tepat bagi BBA. Ketiga
elemen tersebut adalah hak cipta, paten dan desain industri, berikut uraiannya.
a. Hak Cipta
Istilah hak cipta pertama kali dikemukakan oleh Prof. Mof Syah
pada kongres kebudayaan di Bandung 1951. Istilah tersebut muncul
menggantikan istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas
cangkupannya yaitu hanya meliputi hak pengarang saja. Sedangkan istilah
hak cipta lebih luas yang didalamnya terdapat hak pengarang. Pengertian

2

hak cipta dapat dilihat dalam Pasal 1 butir 1 Undang undang Nomor 28
tahun 2014 tentang Hak Cipta, bahwa:
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Lebih jauh yang dimaksud dengan “ciptaan” pada pengertian di
dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 1 butir 3, bahwa ciptaan adalah: setiap

hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Atas hal ini lingkup frasa “ciptaan” yang dilindungii sebagai karya
cipta adalah sangat luas. Sehingga lebih jauh dalam rangka memastikan
kedudukan BBA apakah tercangkup sebagai ciptaan? Maka penting untuk
merujuk pada Pasal 40 UU Hak Cipta, yaitu menjelaskan secara explisit
akan daftar ciptaan yang dimaksud adalah meliputi:
a)buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan,
dan semua hasil karya tulis lainnya; b)ceramah, kuliah,
pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c)alat peraga yang
dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; d)lagu dan/atau musik dengan atau tanpa
teks; e)drama, drama musikal, tari, koreografi,
pewayangan, dan pantomim; f)karya seni rupa dalam segala
bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,
patung, atau kolase; g)karya seni terapan; h)karya
arsitektur; i) peta; j)karya seni batik atau seni motif lain;
k)karya fotografi; l)Potret; m)karya sinematografi;

n)terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,
adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil
transformasi;
o)terjemahan,
adaptasi,
aransemen,
transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
p)kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang
dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media
lainnya; q)kompilasi ekspresi budaya tradisional selama

3

kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r)permainan
video; dan s)Program Komputer.

Berdasarkan daftar ciptaan di atas, sekurangnya tanda yang
bersinggungan yaitu terkesan termasuk lingkup hak cipta adalah tanda
“bunyi” sedangkan tidak dengan tanda “bentuk” dan atau “aroma”. Namun,
apakah benar bahwa bunyi merupakan area hak cipta? Ya, jika bunyi

diletakan sebagai ciptaan yang murni diciptakan untuk dirinya sendiri.
Artinya bunyi bukan sebagai tanda yang hadir untuk sesuatu yang lain.
sebab, manakala bunyi tersebut diperuntukan bukan untuk konsumsi atas
dirinya sendiri melainkan tidak terlepas dari barang dan jasa. Maka
jawabannya adalah Tidak!
b. Paten
Istilah paten yang digunakan di Indonesia saat ini adalah
menggantikan istilah octrooi pada zaman hindia belanda silam. Istilah ini
berasal dari inggris “patent” yang pararel dengan istilah “brevet de
inventior ” di Prancis dan belgia1. Pengertian paten dapat termaktub dalam

Pasal 1 butir 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2016
tentang Paten, bahwa paten adalah:
hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu
tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.

Selanjutnya yang dimaksud dengan invensi dijelaskan lebih lanjut

dalam butir 2, yaitu: “ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

1

Muhamad Djumhana dan R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual; sejarah, teori dan
praktiknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, h. 160.

4

pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

Selanjutnya dalam rangka mempersempit lingkup perlindungan
Paten, Pasal 2 UU Paten menegaskan bahwa paten yang dilindungii adalah
paten dan paten sederhana. Kedua jenis paten ini lebih lanut dijelaskan
dalam Pasal 3, yang berbunyi:
1)Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung langkah
inventif, dan dapat diterapkan dalam industri;
2)Paten sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

huruf b diberikan untuk setiap Invensi baru, pengembangan
dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat
diterapkan dalam industri.

Berdasarkan uraian di atas maka tanda yang terlihat bersinggungan
adalah tanda Bentuk. Namun, tetap tanda tersebut tidak dilindungii sebagai
paten, karena bentuk dengan pembeda adalah berupa wadah yang
membedakan antara barang di pemasaran. Sedangkan paten adalah temuan
yang harus digunakan dalam industi, artinya yang jadi penekanan bukanlah
membedakan antara barang melainkan digunakan atau tidaknya di dunia
industri.
c. Desain Industri
Pengertian desain industri tertuang dalam Pasal 1 angka 1 Undangundang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, yang menegaskan
bahwa:
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis
dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk

5


tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan
estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu
produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Berdasarkan pengertian tersebut tanda “bentuk” yang sebelumnya dapat
dilindungii dengan Paten, tetapi saat ini ditegaskan untuk dilindungii
sebagai desain industri. Menanggapi hal ini, Djumhana dan Djubaedilah
dengan mendasarkan pada WIPO menegaskan bahwa dalam hukum
perdagangan keadaan tersebut wajar yaitu sebagai situasi cross rezim.
Namun, terhadap hal di atas menurut hemat Penulis tanda Bentuk
sebagai desain industri adalah perlindungan secara fungsional. Artinya,
bentuk dilindungii sebagai pelengkap dan penunjang fungsi suatu barang/
produk. Sedangkan dalam hal bentuk hadir sebagai tanda yang tidak
memiliki hubungan dengan pengoptimalan nilai dan guna suatu barang.
Melainkan sebagai tanda yang memedakan antara barang, bentuk bukan
dilindungii oleh Desain Industri.
Atas ketiga uraian masing-masing elemen KI yang bersinggungan
dengan BBA, dapat disimpukan bahwa tanda bunyi dan bentuk dapat
dilindungii sebagai Hak Cipta khusus untuk tanda bunyi dan Hak Paten

