Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana yang cukup besar untuk mewujudkannya. Untuk memenuhi dana yang sangat besar tersebut, pemerintah harus menggali sumber penerimaan yang dapat menutupi pengeluaran negara tersebut. Penggalian sumber-sumber daya yang ada disuatu negara adalah hal yang paling efektif dilakukan, baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alamnya. Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya utama yang terlebih dulu harus dikembangkan, agar semua potensi yang ada pada diri seseorang itu dapat dimanfaatkan untuk penggalian sumber daya yang lainnya.

Sumber Daya Alam yang selama ini kita harapkan, tidak mampu lagi untuk menopang pemenuhan pengeluaran negara, terlebih Sumber Daya Alam yang kita andalkan saat ini mempunyai nilai guna yang relatif terbatas dan sedikit yang suatu saat mungkin akan habis, contoh minyak bumi. Maka pemerintah dalam hal ini berupaya keras mencari sumber daya lain yang dapat menutupi kebutuhan negara yaitu dari sektor pajak. Sumber penerimaan dari pajak mempunyai nilai guna yang tidak terbatas, apalagi dengan bertambahnya subjek pajak dan/ atau objek pajak melalui Ekstensifikasi dan Intensifikasi dibidang perpajakan.


(2)

Sesuai dengan sistem pemerintah yang berlaku di Indonesia, Pajak dikelola oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan negara (APBN), dan sebaliknya Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah (APBD). Jenis Pajak yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perhutanan, Perkebunan, dan Pertambangan (PBB P3), dan Bea Materai. Berdasarkan Undang-Undang, setiap masing-masing jenis pajak telah ditetapkan dengan jelas mengenai siapa-siapa yang menjadi subjek pajak dan apa yang menjadi objek pajaknya serta berapa tarif pajak yang berlaku sesuai dengan aturan yang ada.

Penerimaan sektor pajak adalah penyumbang terbesar didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai belanja negara, gaji pegawai pemerintah, biaya pendidikan, penanggulangan bencana alam, subsidi BBM, pelunasan hutang luar negeri, pembangunan nasional dan pengeluaran lainnya yang setiap tahunnya meningkat. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak dituntut untuk memaksimalkan penerimaan disektor fiskal sehingga diperlukan upaya-upaya yang efektif dan efisien dalam mencapai target penerimaan pajak yang setiap tahunnya semakin meninggkat. Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia akan hak dan kewajiban perpajakan menjadi kendala utama penerimaan disektor pajak. Maka, sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu


(3)

langkah terbaik untuk meminimalkan kendala tersebut sehingga target penerimaan pajak dapat dimaksimalkan.

Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2008: 1). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka subjek pajak itu akan berubah menjadi wajib pajak. Pada prinsipnya subjek pajak terbagi 2 (dua) yaitu, subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, hal ini sesuai dengan asas pemungutan pajak kita yaitu Asas Domisili (asas tempat tinggal) yang menyatakan


(4)

bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Sedangkan wajib pajak luar negeri terutang pajak atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak dalam negeri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Pajak yang dipotong atas penghasilan yang dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan. Oleh karena itu, untuk meringankan beban pajak terutang bagi wajib pajak, maka besarnya pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam negeri (Orang Pribadi maupun Badan), dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh pasal 21 tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.


(5)

Pada dasarnya pajak penghasilan pasal 23 atas penghasilan yang dipotong oleh pihak yang wajib membayarkan diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu pada Pasal 23. Pemahaman tentang Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 ini sangat penting diketahui, karena dapat digunakan sebagai pengurang (kredit) pajak terutang wajib pajak.

Dengan bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dan penulis akhirnya mengangkat judul, ”Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan PKLM

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui wajib pajak dalam negeri yang bersangkutan telah melakukan penghitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang


(6)

telah dipotong oleh pihak yang membayarkan sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.

1.2 Sebagai media memberikan solusi yang dianggap perlu yang timbul antara teori dan penerapan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 23.

1.3 Untuk megetahui proses pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar.

1.4 Untuk mengetahui tentang cara kerja fiskus dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

1.5 Sebagai bahan informasi yang dapat diterapkan dan dibagikan penulis dalam lingkungan sosial.

2. Manfaat PKLM

Adapun yang menjadi manfaat penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) :

2.1Bagi mahasiswa :

a) Mengetahui proses pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 lebih mendalam untuk menerapkannya dalam lingkungan kerja secara nyata.

b) Sebagai motivasi untuk belajar dan mencari tahu berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu perpajakan yang selama ini belum didapat.


(7)

c) Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

d) Merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

e) Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan

pengalaman kerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2.2 Bagi Instansi :

a) Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.

b) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.

c) Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dengan lembaga pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(8)

2.3Bagi Universitas :

a) Guna mempersiapkan tenaga kerja yang mumpuni dibidangnya, siap bersaing dan profesional dalam lingkungan kerja yang nyata.

b) Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai dengan bidang keahliannya.

c) Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.

d) Membuka interaksi antara dosen dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

C. Uraian Teoritis

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro, 1993: 2). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa


(9)

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang menjadi objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong PPh Pasal 21 (Resmi, 2008: 269).