serta Desain Industri yaitu untuk tanda Bentuk. Namun, hal paling dasar
yang harus ditegaskan di sini adalah perlindugan tanda BBA di hak cipta
dan paten serta desain industri merupakan perlindungan bunyi dan bentuk
BUKAN sebagai tanda! Melainkan sebagai ciptaan dan kreasi saja. Artinya
kedua tanda tersebut dilindungii secara sendiri, hal ini lah yang menjadikan
Hak Merek merupakan ranah exklusif TANDA bunyi, bentuk dan aroma.

6

2. BBA Sebagai Ranah Eksklusif Hukum Merek
Exklusivitas bunyi, bentuk dan aroma (BBA) sebagai ranah hukum
merek merupakan implikasi atas dua hal, yaitu; pertama , bunyi, bentuk dan
aroma yang dimaksud adalah TANDA. Sebagai tanda bunyi, bentuk dan
aroma tidak diletakan berdiri sendiri layaknya ciptaan atau kreasi,
melainkan diletakan sebagai sesuatu yang eksis untuk sesuatu yang lain
yaitu menggambarkan barang dan jasa.
Kedua , BBA adalah tanda dengan daya pembeda. Pembeda yang

dimaksud bukan hanya sekedar pembeda antara ciptaan dan atau kreasi
yang merupakan tolak ukur untuk mengatagorikan bahwa tanda tersebut

adalah jiplakan. Melainkan pembeda terhadap barang dan jasa, yaitu antara
barang dan jasa yang satu dengan barang dan jasa yang lain pada waktu di
pemasaran.
Atas hal ini, maka BBA adalah TANDA yang merupakan objek
perlindungan hukum merek. Karena pada prinsipnya BBA tidak dilindungii
sebagai produk sendiri, melainkan sebagai tanda yang menerangkan/
merepresentasikan

suatu

objek

berupa

barang

dan

jasa


untuk

membedakannya dengan barang dan jasa yang lain. Penegasan tersebut
dapat dilihat pada Pasal 1 butir 1 UU Merek, bahwa:
“Merek adalah tanda…, yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”
Frasa “digunakan” di atas tidak berarti diperdagangkan. Melainkan harus
diartikan sebagai tanda yang eksis dalam perdagangan barang dan jasa.
Yaitu hadir sebagai pembeda antara barang dan jasa.

7

B.

PERBANDINGAN BENTUK PERLINDUNGAN BBA di BERBAGAI
NEGARA
Amerika dan Negara angota Uni Eropa berkontribusi besar dalam

perlindungan tanda non-tradisional sebagai merek dagang. Pandangan hukum
merek pada masing-masing Negara tersebut telah memprakarsai semangat

perlindungan bentuk, bunyi dan aroma (BBA) di berbagai Negara di dunia. Sebut
saja Australia, India ataupun Meksiko adalah beberapa dari sekian Negara yang saat
ini melakukan pembaharuan hukum merek nasionalnya berdasar pada pandangan
kedua Negara tersebut. Atas hal ini, berikut Penulis uraikan prinsip perlindungan
BBA pada Amerika Serikat dan the European Union (EU) untuk kemudian
dibandingkan antara yang satu dan lain. Guna menempatkan bentuk perlindungan
merek yang tepat di Indonesia.
1. Amerika Serikat
Sebagai merek, bunyi, bentuk dan aroma (BBA) telah dilindungii di
Amerika sejak tahun 1947. Pada tahun tersebut tercatat telah ada 99 permohonan
pendaftaran merek diantaranya bunyi dari total 276 permohonan, yang kemudian
meningkat setiap tahun yaitu 85 permohonan pada 1995 dan 93 permohonan pada
tahun berikutnya. Peningkatan perlindungan tanda bunyi tersebut kemudian disusul
oleh kedua tanda yang lain yaitu bentuk dan aroma, berikut uraiannya.
1.1. Perlindungan Bunyi
Bentuk perlindungan terhadap bunyi dilakukan berdasarkan Trademark
Manual of Examining Procedure (TMEP), yang menegaskan bahwa: “as marks
that “identify and distinguish a product or service through audio rather than

8

visual means,” thus no drawing need be submitted with the application, only a

specimen, a description of the mark, and proof of use.”

Pendaftaran bunyi dilakukan secara khusus dan berbeda dengan
pendaftaran merek tradisional pada umumnya. Bunyi dilindungii dengan
pendaftaran yang tidak harus memenuhi persyaratan penggambaran
penampakan tanda, seperti halnya pencetakan pada tanda angka, kata, dan atau
huruf. Pendaftaran bunyi cukup dengan melampirkan sampel yang jelas,
deskripsi tanda, dan bukti penggunaan tanda bahwa tanda bersifat
membedakan. Hal ini berarti prinsip perlindungan bunyi sebagai merek adalah
disesuaikan dengan karakteristiknya yaitu tidak bersifat visual.
Perlindungan terhadap bunyi selanjutnya mulai diperdebatkan pada
tahun 1990an di Amerika. Pada era tersebut gagasan perlindungan bunyi
dihadapkan dengan dua isu perlindungan tanda dalam hukum merek. Pertama ,
tanda dengan daya pembeda deskriptif; dan kedua , tanda yang tidak dapat
ditampilkan secara grafis. Kedua konsep tersebut berdampak pada munculnya
klasifikasi atas tanda bunyi yang dapat dilindungii sebagai merek. Kevin K.
McCormick menjelaskan hal ini sebagai berikut:
“Within these systems, only two types of sound marks were
recognized, if any: unique, different, or distinctive sounds, and
commonplace sounds that have acquired distinctiveness. As
long as these sounds serve to indicate a source, then trademark
protection should be granted.”2

Kevin K. McCormick, “Ding” You Are Now Free To Register That Sound, Official
Journal of the International Trademark Association (INTA): Vol. 96, 2006, h. 1105.
2

9

Pengelompokan jenis bunyi yang dapat dilindungii di atas adalah didasarkan
pada kekuatan masing-masing jenis bunyi sebagai merek. Dimana ketika bunyi
bersifat unik dan jelas berbeda (inherently distinctive) maka dapat langsung
dilindungii. Sedangkan dalam hal bunyi tersebut pada pengenalannya tidak
bersifat inheren, yaitu telah diketahui dan dikenal secara umum maka untuk
dapat didaftarkan sebagai merek bunyi harus memnuhi persyaratan
pembuktian daya pembeda (secondary meaning).
Daya pembeda sebagai premis mayor dalam perlindungan bunyi
terlihat pada pendaftaran bunyi “NBC’s chimes” sebagai merek. Dalam kasus
tersebut the Circuit Court menjelaskan bahwa:
the chimes as a brief musical composition consisting of three
sounds, set to a specific tempo, in a specific order, and played
by a specific instrument. Extrapolating those characteristics,
the circuit court recognized that jingles were common
advertising tools that certainly served as indicators of source
and thus deserved protection

Atas pertimbangan di atas, suatu bunyi dalam hal ini chimes dikatakan
memiliki daya pembeda yaitu ketika ia dilakukan dengan cara; set to a specific
tempo, in a specific order, and played by a specific instrument. Ketiga

perlakuan bunyi tersebut merupakan dasar pengujian status pembedaan yang
dimiliki tanda yaitu berbeda dengan bunyi yang pada umumnya. Artinya bunyi
dapat dikategorikan sebagai source indicator , adalah ketika ia berbeda dan
mampu untuk hanya mengidentifikasi satu barang dan sumbernya saja. Di lain
sisi pada kasus chimes tersebut, pengadilan juga mensyaratkan penampilan
grafis yang kemudian oleh pendaftar dideskripsikan secara musikal not yaitu
sebagai berikut: “musical notes which are in the key of C and sound the notes

10

G, E, C, the ‘G’ being the one just below middle C, the ‘E’ the one just above
middle C, and the ‘C’ being middle C.”
Deskripsi tanda di atas merupakan tipe kedua atas bunyi yang dapat
didaftarkan sebagai merek. Selain memiliki daya pembeda, untuk kepastian
dalam pendaftaran bunyi juga harus dapat direpresentasikan secara grafis. Atas
hal ini maka jenis bunyi yang dapat dilindungii sebagai merek adalah bunyi
yang memiliki daya pembeda serta dapat ditampilkan secara grafis dalam
pendaftarannya.
1.2. Perlindungan Aroma
Selain bunyi Amerika juga telah memberikan perlindungan terhadap
aroma. Sama seperti bunyi, aroma juga dilindungii dengan keistimewaan untuk
tidak diharuskan penggambaran tanda. In re Clarke merupakan kasus pertama
dalam pendaftaran merek jenis tradisional ini. Bahwa pada 1980 seorang
perempuan bernama Celia Clarke menjalankan usaha yang melibatkan
penggunaan aroma yaitu usaha benang berwangi. Aroma tersebut
dideskripsikan sebagai “a high impact, fresh, floral fragrance reminiscent of
plumeria

blossoms.”

Atas

hal

ini

USPTO

melakukan

penolakan

pendaftarannya sebagai merek dengan alasan bau hanya lah merupakan efek
samping dari produk dan tidak dapat mengidentifikasi sumber barang sebagai
merek. Namun, pandangan tersebut kemudian dibatalkan TTAB pada tingkat
banding. Dimana pengadilan memberikan pertimbangan perbandingan antara
parfum dengan aroma sebagai merek tanda, yaitu:
Between perfumes, colognes and scented household products,
on the one hand, and products like scented yarn and thread, on

11

the other. In the former category, the products are “noted for
these features,” stated the Board. In the latter, the scent is not
an inherent attribute or natural characteristic of the product,
and hence is an arbitrary feature
Aroma sebagai merek harus dibedakan dengan aroma dalam barang
dan jasa. Sebagai merek, aroma tidak mendukung dan atau melengkapi fungsi
utama dari barang atau jasa tersebut. Hal ini berbeda dengan “parfum” yaitu
aroma sebagai barang itu sendiri sehingga jelas merupakan karakter inti dari
produk tersebut. Terhadap hal ini, kemudian perlindungan aroma adalah
didasarkan pada daya pembeda dan bukan fungsinya dalam barang atau jasa di
perdagangan. Berbeda dengan aroma sebagai merek produk yaitu pembeda
produk. Dalam hal pertimbangan aroma sebagai bersifat fungsional maka
dapat melihat kasus pendaftaran aroma kesegaran jeruk sebagai merek cat
khusus lukisan. USPTO menolak memberikan perlindungan dengan
pertimbangan bahwa: “ Orange scent is functional for cleaners that contain
orange acid as a cleaning ingredient, the scent merely described an ingredient
of the goods, and the scent did not function as a trademark because it did not

distinguish applicant’s goods from those of others.”
Atas hal ini maka beberapa hal yang disyaratkan terhadap aroma adalah
pembuktian terkait pembedaan tanda sebagai merek dalam mengidentifikasi
sumber barang. Dalam kasus Clarke, pembuktian secondary meaning menjadi
keharusan karena aroma yang hendak didaftarkan gagal untuk terbukti
inherently distinctive.