Pada dasarnya subjek pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh didalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak dalam negeri atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri, dan pengenaannya langsung dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan. Untuk meringankan beban pajak terutang yang dapat terjadi karena pemotongan oleh pihak yang membayarkan penghasilan, maka besarnya pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negeri yang


(10)

dipotong tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak.

Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak yang dibayar atau dipotong tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dan perarturan-peraturan yang berlaku mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan, tarif dalam hal wajib pajak yang menerima penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), jenis jasa lain yang menjadi objek pajak penghasilan pasal 23, objek pajak yang tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 23.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam hal ini mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dan peserta ingin mengetahui tentang:

1. Data yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan wajib pajak dan pelaporannya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

2. Sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur kepada wajib pajak.

3. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur kepada masyarakat dalam hal masyarakat berkonsultasi.


(11)

4. Bagaimana struktur organisasi dan bagaimana tugas seorang fiskus di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, khususnya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

5. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan jenis pajak lainnya pada tahun 2013 dan target penerimaan tahun 2014 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan objek dan lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). dan surat pengantar, serta hal-hal yang mendukung untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Studi Literatur

Didalam tahapan ini penulis mencari berbagai bacaan seperti buku-buku tentang ketentuan perpajakan Indonesia, Undang-Undang tentang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internet, dan lain-lain maupun literatur yang ada kaitannya dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(12)

3. Observasi Lapangan

Didalam tahapan ini, sebelum penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis terlebih dahulu melakukan observasi lapangan, baik tempat ataupun sasaran praktik maupun pengantaran surat-surat yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4. Pengumpulan Data

Penulis akan melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Penghasilan Pasal

23 melalui data primer yaitu data yang bersumber dari pihak yang memahami tentang Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23, dalam hal ini dari pegawai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dan data sekunder data yang bersumber dari buku-buku ilmiah tentang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internert, Undang-Undang tentang perpajakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan perpajakan.

5. Analisis dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang telah diterima dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis dan secara objektif.


(13)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatakan pegawai pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber dana yang perlu.

3. Daftar Dokumentasi (Documentation Guide)

Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas teori-teori dan penjelasan tentang Pajak Penghasilan Pasal 23.


(14)

G. Sistematika Penyusunan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan pelaporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, wilayah kerja, dan gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan ketentuan perpajakan tentang tata cara pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(15)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di lapangan.


(1)

dipotong tersebut dapat dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak.

Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak yang dibayar atau dipotong tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dan perarturan-peraturan yang berlaku mengatur ketentuan besarnya pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak yang membayarkan penghasilan, tarif dalam hal wajib pajak yang menerima penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), jenis jasa lain yang menjadi objek pajak penghasilan pasal 23, objek pajak yang tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 23.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam hal ini mahasiswa melakukan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dan peserta ingin mengetahui tentang:

1. Data yang berkenaan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan wajib pajak dan pelaporannya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

2. Sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur kepada wajib pajak.

3. Pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur kepada masyarakat dalam hal masyarakat berkonsultasi.


(2)

4. Bagaimana struktur organisasi dan bagaimana tugas seorang fiskus di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, khususnya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

5. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan jenis pajak lainnya pada tahun 2013 dan target penerimaan tahun 2014 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan objek dan lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). dan surat pengantar, serta hal-hal yang mendukung untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Studi Literatur

Didalam tahapan ini penulis mencari berbagai bacaan seperti buku-buku tentang ketentuan perpajakan Indonesia, Undang-Undang tentang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internet, dan lain-lain maupun literatur yang ada kaitannya dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(3)

3. Observasi Lapangan

Didalam tahapan ini, sebelum penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis terlebih dahulu melakukan observasi lapangan, baik tempat ataupun sasaran praktik maupun pengantaran surat-surat yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4. Pengumpulan Data

Penulis akan melakukan pengumpulan data mengenai Pajak Penghasilan Pasal

23 melalui data primer yaitu data yang bersumber dari pihak yang memahami tentang Pajak, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23, dalam hal ini dari pegawai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dan data sekunder data yang bersumber dari buku-buku ilmiah tentang perpajakan, bahan-bahan kuliah, internert, Undang-Undang tentang perpajakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan perpajakan.

5. Analisis dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang telah diterima dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis dan secara objektif.


(4)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatakan pegawai pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber dana yang perlu.

3. Daftar Dokumentasi (Documentation Guide)

Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas teori-teori dan penjelasan tentang Pajak Penghasilan Pasal 23.


(5)

G. Sistematika Penyusunan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan pelaporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, wilayah kerja, dan gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan ketentuan perpajakan tentang tata cara pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dilakukan selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(6)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di lapangan.