12

1.3. Perlindungan Bentuk
Perlindungan bentuk (shape) sebagai merek di atur dalam Pasal 43a
Lanham Act, ditegaskan bahwa:
Any person who, on or in connection with any goods or
services, or any container for goods, uses in commerce any
word, term, name, symbol, or device, or any combination
thereof, or any false designation of origin, false or misleading
description of fact, or false or misleading representation of
fact, which—





is likely to cause confusion, or to cause mistake, or to
deceive as to the affiliation, connection, or association of
such person with another person, or as to the origin,
sponsorship, or approval of his or her goods, services, or
commercial activities by another person, or
(B) in commercial advertising or promotion, misrepresents
the nature, characteristics, qualities, or geographic origin
of his or her or another person’s goods, services, or
commercial activities.

Berdasarkan pasal di atas, bentuk dilindungii sebagai merek adalah ketika ia
tidak membingungkan dan menyesatkan konsumen terhadap barang yang lain
(misrepresents). Artinya karena bentuk penampakannya langsung terhadap
barang maka ketimbang membedakan barang tersebut, bentuk dikwatirkan
untu lebih sebagai fitur pelengkap barang saja. Sehingga barang tentu susah
untuk membedakan barang tersebut dengan barang yang sejenis. Kekuatiran
seperti ini juga disampaikan Jeremy Philips, yang mengatakan “a sound, smell
or tactile sensation as applied to goods will be incapable of being a mark”3

ia menjelaskan:
“A container is not generally reckoned to be a ‘mark’. On this
basis the distinctive Cola Cola bottle could not be registered as
a ‘mark’ in respect on beverages, even though a drawing of the
3

Jeremy Phillips, Op Cit., h. 227.

13

bottle would be a ‘device’ and therefor a mark. This conclusion
is hard to justify when one considers that a container can be as
effective as any other means of indicating a link between a
trader and his goods”4

Sekalipun demikian, berbeda dengan Jeremy, pengadilan Mahkamah
Agung Amerika Serikat berpendapat lain yaitu bentuk dapat dilindungii
sebagai merek. Dalam kasus Two Pesos Inc. v. Taco Cabana, Inc, mahkamah
berpendapat: “In order to be protected as trade dress, a product configuration
must be inherently distinctive or have acquired secondary meaning, and the
shape must be nonfunctional.”

Perlindungan terhadap bentuk mesyaratkan secondary meaning adalah
ketika

tidak

memiliki

kekuatan

pembeda

yang

kuat.

Pengadilan

mempertimbangkan bahwa bentuk sebagai tanda haruslah tidak bersifat
fungsional sehingga dapat mengidentifikasi sumber barang. Dalam
pertimbangannya, hakim menerapkan abercombie factors untuk menetapkan
kekuatan pembeda tanda bentuk. Namun, pararel dengan kasus Wal-Mart
Stores, Inc. v. Samara Bros Inc5, tanda bentuk pada umumnya selalu
disyaratkan secondary meaning karena sering dalam setiap permohonan
didapati tidak bersifat inherently distinctive.

4

Ibid,
Dalam kasus, Mahkamah memberikan pertimbangan bahwa: " In the case of product
design, as in the case of color, we think consumer predisposition to equate the feature with the
source does not exist. Consumers are aware of the reality that, almost invariably, even the most
unusual of product designs--such as a cocktail shaker shaped like a penguin--is intended not to
identify the source, but to render the product itself more useful or more appealing ”.
5

14

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlindungan
bunyi, bentuk dan aroma sebagai merek di Amerika adalah dilakukan
berdasarkan ciri berikut:
a) Perlindungan BBA dikhususkan
Bunyi, bentuk dan aroma tidak diperlakukan sama dengan
tanda non-tradisional dalam hal pendaftarannya. Tanda nontradisional diharuskan dapat digambarkan secara nyata akan
perwujudannya,
pencetakan.

misalnya

Sedangkan

tanda
tanda

kata
BBA

dengan

proses

cukup

dengan

memberikan penerangan akan perwujudannya berserta bukti
bahwa ia memiliki daya pembeda.
b) Pengutamaan daya pembeda
Masing-masing tanda yaitu bunyi, bentuk dan aroma
dilindungii

karena

daya

pembeda

yang

dimilikinya.

Penampilan secara grafis hanya sebagai langkah penetapan
tanda pada waktu pendaftarannya agar tanda dapat didaftarkan
secara administrasi. Yang menentukan perlindungan BBA
adalah daya pembeda, sehingga dapat didaftarkan ketika tidak
bersifat fungsional dan hanya sebagai pelengkap barang atau
jasa saja.
c) Pendaftaran
Dalam pendaftaran BBA di Amerika dilakukan dengan
Musical Notes untuk tanda bunyi dan Onomatopoeia untuk

15

tanda aroma. Sedangkan tanda bentuk didaftarkan sama
sebagai tanda tradisional yaitu melalui gambar.

2. Uni Eropa
Pendaftaran bunyi, bentuk dan aroma di Negara angota Uni Eropa adalah
lebih mengedepankan penampilan secara grafis tanda. Jerman misalnya, dalam
Pasal 8 ayat (2) The Gesetz über den Schutz von Marken und sonstigen
Kennzeichnungen, menegaskan bahwa:
a sign cannot be registered if it is incapable of being represented
graphically even if it has become accepted in trade as the trade
mark of a specific undertaking and is thus not caught by the grounds
for refusal set out in Paragraph 8(2)(1) to (3) of the Markengesetz,
in particular, that of lack of distinctive character.

Penegasan penampilan grafis di atas tidak bermakna literal terhadap jenis tanda.
Artinya syarat perlindungan merek berdasarkan penampilan grafis adalah tidak
berarti menolak tanda yang berjenis non-visual. Pendirian ini sejalan dengan
Judgment of The Court dalam kasus Sieckmann v. Deutsches Patent- und
Markenamt, yaitu mahkamah memberikan pertimbangan bahwa:
In the light of those considerations, it must be determined whether
Article 2 of the Directive is to be interpreted as meaning that a trade
mark may consist of a sign which is not in itself capable of being
perceived visually.
The purpose of Article 2 of the Directive is to define the types of
signs of which a trade mark may consist. That provision states that
a trade mark may consist of 'particularly words, including personal
names, designs, letters, numerals, the shape of goods or of their
packaging. Admittedly, it mentions only signs which are capable of
being perceived visually, are twodimensional or three-dimensional
and can thus be represented by means of letters or written
characters or by a picture.

16

Sekalipun demikian, dalam memberikan perlindungan secara spesifik
terhadap tanda maka pertimbangan secara grafis pada beberapa kasus tetap
dikesampingkan dengan kuatnya daya pembeda yang dimiliki tanda.
2.1. Perlindungan Aroma
Dalam pendaftaran aroma diantaranya. The Harmonization in the
Internal Market (OHIM) pada tingkat banding telah memberikan
perlindungan terhadap merek aroma bola tenis yang dikenal dengan
ungkapan “Smell of fresh cut grass”. OHIM memberikan pertimbangan
bahwa:
The smell of freshly cut grass is a distinct smell which
everyone immediately recognizes from experience. For
many, the scent or fragrance of freshly cut grass reminds
them of spring, or summer, manicured lawns or playing
fields, or other such pleasant experiences.The Board is
satisfied that the description provided for the olfactory mark
sought to be registered for tennis balls is appropriate and
complies with the graphical representation
Namun pendirian bahwa daya pembeda dapat mengesampingkan
penampilan grafis pada kasus di atas tidak bertahan lama. Sebab, dalam
perkembangannya pendaftaran aroma setelahnya seperti “smell of ripe
strawberries” pada 2005 silam tidak dilindungii karena penampakan
melalui kata ataupun unsur kimia tidak cukup dikategorikan sebagai
penampilan secara grafis.

2.2. Perlindungan Bunyi
Pertimbangan akan tanda non-visual pada kasus Sieckmann pada
pendaftaran tanda aroma di atas juga berdampak pada perlindungan bunyi

17

sebagai merek. Pada 2013, tercatat sekurangnya telah ada 13 merek bunyi
yang telah dilindungii di Uni Eropa dari total 36 permohonan. Prinsip
perlindungan bunyi dapat dilihat pada sengketa antara Shield Mark Bv V.
Joost Kis tentang pendaftaran Sembilan not pertama dari Für Elise. Pada
kasus tersebut, penampilan secara grafis atas merek non-visual adalah
dipertanyakan seputar:








Musical notes
Onomatopoeia
Written description in some other form
Sonogram
Recording annexed
Recording accesible via internet
Combination of those methods

Dalam putusannya, Judgment of The Court (Sixth Chamber)
memberikan pertimbangan berdasarkan pendirian beberapa Negara
anggota. Mahkamah berpendapat bahwa:
French and United Kingdom Government take the view that
a reference to a well-known work, such as 'the first nine
notes of "Für Elise"', constitutes a graphical
representation. Shield Mark and the Commission maintain,
the description of a tune by the transcription of the notes of
which it is composed, such as 'E, D#, E, D#, E, B, D, C, A'
must be regarded as a graphical representation of the
melody concerned.
French and Austrian Governments accept, in essence, that a
sonogram constitutes a graphical representation, while the
Austrian Government further states that such a sign may be
registered provided that it is accompanied by an acoustic
reproduction on a data carrier, and the French Government
states that this mode of representation might be
accompanied by a sound recording or a digital recording.
The United Kingdom Government and the Commission take
the view that an onomatopoeia is also capable of being
registered.
Berdasarkan pertimbangan di atas, pendaftaran bunyi dalam hal
penampilan secara grafis dapat dilakukan melalui masing-masing

18

persyaratan setiap Negara anggota. Misalnya dalam kasus Shield Mark Bv
di atas oleh pengadilan dan juga dikutip European Court of Justice (ECJ),
bahwa menuliskan kesembilan musical note (E, D sharp, E, D Sharp, E, B,
D Sharp, C, A) dilengkapi dengan onomatopoeic (Kukelekuuuuu) telah
cukup untuk menjadi dasar penampilan secara grafis bunyi.

2.3. Perlindungan Bentuk
Selanjutnya, dalam hal perlindungan bentuk sebagai merek diatur
pada Pasal 7 ayat 1 the Community Trade Mark Regulation (CTMR).
Bahwa bentuk dilindungii dengan memperhatikan:
This provision states that signs which consist exclusively of:
i) the shape which results from the nature of the goods
themselves; ii) the shape of goods which is necessary to
obtain a technical result; iii) the shape which gives
substantial value to the goods. Shall not be registered.
Berangkat dari pasal di atas, perlindungan bentuk di Negara Uni Eropa
masih terkesan tidak prior pada daya pembeda. Bentuk ditekankan sebagai
tanda yang dilindungii dengan mustahil, sebab persyaratan pada pasal 7 ayat
(1) tersebut merupakan karakteristik dari pada tanda bentuk sendiri. Atas
hal ini sekalipun dilindungii, sangat susah untuk mendaftarkan bentuk di
Uni Eropa.
Pendaftaran Cola-Cola misalnya, jika Amerika telah memberikan
perlindungan sejak 1916, OHIM menolak pendaftaran merek tersebut pada
2014. OHIM menjelaskan bahwa: “does not possess any characteristics that
distinguish it from other bottles available on the market. The mark sought
is thus a mere variant of the shape of a bottle which does not enable the
consumer to distinguish Coca-Cola’s goods from those of other

19

undertakings.”

Sekalipun berargumen bahwa botol Coca-cola tidak memiliki daya
pembeda. Namun, OHIM yang mempertimbangkan Pasal 7 ayat (1) CTMR
menurut hemat penulis tidak tepat. Rumusan pada Pasal tersebut tidak dapat
dilaksanakan dalam semangat perlindungan merek bentuk karena sifat yang
dilarang adalah ciri bentuk itu sendiri. Hal ini juga disebutkan Felix
Schulyok, dalam tesis “The exclusion from protection of functional shapes
under the trade mark law of the EU“ ia menjelaskan:
“Besides the fact that Article 7(1)(e) only applies to shape
marks and not to other signs seeking registration, Article
7(3) states that, contrary to 7(1)(b), (c) and (d), this specific
ground for refusal cannot be overcome by showing that the
sign at stake has become distinctive. This clearly shows that
the grounds for refusal stated in Article 7(1)(e) are not
concerned with the question of distinctiveness.”6
Atas hal ini, perlindungan bentuk di EU adalah bertumpu pada
penampakannya yang fungsional sebagai features dari barang yang mana
menjadi penentu ada tidaknya daya pembeda pada bentuk tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan
bentuk, bunyi dan aroma (BBA) di Negara angota Uni Eropa adalah
dilakukan berdasarkan beberapa hal berikut ini:
a) Perlindungan BBA sebagai merek tradisional
Berbeda dengan US, perlindungan dalam uni eropa lebih
memperlakukan bunyi, bentuk, dan aroma sebagai merek
tradisional. Sehingga BBA tidak dikhususkan dari syarat

6

Felix Schulyok, The exclusion from protection of functional shapes under the trade mark
law of the EU , Tesis, Lund University: Faculty Of Law, Swedia, 2010, h. 9.

20

perlindungan merek tradisional seperti penampakan yang visual.
Atas hal ini lah kemudian perlindungan BBA di Uni Eropa
sangat sulit.
b) Pengutamaan penampilan grafis
BBA

dilindungii

dengan

memperhatikan

kemampuan

penampilan grafis sebagai tanda. Sekalipun hal ini pada
beberapa kasus dikecualikan oleh Pengadilan, namun tetap tidak
menghilangkan pendirian setiap Negara anggota EU seperti
Jerman akan syarat penampilan grafis sebagai penentu
perlidungan tanda sebagai merek.
c) Pendaftaran
Pendafran BBA adalah mengenai cara pendaftaran secara grafis.
Terhadap hal ini, Pengadilan memutuskan bahwa setiap Negara
anggota dapat menentukan masing-masing bentuk penampilan
tanda. Sehingga berbeda dengan Amerika yang fokus pada
deskripsi kata tentang tanda dan note musikal, Negara anggota
dapat

mendaftarkannya

berdasarkan

Musical

notes,

Onomatopoeia, Written description in some other form,
Sonogram, Recording annexed, Recording accesible via
internet, Combination of those methods
Atas uraian dan perbandingan perlindungan tanda bunyi, bentuk dan aroma
pada kedua Negara di atas, yaitu Amerika Serikat (Unites States) dan Negaranegara angota Uni Eropa. Pendekatan yang seperti apakah yang lebih tepat diambil/
dilakukan di Indonesia? Berikut analisis dan jawabannya pada sub bab selanjutnya.

21

C.

PERLINDUNGAN

BBA

BERBASIS

DAYA

PEMBEDA

DI

INDONESIA
Agar dapat melindungi bunyi, bentuk dan aroma, Indonesia membutuhkan
rumusan pengertian merek yang berbasis pada daya pembeda sebagai hukum
positif. Atas hal ini penting sebelumnya untuk memperhatikan kebijakan beberapa
Negara dalam perlindungan merek yang tertuang pada definisi merek. Amerika
misalnya, Negara paman sam ini dalam Lanham Act of the United States
menegaskan bahwa merek adalah: “any word, name, symbol, or device, or any
combination thereof.., to identify and distinguish his or her goods , including a
unique product, from those manufactured or sold by others and to indicate the
source of the goods, even if that source is unknown.”

Pada pengertian di atas, faktor pembeda suatu tanda ditempatkan sebagai
syarat utama dalam perlndungan merek. Sedangkan mengenai jenis tanda yang
dilindungii, Lanham Act tidak secara explisit menyebut shape, sound atau scent
namun dalam beberapa kasus ketiga tanda non-tradisional tersebut dilindungii
sebagai tanda yang diwakili oleh frasa “any.., symbol or device” yakni dimaknai
meliputi BBA.
Berbeda dengan Amerika, European Union (UE) dalam Pasal 4 Council
Regulation (EC) No 207/2009 lebih menitik beratkan perindungan merek pada
kemampuan penampilan secara grafis. Sedangkan daya pembeda sebagai syarat
setelahnya, pada pasal tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan merek
adalah:
any signs capable of being represented graphically, particularly
words, including personal names, designs, letters, numerals, the
shape of goods or of their packaging, provided that such signs are

22

capable of distinguishing the goods or services of one undertaking
from those of other undertakings.

Pembedaan lain dengan Amerika yang terdapat pada rumusan di atas adalah
mengenai penyebutan tanda. Jika Amerika sama sekali tidak menyebutkan secara
explisit jenis tanda non-tradisional yang dilindungii sebagai merek, EU justru
menyebutkan secara explisit salah satu tanda yaitu bentuk (shape of goods) sebagai
salah satu tanda yag dilindungii sebagai merek.
Berdasarkan perbedaan di atas, muncul pertanyaan lebih jauh tentang
urgensi penyebutan jenis tanda non-tradisional dalam pengertian merek sebagai
penegasan bahwa tanda tersebut dilindungii. Atas hal ini, maka penting untuk
melihat hukum merek Australia yang termaktub pada amandemen Trade Marks Act
1995, yaitu menegaskan merek adalah: “a sign used, or intended to be used, to
distinguish goods or services dealt with or provided in the course of trade by a
person from goods or services so dealt with or provided by any other person”.

Pengertian tersebut kemudian dilengkapi dengan penjelasan arti dan jenis
tanda (sign) yang dimaksudkan pada yaitu dalam Pasal 6, bahwa: “sign includes the
following or any combination of the following, namely, any letter, word, name,
signature, numeral, device, brand, heading, label, ticket, aspect of packaging,
shape, colour, sound or scent.” Berdasarkan ketentuan tersebut, Autralia

melindungi merek non-tradisional dengan menyebutkannya secara langsung dalam
list tanda yang dapat dilindungii. Sedangkan terkait dengan prinsip perlindungan,

Australia lebih sama seperti Amerika yaitu melindungi berdasarkan daya pembeda
yang dimiliki tanda dan menempatkan penampilan grafis hanya sebagai syarat
dalam pendaftaran saja.

23

Berdasarkan perbandingan rumusan pengertian merek di atas, dapat
disimpulkan bahwa substansi pengertian merek yang dapat dipertimbangkan dalam
perumusan pengertian merek di Indonesia adalah meliputi:
1. Penyebutan Jenis Tanda
Substansi pertama dalam rangka perlindungan bunyi, bentuk dan aroma di
Indonesia adalah tentang penyebutan jenis tanda pada pengertian merek. Apakah
dalam rumusan pengertian merek kedepannya harus memuat tanda BBA secara
explisit? Ataukah lebih baik disebutkan secara implisit saja?
1.1. Penyebutan Tanda Secara Explisit dan Implisit
Penyebutan secara explisit dapat melihat kembali Pasal 1 ayat (1)
UU Merek sebelumnya (UU 15/2001), bahwa: “Merek adalah tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda

dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”
Selanjutnya, terkait bagaimana menyebutkan BBA sebagai bagian
dari jenis tanda non-tradisional. Maka maka dapat melihat pada Ius
Constitutum, yaitu Pasal 1 angka 1 UU Merek dan Indikasi Geografis yang
menyatakan:
“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau
lebih unsur tersebut.”
Pada UU Merek dan Indikasi Geografis di atas, tanda nontradisioanal
disebutkan secara explisit bersama tanda tradisional. Sedangkan sebagai

24

perbandingan, penyebutan jenis tanda secara implisit dapat dilihat pada
Lanham Act Trademarks, Amerika Serikat yaitu tetap menyebutkan jenis
tanda tradisional melalui frasa “any.., symbol or device” sebagai open door
untuk tanda non-tradisional. Yaitu pada penampakannya berbunyi: “any
word, name, symbol, or device, or any combination thereof.”

1.2. Penyebutan Jenis Tanda Secara Konteks
Selain secara implisit dan explisit, penyebutan tanda dapat
dilakukan secara setengah konteks. Penyebutan yang demikian terlihat pada
pengertian merek di Australia. Bahwa merek diartikan sebagai “a sign used,
or intended to be used, to distinguish goods or services dealt with or
provided in the course of trade by a person from goods or services so dealt
with or provided by any other person ”. Penyebutan tersebut merupakan

peneybutan secara implisit, yang kemudian dijelaskan secara explisit
mengenai jenis tanda (sign) yang dimaksudkan dalam Pasal 6, bahwa: “sign
includes the following or any combination of the following, namely, any
letter, word, name, signature, numeral, device, brand, heading, label, ticket,
aspect of packaging, shape, colour, sound or scent.”

Pada penyebutan yang demikian, merek diartikan sebagai suatu
tanda yang memiliki daya pembeda. Namun, kemudian diikuti dengan Pasal
6 yang memberikan penegasan dan kepastian akan jenis tanda yang
dilindungii.

25

Atas kedua pendekatan di atas, yaitu penyebutan tanda secara implisit atau
ekxplist ataupun penyebutan secara konteks. Penulis memilih untuk meletakan
tanda non-tradisional secara implisit pada pengertian merek. Hal ini dikarenakan
sifat tanda non-tradisional adalah respon tanda tradisional terhadap perkembangan
zaman. Artinya, kedepannya pasti akan bermunculan berbagai macam tanda baru
seperti yang saat ini marak diperdebatkan yaitu tanda bergerak (emoticon). Atas hal
ini lebih tepat untuk menyebutkan jenis tanda tradisional yang didampingi dengan
frasa “open door ” untuk tanda non-tradisional. Sehingga jika ditejemahkan adalah
sebagai berikut “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna, simbol dan perangkat atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut.”

2. Sebab Perlindungan
Substansi kedua dalam semangat perlindungan BBA di Indonesia adalah
mengenai penegasan sebab perlindungan, yaitu Apakah yang mendasari suatu tanda
dilindungii sebagai merek? Rumusan pengertian merek harus tegas terhadap hal ini.
UU Merek dan Indikasi Geografis, pada Pasal 1 angka 1 menegaskan bahwa:
“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram,
atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang
atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau
jasa.”
Berdasarkan UU di atas, kedepan Indonesia akan sama dengan EU yaitu
bukan melindungi bunyi, bentuk dan aroma (BBA). Melainkan semakin menutup
kemungkinan perlindungan terhadapnya, mengingat bahwa di Uni Eropa BBA

26

sering tidak dilindungi karena masalah penampilan secara grafis.7 Rumusan
demikian juga salah! Sebab menempatkan penampilan grafis sebagai sebab utama
perlindungan, padahal secara hukum merek daya pembeda yang dimiliki tanda lah
yang menyebabkan tanda itu menjadi merek.8
Pemuatan frasa “penampilan secara grafis” sebagai sebab perlindungan
tanda dalam UU Merek hanya akan merusak tatanan hukum merek di Indonesia.
Sebab, tindakan tersebut akan membawa isu perlindungan merek berada pada
situasi praktis dan bukan prinsip. Uni Eropa misalnya, karena ditempatkannya
penampilan grafis sebagai penentu pendaftaran merek. Maka tanda suara dan aroma
sebagai tanda yang bersifat non-visual sekalipun memiiki daya pembeda tetap
mengalami persoalan dalam pendaftarannya karena dipermasalahan cara yang tepat
untuk merepresentasikan tanda tersebut. Yang jika tidak diketemukan maka
berakibat tanda tersebut tidak dapat dilindungii sebagai merek.
Hal di atas pararel dengan kasus Kawasaki Motors Corp. V. H-D Michigan,
Inc, dalam kasus tersebut pendaftaran suara knal pot diragukan deskripsi
kepastiannya, berikut pertimbagan dalam kasus: “the description was indefinite
because the exhaust sound varies depending upon the exhaust pipes used, the
operating conditions, and the mode of use (i.e., idle, acceleration, deceleration, and
vehicle drive-away).” Atas pertimbangan demikian, bunyi yang hendak

didaftarkan pun (suara knal pot) tidak dapat dilindungii sebagai merek.

7

Lihat halaman 91.
Artinya kedudukan daya pembeda lebih subtansial dalam hukum merek sehingga
seharusnyanya untuk ditempatkan superior terhadap syarat penampilan grafis dan bukan sebaliknya.
8

27

Atas pertimbangan di atas maka penting untuk menempatkan daya pembeda
sebagai syarat utama dalam pengertian merek. Sedangkan layaknya Amerika, isu
penampilan secara grafis tidak dimuat dalam rumusan. Melainkan tetap diperlukan
tetapi diserahkan dalam tataran praktis yaitu pendaftaran tanda saja. Sehingga
penampilan secara grafis cukup sebatas bukti pendaftaran saja dan bukan menjadi
penentu dilindungii atau tidaknya suatu tanda.
Terhadap argumen di atas, maka dapat dirumuskan penggalan akhir pada
pengertian merek yaitu bukan lah yang menekankan pada penampilan secara grafis
melainkan pada daya pembeda yaitu; “yang digunakan dalam perrdagangan
dengan maksud untuk membedakan antara barang dan jasa ”.

Selanjutnya berdasarkan kedua pendekatan di atas yaitu tentang bagaimana
“jenis penyebutan tanda” dan “sebab perlindungan tanda” yang tepat dalam
rumusan pengertian merek pada UU Merek kedepan. Yaitu sebagai rumusan yang
mendukung semangat perlindungan bunyi, bentuk dan aroma (BBA) berbasis daya
pembeda di Indonesia, maka Indonesia membutuhkan gabungan unsur dari kedua
pendekatan tersebut. Dimana jika digabungankan, maka bentuk konkret rumusan
merek yang dapat dihasilkan adalah:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna, simbol dan perangkat atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang digunakan dalam
perdagangan dengan maksud untuk membedakan antara barang
dan jasa .”